Saya terlahir dari keluarga yang cukup mampu. Dibesarkan dengan penuh kasih sayang Papa dan Mama. Sayapun sekolah di sekolah yang ternama. Nama saya Siska saya 2 bersaudara, Kakak saya cowok namanya Reyhan. Dia adalah satu-satunya kakak yang super cerewet walaupun dia cowok tapi dia sangat manja. Menyebalkan saja jika dia selalu ikut campur semua tentang urusanku. Kita memang beda 2 tahun jadi kita kayak seumuran.
Pagi itu saya berangkat sekolah dengannya, kami selalu berangkat bareng dengan diantar oleh Pak supir. Sekolah kita memang sama jadi selalu barengan.
"Ayo dek kita berangkat." ajak Kakak memanggilku.
Aku segera turun dan menuju teras disana kakakku sudah menungguku di dalam mobil. Aku segera masuk mobil dan kita pun berangkat.
"Ati-ati ya sayang," teriak Mamaku dari dalam.
"Iyaa Maaa."
Kita pun telah sampai di gerbang sekolah. Aku langsung menuju kelasku begitu juga dengan Kakak Reyhan langsung menuju kelasnya. Kita berpisah dan bergabung dengan teman kita masing-masing.
"Kriiinggggg."
Terdengar bel berbunyi tanda pelajaran segera dimulai. Kita semua berlari menuju kelas, dengan seksama kita belajar sampai pelajaran pun telah usai. Kita pun pulang dan menuju gerbang.
"Hai Sis duluan ya. " sapa Nine sambil melambaikan tangannya.
Aku tersenyum dan membalas lambaikan tanganku. Aku melirik Kakakku memperhatikan Nine dengan seksama.
"Hei biasa aja kali Kak." kusenggol punggungnya.
"Apa'an sih Sis?" tanyanya dengan wajah memerah.
"Alah kalau ada cewek cantik aja gak kedip sama sekali. "
"Normal kali cowok liat cewek yeeeee." ejeknya.
Kita lagi nungguin jemputan yang tak kunjung datang. Sambil duduk di halte depan sekolah kami membaca buku ulangan yang akan diujikan besok. Tak lama kemudian jemputan sudah nongol. Kita pun langsung pulang.
Sesampainya di rumah Mama sudah menyiapkan makan siang.
"Anak-anak sudah pulang ayo cepat ganti baju lalu ikut makan siang bersama sini ya." ucap Mama sambil menyiapkan piring.
"Iya Ma." sahutku segera ganti baju dan menyusulnya di ruang makan.
Kita makan siang bersama,
"Gimana tadi ulangan kamu Sis?" tanya Kak Reyhan.
"Bisa Kak Alhamdulillah." jawabku.
"Eh makan dulu nanti setelah makan baru dibahas lagi." ajak Mama sambil menyodorkan piring padaku.
Selesai makan kita berkumpul di ruang TV. Selayaknya keluarga yang harmonis kita selalu bersama-sama.
"Kak besok kamu ujian ya?"
"Iya nih Sis doain Kakak ya ?"
"Siap." jawabku sambil tersenyum.
Besok Kak Reyhan ujian nasional bentar lagi kalau dia udah lulus aku bakal sendiri nih ke sekolah. Sedih sih tapi mau gimana lagi. Dia harus pindah ke kampus untuk melanjutkan kuliahnya.
"Kak nanti kalau kamu sudah lulus aku bakal sendirian dong?"
"Ya iyalah mangkanya belajar mandiri tanpa aku. " ejeknya yang membuatku kesal.
"Yee aku berani kali cuma agak gimana gitu."
Tiba-tiba Mama datang sambil membawa makanan.
"Kalau Reyhan udah kuliah ya harus bawa mobil sendiri lah gak bareng sama kamu Sis. kata Mama sambil membagi camilannya.
"Yah sepi dong masak aku diantar Pak Bobi sendiri?"
"Yaudah kamu bareng aku aja Sis berangkatnya." ucap Kak Reyhan.
"Yeeeee beneran ya Kak, horeeee."
Mama yang daritadi melihat ke arah teras rumah membuatku bertanya.
"Papa mana Ma kok belum pulang?"
"Itu dia Sis daritadi juga belum ada kabar." ucap Mama cemas.
"Telfon aja Ma barangkali pulang terlambat atau apa gitu." jawabku.
Mama mengangguk dan membuka ponselnya berniat untuk menelepon Papa.
"Halo Pa lagi dimana?"
"Lagi di jalan Ma jalanan macet kayaknya agak terlambat nih Papa pulangnya."
"Yaudah Papa hati-hati ya."
Kudengar suara Mama telpon Papa.
"Gimana Ma" aku segera menghampirinya.
"Jalannya macet." jawab Mama singkat kemudian masuk ke kamarnya.
Kudengar suara mobil Papa sudah di gerbang depan kuberlari ke arahnya Tampak dari kejauhan Papa mengendap-endap dengan membawa bingkisan. Kuhampiri dia dan kutanya
"Papa kenapa kok mengendap-endap kayak maling aja." tanyaku keheranan.
"Sssstttttt Mama lagi dimana?"
"Lagi di kamar emang kenapa sih Pa?"
"Kamu lupa ya hari ini ulang tahun Mama, dan sengaja Papa kasih surprise mangkanya kamu bantuin Papa ya."
"Loh iya Pa." jawabku sambil berbisik dan ikut mengendap-endap.
Kututup mulut Kak Reyhan dan membisikkan sesuatu padanya. Diapun juga sekarang jadi mengendap-endap sama sepertiku. Sesampainya di depan kamar Mama kami segera menyanyikan lagu, kubuka pintunya perlahan dan
"Happy birthday to you happy birthday to you..... happy birthday MAMA" kami bersama-sama menyanyikan lagu yang membuat Mama terbelalak kaget.
"Ya ampun Papa kalian Mama jadi terharu nih." ucap Mama tersenyum memeluk kita.
"Eh eh tiup dulu dong." kata Papa dengan membawa kue tart dengan lilin menyala.
"Wwuh wuh."
" Horeeee selamat ulang tahun Mama sehat selalu ya sayangku." ucap Papa sambil mencium kening Mama.
Kamipun juga melakukan hal yang sama.
"Terima kasih ya Papa dan anak-anak Mama yang sangat aku cintai." ucap Mama sambil mencium kami satu persatu.
Hari itu adalah hari yang paling bahagia terutama untuk Mama tercinta. Kami merayakannya dengan makan-makan di sebuah restoran. Kami merasakan kebahagiaan dan kenikmatan yang luar biasa.
"Mama minta kado apa nih dari Papa." tanya Papa disela-sela menikmati hidangan makanan.
"Aku gak minta aneh-aneh Pa."
"Minta apa dong?" tanya Papa sambil memegang tangan Mama.
Mama tersenyum melihatku dan juga Kak Reyhan.
"Mama Hanya minta kita sama-sama seperti ini aja udah bahagia banget, yang Mama minta cuma kesetiaan Papa menjalankan kewajiban Papa sebagai Kepala keluarga Pa." jawab Mama sambil tersenyum.
"Pasti lah Mama aku janji aku akan setia sama Mama dan juga akan selalu bahagian kalian." jawab Papa sambil tersenyum.
Lega dan seneng banget dengar kemesraan mereka. Setelah kita makan Papa mengajak kita ke sebuah toko. Papa membelikan hadiah untuk Mama. Kulihat Papa sedang memilih-milih baju untuk Mama. Papa memang sangat mencintai Mama. Kulihat dari caranya memanjakannya dan caranya berbicara dengannya. Papa adalah orang terbaik yang pernah kukenal. Dia tak pernah membuat Mamaku sedih apalagi menangis. Diapun tak pernah marah padaku apalagi membentakku. Aku membantu Papa mencari baju yang cocok untuk Mama.
"Sis ini bagus gak?"
"Bagus Pa cocok banget buat Mama." jawabku sambil mengamati.
"Sudah ini buat kamu juga." ucap Papa sambil mengambil baju yang sama.
"Boleh juga Pa tapi sama ini juga ya." pintaku sambil mengambil baju yang lain.
" boleh juga."
Mama yang dari tadi mengamatiku hanya tersenyum.
"Sudah ayo pulang ini udah banyak lho belanjaannya." ucap Mama yang menghentikanku.
"Biarin dong Ma biar mereka senang." ucap Papa yang selalu memanjakan kami.
"Papa jangan terlalu memanjakan mereka dong" ucap Mama.
Akhirnya aku dan Kak Reyhan segera menuju Mama dan Papa.
"Iya Ma ayo pulang." ajakku menggandeng tangannya.
"Ma besok lusa Papa ada tugas di luar kota, Mama jagain anak-anak ya Ma jangan lupa istirahat jangan capek-capek kalau ada apa-apa hubungi Papa."
"Iya Pa Papa juga harus hati-hati jangan lupa makan disana, kan Papa disana gak ada yang ngurusin."
Kudengar percakapan Papa dan Mama di ruang tengah. Aku menghampirinya dan duduk di tengah-tengah mereka. Kemudian disusul Kak Reyhan yang juga mendahuluiku.
"Aduh Kakak iniloh ini tempat dudukku." pintaku manja.
"Aku yang duluan kok."
Mereka tersenyum melihat ulah kita berdua. Yah beginilah kami kesehariannya, bercanda dan bermanja-manja bersama. Bisa dibilang kita adalah keluarga yang cukup akrab. Kemana-mana selalu bersama susah senang selalu kita lewati bersama.
"Anak-anak Papa, lusa Papa kan berangkat ke Bandung kalian jaga diri baik-baik ya Jangan nakal. Ingat kalian harus jagain Mama juga ya."
"Baik Pa tapi Papa kapan pulangnya? masih lama ya?" rengekku.
"Belum juga berangkat sayang, kok sudah tanya kapan pulangnya."
"Kita akan selalu merindukan Papa Siska pasti akan selalu kangen Papa."
"Papa juga akan selalu merindukan kalian semua, Reyhan kamu kan cowok kamu harus jagain 2 bidadari Papa ya."
"Siap Papa." sahut kak Reyhan.
...****************...
Hari ini adalah hari keberangkatan Papa aku, kakak begitu juga Mama mempersiapkan semua kebutuhan Papa disana. Mama terlihat sedih sekali berpisah dengan Papa. Kurangkulnya untuk mencoba menenangkannya.
"Mama yang sabar ya kehilangan teman tidur ups." aku menggodanya dengan senyum.
"Siska apaan sih kamu nak."
"Tenang aja nanti Siska temenin Ma." aku masih aja menggodanya.
"Dasar kamu memang anak Mama yang paling cantik." Mama memujiku dengan mencubitku kecil.
"Aah sakit Maaaa." sambil mengelus lenganku.
Pagi itu menjadi pagi yang mendung, bukan cuacanya sih tapi hatinya he hehe . Papa memasukkan semua koper yang dibutuhkannya. Berulang kali mengeceknya dan kemudian menutupnya kembali.
"Ada yang masih ketinggalan gak Pa?" tanya Mama cemas.
"Ada." jawab Papa.
" Loh iya ta Pa? apa dong Mama lupa masukin apa dong Pa?" tanya Mama bingung.
"Kamu dan anak-anak." jawab Papa usil.
Mama menarik nafas dalam-dalam sementara aku dan kakak tertawa terbahak-bahak.
"Dasar kamu Pa buat panik aja."
Papa tersenyum mendekati Mama dan menciumnya serta memeluknya. Rasanya senang sekali melihat mereka serukun itu. Tak lupa aku dan kakak juga diciumnya dipeluknya. Kami meneteskan air mata seakan akan tak berjumpa lagi. Wajar saja kita yang tak pernah terpisah harus berjauhan saat ini dengannya.
"Papa berangkat ya sayang kalian jaga diri baik-baik." ucap Papa sambil melambaikan tangannya.
Kami melambaikan tangan ke arahnya
"Hati-hati ya Papaaaa." ucap kami bersamaan.
Tak lama kemudian mobilnya telah hilang kami masuk kerumah. Mama langsung menuju kamarnya. Aku dan kakak juga begitu sama-sama masuk kamar masing-masing. Aku langsung membuka ponselku kulihat Papa sudah mengirimkan pesan.
"Siska jangan lupa belajar jangan lupa makan jangan lupa sholat ......
Kupastikan pesan ini bukan hanya untukku pasti Mama dan kakak juga dikirimi hal yang sama. Emhhh dasar Papa buat aku rindu aja baru aja ditinggal.
Kulihat hari itu Mama masih berada di dalam kamarnya kuintip dari bilik pintu, dia menangis rupanya memang bukan hal yang biasa Papa meninggalkan kami. Hanya saja Papa saat ini sudah naik jabatan sebagai direktur makanya sekarang dia menjadi orang yang super sibuk.
"Sis ada temenmu tuh di depan." panggil kakak yang mengagetkanku.
Aku segera berlari ke depan kulihat disana ada Nine. Nine adalah sahabatku teman sekelasku yang selalu mendengarkan isi hatiku. Dia juga tuh yang selalu dilirik sama kakakku si Reyhan. Entah dia naksir atau apa ya yang jelas dia selalu memperhatikan Nine. Kuajak dia masuk dan bersantai di dekat kolam sambil menyuruh Bi Inem membawakan jus buah untuknya.
"Nin gimana keadaan Ayah kamu?" aku menanyakan kabar Ayahnya yang masih terbaring di RS.
"Belum pulang Sis, aku kesini mau minta tolong sama kamu."
"Apa?"
"Boleh gak kalau aku pinjem uangmu buat beli buku sekolah?"
"Loh kamu belum beli buku?" tanyaku heran.
"Belum Sis." jawabnya sedih.
Nine adalah anak tukang ojek online , dia tergolong anak yang kurang mampu di sekolah. Kasihan sekali aku melihatnya.
"Iya Nin aku coba ngomong sama Mama aku ya." ucapku sambil berlari ke kamar Mama.
Tidak lama kemudian aku sudah kembali dengan membawa uang kuserahkan uang itu ke Nine.
"Kata Mama uang ini untuk kamu tapi kamu gak perlu balikin ini dikasih sama Mama aku Nin."
"Mama kamu baik sekali ya Sis makasih." jawabnya kemudian dengan meneteskan air matanya.
Mungkin dia teringat dengan almarhumah Ibunya.
"Yaudah kamu jangan nangis nanti biar aku yang antar kamu pulang ya atau kamu mau langsung ke RS?"
"Aku mau langsung ke RS aja Sis, tapi aku pulang sendiri aja ya."
tiba-tiba kakak nongol,
"Aku antar aja Nin."
"Cieeeee" aku meledeknya.
"Apa'an sih kamu Sis." kata kakak yang tersipu malu.
Kulihat wajah Nine juga memerah.
"Aku ikut." aku menyahutnya.
Kemudian aku dan kakak mengantar Nine pergi ke RS. Kami turun semua untuk menjenguk Ayah Nine. Disana aku melihat Ayah Nine terbaring lemah. Nine duduk disampingnya
"Ayah ini teman Nine namanya Siska dan yang ini kakaknya namanya Reyhan." ucapnya memperkenalkan kami.
"Halo om gimana keadaan om sekarang?" tanyaku bersamaan dengan kakakku.
"Alhamdulillah sudah agak baikan mungkin besok sudah boleh pulang." ucap Ayahnya.
"Syukurlah Pak."
Kulihat mata kakak masih aja memperhatikan Nine yang duduk disampingnya. Aku menyenggolnya dan dia malah nyengir. Dasar cowok liat cewek secantik Nine tak bisa berpaling. Nine adalah cewek tercantik di sekolah. Selain ramah dia juga menjuarai segala mata pelajaran. Siapa coba yang gak suka sama dia. Hampir semua cowok kagum padanya. Hanya saja perekonomian dia kurang beruntung. Tapi adil juga sih dia anaknya pintar sehingga bisa mendapatkan bea siswa untuk sekolahnya.
Hampir satu jam aku disana menemaninya. Aku dan kakak segera berpamitan kepada mereka. Aku melangkahkan kakiku ke arah parkiran mobil. Kakak yang dari tadi kulihat gelisah entahlah apa yang sedang terjadi padanya.
"Aayo kak." ajakku membuyarkan lamunannya.
Dengan segera kakak melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Aku masih memperhatikan wajahnya,
"Kamu mikirin Nine ya kak?"
"Kasihan ya dia."
"Iya kak" jawabku sedih.
"Kakak suka sama dia?" desakku lagi.
"Apaan sih kamu Sis." dia masih menyembunyikan perasaannya. Walaupun begitu aku tau kalau dia sedang jatuh cinta padanya. Aku tersenyum melihat wajahnya yang mulai memerah padam.
Pagi ini adalah hari pertama tanpa Papa dirumah. Mama seperti biasa telah menyiapkan sarapan dengan Bi Inem. Aku segera menghampirinya di meja makan begitu juga dengan Kakak Reyhan. Kuamati wajah Mama tidak seperti biasanya. Aku hanya berfikir mungkin dia lagi kangen sama Papa. Kulirik wajah Kakak dia juga begitu tak seperti biasanya. Dia lebih banyak diam dari biasanya yang selalu menggodaku. Baru aja pertama ditinggal Papa kok jadi sepi begini ni rumah.
"Ma Mama gak makan?" tanyaku melihat Mama yang melamun.
"Ii iya Sis ini juga mau makan" jawabnya membuyarkan lamunannya.
" Mama sedih ya Papa gak ada?"
"Gak sedih sih tapi agak gimana ya namanya juga sudah terbiasa bersama jadi mikirin makan apa ya Papa hari ini." jawab Mama selanjutnya.
"Telfon aja Ma." kak Reyhan menyahutnya.
"Sudah berkali-kali tapi kenapa ya kok gak diangkat sama Papa." tanya Mama agak resah.
Aku berpandangan dengan Kakakku dan menggelengkan kepalanya. Aku juga agak bingung sih sebenarnya. Gak biasanya Papa jadi lost contack kayak gini. Aku berusaha menenangkan Mama agar Mama tidak berfikir yang aneh-aneh.
"Mungkin Papa lagi sibuk Ma." ucapku.
Mama menggelengkan kepalanya dan kemudian masuk ke kamar. Aku membiarkan dia sendiri supaya agak tenang. Kakak juga begitu kita saat ini sama-sama bingung. Kami berusaha untuk menghubungi Papa dari ponsel masing-masing.
"Dasar bodoh kamu gimana mau nyambung orang telfonnya barengan." kak Reyhan sambil mendorong pundakku.
"Kakak aja deh yang telpon." ucapku sambil berlari ke kamar.
...****************...
Siang itu hari tetap saja sepi tak seperti biasanya. Kulihat kakak dan Mama sibuk sendiri dengan urusannya. Ruang tv pun kosong tak ada suara tv terdengar. Aku mulai menyalakan tv dan kuganti chanel tak ada yang menarik. Entah chanel tv atau pikiranku yang sedang kacau. Tiba-tiba saja aku memikirkan Mama. Kumatikan tv dan ku beranjak dari tempat dudukku menuju kamar Mama, kulihat dia sedang terdiam.
"Belum bisa dihubungi ya Ma?" tanyaku mengagetkannya,
tanpa menjawabnya dia menganggukkan kepalanya. Kupegang tangannya kupeluk tubuhnya untuk sedikit menenangkannya. Baru kali ini aku melihat Mama segelisah ini.
"Ma mama jangan sedih nanti aku ikut sedih."
"Enggak sayang Mama gak apa-apa kok." jawabnya dengan menyembunyikan perasaannya.
Tiba-tiba terdengar ponsel Mama berbunyi kulihat Papa menelepon segera Mama mengangkatnya
"Halo Ma maaf baru bisa menghubungi Mama. Papa lagi ada meeting pagi dan sekarang lagi sama clien Ma. Maaf ya Ma sudah buat semua bingung."
"Iya Pa gak apa-apa yang penting Papa baik-baik saja."
"Mama gimana udah makan?"
"Iya sudah Pa, Papa sudah makan apa belum?"
"Sudah juga Ma gimana anak-anak baik-baik aja kan?"
"Alhamdulillah baik-baik aja Pa, Papa jaga diri baik-baik ya jangan sampai lupa makan." ucap Mama yang selalu perhatian.
"Iya Ma Mama juga jaga diri dan anak-anak baik-baik ya."
Rasanya lega mendengar Papa baik-baik saja.
"Tuh kan Ma Papa baik-baik saja." godaku sambil kusenggol Mama. Dia tersenyum lega.
"Kamu itu belum tau rasanya gimana gak usah godain Mama deh." ucap Mama meledekku.
Aku segera berlari kecil menuju kamarku. Kupandangi langit-langit kamarku berusaha untuk melelapkan mata yang enggan terpejam. Hingga akhirnya aku mulai terlelap dalam tidurku.
" Kkringgggg kringgggg."
aku terbangun kaget dari tidurku kulihat ponselku berdering panggilan dari Nine. Segera aku angkat telponnya.
"Iiya Nin ada apa?"
tak terdengar jawaban darinya tapi kudengar isakan tangisnya.
"Lloh Nin ada apa kamu kenapa?" aku yang mulai panik dengan Nine yang menangis disana.
"Ayah ... a.. yah meninggal Sis."
"Innalilahi wainailaihi rojiun sabar ya Nin aku segera kesan" aku langsung menutup telponnya dan berlari mengajak Kakakku kerumah Nine. Kakakku pun lebih panik dariku, dia langsung mengambil kunci mobil dan bergegas masuk mobil begitupun denganku.
Sesampainya disana aku melihat Nine menangis aku langsung mendampinginya bersama kakakku. Aku memeluknya menenangkannya.
"Sabar ya Nin kamu harus kuat." ucapku lirih.
"Aku sudah tak punya siapa-siapa lagi Sis." katanya sambil menangis.
" Nin kamu gak boleh bilang seperti itu masih ada aku dan Siska yang akan selalu menemanimu." ucap kak Reyhan.
Dia menangis tersedu-sedu, akupun juga ikut meneteskan air mata. Nine sekarang tinggal sendiri dia yatim piatu dan disini dia juga tidak punya saudara. Aku semakin tak tega melihat keadaannya. Bagaimana dia bisa menjalani hidup sebatang kara. Kami mengantarkan jenazah ayahnya sampai ke pemakaman. Kemudian kami kembali kerumahnya. Disana hanya ada tetangga yang bertakziah. Kulihat kanan kiri tak ada satupun saudaranya yang datang. Maklum dia bukan asli orang sini dia adalah pendatang yang merantau. Sampai pada akhirnya dia kehilangan kedua orang tuanya. Sekarang dia harus hidup sendiri di kota ini. Sungguh nasib yang malang tak tega rasanya jika harus meninggalkan dia sendiri.
"Nin kamu harus kuat kamu pasti bisa menghadapi cobaan ini." kata Kak Reyhan disampingnya.
"Iya kak makasih banyak ya kak." dia tersenyum manis melihat kak Reyhan.
Iri rasanya melihat mereka, walaupun mereka belum pacaran tapi aku yakin mereka saling mencintai. Kulihat dari cara mereka berpandangan seperti ada sesuatu disana. Tak ingin mengganggu mereka aku keluar cari udara diluar. Kunikmati pemandangan di depan rumahnya.
"Nin kamu sekarang tinggal di rumah sendiri kalau kamu butuh apa-apa kamu langsung hubungi aku ya?" ucap kak Reyhan padanya.
"Iya kak sekali lagi terimakasih banyak atas perhatiannya." ucap Nine malu-malu.
"Gak perlu makasih Nin udah jadi tugas aku untuk selalu merhatiin kamu." jawab kak Reyhan mulai menggoda Nine.
Melihat kemesraan mereka aku jadi iri deh.
Aku tetap menunggu kak Reyhan di teras rumah Nine. Mereka kemudian muncul di depanku.
"Sis kamu pulang dulu atau disini dulu? aku mau nemenin Nine dulu" tanya kak Reyhan.
"Yaudah kalau kakak mau nemenin Nine disini aku pulang dulu ya kak" jawabku.
"Mobilnya kamu bawa aja biar aku naik taxi nanti pulangnya." ucap kak Reyhan sambil menyerahkan kunci mobil.
Aku menerimanya dan bergegas untuk pulang. Sesampainya di rumah Mama kaget karena aku sendiri
"Hey kakak kamu kemana?" tanya Mama sambil menengok kebelakangku.
"Masih nemenin Nine Ma."
" Loh mereka berdua saja?"
"Iya ma." jawabku.
Mama menggelengkan kepalanya akupun langsung menuju ruang tv. Aku duduk disampingnya
"Ma kasihan Nine Ma dia sekarang hidup sebatang kara" ucapku pada Mamaku.
"Iya Sis kita mau bantu gimana ya?" Mama kemudian balik nanya.
"Entahlah Ma aku pingin sekali bantuin dia tapi gimana caranya Ma aku juga bingung." aku berfikir sambil menggaruk-garuk kepalaku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!