Blar !
Terdengar suara petir di luar yang sangat memekakkan telinga.
" Tanda tangani surat cerai ini, sekarang !" Randika membentak Kasyaira yang masih berstatus istrinya.
" Tidak ! Aku tak akan pernah bercerai denganmu." Kasyaira menolaknya.
" Sebenarnya apa maumu ?!" Randika meraung marah karena penolakannya, tubuhnya sedikit sempoyongan karena dirinya sedang mabuk.
Apakah wanita ini buta ?! Sejak awal aku sudah mengatakan tidak mencintainya. Bahkan sejak aku menikahinya sampai sekarang aku tak pernah sekalipun menyentuhnya !
Kasyaira mendekati suaminya. " Aku hanya menginginkanmu, hanya kamu Randika."
" Menginginkanku? Baiklah!" tubuh Randika berjalan sempoyongan mendekati Kasyaira.
" Kau yang minta! Akan kuberikan! Sampai kamu tidak menginginkanku lagi!" Randika dengan tangan besarnya menarik baju tidur Kasyaira sampai sobek, lalu dengan kasar menekannya di ranjang.
" Jangan begini Randika! Kenapa kamu melakukan ini padaku?!" menatap suaminya tak percaya akan perlakuannya, Kasyaira mencoba melepaskan diri.
" Bukankah ini yang kamu inginkan?! " Randika menatap kedua mata Kasyaira dengan tatapan kejam, disaat bersamaan ia dengan kasar menerobos masuk ke dalam tubuh Kasyaira.
" Ah... Sakit!" Kasyaira kesakitan karena pertama kalinya baginya.
" Bukankah kamu bilang menginginkanku?!" Randika semakin ganas, ia tidak menghentikan gerakan kasarnya semakin menikmatinya akal sehatnya dibutakan oleh nafsu dan mabuknya.
" Kenapa... kenapa... harus begini kepadaku." Kasyaira terisak menahan rasa sakitnya.
Waktu berlalu sangat lama Randika menyiksa Kasyaira dengan nafsunya, setelah merasa puas ia mengangkat tubuhnya dari tubuh Kasyaira. Tanpa berkata apapun, ia bergegas pergi karena mendapatkan telepon dari kekasihnya.
Sekarang Kasyaira mengakui, jika suaminya yang sebelum dijodohkan dengannya sudah ia cintai itu. Kini dirinya benar-benar sangat mengerti, jika suaminya selama ini tak pernah mencintainya sedikit pun.
Suaminya bersedia dijodohkan dan menikahinya, sepenuhnya karena Randika ingin mengambil alih Perusahaan Ayahnya, untuk mengusir Ibu dan adik tiri laki-lakinya. Sekarang Randika sudah berhasil dan sudah tidak membutuhkannya lagi, ia merasa tak bisa mempertahankan pernikahannya lagi.
Kasyaira bangun dari atas ranjang dengan merangkak kesakitan, ia mengambil surat cerai yang suaminya paksakan kepadanya tadi.
Di penjelasan surat cerai terlihat jelas, suaminya tanpa ragu memberikan bagian miliknya. Kasyaira tersenyum pahit, jika ia memang ingin harta, hatinya tidak akan sesakit ini.
Kasyaira tanpa ragu menggoreskan tanda tangannya, meletakkan surat cerai itu di meja. Ia mengganti pakaian sobeknya, tanpa membawa apapun selain hatinya yang sudah mati ia melangkahkah kakinya pergi tanpa mengambil Cek Bank yang ada di atas meja.
🌹 PENGENALAN TOKOH 🌹
KASYAIRA MUDA
Seorang wanita muda naif, lugu dan belum dewasa mencintai seorang Lelaki yang akhirnya menikahinya.
RANDIKA PRAMUDITA
Seorang Lelaki bodoh yang membuang seorang wanita bak Berlian dan menikahi seorang wanita ular.
Raditya Pramudita
Adik tiri dari Randika yang mencintai kakak iparnya. Raditya muda adalah pribadi yang lembut, perhatian dan baik hati. Raditya Dewasa adalah misteri.
NATA WAJENDRA
Lelaki yang mencintai Kasyaira dewasa yang adalah pegawai kantornya. Pribadi Nata adalah lelaki yang selalu perduli dan menerima keadaan Kasyaira yang sekarang.
🙄Ah Author melupakan si wanita ular.
ALISE TRINATA ( Wanita Ular )
Istri baru dari Randika yang sudah berpacaran dengan Randika dari mereka berdua kuliah. Pribadinya Licik dan serakah serta semua hal yang jelek-jelek ya.
Rendy Trinata
Seorang lelaki yang mengaku saudara sepupu dari Alise Trinata. Pribadinya lembut dan penurut di depan Randika.
🙈 Hampir lupa, anak yang tidak diketahui oleh Randika. Anak lelaki Randika & Kasyaira.
ABYAN ( BYAN )
Anak lelaki yang berusia sekitar 5 tahun dan berkepribadian periang tapi mempunyai penyakit.
📍Sahabat dari Randika :
Andi Salim ( Paling Tuan Dari Semuanya )
Seorang Militer dengan kepribadian kalem dan dingin.
Denis Kusuma ( Paling Tua Kedua )
Seorang Dokter dengan kepribadian baik hati dan paling setia kawan.
Raka Dirga ( Paling Muda )
Seorang penerus Perusahaan Dirga, kepribadiannya ceria dan paling heboh.
******
Kasyaira dewasa ( Kasya Indira )
Wanita Hebat yang menghidupi anaknya seorang diri, Cerdas dan Cantik. Wonder Women 🌹🌹🌹
Ranti ( Sahabat Terbaik Kasya ).
Seorang wanita hebat seperti Kasya dengan kecantikannya luar dan dalam.
VISUAL.
Randika Pramudita
Andi Salim ( Paling tua~Sold Out )
Denis Kusuma ( Jomblo Hakiki )
Raka Dirga ( Paling Bontot ~ Jomblo Ababil, usianya hanya berbeda beberapa bulan dengan Randika )
Nata Wajendra
Kasyaira Muda
Kasyaira Dewasa ( Kasya Indira )
Ranti ( Sahabat Kasya~1 thn lebih tua )
Raditya Pramudita ( Adik Tiri Randika )
Alise Trinata ( Istri Baru Randika )
Rendy Trinata ( Ngakunya sih Sepupu )
Abyan~Byan ( Putra Randika & Kasya )
Abyan & Marsya
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Author bersyukur Novel ini bisa masuk reward rangking ke-9 karya baru 🙏😊
Lima Tahun Kemudian
Di Vila keluarga Dirga, terlihat berbagai hidangan mewah yang tertata rapi di atas meja beralaskan taplak putih. Semua tamu yang datang adalah dari dunia bisnis dan juga para tamu bergengsi. Terdengar suara perbincangan serta tawa mereka sehingga menambah keramaian.
Sekarang Kasyaira sudah mengganti namanya menjadi Kasya Indira. Kasya mengenakan gaun merah panjang yang bagian dadanya tertutup sedangkan bagian punggungnya terbuka, memperlihatkan punggung putih mulusnya.
Kasya memperhatikan gaunnya, ia mendesainnya sendiri terbuat dari bahan berkualitas. Dirinya sebenarnya tidak mempunyai banyak uang, tapi demi Pesta ini ia sengaja membuatnya. Kasya menjaga tingkah lakunya sehingga ia terlihat gemulai serta ditambah gaunnya yang memberi aura anggun pada dirinya.
Kasya berjalan sambil memegang sebuah gelas minuman tanpa alkohol, manik matanya berkeliling memandang tamu-tamu penting yang berlalu lalang di pesta, seketika jantungnya berdebar karena bersemangat.
Hari ini adalah Pesta ulang tahun Raka Dirga, anak dari seorang Pimpinan Industri Perhiasan. Kebetulan Perusahaan tempatnya bekerja adalah Perusahaan Desain yang merancang pakaian dan perhiasan.
Kebetulan juga Perusahaan tempat Kasya bekerja telah bekerja sama dengan Perusahaan Besar Dirga. Sebagai seorang karyawan di Perusahaan Desain Wajendra, dirinya sangat beruntung bisa menghadiri Pesta ini bersama Wakil Manajer.
Awalnya sebagai seorang Desainer baru, Kasya merasa tidak layak menghadiri Pesta semegah ini. Tetapi setelah Desain Kasya disukai oleh Direktur Pusat yang baru, ia ditunjuk langsung untuk pindah dari Perusahaan cabang Kota Surabaya ke Perusahaan Pusat di Kota Jakarta. Katanya setelah percobaan ini, ia akan diberi sebuah tugas penting.
Setelah menggoreskan tanda tangannya di surat cerai dengan Randika, Ia pergi dari Kota Jakarta menuju Kota Surabaya. Di sana dengan bergantung kepada kerja kerasnya sendiri, ia menghidupi dirinya dan Putranya Byan~Abyan.
Sekarang demi mewujudkan impiannya dan juga demi menghasilkan lebih banyak uang, ia terpaksa kembali menginjakkan kakinya lagi di Kota sejuta kenangan menyakitkan ini, Kota Jakarta. Memikirkan itu Kasya menjadi sedikit ketakutan, karena di Jakarta ini ada orang itu, Randika.
Sekarang yang paling ditakutkanya ialah Randika akan merebut Putranya. Meskipun ia tidak suka membaca berita, tapi dirinya juga tahu jika lima tahun lalu setelah bercerai dengannya, Randika langsung menikahi kekasihnya. Sekarang sudah sah menjadi Istrinya, bahkan dengan pesta besar-besaran tidak seperti saat menikah dengan dirinya yang disembunyikan.
Tetapi Tuhan selalu adil dan roda kehidupan terus berputar, langit pun memang tidak memihak siapapun. Walaupun Randika sangat kaya serta memiliki kedudukan tinggi dan juga sangat mencintai istrinya. Tapi istrinya sudah bertahun-tahun tidak bisa hamil, bahkan sampai sekarang mereka berdua belum mempunyai anak.
Kasya khawatir kalau Randika mengetahui keberadaan Byan, ia takut jika Randika dan wanita itu akan langsung datang lalu membawa putranya. Ia mengerutkan dahinya, tidak akan membiarkannya itu terjadi. Anaknya Byan adalah segalanya baginya, siapapun tidak boleh merebutnya darinya.
Kasya menghirup nafas dalam-dalam, sebisa mungkin menenangkan pikirannya agar tidak berpikir yang aneh-aneh. Kota Jakarta begitu sangat besar kan, mana mungkin bisa bertemu dengannya?
" Kasya... Kenapa berdiri disini, cepat ikuti aku untuk menyapa para Direktur itu." Wakil Direktur Bambang mengajaknya.
" Baik Pak," Kasya lalu mengikuti langkah Wakil Direktur Bambang di belakangnya.
Wakil Direktur Bambang menoleh ke arah Kasya yang cantik, kemudian mengarah ke para Bos yang sedang berbincang.
Kasya berusaha menampakkan senyuman yang manis di wajahnya, masih mengikuti Wakil Direktur Bambang.
Mereka berdua sampai di tempat para Pembisnis berkumpul.
" Direktur Mulyono, lama tidak bertemu." Sapa Wakil Direktur Bambang sambil tersenyum, kemudian bersulang dengan Direktur Mulyono yang berwajah bulat dan berbadan gemuk.
" Iya." Direktur Mulyono membalas sambil tersenyum pada Wakil Direktur Bambang, pandangannya berkelana dan langsung jatuh pada sosok Kasya.
Direktur Mulyono menilik gaun merahnya yang hanya menutupi bagian dada kebawah, tapi menonjolkan bahu putihnya dengan jelas. Perbandingan proposional antara leher dan tulang selangka membuat matanya bercahaya melihatnya. Tak hanya itu, Wanita yang dilihatnya memiliki mata bulat yang cantik, ujung alisnya asalkan dia tersenyum sedikit saja, pesonanya akan membuat orang yang lewat tak bisa mengalihkan pandangan terhadapnya. Apalagi ditambah hidung mancungnya, serta bibir lembutnya yang bercahaya dan terlihat ranum, membuatnya memiliki wajah cantik yang sempurna.
Direktur Mulyono tak bisa melepaskan pandangannya, ia tak bisa menahan rasa penasarannya. " Wakil Direktur Bambang, ini adalah... ?" merujuk pada Kasya.
"Ah... Saya perkenalkan. Dia adalah Desainer yang baru bekerja di Perusahaan kami. Direktur Wajendra menyukai desainnya sejak pandangan pertama, sehingga dia menunjuknya sendiri untuk menghadiri Pesta ini." Wakil Direktur Bambang menjelaskan. Dalam sekali melihat ia mengetahui bahwa Direktur Mulyono tertarik pada Kasya.
Wakil Direktur Bambang dengan cepat mengerti, ia segera menyingkir menjauh, memberi perintah dan memberi isyarat pada Kasya untuk berbincang pada Direktur. " Kasya tetaplah disini, aku akan pergi sebentar"
Kasya mengangguk. "Halo Direktur Mulyono, nama saya Kasya Indira." Sapa Kasya sambil menjulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Direktur Mulyono adalah Distributor kain terbesar di Perusahaan kita Kasya. Temanilah, aku pergi."
Kasya tersenyum tanda mengerti, ia pun maju mengajak bersulang Direktur Mulyono. " Mudah-mudahan ke depannya bisa terus bekerja sama dengan Direktur Mulyono."
Melihat Wakil Direktur Bambang pergi, Direktur Mulyono semakin mendekati Kasya. Tubuh gemuknya hampir menempel ke tubuh Kasya. " Nona Kasya, ini kartu namaku." mengambil sebuah kartu dari dompetnya lalu memberikan pada Kasya.
Aroma harum tubuh Kasya bagaikan sepasang tangan kecil yang menggelitik hati Direktur Mulyono, membuatnya semakin mendekat.
" Terima kasih, Direktur Mulyono." Kasya segera menerima dan menyimpannya, disaat bersamaan Kasya menampakkan senyuman yang tulus namun sedikit tampak menggoda. Tapi ia menjauhkan tubuhnya dengan pintar tanpa disadari oleh Direktur Mulyono, ia menjaga jarak yang pantas dengannya.
Setelah berbincang beberapa saat, Kasya dengan cekatan membuat Direktur Mulyono memahami lebih jauh mengenai Perusahaan Desain keluarga Wajendra.
Direktur Mulyono menyadari kemampuan Kasya tidak lebih buruk dibandingkan penampilannya, dirinya mengubah pandangannya kepada Kasya, ia sedikit menghormatinya.
Sekarang Kasya dan Direktur Mulyono sudah mendapatkan informasi-informasi yang saling berguna. Kasya memberi hormat pada Direktur Mulyono lalu ia berjalan menuju ke arah Wakil Direktur Bambang.
" Huft..." Kasya menghela nafas, tidak sia-sia dirinya menemani mengobrol.
" Bagaimana?" Tanya Wakil Direktur Bambang ingin tau hasilnya.
" Lumayan, Direktur Mulyono bilang kalau Perusahaan kita bekerja sama dengan tulus. Jika menambah kuota permintaan barang, dia akan menurunkan harga barangnya hingga 75% untuk Perusahaan kita," jawab Kasya.
" Bagus Kasya!" Wakil Direktur Bambang memujinya. " Perusahaan kita sedang berencana memperbesar kuota Produksi, pemesanan yang akan kita lakukan pada Perusahaan Direktur Mulyono pasti akan banyak. Sekarang harga kain sudah diturunkan, keuntungan yang didapat Perusahaan kita akan bertambah," ucapnya senang.
" Kasya bagus sekali tindakanmu, ke depannya masalah Direktur Mulyono akan menjadi tanggung jawabmu." Wakil Direktur Bambang tak henti-hentinya memujinya. Dirinya selalu bisa memakai orang. Sekarang pekerjaan Kasya sebaik ini, ia tentu akan memberinya penghargaan.
*
❤️ Happy Reading ❤️
Jangan lupa.....
Like, Komen, Rate 5, dan Gift/ Vote seikhlasnya 🤭
Terimakasih 😍
Setelah Kasya berbincang dengan Wakil Direktur Bambang, dia pamit ke kamar mandi untuk membetulkan riasannya.
Di Villa Kediaman Dirga di lantai 2, di kamar mandi keluarga Dirga.
Randika tak henti-hentinya menepuk pelan punggung Alise, dengan khawatir memandangnya yang sedang menunduk dan muntah.
" Alise, apa kamu sudah merasa baikan?" tanya Randika pada istrinya.
" Uhuk... uhuk... " Alise hanya bisa menjawab Randika dengan suara muntah yang menyayat hati.
Randika melihat Alise memegangi dadanya dan mengerutkan alis hitamnya. Dia terus saja muntah sampai mata merahnya berkaca-kaca, pipi putihnya yang tadi merona menjadi agak pucat, ia iba melihat keadaan istrinya.
" Randika... kamu juga jangan terlalu cemas, Alise hanya sedikit tidak enak badan," ucap Rendy Kakak sepupu Alise.
Rendy merupakan Manajer Departemen Pemasaran di Perusahaan Besar keluarga Pramudita dan juga pengurus Villa keluarga Pramudita. Meskipun wajahnya juga sama khawatirnya dengan Randika, tetapi dia tak henti-hentinya menenangkan Randika.
" Seharusnya aku minta Alise beristirahat di rumah, jelas-jelas tahu tubuhnya sangat lemah. Aku malah masih memintanya datang," sesal Randika.
" Ti-dak apa-apa sayang." Alise menenangkan Randika, mengangkat wajah putihnya yang mungil. Alise memandangi Randika, ia memaksakan senyumnya.
" Randika, aku sudah baikan. Jangan khawatir lagi, uhuk... " sebelum bicaranya selesai Alise segera menunduk muntah kembali, dengan kesakitan ia memegangi dadanya.
Kemarin malam Ia memang tidak beristirahat dengan baik, ditambah lagi hari ini banyak kegiatan karena berpesta. Makanan yang dirinya makan beraneka ragam, ia yang awalnya sudah tidak enak badan sekarang malah semakin sakit.
" Alise... setelah ini kita akan segera pulang," Randika merangkul bahu Alise.
" Tidak usah," tolak Alise. " Ini pesta sahabatmu, aku tidak boleh merusak kesenangan."
" Randika, benar kata Alise. Bagaimanapun ini adalah pesta ulang tahun sahabatmu. Alise sebagai istrimu juga sudah seharusnya datang, kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri." ucap Rendy penuh pengertian, tapi dalam hatinya sangat kesal melihat tangan Randika yang terus merangkul bahu Alise, perasaanya sulit diungkapkan.
" Tapi kalau kamu seperti ini, aku benar-benar tidak tenang." Randika masih berusaha membujuk Alise.
" Ta... " ucapan Alise terpotong oleh suara langkah kaki.
Tak! Tak! Tak!
Suara hak sepatu yang mengetuk lantai pun terdengar, memutus perkataan Alise.
Kasya berjalan cepat mencari kamar mandi untuk membetulkan riasan, ia juga sudah tak tahan ingin buang air kecil. Melihat antrian kamar mandi lantai satu sangat ramai, dirinya memilih tertatih-tatih mencari toilet sampai ke lantai dua.
Randika mengkhawatirkan keadaan Alise sehingga tidak memperhatikan siapa yang datang, ia hanya menoleh pada Rendy dan mengisyaratkan kepadanya untuk segera mengusir orang itu.
Rendy mengangguk dan berjalan ke arah Kasya. " Nona. Toilet ini sedang dipakai, silahkan keluar," ucap Rendy dengan tegas.
" Eh, kenapa bisa ada Pria disini?" Kasya tak mendengarkan, ia yakin ini toilet wanita.
" Tuan, yang benar anda lah yang harus keluar. Ini adalah toilet wanita!" tegas Kasya tak mau kalah.
Alise yang sedang memegang dadanya seketika menoleh, Ia melihat wanita cantik yang sedang berdebat dengan Rendy. Ia seketika merasa tidak senang, mendongak memandang Randika dengan suara lemah dan manjanya. " Sayang... Wanita itu sepertinya mencari masalah tanpa alasan."
" Tenanglah, aku akan segera mengusirnya." Randika menenangkannya sambil mengelus pelan pipi Alise, ia berbalik badan menghampiri Rendy.
Randika hanya tersenyum lembut di hadapan Alise, di depan orang lain dia selalu sedingin es. Sebelum Randika sampai ke hadapan Kasya, suara dinginnya sudah terdengar lebih dulu. " Hei kau! Enyahlah!" Bentaknya.
Kasya masih berdebat dengan Rendy, begitu dirinya mendengar suara yang membentaknya, ia malah tertawa dan matanya menyorot tajam orang yang berbicara kasar padanya barusan.
" Kalau aku tidak pergi, bagaimana?!" tantangnya.
Kasya tertegun saat tatapannya bertemu dengan tatapan orang di hadapanya. Wajah yang familiar sekaligus asing menyerbu ke dalam pandangannya. Rasanya tidak sama tapi kenangan yang sama kembali menyeruak keluar dari dalam memorinya.
Perbuatan Randika yang begitu tega dan tak berperasaan lima tahun lalu, membuat hatinya bergejolak kembali dipenuhi kebencian. Rasa sakit dari kuku yang tertancap di telapak tangannya lah akhirnya membuatnya tersadar.
Randika, selamanya ia tidak akan memaafkan Pria ini. Tapi ia tidak ingin memprovokasi, lebih baik kalau mereka berdua tak saling bertemu lagi. Kalaupun mereka tak sengaja bertemu, mereka tak lebih daripada orang asing saja. Ia menatap Randika sekilas dengan tatapan datar.
Randika sama terkejutnya, Kasyaira sudah banyak berubah. Pipi tembemnya saat ia berusia 21 tahun saat dinikahinya dulu sudah hilang tak berbekas, sekarang wajahnya sungguh sangat cantik ditambah dengan riasan tipis tampak makin membuatnya menawan.
Aura mantan istrinya pun telah berubah. Kalau lima tahun lalu Kasyaira terlihat polos dan lugu, kini dia adalah sosok dewasa yang sangat mempesona.
Hanya saja sepasang mata Kasyaira yang menyorotkan kebencian itu membuatnya merasa sedikit aneh, bagaimanapun memang dirinya yang bersalah. Pada malam lima tahun lalu itu dirinya memaksa Kasyaira untuk meninggalkannya, bahkan saat Kasyaira pergi dia tidak membawa uang yang diberikannya sepeserpun.
Selama lima tahun ini dirinya beberapa kali teringat akan senyum bodoh di wajah Kasyaira, juga saat dia membuatkan sup pereda mabuk untuknya. Terlebih lagi ia teringat akan malam hujan badai lima tahun lalu, ia menyakiti Kasyaira. Ya itu memang benar.
Terkadang Ia berpikir kalau saja Kasyaira membawa uang ganti rugi perceraian itu, apakah dirinya sekarang sudah bisa melupakan Kasyaira seutuhnya?
Detik berikutnya Kasya memutuskan untuk pergi, Randika yang melihatnya pergi seketika melangkahkan kakinya maju ingin menyusul.
" Randika!" Alise memanggil namanya.
Alise tiba-tiba muncul di samping Randika, tangannya yang pucat dan kurus mengapit lengan kekar Randika.
Alise menyadari keganjilan pada diri suaminya, saat matanya tertuju pada seorang wanita paling lama tak lebih dari 5 detik. Namun kali ini ia mendapati bahwa tak hanya mata suaminya yang menatap wanita itu lama-lama, tapi perasaannya juga sangat dalam terlihat jelas olehnya.
Alise mengalihkan pandangannya ke arah wanita barusan, tapi ia hanya melihat sosoknya yang buru-buru pergi. Ia melihat kalau postur wanita itu lumayan bagus gaya berpakaiannya juga modern. Tadi ia melihatnya sekilas, terlihat wanita itu lumaya cantik.
Randika menatap Alise, ia tidak pernah menyebut tentang Kasya dan menghapus semua jejak tentangnya setelah dirinya menandatangani surat cerai. Alise pun tak pernah berjumpa sekalipun dengan Kasya, jangankan sosoknya dari belakang, walaupun Kasya berdiri di hadapannya, Alise pun tak akan bisa mengenalinya bukan?
^Bersambung^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!