NovelToon NovelToon

Menikahi Wanita Tangguh

1. Terjebak

***

Di sebuah hotel mewah di pusat kota..

Sherin berjalan perlahan, masuk ke dalam kamar

hotel yang sudah di pesankan khusus untuknya

oleh pihak manajemen perusahaan. Saat ini dia

sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit di

kepalanya yang semakin lama semakin terasa berdenyut nyeri. Entah apa yang telah tercampur

di dalam minuman yang tadi di teguknya, yang

jelas, saat ini kepalanya seakan berputar.

Dari dulu, Sherin memang tidak menyukai pesta,

karena semua itu hanya akan membawa dirinya

pada petaka serta hal-hal yang tak di inginkan.

Tapi, karena ini adalah pesta ulang tahun agensi tempat dirinya bernaung selama ini, mau tidak

mau dia harus datang dan terlibat di dalamnya. Apalagi, perusahaan ini milik pria yang selama

ini sudah berhasil mengisi hatinya.

Walaupun Sherin berprofesi sebagai seorang

model, namun dia memegang prinsip hidup

bersih dan tidak ingin terjerumus ke dalam

pergaulan bebas.

Tubuh Sherin membeku di tempat, matanya kini

melebar sempurna saat melihat ada seorang pria

yang telah menunggu nya di dalam kamar hotel mewah tersebut. Sherin mengenal betul siapa

pria itu. Dia adalah seorang pengusaha yang

cukup terkenal dan berpengaruh di negara ini.

Mata cantiknya menatap tajam ke arah pria yang sedang bertelanjang dada dan hanya berbalut

celana putih itu. Di tangannya ada gelas kecil

berisi minuman yang tengah di nikmatinya.

Mata pria itu tampak berkilat panas melahap

seluruh sosok Sherin.

Ada setumpuk pertanyaan dan kecurigaan

yang kini menghinggapi kepala Sherin.

"Tuan Arnold.? Kenapa anda ada di sini.?"

"Selamat datang..Nona Sherinda Maheswari.."

Sambut pria itu sambil meneguk minumannya

dengan tatapan tidak lepas dari wajah Sherin

yang semakin di liputi oleh kebingungan.

"Kenapa anda bisa ada di kamar ini.? "

Sherin bertanya sambil memegangi kepalanya

dan perlahan mundur saat pria tinggi kekar itu

maju mendekat dengan seringai tipis dan mata

yang sudah berkabut parah. Bagaimana tidak,

saat ini Sherin mengenakkan dress cantik ketat

di atas lutut yang terlihat begitu seksi dan

menggoda. Keindahan dan kesempurnaan

tubuhnya membuat nafas pria itu langsung

kacau dan berantakan.

"Kenapa harus bertanya Nona Sherinda.? Aku

sudah membayar mahal untuk bisa bermalam

denganmu.! Aku telah membayar mu dengan

harga yang sangat fantastis, 2 milyar.!"

What.?? Kepala Sherin semakin berdenyut nyeri

dengan mata yang membelalak. Apa-apaan ini.?

Apa yang terjadi.? Siapa lagi yang telah berani

dan tega-teganya menjual dirinya.? Ini bukanlah

kejadian pertama, sudah berulangkali.

"Tidak mungkin.! anda pasti salah. Aku tidak

pernah menjajakkan diriku.! Sepertinya anda

telah salah booking orang Tuan.!"

"Aku tidak mungkin salah Nona Sherin. Kau

adalah model yang selama ini aku inginkan.!"

Debat pria itu sambil maju mendekat kearah

Sherin. Namun Sherin langsung mengangkat

tangannya ke atas dengan tatapan yang

terlihat semakin tajam penuh antisipasi.

"Berhenti Tuan Arnold ! jangan maju lagi.

Atau aku akan pastikan, kau tidak akan bisa

keluar dengan mudah dari tempat ini.!"

Pria itu menghentikan langkahnya, matanya

tampak menatap lekat wajah Sherin yang kini

semakin memerah. Dia terkekeh pelan melihat

reaksi wajah Sherin saat ini.

Sherin merasakan ada hantaman rasa panas

yang tiba-tiba saja membakar seluruh tubuhnya

saat ini, membuat dia kepanasan dan merasakan serbuan sensasi asing yang sangat kuat. Dia

mencoba untuk tetap mempertahankan segala kesadarannya. Sherin mengutuk siapa saja

yang telah tega menjebak dirinya saat ini.

"Kau butuh pelepasan sayangku..Dan aku ada

disini untuk membantumu meluapkan semua

itu. Ayolah..kita nikmati malam ini sepuasnya.!"

Desis pria itu sambil kembali maju mendekat.

Namun sesaat kemudian dia mundur terhuyung

ketika tanpa terlihat Sherin mengirimkan satu

tendangan keras kearah perutnya.

"Berhenti.! Aku sudah mengingatkanmu.!"

"Hei..aku sudah membayar mu mahal Sherin.

Kau tidak punya hak untuk menolak ku.!"

Geram pria itu sambil meringis memegangi

perutnya yang kini terasa kram hebat.

"Sudah aku bilang, aku tidak menjual diriku.!

Kau keliru kalau menganggap ku sebagai

wanita yang bisa di beli.!"

"Alaahh..tidak usah basa-basi.! Jangan munafik

kamu, semua model seperti mu sama saja.

Tubuh kalian adalah barang dagangan.!"

Ucapan pria itu tertahan saat dengan cepat Sherin maju menyerang nya memasukan pukulan dan tendangan bertubi-tubi ke tubuh pria itu karena terbakar amarah. Dia benar-benar tidak bisa

terima ucapan hina yang terlontar dari mulut

laki-laki itu.

Untuk sesaat, pria itu mencoba menahan serangan Sherin. Namun apa yang terjadi, wanita itu tenyata bukan sembarang wanita. Dalam waktu singkat,

dia sudah bisa merobohkan tubuh kekar pria itu, hingga kini dia terkapar tak berdaya di atas lantai dengan mulut dan hidung mengeluarkan darah.

Sherin berjongkok di hadapan pria itu dengan

satu lutut yang bertumpu di atas lantai. Matanya

yang cantik namun memiliki sorot setajam silet

tampak menatap geram wajah pria itu yang kini

mencoba beringsut ke pinggir kasur.

"Jangan pernah lagi melecehkan profesi kami.

Kau tidak akan pernah tahu seberapa keras

kami berjuang untuk berada di level ini.!"

Desis Sherin sambil kemudian berdiri, lalu

merapihkan kembali pakaiannya, bersamaan

dengan pintu kamar yang di buka dari luar. Dan tiba-tiba saja ada kilatan dan jepretan kamera

yang datang menyerbu ke arah keberadaan

Sherin serta pria itu.

"Ohh tidaakk.! ya ampun baby..apa yang terjadi

dengan mu.? Kenapa bisa begini.?"

Ada jeritan histeris dari seorang wanita yang

langsung berhambur dan memeluk sosok pria

itu. Sherin mundur dengan wajah yang terlihat

sedikit pias saat melihat ada sosok gagah yang

kini masuk ke dalam ruangan dengan wajah

yang sudah terlihat dingin cenderung emosi.

Matanya langsung bersitatap dengan mata

panas pria tampan itu.

"Brian.. aku bisa menjelaskan semuanya. Ini

semua adalah kesalahan management.!"

"Kesalahan management.? Sherin..aku kecewa

padamu.! Lagi-lagi kau membuat masalah.!"

"A-apa yang kau katakan.? Ini semua adalah

kesalahan orang dalam.!"

Ucap Sherin dengan nada sedikit gemetar sambil

maju mendekat ke arah pria tampan itu yang kini

semakin menatap nya tajam, gerah dan kecewa.

"Cukup Sherin, kau tidak perlu berdalih.!!"

Tegas pria itu dengan suara yang sedikit keras

sambil memalingkan wajahnya. Terlihat sekali

kalau dia sangat tidak terima dengan apa yang

terjadi di depan matanya ini.

"Tidak Brian, ini semua tidak seperti yang kamu

lihat. Aku bisa menjelaskan semuanya. Aku

tidak melakukan apapun.!"

"Tidak melakukan apapun katamu.? Cihh..dasar

model murahan.! Kau pasti sudah menggoda

suamiku kan.? Tapi karena dia menolakmu,

lantas kau menganiaya nya, iya kan.?"

Wanita yang sedang memeluk erat tubuh si pria

berdarah tadi membentak dengan keras. Sherin menggeleng kuat. Sementara si pria gagah tadi

atau Brian tampak semakin muak.

"Ohh my God, Kak Sherin..? Apalagi sekarang

yang Kakak lakukan.?"

Tiba-tiba saja ada seruan histeris dari seorang

gadis cantik yang baru saja muncul ke tempat

itu seraya menutup mulutnya syok, melihat ke

arah Sherin dan pria berdarah di dekat kasur.

"Kita akan menyelesaikan semua ini di kantor

polisi. ! Ayo kawan-kawan, seret wanita itu ke

kantor polisi sekarang juga.!"

Teriak si wanita tadi dengan wajah berapi-api di

telan oleh kemarahan. Sherin lemas seketika.

Sedang Brian tampak terdiam membisu.

Tidak ada lagi yang bisa di lakukan oleh Sherin.

Kini dia hanya bisa pasrah saat dirinya di giring

oleh para wartawan, di bawa keluar dari hotel itu

langsung menuju ke kantor polisi terdekat. Di

ikuti oleh Brian juga si gadis cantik yang datang terakhir, serta semua orang yang menjadi saksi insiden berdarah di kamar hotel mewah tersebut.

***

Terpaksa..mau tidak mau..akhirnya Sherin

harus menghuni sel tahanan kantor polisi..

Selama tiga hari tiga malam dia harus menginap

di balik jeruji besi sambil menunggu pengacara perusahaan mengurus berkas kebebasannya.

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh

Sherin kalau dia akan mengalami semua ini.

Namun untunglah, tidak ada gangguan apapun

yang terjadi di dalam sel selama dia menghuni

tempat dingin dan pengap itu. Semua teman

satu selnya memperlakukan dia dengan baik.

Selama tiga hari itu, hanya Vincent lah, asisten pribadinya yang selalu setia mengunjunginya

setiap hari.

Sedang Brian, kekasihnya..hanya di hari pertama

saja dia datang berkunjung. Mungkin dia masih

kesal, atau bisa juga masih salah faham atas apa

yang terjadi kemarin. Dan hal itu membuat hati

Sherin merasa tidak nyaman, dia ingin segera meluruskan semua kesalahpahaman ini.

Setelah menunggu selama tiga hari, akhirnya kebebasan itu tiba..

"Perusahaan harus mengeluarkan banyak

biaya untuk bisa mengeluarkan mu Sherin.!"

Ucap sang pengacara perusahaan setelah dia

selesai mengurus semuanya, dan kini, Sherin

sudah bisa menghirup udara bebas.

"Maaf Pak Boby, aku juga tidak ingin semua

ini terjadi.!"

Lirih Sherin sambil menundukkan kepalanya.

"Saya harap jangan ada lagi masalah atau

skandal baru yang tercipta.!"

Tegas Pak Boby seraya berjabat tangan dengan

Sherin yang mengangguk pelan. Setelah itu pria

berumur 40 tahun itu masuk ke dalam mobilnya kemudian pergi dari area kantor polisi.

"Kita ke apartemen mu sekarang beb.?"

Vincent bertanya sambil memakaikan jaket kulit

ke tubuh Sherin yang kini masih berdiri tenang

menikmati hembusan angin kebebasan.

"Tidak, kita langsung ke kantor saja, ayo..!"

Sherin masuk ke balik kemudi yang membuat

pria kemayu itu mengerucutkan bibirnya. Tapi

tidak lama dia mengikuti majikannya masuk ke

dalam mobil yang seketika meluncur tenang

keluar dari area kantor polisi yang telah menjadi

saksi bisu bagaimana seorang Sherin mampu

melewati fase getir dalam hidupnya.

Setengah jam kemudian Sherin tiba di kantor

Starlight Management.. perusahaan agensi

tempat dirinya bernaung selama ini.

Semua karyawan dan para model yang kebetulan

sedang ada di lobby depan terlihat memperhatikan kedatangannya dengan tampang aneh, dan sorot

mata tidak biasanya. Mereka semua langsung saja

kasak-kusuk tidak jelas. Sherin hanya menarik

nafas panjang, berusaha untuk tetap tenang.

"Aku akan ke kantor Brian sendiri.! Kau tunggu

saja di ruangan biasa.!"

Titah Sherin pada Vincent yang terlihat berat

melepas kepergian Sherin.

Tidak lama Sherin sudah keluar dari lift di lantai teratas gedung milik kekasihnya itu. Dengan

tenang dia berjalan melewati koridor menuju

ruangan CEO. Karena saat ini adalah waktunya

istirahat, keadaan tampak sepi, tidak terlihat ada

para staf dan sekretaris di ruangan tersebut.

Tiba di dalam ruangan, tubuh Sherin tiba-tiba membeku melihat pemandangan yang sangat menyakitkan matanya. Di depan matanya, dia

melihat sendiri, saat ini Brian sedang bercumbu

mesra dengan seorang gadis. Mereka berdua

terlihat begitu panas, setengah tubuh si gadis

dalam keadaan polos. Dan Brian tampaknya

sangat menikmati aksinya mencumbu tubuh

bagian atas gadis cantik itu.

"Ohh Brian sayang.. aku tidak tahan lagi..!"

Desah si gadis sebelum akhirnya dia menyadari

kedatangan Sherin di ruangan itu. Matanya kini

saling menatap dengan mata panas Sherin.

"Kak Sherin..kau ada di sini.."

Desis gadis itu dengan sesungging senyum aneh

yang terlukis di sudut bibirnya. Brian tampak

terperanjat kaget, matanya kini bersirobos tatap

dengan mata Sherin yang sedang menatapnya

tajam. Tanpa kata, Sherin membalikan badan,

lalu pergi dari ruangan itu.

"Sherin... tunggu..!"

Teriakan Brian tidak di pedulikan oleh Sherin.

Dia berjalan cepat menuju ke dalam lift. Brian

berhasil menyusulnya kemudian menahan

pintu lift agar tetap terbuka.

"Sherin.. kita harus bicara sekarang.!"

Ucap Brian dengan wajah yang terlihat dingin.

Kaki jenjang Sherin sebelah kiri kini maju untuk

menahan pintu lift, tatapannya jatuh menghujam

wajah tampan Brian.

"Tentu saja, kita memang perlu membicarakan

semuanya. Tapi tidak sekarang Tuan Brian..!!"

Tegas Sherin sambil kemudian menggerakkan

kakinya menendang ************ Brian yang

langsung meringis, terhuyung ke belakang. Lalu

dengan santainya Sherin mundur, menatap diam wajah Brian sampai akhirnya pintu lift tertutup

rapat memutus pandangan mereka.

"Sherin..Sherin..kita harus bicara sekarang..!"

*****

Bersambung...

2. Terkejut

***

Apartemen Flamboyan Suite di pusat kota..

"Aku harus keluar dari tempat ini sekarang juga

Vint. Ini bukan tempat yang cocok untukku.!"

Sherin berbicara sambil merapihkan semua

pakaiannya ke dalam koper. Vincent terpaksa

membantunya walau dia tidak mengerti apa

sebenarnya yang terjadi. Pulang dari kantor

Starlight Management, wajah cantik gadis itu

tampak muram. Dan sekarang dia memaksa

ingin keluar dari apartemen yang selama ini

di tempati nya.

Apartemen ini merupakan fasilitas yang di

sediakan oleh perusahaan untuk model-model

papan atas yang bernaung di management nya.

"Apa sebenarnya yang terjadi Beb.? Apa kau

sudah melihat sendiri kebusukan kekasih dan

adikmu yang tidak tahu diri itu.?"

"Selama ini aku mencoba untuk tetap percaya

padanya. Tapi sekarang, semuanya nyata di

depan mataku sendiri.!"

"Stella akan melakukan apapun untuk dapat

menyingkirkan mu dari hadapannya. Selama

ini kau sudah terlalu banyak mengalah Sherin."

"Kau benar, dan sekarang semuanya aku rasa

sudah cukup. Aku tidak akan mengalah lagi.!"

"Apa kau akan kembali ke rumah Kakek mu.?"

"Itu bukan rumahku. Aku tidak punya hak untuk

tinggal di rumah itu."

"Ohh My God Sherin.. Kenapa kamu harus terus

hidup dalam ketidakjelasan begini sih.! Kamu

itu cucunya Natakusumah.!"

Sherin menghentikan aktivitasnya. Dia tampak termenung, pandangannya jelas mengambang.

Dan matanya terlihat mulai memanas.

"Sudah, jangan banyak bicara. Malam ini aku

numpang dulu di tempat mu. Besok kita harus

ke luar kota. Setelah selesai, aku akan mencari kontrakan baru."

Ujar Sherin sambil kembali merapihkan barang

miliknya di masukan ke dalam tas besar. Vincent

tersenyum senang, wajahnya yang lebih terlihat

cantik daripada tampan itu tampak bahagia.

"Kenapa harus mencari kontrakan, kamu bisa

tinggal di rumahku selama-lamanya kalau mau."

"Hussh.. kita ini bukan muhrim Vincent, walau

bagaimanapun kita berdua berbeda gender."

"Owhh.. jadi kamu masih menganggap ku

sebagai seorang pria, begitu.? "

"Tentu saja, kau kan memang seorang pria.!"

"Kalau begitu, menikahlah denganku.!"

Sherin kembali menghentikan kegiatannya. Dia

melirik kearah Vincent, kemudian berdiri tegak

sambil bertolak pinggang di hadapannya dengan

sesungging senyum miring terukir di bibirnya

"Kau harus mengalahkan aku dulu, setelah itu,

baru deh bisa berkata dengan gentle untuk

mengajakku menikah."

"Ishh.. ngeri banget sih syaratnya.! Mending

pasrah deh kalau begitu."

Keluh Vincent sambil cemberut kesal. Sedang

Sherin tersenyum puas seraya menepuk bahu

Vincent. Akhirnya mereka berdua kembali pada

kegiatannya. Dan tidak lama semuanya selesai.

Tidak banyak barang yang di bawa oleh Sherin.

Hanya yang bersifat pribadi saja, karena pada dasarnya semua barang yang ada di lemarinya

adalah hasil pemberian Brian.

Akhirnya, Sherin benar-benar keluar dari tempat

itu. Dia tidak mungkin lagi tinggal di apartemen

milik pria yang sudah mengkhianati cintanya.

Dan Brian hanya bisa menjatuhkan dirinya lemas diatas sofa saat dia datang menyusul ke tempat

itu yang sudah dalam keadaan kosong. Dia hanya

bisa mengumpat kesal.

Sherinda..selama ini wanita itu memang sangat

keras dan teguh dalam segala hal. Bahkan dirinya tidak pernah bisa menyentuh nya selama 4 tahun menjalin hubungan. Dan hal inilah yang membuat hatinya perlahan melemah. Dia lelah menghadapi

sikap angkuh Sherin. Kekasihnya itu terlalu kuat

dalam menjaga diri serta kehormatannya

"Kau tidak akan bisa lepas begtu saja dariku

Sherin. Kau adalah aset yang sangat berharga

untuk kemajuan perusahaan ku.!"

Desis Brian dengan senyum smirk. Di ambang

pintu apartemen muncul sesosok gadis cantik

berpakaian seksi yang langsung nyelonong

masuk, lalu mengecek seisi apartemen.

"Owhh Kak Sherin malang.. Kasihan banget sih

nasibmu. Kau selalu saja berulah dan semua

itu hanya membawamu pada kesulitan."

Lirih gadis itu dengan wajah yang terlihat sedih

dan muram. Brian mendekat padanya, tanpa

basa-basi dia segera menarik tangan gadis itu

menuju ke dalam kamar yang biasa di tempati

oleh Sherin.

"Brian..mau apa kamu.? Hei.. Brian.."

"Bukankah ini yang kau inginkan baby.? Apa

kau pikir aku bisa tahan melihatmu berpakaian

seperti ini.? Kenapa kau selalu menggodaku

Stella sayang.."

"Aku datang untuk melihat kondisi kakakku

yang sangat angkuh itu sayang, bukannya

ingin menggoda mu."

"Jangan mencari alasan Nona Stella Muller.."

"Brian..kamu nakal ya..! Ingat ya sayang, kamu

harus selalu menuruti semua keinginanku.!"

"Tentu saja baby, apapun akan aku berikan

untuk wanita yang sangat aku cintai.!"

Desis Brian. Stella hanya bisa pasrah saat Brian melepas semua kain yang menempel di tubuh

mereka. Dan tidak lama sudah terdengar suara desahan serta erangan dari dalam kamar yang

baru beberapa jam lalu di tinggalkan oleh

Sherin tersebut..

***

Berkecimpung di dunia hiburan bagai naik

roller coaster. Naik turun dengan ritme cepat

dan adrenalin tinggi. Begitupun persaingan di

dunia modeling. Walau dari luar terlihat seolah menyenangkan, glamor dan cenderung terkesan memukau serta menarik, namun sesungguhnya persaingan di dalamnya tidak akan pernah terbayangkan. Sangat panas, hingga terkadang memaksa para pelakunya untuk bekerja keras

tanpa mengenal lelah.

Begitupun yang di rasakan oleh seorang model

cantik, Sherinda Maheswari Natakusumah..yang

selama ini bernaung di bawah agensi model

terkenal berlebel Starlight Management..

Gadis berusia 25 tahun itu sudah meniti karir di

dunia modeling sejak duduk di bangku SMP. Dia

sudah bekerja keras selama ini dengan berbagai pengorbanan yang tidak mudah hingga akhirnya

bisa mencapai posisi sebagai super model di agensinya dan kini namanya sudah cukup di

perhitungkan di dunia internasional.

Sherin terjun ke dunia yang penuh dengan resiko

ini, selain karena kecintaannya pada bidang ini,

juga agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Karena ketidakadilan dalam keluarga

memaksa dirinya tersingkir. Orang tidak akan

tahu, bagaimana kerasnya perjuangan dia dalam membangun karirnya dari nol hingga bisa seperti sekarang ini. Dia juga mencoba membentengi

diri agar tidak terperosok ke dalam kehidupan

glamor yang sejauh ini seringkali di perlihatkan

oleh sebagian besar model yang sudah populer.

Dua hari ini Sherin di sibukkan dengan semua

pekerjaan luar kota yang terus saja datang tiada

henti. Dia seolah tidak punya waktu untuk rehat,

benar-benar seperti robot.

Waktu sudah menjelang magrib saat Sherin tiba

di bandara setelah terbang dari luar kota karena mendapat telepon dari ibunya yang mengatakan bahwa dia harus pulang malam ini juga. Tidak

biasanya, ibu yang tidak pernah peduli padanya

itu menghubungi nya. Selama ini, yang ada di

mata ibunya hanyalah Nona Muda Stella Muller,

buah pernikahannya dengan suami keduanya.

Sherin di suruh langsung datang ke restauran langganan keluarga. Ibunya itu hanya berkata

bahwa ada hal penting yang ingin di sampaikan.

"Kau pulang saja Vint, aku akan pulang naik

taksi nanti. Besok kita bertemu di kantor."

Ucap Sherin pada Vincent yang terlihat ragu

untuk meninggalkan majikannya itu.

"Apa kau yakin semuanya baik-baik saja.?"

"Jangan khawatir, aku pastikan semuanya

akan baik-baik saja. Sudah sana pulang."

"Tapi Sher.. ayah sambung mu itu tidak bisa di

percaya. Aku tidak yakin padanya. Aku takut

ada kakak sambung mu juga di sana."

Vincent tetap ragu untuk meninggalkan area

restauran. Dia menatap berat ke arah Sherin

yang sedang merapihkan penampilannya.

"Memangnya apa yang kau takutkan? Sudah

sana. Aku akan menangani nya dengan baik."

"Tapi Sherin.. bagaimana kalau mereka.."

"Vincent Marthinus.. percaya padaku deh.!"

Vincent saling pandang dengan Sherin yang

terlihat menatapnya sedikit gerah. Akhirnya

pria kemayu itu menggedikan bahunya.

"Baiklah, hati-hati di dalam. Telepon aku kalau

ada apa-apa. Sampai jumpa besok di kantor."

Sahut Vincent sambil kemudian melajukan

mobilnya meninggalkan area restauran. Sherin

tampak menegakkan badannya, kemudian

melangkah tenang masuk ke dalam restauran

sambil mencoba memasang senyum manis

yang mampu membuat mata para pengunjung

lain mau tidak mau mengarahkan fokus mereka

pada kemunculannya.

Ada banyak pengunjung yang terlihat mulai

bergunjing menggosipkan Sherin. Isu miring

lagi-lagi menerpa nya dirinya beberapa hari ini,

ketika berita tentang dirinya yang kena grebek

di dalam kamar hotel bersama pengusaha

terkenal merebak di masyarakat.

"Nona Sherin..mari ikuti saya, keluarga anda

sudah menunggu di ruangan biasa."

Sambut manager restauran sambil kemudian

membimbing gadis pemilik tubuh indah nan

mempesona itu menuju ruangan VVIP.

Namun, apa yang kini terlihat dalam ruangan

itu membuat wajah Sherin berubah terkejut

dan tidak nyaman. Bagaimana tidak, saat ini

dia melihat Brian duduk berdampingan mesra

dengan Stella. Lalu ada ibunya bersama ayah sambung nya. Dan ada kedua orang tua Brian

juga yang terlihat menatap tidak suka pada kedatangannya.

Mata Sherin langsung bersirobos tatap dengan

mata Brian yang terlihat sangat dingin. Tak ada sambutan hangat ataupun respon positif dari

laki-laki yang masih berstatus sebagai kekasih

nya itu. Ada luka tidak kasat mata yang kini

menggores lubuk hati Sherin. Dia benar-benar

tidak nyaman melihat pemandangan yang

ada di depan matanya itu.

"Sherin..kau sudah datang.? Ayo duduk.!"

Nyonya Kinar, ibu Sherin menunjuk kursi yang

ada di dekatnya. Raut wajah wanita paruh baya

itu tampak rumit, namun ada seberkas kerinduan

yang masih tersisa dalam sorot matanya. Sherin menarik nafas panjang, dia mencoba untuk tetap tenang kemudian perlahan melangkah.

"Loh, jadi anda mengundang dia juga Nyonya

Kinar, untuk apa ya? Bukankah yang memiliki kepentingan di sini adalah putri bungsu anda.?"

Nyonya Laila, ibunya Brian berucap dengan nada

ketus dan terlihat jelas kalau dia tidak menyukai kehadiran Sherin di tempat itu.

Deg !

Jantung Sherin rasanya seperti terhantam benda keras. Ada apa ini sebenarnya.? Dia cukup tahu,

ibunya Brian tidak begitu menyukainya, karena

berbagai isu miring yang selalu menerpanya.

Selain itu wanita yang selalu berpenampilan Wah

itu juga tidak menyukai Sherin karena dia tidak

pernah berpenampilan mewah nan glamor di

situasi santai seperti ini, gadis itu lebih suka

tampil sederhana dan apa adanya.

"Aku yang meminta nya datang Tan..Aku ingin

dia menjadi saksi peristiwa penting malam ini."

Stella berucap sambil tersenyum lembut ke arah

Nyonya Laila yang langsung memasang wajah

cerah ceria begitu mendengar suara halus gadis

cantik berpenampilan glamor itu.

"Owhh..baiklah sayang kalau itu kemauan mu."

Sahut Nyonya Laila dengan senyum seribu watt

nya. Hati Sherin semakin tidak nyaman. Matanya

kini menatap tajam wajah tampan Brian yang

duduk di hadapannya. Tapi pria itu sepertinya

sengaja menghindari kontak mata dengan nya.

"Tante tidak keberatan kan kalau Kak Sherin

ada di sini.?"

Stella kembali meyakinkan sambil memegang

tangan Brian yang terlihat menggenggam balik

tangan nya. Nyonya Laila tersenyum lembut.

"Tentu tidak Stella sayang, asalkan itu bisa

membuatmu bahagia.."

Hati Sherin semakin berdenyut sakit. Sungguh,

ini adalah kepahitan nyata yang terjadi di depan

matanya langsung. Stella tersenyum lembut

sambil melirik sekilas ke arah Sherin.

"Terimakasih ya Tante sayang.."

"Sama-sama sayang.."

Kedua wanita itu sama-sama tersenyum cerah.

Sherin memalingkan wajahnya ke sembarang

arah sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Baiklah Tuan Hendrik, kita langsung saja pada

pokok pembahasan sebelum berlanjut pada

acara makan malam. "

Tuan Adam Mcknight terdengar berbicara di

sambut anggukan kepala Tuan Hendrik yang

terlihat sangat antusias.

"Tentu saja Tuan Mcknight.. Jadi kita putuskan

saja. Untuk lebih mempererat hubungan antara

dua perusahaan, kita akan menjodohkan putra

putri kita. Kelihatannya, mereka berdua juga

sudah saling cocok satu sama lain."

Sambut Tuan Hendrik sambil melirik kearah dua

sejoli yang duduk berdampingan tersebut. Sherin tampak terkejut bukan main mendengar ucapan

ayah sambung nya itu. Dia kembali menatap

tajam kearah Brian penuh interogasi, tapi pria

itu lebih memilih memalingkan pandangannya

pada wanita yang duduk anggun di sampingnya.

"Kalau begitu, mari kita sepakati saja. Mereka

berdua, Brian dan Stella akan bertunangan satu minggu lagi.."

Sambung Nyonya Laila dengan semangat 45

dan wajah yang terlihat sumringah.

Duarr..!!

Bagai tersambar petir di siang bolong, wajah

Sherin langsung saja memucat. Jelas terlihat

kalau dia sangat terkejut dengan kabar ini..

Bertunangan, Brian dan Stella.??

***

Bersambung...

3. Hancur

***

Duarr..!!

Bagai tersambar petir di siang bolong, wajah

Sherin langsung saja memucat. Jelas terlihat

kalau dia sangat terkejut dengan kabar ini.

"A-apa tunangan, Brian dan Stella.? Apa aku

tidak salah dengar.?"

Sherin berucap gemetar sambil kemudian

berdiri, membagi tatapan tajam pada semua

orang yang ada di tempat itu.

"Sherin..! Jaga sopan santun mu.! Kita sedang

berhadapan dengan keluarga terhormat.!"

Tuan Hendrik membentak setengah emosi.

Sementara Nyonya Kinar hanya bisa terdiam,

menatap dan memegang tangan Sherin dengan

sorot mata penuh dilema.

"Ohh, jadi ini maksud kalian menyuruhku

datang ke tempat ini.? Agar aku melihat dan mendengar sendiri semua rencana besar ini.?"

Sherin seolah tidak mendengarkan bentakan

ayah tirinya itu, dia meraih tas nya. Kemudian

menatap tajam ke arah Brian dan Stella.

"Tuan Brian O'Neil Mcknight..apa kau sudah merencanakan semua ini.? Jadi kau sudah

tidak menganggap keberadaan ku.?"

Sherin bertanya dengan tatapan yang berubah

sinis. Brian tampak berdiri, keduanya kini saling menatap kuat. Ada sedikit keraguan di mata

pria itu, tapi dia mencoba menyamarkannya.

"Sherin..aku merasa, hubungan kita selama ini

tidak lah sehat. Kau selalu membuatku kecewa.

Kau berkhianat di belakangku dengan semua

kasus dan skandal mu.!"

"Apa.?? Ya Tuhan..Aku tidak percaya kalau kau

sendiri yang mengatakan semua ini Brian.!"

"Itu kenyataannya Sherin. Maaf, aku rasa kau

bukanlah wanita yang tepat untuk jadi menantu

di keluarga Mcknight.! Nama baikmu sudah

sangat tercemar.!"

Wajah Sherin kini memucat, dia mundur dua

langkah. Tubuh nya hampir saja limbung saat

mendengar perkataan Brian barusan. Tatapan

matanya yang tajam kini semakin menghujam

wajah pria yang selama 4 tahun ini selalu setia mengisi seluruh ruang di dalam hatinya itu.

"Brian..aku benar-benar tidak menyangka,

kau tega mengatakan semua ini padaku.!"

"Sudahlah Sherin, kita akan membicarakan

semua masalah ini besok di kantor."

"Setidaknya, kalau kau merasa jadi pria sejati,

sebelum memutuskan semua ini, perjelas dulu

hubungan kita Tuan Brian yang terhormat..!!"

Tegas Sherin dengan wajah yang terlihat mulai

memerah menahan serbuan berbagai rasa yang

memenuhi dadanya. Air mata kini sudah mulai

mendesak ingin keluar. Tapi sekuat tenaga dia

mencoba menahannya.

"Woww..putri sambung mu sungguh tidak punya

attitude Tuan Hendrik.! Saya jadi percaya pada

isu yang beredar, kalau dia memperoleh semua

popularitas nya dengan jalan yang tidak benar.!

Untung saja putraku segera tersadar kalau dia

bukan pilihan yang tepat.!"

Lagi-lagi, jantung Sherin seakan di robek dan di

toreh benda tajam mendengar ucapan Nyonya

Laila yang jelas-jelas menghina dirinya. Sherin

memejamkan matanya rapat menahan desakan

air mata yang seolah protes ingin terjun keluar.

"Maaf Nyonya Besar Mcknight.. Saya mungkin

tidak berattitude..Tapi sebagai seseorang dengan

kehormatan yang sangat tinggi, saya sarankan

sebaiknya anda menjaga lisan dan ucapan anda

terlebih dahulu agar tidak menyakiti orang lain."

"Hei.. lancang kamu ya.! Sampai kapanpun aku

tidak akan sudi menerima calon menantu yang

tidak bisa menjaga diri dan kehormatannya.!"

Sentak Nyonya Laila dengan wajah memerah

menahan emosi. Tuan Adam segera menarik

tangan istrinya itu dan menenangkannya.

"Tante, aku mohon tenanglah..Tante tidak boleh terbawa emosi. Tante adalah wanita yang sangat terhormat. Saya atas nama Kak Sherin mohon

maaf karena telah bersikap lancang."

Stella berucap lembut dengan raut wajah yang

terlihat sangat sedih dan menyesal. Nyonya Laila tampak berubah tenang, dia memaksakan diri tersenyum ke arah Stella .

"Sungguh.. kalian berdua bagai langit dan bumi.

Kau begitu lembut dan sopan Stella sayang.."

Ucapnya kemudian sambil melirik sinis ke arah

Sherin yang lagi-lagi hanya bisa menarik nafas

berat. Adiknya itu benar-benar ratu drama. Dia mencoba untuk menekan dirinya agar tetap kuat

dan meredam emosi sekaligus menahan rasa

sakit yang kini mencabik jiwanya.

"Baiklah Brian, kalau ini pilihanmu, aku tidak

akan pernah menghalangi. Silahkan, teruskan.!"

Akhirnya Sherin berucap tegas sambil kembali

menegakkan tubuhnya. Untuk sesaat dia tampak

membagi pandangan pada semua orang yang

terlihat membisu, menatap diam ke arahnya.

Setelah itu dia membalikan badan, mengambil

langkah seribu, kemudian berlalu pergi keluar

dari tempat itu.

"Sherin.. tunggu ! kamu mau kemana.?"

Nyonya Kinar bangkit, tapi di cegah oleh Tuan

Hendrik. Begitupun dengan Brian, dia terlihat

bergerak ingin menyusul Sherin, namun Stella

segera mencegah dengan menarik tangannya

dan memeluknya dari belakang.

"Sudahlah sayang.. urusan kita lebih penting.

Nanti saja kita urus masalah Kak Sherin."

Lirih Stella sambil mengelus bahu Brian penuh

dengan kelembutan dan kehangatan membuat

Brian terpaksa duduk kembali dengan tampang

wajah yang tidak terbaca.

Sherin melangkah cepat keluar dari restauran itu

tanpa memperhatikan lagi lingkungan sekitarnya.

Dan tanpa sengaja dia bertubrukan cukup keras dengan seseorang begitu mencapai pintu depan. Karena dalam posisi tidak siap, tubuhnya tampak terhuyung ke belakang, untung saja sosok yang di tabraknya sigap. Dia segera menangkap pinggang ramping Sherin, dan kini posisi mereka mirip

adegan dalam film romantis.

Untuk sesaat mata mereka saling berbenturan

tatap. Seakan terhipnotis, keduanya tidak bisa melepaskan pandangan itu begitu saja. Sayang

sekali wajah pria itu tertutup masker. Jadi, yang terlihat kini hanya mata elang nya saja. Mata

yang memiliki tatapan setajam ujung pedang

hingga mampu merontokkan iman seorang

wanita dalam sekali pandang saja.

"Maaf Tuan..saya sedang terburu-buru. Sekali

lagi maafkan kecerobohan saya."

Akhirnya Sherin yang tersadar duluan. Dengan

gerakan cepat dan ringkas dia menegakkan

badannya. Setelah itu menundukkan kepalanya

sedikit di hadapan sosok tinggi itu. Kemudian

tanpa basa-basi lagi, dia kembali berjalan keluar

dari area restauran meninggalkan sosok tinggi

itu yang kini menatap lurus ke arah kepergian

Sherin. Ada sorot aneh yang tergambar jelas

dari tatapan matanya.

"Tuan Muda, anda tidak apa-apa.?"

Tanya seseorang yang baru saja datang menyusul

pria tinggi itu setelah selesai memarkir mobilnya.

Pria tinggi gagah itu tampak mengibaskan jas nya,

lalu memakai kembali kacamata hitam nya tanpa

melepas masker yang menutupi wajahnya.

"Aku tidak apa-apa.! Kita masuk sekarang. Apa

kau sudah memastikan kalau Mom sudah ada

di tempat ini.? Aku tidak ingin membuang waktu "

Sahut pria itu dengan suara baritonnya sambil

melangkah tenang masuk ke dalam restauran

itu dengan aura kehadiran yang sangat kuat.

"Sudah Tuan muda, Nyonya Besar sudah ada di

dalam. Hanya saja Tuan besar tidak bisa datang, karena Tuan sepuh sedang kurang sehat."

"Besok pagi aku akan mengunjungi nya."

Kembali sahut si pria tinggi. Tiba di dalam, dia

di sambut oleh manager restauran yang datang

dengan tergopoh-gopoh.

"Tuan Muda, selamat datang di restauran kami.

Sebuah kehormatan anda sudi berkunjung ke sini. Mari, saya akan mengantar anda ke ruangan."

Sambut manager restauran dengan sikap yang

sangat hormat dan segan. Pria itu tampak datar

saja, dia kembali berjalan tenang menuju ruangan sesuai dengan petunjuk dari sang manager.

Tiba di dalam ruangan khusus, pria itu tampak

terdiam sesaat. Dia melihat, di sana sudah ada seorang wanita setengah baya dengan tampilan

super elegan. Dan ada seorang gadis cantik

berkulit putih, berambut panjang yang sedang

duduk anggun tumpang kaki, memperlihatkan

betis indahnya yang sedikit terbuka di balik

gaun mewahnya.

"Ohh Devan putraku, selamat datang sayang."

Sambut sang wanita elegan sambil merangkul

erat pria muda itu yang kini membuka masker

penutup wajahnya. Dan mata indah gadis cantik

tadi tampak terkesima begitu melihat bagaimana

rupa asli dari pria muda itu. Dia seakan hilang

kendali diri begitu melihatnya.

Mata elang si pria muda langsung jatuh pada

sosok cantik yang kini berdiri menyambutnya

dengan senyum menawan nan menggoda dan

tatapan yang terlihat begitu mendamba.

"Apalagi yang Mom lakukan.?"

Tanya pria itu atau Devan dengan suara yang

sangat berat sambil mengangkat tangannya

saat melihat gadis tadi kini mendekat padanya.

Sontak saja gadis itu langsung membeku di

tempat dengan raut wajah yang terlihat kecewa.

"Devan sayang duduklah dulu, kita bicarakan

ini baik-baik. Kenalkan, dia adalah Miss Vania,

putri rekan bisnis Mom dari Singapur.."

"Mom, bukankah aku sudah menegaskan, soal

jodoh biar aku sendiri yang menentukan.!"

"Mom tahu sayang, tapi sekarang, kamu sudah

tidak muda lagi. Umurmu saat ini sudah sangat

pantas untuk berumah tangga."

"Mom, jangan pernah melakukan apapun lagi.!

Atau aku tidak akan menikah sama sekali.!"

"What.? Devan..yang Mom lakukan selama ini..

semuanya demi kebaikanmu ke depan sayang.

Mom hanya ingin kamu mendapatkan wanita

terbaik yang menjadi pendamping mu.."

"Cukup sampai disini saja Mom. Aku tidak akan

pernah memberi toleransi lagi.!"

Tegas Devan dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat dingin penuh rasa tidak suka atas apa

yang di lakukan oleh ibunya itu. Wajah Nyonya

elegan itu tampak sangat kecewa. Semuanya

ternyata sia-sia saja. Sudah berpuluh-puluh

wanita ia bawa ke hadapan putra nya ini dengan harapan akan ada satu diantaranya yang terpilih

untuk menjadi calon pendamping hidupnya.

Namun hasilnya nihil, putranya itu seolah tidak

tertarik sama sekali pada semua gadis mumpuni

yang telah di sodorkannya. Padahal para gadis

itu bukanlah gadis-gadis sembarangan.

"Dev sayang, Mom mohon..untuk yang terakhir

kali..Cobalah untuk menghabiskan waktu satu

jam saja dengan Vania. Dia sudah jauh-jauh

datang ke sini loh. Kasihan dia sayang."

Nyonya elegan itu meraih tangan Devan dengan

raut wajah penuh permohonan. Tapi ekspresi

wajah Devan malah semakin terlihat dingin.

"I'm so sorry Mom..Aku tidak punya waktu untuk mengurusi masalah seperti ini. Maaf Nona Vania,

kau harus kecewa. And.. for you Mom, don't do

that again.!"

"Devan, wait.. Devaan..!"

Nyonya elegan tadi berteriak memanggil Devan

yang berlalu acuh keluar dari ruangan yang

sudah membuatnya merasa pengap itu.

"Apa yang Mom inginkan sebenarnya. Ini gila.!

Aku lelah menghadapi semua perbuatannya.!"

Geram Devan sambil kembali memakai masker

dan kacamatanya. Sang asisten tampak berjalan

di belakangnya, mengikuti langkah Tuan nya

yang sedang terbakar emosi.

Sementara itu, Sherin saat ini berjalan menyusuri

trotoar jalan yang hanya di terangi lampu-lampu

temaram dan berhias gegapnya pohon cemara

serta hembusan angin malam yang menembus

kulit tubuhnya. Saat ini dia hanya berbalut setelan berbahan tipis tanpa jaket. Dia berjalan dengan

menundukkan kepala, mencoba menahan segala

rasa sakit dan kecewa yang kini mematahkan

hati dan jiwanya. Namun dia tidak menangis.

"Brian.. Aku benar-benar tidak menyangka kalau

kamu akan melakukan semua ini padaku. Aku

kira selama ini hatimu tulus menyayangiku. Tapi ternyata, kau sama saja dengan laki-laki lain.!"

Sherin bergumam sambil menendang apa saja

yang ada di depannya untuk meluapkan segala

rasa sakit yang kini menghancurkan jiwanya

hingga tanpa sadar menimbulkan bunyi benturan keras memecah keheningan. Tak jarang ada bunyi

klakson yang terdengar ketika ada kendaraan

yang lewat dan terkena lemparan barang yang

di tendangnya. Namun ada juga yang mencoba

menawarkan tumpangan.

Dia benar-benar tidak menduga, kalau malam ini

akan menjadi malam kehancuran bagi hubungan

nya dengan Brian yang sudah di bina nya selama

4 tahun ini. Selama ini hubungan nya dengan

Brian memang tidak seperti kebanyakan

pasangan lain, karena dirinya terlalu sibuk di

dunia modeling.

Namun, Brian tahu pasti, semua kegilaannya

pada dunia kerja semata-mata dia lakukan untuk

kemajuan perusahaan dan nama besar Starlight

Management.. hingga bisa seperti sekarang ini.

Selama ini dia sudah mengorbankan seluruh

masa mudanya, tanpa kesenangan, tanpa hura-

hura, tanpa memory indah sebagai remaja hanya

demi membangun nama besar agensi model

milik Brian di kancah dunia. Tapi.. sekarang,

rasanya semua pengorbanannya itu percuma

saja, semua sia-sia saja bagi dirinya.

"Hallo Nona cantik.. kenapa malam-malam

begini sendirian saja.? Bagaimana kalau kami menemani mu.?"

Sherin terperanjat dan seketika menghentikan langkahnya saat mendengar ada suara serak di depannya. Dia mengangkat wajah, dan melihat

ada 4 sosok pria jalanan dengan penampilan

yang sangat kacau serta mulut berbau alkohol

yang kini sedang berdiri setengah sempoyongan mengurung dirinya.

"Ikutlah dengan kami Nona cantik. Kita akan

bersenang-senang malam ini. Kita bisa saling

memberi kehangatan.."

Kembali salah seorang dari 4 pria jalanan itu

berucap dengan seringai kecil di bibirnya yang

tiada henti menenggak minuman dari botol

yang di pegang nya..

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!