NovelToon NovelToon

Love In Cruise Ship

1. New Hire and New sign on

Erika tergopoh-gopoh mendorong lugagenya, mengikuti rombongan yang dipimpin Sandra dan Antonia. Sandra berpose tinggi kurus mirip model, dengan rambut pirang kecoklatan dan mata hijau zamrud. Sedangkan Antonia adalah asistennya, dia berkulit kecoklatan dan perpostur 155cm, seperti perempuan asia tenggara pada umumnya. Rambutnya hitam kelam tergerai dibelakang punggungnya. Sandra adalah HRD di kapal Happy Star ini. Happy Star adalah salah satu kapal yang dimiliki perusaahan Happy cruise line. Selain Happy Star ada kapal Happy Sunshine, Happy Rainbow Happy Knight of the sea dan lain-lain. Totalnya ada 30an kapal pesiar yang dimiliki perusahaan Happy Cruise Line.

"Ok, kita sudah sampai," kata Sandra dengan bahasa Inggris logat British kepada para pegawai yang baru datang termasuk Erika.

"Kalian letakkan lugage kalian di crane yang sudah disediakan disini, petugas akan memasukkan lugage kalian ke kapal. Terlebih dahulu lugage kalian akan discaner, kalo menemukan barang yang dilarang akan di sita, " sambung Antonia dengan logat Pilipina.

"Kalian tahu barang apa saja yang dilarang masuk ke kapal?"

Semua pegawai baru hanya berbisik-bisik. Sedangkan ada beberapa pegawai yang kembali dari liburan menjawab sambil tertawa.

"Pisau."

"Ya pisau," Antonia membenarkan.

"Setrika."

"Apalagi?" tanyanya lagi.

"Rokok."

"Rokok boleh dibawa masuk kapal, "Sandra menimpali.

"Buah-buahan segar, obat terlarang senjata tajam," Antonia menambahi sendiri.

"Ok, bawalah surat penting saja. Paspor, surat medikal dan letter of employee kalian, barang lainnya tinggalkan di crane ya," tambah Sandra. Ia tidak bilang bawa visa sekalian, karena visa c1d sudah menempel pada paspor. (Visa c1d adalah visa khusus yang dikeluarkan pemerintah Amerika untuk pekerja di laut).

Sandra dan Antonia menggiring pegawai atau disebut crew kapal yang baru datang untuk masuk ke kapal. Setelah tas masuk ke scaner mesin dan tubuh diperiksa petugas keamanan mereka satu persatu masuk dan dikumpulkan di sebuah ruangan yang mirip bar.

"Kumpulkan paspor, dan hasil medikal kalian," kata Sandra saat semuanya sudah berkumpul.

"Aku akan memberikan kalian id card, name tag, atm ship, sail and sign card dan kunci kabin kalian," sambungnya.

"Apa kalian suda menerima semuanya?" giliran Antonia m3mecahkan keheningan.

"Kalau sudah mari kita having fun, " mata Antonia tampak membelalak senang.

Yang dimaksud dengan "having fun" ternyata adalah tour mengelilingi kapal, sambil menunjukkan muster station. Muster station adalah tempat titik kumpul dalam keadaan bahaya. Semua crew/pekerja dan tamu wajib berkumpul disuatu titik yang sudah ditentukan saat kapal berada dalam keadaan bahaya. Biasanya muster-muster station berada di dek terbuka dimana lifeboat dan liferaft disimpan. Para pekerja new sign on selain ditemani oleh Sandra dan Antonia juga di temani seorang kadet, dialah yang menjelaskan pentingnya keselamatan di dalam kapal.

Erika terkagum-kagum dengan apa yang dilihatnya. Rasanya ia tak percaya, ini seperti surga. Di open dek, dek paling atas di kapal ada beberapa kolam renang, di depan dan di belakang kapal. Ada jacuzi juga. S3mentara di tengah- tengah ada beberapa wahana air, seperti waterslide. Di pinggirannya ada bar yang menyediakan minuman. Ada juga sebuah lcd besar yang terpasang, untuk menonton film bersama. Di dek 5,6,dan 7 adalah mall, banyak gerai dibuka disana. Dari yang menjual merchandize serba-serbi kapal, baju, jam tangan, perhiasan, permen dan coklat dan lainnya. Dari dek 7 Erika bisa melihat dek 6 dan dek 5 yang disana terletak lobby, kantor hotel direktur, dan guest service. Juga ada bar kecil, mini perpustakaan dan kapel.

"Ini seperti kota terapung, benar-benar surga dunia," kata Erika dalam hati.

"Sepertinya kamu senang bekerja di cruise ship, " bisik si kadet membuyarkan Erika yang dari tadi hanya bis terbengong-bengong.

"Aku sangat bersemangat," kata Erika dengn logat latinnya.

"Kalo begitu see you when I see you, " jawab kadet sambil mengedipkan sebelah matanya pada Erika. Dari logatnya kadet itu berasal dari Italy.

Selesai tour, crew new sign on di jemput oleh masing-masing departemen. Yang bekerja di restoran akan di jemput orang dari perwakilan FnB departemen, yang bekerja di bagian dek dan engine akan di jemput perwakilan dari dek dan engine departemen, sedangkan Erika yang akan bekerja sebagai housekeeping crew di jemput oleh assiten houskeeping manager.

Erika dan beberapa orang new sign on housekeeping di jemput oleh seorang berperawakan kurus dan berpostur sedang. Kacamata bertengger di hidung mancungnya. "Manoj, asisten housekeeping manager India," Erika membaca nama yang menempel disebelah kiri orang yang menjemputnya. Dari pundak Manoj menempel 1 bar di sana. Ia tampak bersahaja dengan seragam putihnya.

"Ayo kalian ikut aku, " kata Manoj. Manoj mengajak mereka ke store room, sudah banyak crew new sign on yang mengantri disana ditemani assisten manager seperti Manoj. Erika mendapatkan seragam 3 stel, seragam siang hari, malam hari, dan seragam open dek berupa celana, kaos dan sweater. Juga 2 pasang sepatu karena siang dan malam memakai sepatu dengan warna berbeda.

"Oke, sudah dapat semuanya? Kalau sudah ambillah lugage kalian di dekat gangway. Bawalah ke kabin kalian. Kalian bisa makan, mandi dan beristirahat sebentar, lalu jam 5 datanglah ke houskeeping office," jelas Manoj.

"Dimana letak houskeeping office sir?" tanya Erika karena memang tidak tahu dimana letaknya.

"Di dek A Forward, " jawab Manoj.

"Untuk apa ke housekeeping office jam 5 sore sir?" tanya seorang laki-laki di samping Erika.

"Untuk bekerja dung," jawab pria di belakang Erika. Pria itu tau yang barusan bertanya adalah orang Pilipin karena ketahuan dari logatnya, sehingga ia memanggil dengan sebutan "dung" yang berarti akang atau kakak laki-laki dalam bahasa tradisional, kalau bahasa Tagalog modern sebutan kakak laki-laki adalah kuya. Pria itu tampaknya juga bukan new hire jadi sedikit banyak ia tahu seluk-beluk kehidupan kapal dari pada Erika.

"Kita disini buat bekerja dung, bukan liburan," timpalnya.

"Putu is right," tambah Manoj ternyata sudah mengenal pria yang bernama Putu.

Setelah itu mereka bubar, Erika mengekor pada mereka karena tidak tahu pasti dimana letak gangwaynya. Dan ia berhasil mendapatkan lugagenya, setelah itu ia kembali bingung mencari letak kabinnya. Ia sudah berjalan turun di dek B forward ke aft (dari depan ke belakang kapal) dari star board side ke port side ( kanan dan kiri kapal) tapi tak kunjung menemukan kabinnya. Hampir semua crew kabinnya ada di dek B. Dek 1 hanya untuk pekerja di kasino, spa, dan assisten manager, kapten, kadet, dan safety officer ada di dek atas.

Saat sudah capek dan putus asa Erika berjalan pelan, tak sengaja ada orang yang menabraknya. Seorang pria memakai coverall dengan peluh mem anjiri wajahnya.

"Jayden," Erika meyakinkan.

Pria yang merasa dipanggil namanya menoleh.

"Kau gadis pelayan di Ensenada itu kan?" tanya Jayden.

"Iya," Erika mengangguk. Jayden termasuk orang yang berjasa pada Erika atas keberhasilannya kerja di kapal pesiar.

"Ada apa? " tanya Jayden melihat Erika kebingungan.

"Kamu tau letak kabin ini? Aku frustrasi dari tadi mencarinya tidak ketemu-katemu, " tanya Erika sambil menunjukkan amplop coklat kecil bertuliskan namanya dan nomor kabinnya.

"Kabin 1026! Ada di dek 1 star board side." ( author minta maaf kalo salah angka genap ada di kanan atau kiri kapal😅)

" Kamu naik ke dek 1pake elevator itu lalu carilah kabin disebelah kananmu," Jayden menunjukkan dan memperagakan badannya agar Erika lebih jelas.

Erika pun mengerti dengan penjelasan Jayden.

"Kalo begitu aku pergi dulu, aku punya waktu 15 menit untuk makan dan ke toilet," jelas Jayden.

"Kelihatannya kamu sibuk."

"Embarkasi begini aku selalu sibuk. No time to go out. Kau tahu hanya ada 3 orang dari departemen housekeeping yang bisa mengendarai fork clip di kapal ini. Salah satunya aku, makanya aku harus membantu loading barang dari luar."

"Oh, ya ini untukmu. Berguna mengatasi sea sick," Jayden memberikan 2 buah apel hijau pada Erika.

"Welcome to the jugle," pamitnya.

Kenapa Jayden bilang begitu. Bukankah seharusnya bilang enjoy your work atau gimana gitu, batin Erika. Erika tak ambil pusing lalu segera pergi ke dek 1. Setelah beberapa langkah keluar dari elevator ia menemukan kabin yang ia cari. Tapi kesulitan untuk membukanya. Karena tak biasanya membuka pintu dengan sebuah kartu.

"Hei tetangga baru, ada yang bisa aku bantu?"

Erika menoleh dan ternyata Martin berdiri di depan kabinnya sambil tersenyum.

"Martin! " seru Erika. Ia begitu gembira melihat orang yang paling berjasa pada dirinya ada di hadapan.

" Aku hanya kesulitan membuka pintu."

"Masukkan pelan-pelan kartumu setelah lampu hijau menyala, buka pintu," Martin mencontohkan dan ia berhasil membukanya.

"Trimakasih," Erika merasa sangat terbantu.

"Untuk sekarang aku tidak akan mengganggumu, kamu istirahatlah, aku mau pergi keluar, " cerocos Martin kemudian pergi.

Erika segera masuk ke kabinnya, tak ada orang disana, lemari juga drower kosong. Berarti ia tidak mempunyai kabin mate. Lalu ia memilih tidur di bed bawah. Bed di atas, ia kembali menutup curtainnya. Memasukkan barang-barang ke dalam lemari dan menaruh lugage di pojokan mengingat kabin tidak begitu luas. Kamar mandi ada dipojokan. Erika melongok ke dalamnya "Lumayan bersih."

Setelah memasang bed sheet yang telah disediakan, Erika membaringkan tubuh lelahnya di bed kemudian tertidur karena capek. Dan dering telpon mengagetkan Erika.

"Bangun saatnya bekerja. Kamu sudah terlambat, ini sudah jam setengah enam. Pakai seragam malam lalu pergi ke houskeeping ooffice!" Suara Manoj dengan logat India yang kental terdengar lugas. Saat Erika mengangkat telponnya.

"Baik bos!" Erika menutup telpon dan buru-buru mencuci muka dan memakai seragam, lalu pergi ke houskeeping office. Disana sudah ada 7 orang berkumpul. Semuanya adalah grub houskeeping yang akan bekerja di publik area.

Erika mendapatkan patner seorang perempuan bernama Su, ia dari Myanmar. Mereka mendapat tugas mengecek publik restroom di lantai 5, 6 dan 7. Serta mengecek loby.

Hiruk pikuk tamu kapal membuat Erika pusing, apalagi ditambah kapal baru saja berlayar dari homeport menuju port pertama. Perutnya menjadi mulas.

"Kau sakit?" tanya Su.

"Tidak, aku hanya sedikit pusing dan mual. " jawab Erika.

"Itu hal biasa untuk yang pertama kali kerja. Aku dulu juga gitu, tapi lama-lama akan terbiasa. Bertahanlah, kamu masih harus disini 6 sampai 10 bulan ke depan," nasehat Su.

"Oh Dios Mio! " Seru Erika dalam hati. Ternyata kerja di kapal pesiar tidak seperti kelihatannya. Apakah dia akan kuat bertaham hingga akhir kontrak? Tapi dalam hati ia sudah membukatkan tekad untuk mengubah nasib hidupnya. Erika harus kuat.

Flash back sebelum bekerja di kapal

Erika adalah seorang pelayan restoran dan penginapan di Ensenada Baja Mexico. Di Ensenada ada sebuah dermaga yang digunakan untuk bersandar kapal pesiar. Saat penumpang turun, menggeliatlah pariwisata dan perekonomian di sana. Tamu-tamu yang datang ke restoran tempat Erika bekerja kebanyakan adalah crew kapal. Mereka kelihatannya selalu bahagia dan banyak uang. Karena mereka tak segan memesan banyak makanan dan tak sedikit pula yang memberikan Erika tip dalam bentuk dolar.

Melihat mereka, muncul niatan Erika untuk bisa bekerja di kapal. Bisa mendapatkan gaji besar sambil bepergian ke seluruh penjuru dunia. Tentu saja ibu dan kakaknya Mauricio akan terbantu perekonomiannya. Mereka tak perlu lagi menyewa apartemen kecil. Erika akan membeli sebuah apartemen untuk keluarganya, jadi tak perlu lagi mengeluarian uang untuk memyewa apartemen. Tapi dia sama sekali buta tentang lowongan di kapal pesiar dan harus bagaimana melamar disana. Erika memutuskan untuk mencari informasi, Yaitu dengan bertanya pada tamu yang datang ke restorannya.

"Hai, how to get a job in cruise ship?" tanya Erika pada seorang laki berkulit kuning yang duduk bertiga dengan temannya.

"Make love with me then I'll tell you letter," jawab salah satu pria itu dengan seringai mesum.

Erika segera pergi mendapatkan jawaban seperti itu. Melihat Erika ngacir, ketiga pria tersebut tertawa terbahak.

"Dasar pria-pria mesum," dengus Erika dengan kesal.

Lain waktu Erika bertanya pada seorang pria berkulit gelap dengan hidung mancung dan rambut berombak.

"Hai how are you?" tanya Erika berbasa basi.

"I'm good," jawabnya pendek.

"Benar-benar tidak sopan," batin Erika. Pria itu bahkan tidak berniat bertanya balik kabarnya dan menjawab dengan masih melihat asyik ke ponselnya.

"How to get a job in the cruise ship?" tanya Erika, tapi feelingnya mengatakan akan mendapat jawaban yang kurang sesuai dan benar saja.

"I'll tell you, but you must give me 100$ first," jawab pria itu sambil menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

"No, thank you. Dan ini pesanan anda!" Erika memberikan gelas yang berisi jus dan piring berisi pesanan pria itu sambil berlalu.

"Cowok matre. Kelaut aja!" Erika kesal.

Ternyata tidak mudah mendapatkan informasi mengenai lowongan bekerja di kapal pesiar step by step. Erika sudah mencari di mbah google mengenai informasi itu. Tapi kebanyakan tertulis kalau harus mengikuti kelas hospitality dulu dengan biaya kira-kira 700$. Tentu saja Erika tidak mau membayar uang sebesar itu. Lebih baik untuk nambah-nambah bayar sewa apartemen dari pada harus kursus dulu.

Erika memutar otak, dan cara yang paling logis di benaknya adalah dengan bertanya pada crew yang datang ke restorannya lagi. Restorannya menyediakan menu makanan asia, makanya orang-orang asia yang menjadi crew tak sedikit yang datang ke restorannya untuk makan. Sekedar untuk melepas rindu dengan masakan kampung halaman. Tapi kali ini ia harus selektif. Orang Asia katanya baik-baik tapi kemaren ia mendapatkan jawaban yang kurang pas dan cenderung melecehkan dari orang Asia.

"Tapi tunggu! Orang asia kan banyak. Orang asia dari mana dulu," Erika berkata dalam hati. Ia mengingat kemaren bertanya dengan orang Pilipin, melihat mereka menggunakan sedikit bahasa Spanyol dalam berbicara. Lalu yang kedua dengan Orang India, kulit dan bahasa tubuhnya saat berbicara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, Erika bisa mengenalinya dari mana ia berasal.

" Baiklah aku tidak akan bertanya lagi pada orang dari 2 negara tersebut." Masih ada asia-asia lain. Thailand, Myanmar, Indonesia, Cina dan lainnya. Aku akan bertanya pada orang dari negara tersebut. Erika memutuskan.

Sudah beberapa hari Erika mengamati orang-orang yang datang dari asia, terutama dari Asia tenggara, namun ia belum menemukan momen yang pas. Orang dari Asia tenggara umumnya datang ke restorannya berombongan, Erika takut akan ditertawakan jika bertanya lalu ditertawakan dan dilecehkan seperti saat pertama kali ia bertanya pada orang Pilipin yang lalu.

Dan momen yang ditunggu Erika pun tiba. Pagi itu ada seorang dari Asia Tenggara lebih tepanya dari Indonesia duduk sendiri sambil memandangi laptopnya. Erika tahu orang itu dari Indonesia setelah membaca id card yang menggantung di leher. Jayden Adam namanya. Restoran Erika bekerja menyediakan free wife jadi membuat orang berlama-lama di sana.

"Hai, how are you today?" sapa Erika.

Jayden menoleh ke arah Erika dengan heran dan menjawab "I'm good."

"Whats wrong? " tanyanya melihat Erika memandangnya dengan aneh.

"Nothing. Ehmm.. bolehkah aku bertanya bagaimana caranya bisa bekerja di kapal pesiar?"

"Oh itu, " Jayden mengira tadi ada yang salah dengan penampilannnya dan Erika berniat memberitahunya. Tapi Erika malah bertanya hal lain.

"Kalau di negaraku kamu harus lolos seleksi agen dulu. Lalu melengkapi dokumen yang diperlukan..."

"Dokumen?" potong Erika.

"Ya dokumen. Jika ingin kerja di kapal kamu harus mempunyai paspor, seaman book, sertifikat bst, sat, ccm, medikal chek dan visa. Kalo di negaramu aku nggak tahu gimana caranya.

"Apakah mungkin jika seseorang bekerja di kapal tanpa ikut kelas hospitality dulu?"

"Itu mungkin saja. Asalkan kamu punya pengalaman di bidang yang akan kamu lamar."

Jawaban Jayden seperti angin segar pada Erika, ada sebuah harapan untuk bisa bekerja di kapal pesiar, walaupun masih samar.

"Eh kamu mau pesen apa?"

"Aku sudah pesen tadi, " jawab Jayden.

Erika segera mengambil dan mengantar pesanan Jayden, lalu ia menambahkan 2 minuman coconut water.

" Aku tidak pesan ini, "kata Jayden sambil menunjukkan 2 botol coconut water.

"Ini ucapan trimakasihku karena kamu telah memberikan informasi. Terimalah!"

"Ah ini tidak perlu, tapi baiklah kalo kamu memaksa," Jayden melihat wajah Erika yang memelas dan untuk menghargai ucapan Erika, Ia menerima minuman kemasan itu.

"Oh iya, namamu siapa?" tanya Jayden.

"Aku Erika dan kamu Jayden kan?"

Jayden mengernyit, bagaimana bisa tau namaku. Lalu Erika menunjuk id card yang menggantung di leher sambil tersenyum

"Oh,"Jayden menyadarinya lalu ikutan tersenyum

"Aku harus pergi, ada pelanggan yang harus kulayani. Gracias," pungkas Erika.

"Denada," jawab Jayden lalu menikmati pesannya.

...****...

Informasi dari Jayden memang cukup membantu, tapi Erika masih butuh Informasi lain. Seperti di mana agen kapal di negaranya yang terpercaya. Soalnya mbah google menulis ada beberapa agen. Dan Erika bingung. Kali ini ia harus mencari orang yang berasal dari negaranya. Tapi susah menemukan crew dari Mexico yang datang di restoran.

"Martin aku tinggal ke sana dulu!"

Orang yang bernama Martin masuk ke dalam restoran setelah temannya pergi. Erika langsung menghampiri. Namanya Martin dia pasti dari Mexico, setidaknya dari Amerika latin seperti dirinya. (Ada udang di balik bakwan eh batu😆 nih Erika)

"Buenos dias. Silahkan tuan meja di sebelah sana kosong," Erika menunjuk dan mengantarkan Martin ke meja yang dimaksud. Martin hanya menaikkan alisnya tapi mengikuti Erika.

"Mau pesen apa?" tanya Erika setelah Martin duduk.

"Spageti dan orange juice," jawab Martin cepat.

"Ada apa?" tanya Martin melihat bahasa tubuh Erika yang kelihatan ragu dan masih mematung di hadapannya.

" Bolehkah aku bertanya?" tanya Erika ragu.

"Tanya apa?"

"Apakah kamu crew kapal?" Erika mendapati Martin tidak mengalungkan id card.

"Iya kenapa?"

"Kamu berasal dari mana?"

"Amerika."

Pantas dia dia menggunakan bahasa Inggris dan tak mengerti bahasa Spanyol. Erima sedikit kecewa.

"Ada apa sih?" giliran Martin yang penasaran.

"Tadinya aku mau bertanya dimana agen kapal di Mexico yang terpercaya. Aku kira kamu berasal dari Mexico mendengar temanmu memanggil namamu Martin.Tapi bahkan kamu bukan berasal dari Mexico. Kamu pasti tidak tahu."

"Apakah Abdul qodir, Ahmed, Farouk berasal dari Arab semua? Tentu saja tidak, orang Indonesia banyak bernama Arab. Begitupun aku, namaku Martin tapi bukan berarti aku berasal dari Amerika latin, " jelas Martin.

"Tapi tadi kamu bilang, mau tanya tentang agen kapal pesiar? Apa kamu tertarik bekerja di kapal?" lanjut Martin.

"Iya, tapi aku tidak tahu caranya."

"Ini menarik," batin Martin.

"Aku tahu caranya," senyum Martin mengembang, mendadak ia mempunyai ide.

"Tolong, beritahu aku bagaimana caranya? Aku berjanji akan membayar semua pesananmu," tawar Erika.

Martin tertawa, ini akan semakin menarik. "Apa umurmu sudah 21 tahun?"

"Bertanya umur pada seorang wanita itu tidak sopan," Erika mulai mendengus, akan kah Martin berakhir dengan melecehkannya seperti orang Pilipin dan India dulu.

"Bukan begitu maksudku," Martin yang menyadari Erik kesal buru-buru menambahi. "Untuk bekerja di kapal pesiar terutama kapal pesiar Amerika kamu minimal harus berusia 21 tahun. Tahu kenapa alasanya, karna kemungkinan kamu akan menyajikan minuman beralkohol dan di Amerika kamu dianggap sudah dewasa jika usiamu 21 tahun. Mengerti senorita?"

"Begitu ya?! Bukan lalu aku berusia 21 tahun. Syarat lainnya apa lagi dong?"

Martin tak langsung menjawab, ia mengeluarkan notes kecil dari dalam tas selempangnya lalu menulis sesuatu dan menyerahkannya pada Erika.

"Kamu kirimkan ke email itu cv kamu. Dan vidio perkenalan tentang dirimu dan yang menbuat kamu ingin kerja di kapal. Vidio dalam bahasa Inggris ya. Juga lengkapi scanan paspor, seaman book, Bst, Ccm, dan Sat. Kalau kamu sudah diterima dan mendapat Loe, kamu segera mengurus visamu. Atau hubungi agen ini di negaramu. Untuk membantu menguruskan dokumenmu.," Martin mengambil kembali kertas di tangan Erika dan menuliskan nama agen lalu menyerahkan kembali pada Erika.

"Sampai sejauh ini paham?" Martin melihat Erika yang diam saja mematung.

Erika saking girangnya mendapatkan informasi penting malah diam, tidak tahu harus bagaimana. Ia bahagia, harapannya muncul.

"Eh, paham," menyadari Martin memperhatikannya, lalu Erika menyimpan kertas pemberian Martin baik-baik.

"Apa tawaranmu msih berlaku?"

"Tawaran apa?"

"Kamu janji akan membayari pesananku jika aku meberitahumu informasi tentang pekerjaan di kapal. Aku sudah lapar nih," Martin mengusap perutnya.

"Oh Ah! Aku lupa. Tunggu sebentar ya," Erika lalu berlari kecil masuk ke dapur untuk memberitahu koki tentang pesanan pelanggan.

Martin tertawa melihat tingkah Erika. "Gadis lucu!" katanya.

...***...

Tanpa Erika tahu Martin bukanlah sembarang crew. Ia mempunyai jabatan penting di kapal yaitu sebagai hotel direktur. Sebelumnya ia bekerja di kantor pusat perusaahan Happy cruise line di Miami. Namun untuk alasan tertentu ia di pindahkan ke kapal. Tentu alamat email yang diberikan pada Erika adalah alamat emailnya. Dengan begitu jika Erika mengirimkan cv nya, ia akan menghubungi pihak agen meminta agar Erika diterima. Hal seperti itu sangat mudah di lakukan Martin Chavez. Entah kenapa sejak bertemu Martin merasa Erik gadis yang menarik. Karna itu ia memutuskan membantunya.

Namun sampai 1 bulan, Erika belum mengirimkan email. "Apa gadis itu berubah pikiran?" tanyanya dalam hati.

Saat kapal bersandar di Ensenada, Martin pergi keluar. Tak jauh dari gerai Starbuck, ia melihat Erika berlari kecil ke arahnya. Namun Erika tak menyadari kalau ada Martin, andai saja Martin tak memegang lengannya.

"Hei, apa bisa menemaniku minum kopi?" sebelum Erika menjawab, Mart8n menariknya masuk ke Starbuck.

"Ini," Martin menyerahkan capucino dan 2 potong muffin pada Erika yang s3dang tterkagumkagum melihat gerai Starbuck, sesemurumur tinggal di Ensenada, ia belum pernah masuk kesini. Kopinya sangat mahal minima 8 $. Sayang uang ssegit hanya untuk membeli segelas kopi.

"Kok melamun. Eh apakah kamu jadi mengirimkan email?" Martin membuka pembicaraan.

" Ehmm belum. Aku tak punya uang untuk membayar semua sertifikat jadi aku memutuskan menabung dulu. Setaun lagi aku akan mengirimkan email. Kalo uangku sudah cukup, " jawab Erika jujur.

"Jadi soal uang, kukira berubah pikiran," kata Martin dalam hati.

"Begini saja. Ini uang pakailah dulu mengurus dokumenmu, kamu bisa membayar setelah kamu diterima kerja, kembalikan padaku," Martin menyerahkan 1500$ pada Erika.

"Aku tidak mau, lagian aku ini orang asing untukmu. Kenapa meminjami uang sebanyak itu," tolak Erika.

"Aku bilang ini tidak gratis, ini hutang. Aku tahu mana orang yang bersungguh sungguh ingin kerja mana yang tidak. Lagi pula aku tau dimana tempat kerjamu. Kalau kau tak bayar aku akan mendatanginya dan bertanya mana rumahmu. Gampangkan?"

Setelah berpikir lama Erika akhirnya setuju untuk menerima uang itu.

"Oh iya, aku lupa mau menyerahkan kunci apartemen pada kakakku," Erika tersedak capucinonya.

"Jadi kamu mau pergi?"

"Aku juga, sebentar lagi kapalku sailing, " Martin memasukkan dompet yang masih di meja ke tas selempangnya.

Erika dan Martin ke luar dari Starbuck. Mereka berjalan bersama dan berpisah di gerbang pier, Erika tidak ada bisa masuk karena tidak memiliki id card.

Setelah mengucapkan selamat tinggal, Erika segera mencari Mauricio. ia menemukan Mauricio sedang mencari botol plastik di tempat sampah tak jauh dari pier.

"Primo, " panggil Erika. Primo adalah sebutan untuk kakak laki-laki.

Yang dipanggil Erikapun menengok dan tersenyum lebar. Ia menghentikan kegiatannya.

"Dapat banyak?"

" Lumayan. Ada apa mencariku?"

Erika menyerahkan botol minuman pada Mauricio dan menyerahkan kunci. Mereka duduk di bangku panjang sambil memandang dermaga.

"Primo, jika aku kerja di kapal pesiar seperti itu. Apakah kamu setuju? Aku bisa mendapatkan uang banyak, hingga ibu tak perlu lagi bekerja keras," cerita Erika.

"Selama adikku ini bahagia, aku akan mendukungmu. Tapi jika kamu kerja disana, dari mana uangnya?" Mauricio walaupun agak oon tapi dia tahu kalau kerja di kapal pesiar membutuhka modal yang sangat besar.

"Kakak tenang saja, aku sudah mendapatkannya."

"Kau tidak menjual dirimu kan?" Mauricio begidik ngeri.

"Hahaha! Tentu saja tidak. Seorang teman memberikan pinjaman padaku."

"Kalau begitu terserah kamu saja," Mauricio bernafas lega.

Mauricio dan Erika duduk di bangku panjang melihat sunset yang begitu indah di Ensenada.

"Tunggulah aku. Sebentar lagi aku akan berada disana," kata Erika dalam hati sambil memandang kapal pesiar yang perlahan meninggalkan dermaga.

...***...

Adaptasi dan Pcs tes

Bekerja di darat dan di laut jelas beda. Erika perlu beradaptasi. Apalagi makanan yang tersedia juga tidak terlalu enak. Pantas saja crew yang datang ke restoran tempat kerjanya dulu begitu rakus pesan makanan. Karena memang makanan di kapal rasanya tidak terlalu enak. Ia masih harus membiasakan diri bekerja setengah pagi sampai siang, setengah sift lagi dari jam 6 sore sampai tengah malam.

Beruntunglah Manoj bukan atasan yang terlalu keras atau istilahnya hard time. Jika sudah melakukan apa yang disuruh dengan baik, Manoj tak akan menyuruhnya lagi. Ada atasan yang bila anak buahnya selesai mengerjakan sesuatu ia akan menyuruh untuk mengulanginya.

"Erika dan Putu, minggu depan kalian ada Pcs tes. Persiapkan dan belajarlah. Jika kamu tidak mengerti bertanyalah padaku atau Putu. Dia sudah banyak berpengalaman, " jelas Manoj selesai meeting setelah pekerjaan usai. Ia tersenyum melihat Putu yang pura- pura gelagapan.

"Ah bos, kau memberiku hard time saja. Tapi karena Erika cantik, aku tak keberatan jika harus mengajarinya," jawab Putu sembari terbahak. Ia tahu supervisornya sedang bercanda.

"Putu, apa sih Pcs tes?" tanya Erika tidak terlalu tahu.

"Pcs tes untuk mendapatkan emergency card, soal boat drill jika kapal dalam keadaan bahaya, " jawab Putu.

Jawaban Putu tidak membuat Erika puas. Karena Erika tahu, Putu belum makan dan ia ingin segera ke ruang makan.

" Capek ya?" seseorang bertanya saat Erika berjalan di koridor menuju kabinnya.

"Ya lumayan," Erika mengenali suara Jayden.

"Kamu sudah selesai kerja?"

"Aku baru mulai. Shift malam."

"Lalu kenapa kamu disini?"

"Aku sedang mamagayo," Jayden tertawa licik mengingat ia baru saja ngadali supervisornya. (mamagayo adalah bersantai waktu jam kerja)

"Kalau begitu masuklah ke kabinku."

"Seorang cewek mengajakku masuk ke kabinnya...Aaahhh," Jayden memasang wajah mesum.

"Kamu jangan ngeres dulu otaknya. Aku mau tanya soal Pcs tes."

"Ohhh..." Jayden memasang tampang pura-pura bersedih lalu nyelonong masuk ke kabin Erika.

"Kamu ga punya kabin mate?" (kabin mate: teman sekamar) Jayden mengedarkan pandangan ke seliling kabin.

"Ga ada," Erika sibuk membuka sepatunya.

Jayden duduk di satu-satunya kursi yang ada di kabin Erika. menyamankan dirinya lalu bertanya : " Jadi apa yang bisa aku bantu tentang Pcs tes?"

"Bisa mengajariku soal kisi-kisinya?" Erika merajuk. Dan tampaknya Jayden beda dengan Putu yang sedang lapar.

"Pinjami aku emergency cardmu," setelah mendapatkan emergency card Erika, Jayden membacanya, dan berkata : "Kamu hapalkan yang ada disini. Biasanya ini yang aka keluar saat Pcs tes. Misalnya dimana muster stationmu berada. Dimana kamu harus memgambil life jacket cadangan jika kabinmu kebakaran. Kalo kamu sudah hapal lalu pelajari di sebalik emergency cardmu. Peringatan kalo ada api gimana? Misalnya kalo ada api, attention kabin 1026 alpha code, alpha code gtu."

"Jadi cuma begitu?"

"Ya cuma gitu. Kita ini disini kerja bukan untuk mengerjakan tes yang susah-susah. Jika harus dibebani tes yang susah kita pasti sudah stres," kalimat Jayden memang ada benarnya.

"Trimakasih," kata Erika tulus.

"Cuma itu saja? Tidak ada ciuman pelukan gitu?" protes Jayden.

"Baiklah sini kupeluk dan cium," Erika membuka kedua tangannya, ia berencana memeluk dan mencium pipi Jayden. Tapi reaksi yang diberikan Jayden berbeda.

"Aku tadi hanya bercanda. Baiklah aku pergi dulu," pamit Jayden sambil mengacak rambut Erika. Ia melihat telpon yang dibawanya berdering tak henti-henti dan bergegas pergi. ( Dalam suatu grub kerja, biasanya ada seseorang pegawai ato lebih yang di beri telpon genggam. Telpon itu yang digunakan untuk keperluan kerja. Dan kusus di gunakan di dalam kapal. Setelah selesai bekerja, telpon diserahkan ke supervisor lagi)

"Sial! Aku ketahuan bos nih. Mati aku!"

Erika tersenyum melihat Jayden. Dia seperti Mauricio dengan asal berbeda budaya. Dia menyadari Jayden tidak terbiasa dengan pelukan dan ciuman makanya ia menolak, walau di awal Jayden menggodanya.

...***...

Hari Pcs tes pun tiba. Erika datang bersama Putu ke bar kusus crew, dimana Pcs tes diadakan. Bar kusus untuk crew baru buka petang hari. Jadi siang hari kosong. Ruangannya di gunakan untuk Pcs tes. Ada sekitar 6 orang safety officer yang menguji. Baik berpangkat 2nd officer dan 3rd officer. Dan ada 40an crew yang mengikuti Pcs tes.

Karena merupakan pertama kali Erika merasa gugup. Ia takut tidak berhasil. Tapi Jayden bilang kalau tidak berhasil tidak apa-apa, Erika akan mendapatkan training kusus dan mencoba lagi sampai berhasil. Hal itu membuat hati Erika sedikit tenang.

"Erika, kamu mau aku duluan atau kamu duluan?" tanya Putu bersimpati.

"Kamu duluan aja," Erika membiarkan Putu yang maju Pcs tes dulu, supaya Erika bisa lebih tau apa saja yang ditanyakan para safety officer.

10 menit berlalu tiba juga giliran Erika, sedangkan Putu yang sudah lolos, pamit pada Erika untuk pergi duluan.

"Bagaimana pengumuman untuk medikal team?" tanya seorang 3rd officer pada Erika.

"Medical respon team! Medical respon team, location."

3rd officer mengangguk-angguk. Lalu bertanya lagi.

"Kalau kamu melihat api di kapal. Apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku akan menelpon supervisorku dan menelpon bridge."

"Berapa nomor telpon bridge di kapal?"

"911"

"Congratulation. You're pass it," 3rd officer tersenyum.

"Thank You sir," Erika dapat bernafas lega.

Lalu ia berlari ke kabinnya. Sambil tersenyum, sepanjang koridor.

"Kamu kenapa? Habis menang bingo?" tanya Martin saat dilorong.

"Aku berhasil dalam Pcs tes," Erika melompat-lompat membuat bertemu Martin terkejut dan kemudian tersenyum.

"Kirain habis menang bingo! Ga jadi minta traktir nih?" Martin terkekeh.

"Besoklah kalo ada uang lebih kutraktir banana pizza."

"Kalo cuma banana pizza sih di pantri juga ada. Gratis lagi."

"Nah itu maksudku, aku tak perlu mengeluarkan uang untuk. mentraktirmu, aha ha ha!" Erika menyeringai licik.

"Dasar kau gadis pelit," Martin menggelengkan kepala.

"Oh iya, ada yang mau kuberikan padamu. Tunggu sebentar ya, jangan pergi sebelum aku berubah pikiran," Erika masuk ke kabinnya dan mengambil sebuah amplop coklat.

"Apa ini?" tanya Martin.

"Itu aku mau nyicil utang padamu."

"Dari mana kamu mendapatkan uang? kan belum payday (gajian)."

"Itu rembuse uang visa dan medikal. Semuanya 500$. Aku lebihkan 20$ sebagai ucapan trimakasih. Sisanya akan kubayar setelah payday. Aku masuk dulu Martin," Erika masuk ke kabinnya. Belum ada 2 menit dia keluar lagi.

"Ada apa lagi?" tanya Martin yang masih berdiri di luar kabinnya.

"Aku lupa kalo aku masih dalam jam kerja. Aku pasti dapat banana nih!" Erika berlari tanpa menghiraukan Martin. Banana disini bukan berarti pisang, tapi banana dalam bahasa kapal artinya mendapatkan omelan/dimarahi.

Martin tersenyum melihat tingkah Erika. "Gadis lucu," gumamnya. Baru kali ini ada gadis yang dengan suka rela mengembalikan uang yang telah dipinjamnya, bahkan melebihkan 20$. Wanita-wanita yang dikenalnya biasanya akan minta traktir, minta dibelikan barang branded dan lainnya, saat mengetahui Martin banyak uang. Apa karena Erika belum tahu siapa dirinya? Jika Erika tahu dirinya banyak uang akanlah Erika berubah jadi matre? Martin penasaran.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!