Pagi ini Melda berangkat begitu tergesa-gesa, sampai dia tidak sarapan pagi. karena sudah terlambat
Dikantor tengah seorang pemuda menunggu Melda, dia adalah Renaldi bos dari PT industri nusantara group.
Jam sudah menunjukan pukul 8.30 Melda tak kunjung datang juga, akhirnya Renaldi menghubungi Melda
Tut....Tut....Tut.....Tut.......
Nomor yang anda tuju sedang dialihkan
Melda yang gugup terpaksa mematikan handponnya dan memasukkan kedalam tasnya.
setengah jam kemudian Melda sampai, diapun berlari menuju ruangan bosnya lalu mengetuk pintu.
'Tok Tok Tok'
Tidak ada jawaban 'Rasanya Pak Re sudah diruangan meeting' gumam Melda dalam hati akhirnya, Melda langsung naik keatas menuju ruangan Meeting, dia memakai tangga supaya lebih cepat.
Melda tidak mengetuk pintu diapun langsung masuk dan menghampiri Renaldi yang sedang memimpin Meeting tersebut.
"Maaf pak, saya terlambat". Bisik Melda kepada Renaldi.
Renaldi hanya memandang Melda dengan sinis.
Meldapun keluar ruangan dengan muka masam. 'Dasar bodoh' umpat Melda kepada dirinya
Lalu dia pergi keruangannya, tak lama dia duduk Risma menghampirinya.
"Melda!!!" Teriak Risma membuyarkan lamunan Melda, yang tengah memikirkan nasibnya bagaimana kalau dia dipanggil Pak Renaldi. Karena, telat datang ke kantor.
"Apaan sih Ris, Lu ngagetin gue aja." Umpat Melda, seraya berdiri gelisah
"Lu kenapa sih mel, hari ini terlambat ke kantor?". Tanya Risma yang duduk diatas meja Melda
"Gue bangun kesiangan Ris, kemaren kan pak Re nyuruh gue ngerjain berkas-berkas yang dibuat meeting hari ini. Nah itu tadi gue datang agak telat" jawab Melda yang mondar-mandir bingung.
"Ooh gitu, ya udah yang sabar aja Pak Re gak bakalan tega kok mecat lu, soalnya lu kan sekertarisnya yang paling di sayang hahaha" canda Risma sambil terkekeh sendiri
"gak pantes gue kalau disayang sama Pak Re dia kan Bos pemilik perusahaan ternama dijakarta" Meldapun duduk termenung
"Eh, Ris lu tau gak Agis pegawai sini yang lagi diomongin dikantor sini" tanya Risma
"Iya gue tahu, emangnya kenapa?" Melda balik bertanya sambil menanggalkan alisnya
"Cakep juga ya dia" gumam Risma sambil membayangkan wajah Agis
"Biasa aja ah, yaudah sana balik ke meja lu" jawab Melda sambil fokus ke komputernya
"Whaha... lu belum tau dia sih jadi lu anggap dia biasa aja." Jawab Risma seraya pergi meninggalkan meja Melda.
Jam menunjukan pukul 13.00 waktunya istirahat kantor, Melda tak langsung pergi makan Padahal sedari pagi perutnya belum terisi apa-apa
"Mel, ke kantin belakang yuk beli nasi pecel, Gue pengen banget nih makan nasi pecel buk min" ajak Risma sambil mengelus-elus perutnya yang lapar
"Bentar deh Ris, gue kagak laper Lo sendiri aja yang makan ya" jawab melda merapikan berkas yang berantakan dimejanya.
"Ayoooolahhh...kumohon...." Bujuk Risma akhirnya Meldapun menyetujui tawaran Risma dan mereka makan bersama dikantin Buk min.
Ternyata Agis juga tengah makan dikantin, dia duduk sendiri dimeja pojok Risma dan Melda menghampiri Agis
"Eh, Agis kamu sendirian aja ya?" tanya Risma
"Iya Ris, duduk aja kalau lu mau" tawar Agis
Tak berpikir panjang Rismapun duduk, Disusul Melda yang ikut duduk diseblah Risma.
Mereka bertiga tengah makan bersama sambil bergurau sedikit-sedikit supaya lebih kenal satu sama lain. Dari tadi Agis memandangi melda saat makan namun Melda tak merasa bahwa dia sedang di amati oleh Agis.
____________________________________________________________________________________________
**CAST PEMERAN:
Melda**
RISMA
Setelah jam makan siang berakhir, mereka bertiga balik lagi ke ruang kerja untuk mengerjakan tugas muasing-masing. Ditengah-tengah perjalanan menuju ruangan, Elis atau bisa disebut pegawai kantor memanggil Melda. "mbk Melda, dipanggil Pak Re suruh keruangannya."
Melda hanya tersenyum getir memdengar sita, lalu dia beranjak ke ruanhgan Renaldi.
'Tok tok tok' "Permisi Pak, apa saya bisa masuk". Suara Melda terdengar jelas didalam ruangan Renaldi, dia hanya menjwab "Masuk".
lalu membalikkan kursinya menghadap Melda, "A..ada apa ya Pak?". Tanya Melda memecahkan suasana hening didalam ruangan yang besar, dilengkapi Ac yang menyala dingin.
"Ehm, begini saya menyuruh kamu kesini ada hal yang mau saya bicarakan mengenai kamu." Jawab Re datar dan tenang. Renaldi adalah type laki-laki yang tampan,gagah dan cool. Tidak bisa dimengerti dan dibaca raut wajahnya, Seketika Melda bingung harus memjawab apa iapun terus terang. "Maaf pak, saya beberapa hari ini ikut ibuk membereskan jahitannya, karena tugas ibuk saya juga menumpuk dirumah. Dan harus selesai kemaren malam." Jawab Melda gagap karena, takut di tanya banyak oleh Re.
Re hanya mengangguk sambil mengelus-elus janggutnya. "Oke, alasan kamu hari ini saya terima! tapi tidak lagi untuk hari berikutnya karena, kelalaian kamu dalam bekerja akan menghambat kinerja kamu dikantor. Dan tau kan resiko apa yang harus kamu terima?".
Pertanyaan Pak Re, membuat Melda meringis pasi, dia takut kalau sampai Pak Re memecatnya. "Oke, kamu boleh keluar karena, sudah cukup untuk saya memberitahumu." Kata Pa Re kemudian, sembari berdiri menutup korden jendela.
Akhirnya, melda keluar dengan tubuh gemetar 'Ya tuhan, begitukah seorang Renaldi Rahardian' Batin Melda dalam hati. Baru kali ini dia mendapat masalah dengan Re, jadi dia baru tahu bagaiman serorang Re berkata, Tenang dengan nada datar dan menakutkan.
Dimeja Melda sudah ditunggu Risma dan Agis, "Lu kenapa Mel?". tanya Risma gugup, Melda tak mengeluarkan sepatah katapun, Agispun memberikannya segelas air putih. "Minumlah, kelihatnnya kamu seperti kaget Mel." tawar Agis dengan memberikan segelas air putih ditangannya.
"Makasih," Sambil duduk membayangkan bagaimana nasibnya kalau tadi Pak Re langsing memecatnya tanpa kasihan, untung Re tidak begitu orangnya dia hanya memberi peringatan. Dan itu untuk pertama dan terakhir kalinya.
Risma menatap sahabatnya penuh iba, Agis yang dari tadi memanfaatkan moment tersebut untuk mengambil hatinya Melda berhasil juga, "Balik ke meja aja yuk ris". ajak Agis , Risma hanya mengangguk lalu memgikuti Agis masuk kedalam ruangan. Kebetulan ruangan mereka hanya dibatasi dinding setengah saja, jika dilihat dengan bergeser kusir sedikit Risma bisa memandangi Agis setiap waktu.
Agis masih terifkirkan Melda, dia tidak mampu bekerja seperti biasa. Akhirnya pulang kantir Agis memutuskan untuk berkunjung kerumah Melda.
Sore harinya Agispun pergi kerumah Melda.
"Assalamualaikum, Melda." Sapa Agis tapi, rumah kelihatan sepi tak seorangpun menjawab salam dari Agis.
Setelah lama menunggu tiba-tiba ibu Melda datang membaw kantong kresek, kelihatannya berisi sebuah pakaian yang akan dipermak.
"Loh, Nak Agis sudah lama ya disini?". Tanya Bu minah ibu Melda sambil membuka pintu Rumah "Ayo masuk, pasti nyari Melda ya?". Tanyanya lagi
"Iya, buk kemana ya Melda?". Tanya balik agis sambil melihat sekeliling rumah yang kelihatan sepi.
"Melda masih nganterin baju kerumah mbak noni, Kalau kamu mau nunggu tak biatin minum dulu Nak agis." Tawar Buk minah sambil pergi kedapur.
Akhirnya, Agis menunggu Melda sambil melihat-lihat foto terpajang dirumah Melda, foto dari kecil sampai dewasa dan foto kebersamaan keluarga mereka diaebuah taman hiburan.
Tak lama kemudian, Ibuk Melda keluar dengan membawa dua cangkir teh hangat juga makanan ringan "Ayo Nak diminum mumpung masih anget, ini juga dicobain kemaren ibuk buat kue belajar sedikit-dikit (tertawa renyah)". Sambil mempersilahkan minuman dan makanan kepada Agis.
"Iya buk, kenapa repot-repot, saya sekedar berkunjung saja kok." tukas Agis
Tiba-tiba, Melda masuk "Assalamualaikum buk". suara melda dari luar dan kemudian masuk kedalam.
"Loh Gis, ada apa kok tumben kesini?". Tanya Melda seraya salaman dan mencium tangan ibuknya dan ikut duduk, disampingnya.
"Eh, gak ada apa-apa kk aku cuma maen aja, sekalian ngajak kamu makan malam nanti Gimana?". Ajak Agis.
Tampaknya Melda tengah berfikir sebelum kemudia dia mengiyakan ajakan Agis.
Mereka berangkat tepat pukul 7.15. Mobil Agis dipacu dengan kecepatan 80. Dia mengajak ke Restoran langganan mamanya, tempatnya bagus sih ala-ala orang barat gitu.
"Gis, Lu gak salah ngajak gue makan ketempat mewah kayak gini? Gue kira Lu ngajak Gue ke depot aja." Tanya Melda yang kemudian membuka pintu lalu turun dari mobil.
"sekali-kali lah Mel, masak makan di depot mulu."
"Ya tapikan ini terlalu mewah banget gitu".
Agis hanya tertawa dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Melda kepadanya, merekapun duduk dikursi paling pojok sendiri dekat dengan bar dan penyanyi akustik yang tengah menyanyikan lagu barat. Yang berjudul 'just the way you are'
Her eyes, her eyes
(Matanya, matanya)
Make the stars look like they’re not shinin’
(Membuat bintang seolah tak bersinar)
Her hair, her hair
(Rambutnya, rambutnya)
Falls perfectly without her trying
(Jatuh sempurna dengan sendirinya)
She’s so beautiful
(Dia begitu cantik)
And I tell her everyday
(Dan aku bilang padanya setiap hari)
I know, I know
(Aku tahu, Aku tahu)
When I compliment her she won’t believe me
(Saat aku memujinya, dia takkan percaya padaku)
And it’s so, it’s so
(Dan begitu, begitu)
Sad to think that she don’t see what I see
(Sedih mengingat dia tak lihat yang kulihat)
But every time she asks me, “Do I look okay?”
(Tapi setiap dia bertanya, “Aku menarik?”)
I say
(Aku berkata)
When I see your face
(Saat kulihat wajahmu)
There’s not a thing that I would change
(Tak satupun yang aku ubah)
‘Cause you’re amazing
(Karena kau luar biasa)
Just the way you are
(Apa adanya dirimu)
And when you smile
(Dan saat kau tersenyum)
The whole world stops and stares for a while
(Dunia berhenti dan melihat sejenak)
‘Cause, girl, you’re amazing
(Karena kau luar biasa)
Just the way you are
(Apa adanya dirimu)
Mereka menikmati lagu tersebut sambil menyantap hidangan seafood yang mereka pesan tadi. Tak ada sepatah katapun yang Melda lontarkan kepada Agis, hanya alunan musik saja yang membuat suasana malam menjadi bising. Tiba-tiba Agis memulai percakapan
"Mel, kamu tau gak aku ajak kesini kenapa?".
"enggak tau Gis, katanya Lu ngajakin gue makan malam yaudah gue iyain. Emang ada yang lain ya?". Melda balik nanya ke Agis, sambil menghabiskan Makanannya.
"Aku, sebenernya ada sesuatu yang mau aku omongin ke kamu." Gelagapan Agis mau bilang, sampai kata-katanya iya bolak-balik karena Gugup. Keringat dingin tak dia gubris dia tetap melanjutkan percakapannya tadi.
"Kamu mau nggak Mel, jadi pacar Aku". To the point Agis kepada Melda.
Melda bingung harus jawab apa karena, dia tak ada rasa sedikitpun kepada Agis.
"Gue gak ada rasa sama sekali kepada Lu Gis, gimana kalau kita temenan aja dulu, siapa tau rasa itu tumbuh sendiri dihati Gue.?"
"Tapi, gue juga gak nyuruh lo buat nungguin Gue, Lo berhak jalan sama siapa aja yang lo mau. Lu juga berhak suka sama siapa aja." Jawab Melda.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!