NovelToon NovelToon

Cakrawala

Prologue

Khanza Wala Palesa

Dokter Umum

Chakra Kendra Dhananjaya

Letnan Kolonel Satgas Pamtas

Satriya Adinegara

Kolonel Satgas Pamtas

Talitha Oktavia Tsafiq

Perawat

Tristan Anggara Putra

Mayor Satgas Pamtas

Regina Prameswari

Satuan Keamanan Wanita (Khansa's Bodyguard)

***

"Lepasin saya dong pak, saya bener-bener warga sipil biasa."

 

"Coba liat mana KTP kamu?"

 

"Aduh pak, KTP saya kebawa temen saya"

 

"Kalau kamu nggak bisa buktiin identitas kamu, saya nggak bisa lepas kamu"

 

"Tapi saya bener-bener nggak ngapa-ngapain. Sumpah. Mana saya tau itu daerah perbatasan."

 

"Semua yang ketangkep juga ngakunya gitu. Kesasar lah, salah jalan lah, tapi buktinya ada yang menyelundupkan narkoba, miras, bahkan bahan bakar minyak"

 

"Kalau nggak percaya geledah aja saya. Nih baju saya dibuka sekalian"

 

Tiba-tiba cewek yang gue tangkep di perbatasan Indonesia-Timor Leste beberapa waktu yang lalu berontak. Gue menelan ludah. Ceweknya cakep banget cuy. Mulus kayak pantat bayi. Bening deh pokoknya, bikin seger. Apalagi buat gue yang udah kering kerontang jarang liat cewek cakep karena emang kerjaan gue sebagai tentara Satgas Pamtas yang penempatannya di pelosok negeri, jauh dari kota, tetanggaan sama buaya dan ular berbisa.

 

Tapi gue nggak boleh lengah. Muka boleh cakep. Tapi kalau ternyata dia terlibat dalam sindikat penggelapan kekayaan negara, atau bahkan aksi terorisme, atau aksi-aksi radikal lain yang membahayakan NKRI gimana? Gue nggak mau ambil resiko dong. Apalagi dia nggak bisa membuktikan identitas sebenarnya. Kalau masyarakat setempat nggak mungkin lah, beda ras. Pasti orang luar nih, gimana gue nggak curiga.

 

"Nih saya buka satu-satu ya" Dengan gerakan sensual dia ngelepas gitu aja satu persatu kancing kemejanya. Bikin iler gue langsung turun. Nggak, nggak boleh Kendra. Lo pasti bisa tahan diri. Jangan ketipu muka cantiknya.

 

"Tuh kan nggak ada." Beneran gila nih cewek, beneran dibuka coba. Itu, apa itu yang ada dibalik branya. Bikin tenggorokan gue kering. Ehem.

 

"Masih nggak percaya? Baik, saya buka yang bawah ya pak" Dengan sekali tarik, rok wanita itu turun dari tempatnya. Adik gue yang dibawah berdiri. Ini beneran? Ada cewek cantik berdiri di hadapan gue cuma pakai bra sama celana dalem doang? Gue liat kakinya, alhamdullilah masih napak tanah. Gue liat punggungnya, alhamdullilah nggak bolong. Berarti manusia beneran. Ya Allah, hamba kan cuma minta dikirimi cewek cantik, seksi, dan baik hati. Bukan cewek cantik, seksi, dan telanjang gini.

 

"Pak.. bapak dengerin saya bicara nggak sih"

 

"Eh iya, dengerin kok"

 

"Bapak tentara masih nggak percaya? Masih ngira saya nyembunyiin sesuatu di dalam sini? Ya udah kalau nggak percaya cek aja sendiri"

 

"Eh? Apa?"

 

"Mana tangannya"

 

Dan dengan sekejap cewek yang cantiknya nggak karuan itu memasukkan tangan gue ke dalam itunya. Ah, enak banget. Empuk. Anget. Alus. He..he..he..

 

Baru aja gue mau remes tiba-tiba, "Lapor Pak... eh Pak, maaf menganggu. Saya undur diri"

 

Sialan.

 

Untung gue gercep nutupin tubuh setengah telanjangnya pake jaket dan badan gue. Gue nggak mau bagi-bagi rejeki nomplok kayak gini ke siapapun. Pokoknya, mau gue nikmatin sendiri.

 

"Pak tentara ganteng, kok diem. Diterusin nggak?"

 

Semoga aja cewek ini emang bener warga sipil biasa. Gue nggak bakalan dihukum gantung kan kalau ternyata dia ini musuh negara?

 

Kenapa lo harus cantik banget gini sih. Gue kan jadi khilaf.

 

Bodo ah. Gue pengen nyusu.

 

 

Episode 1

Kendra

Akhirnya gue menghirup udara kota. Setelah terpuruk satu minggu lebih cuma liatin hutan, gunung serta makhluk-makhluk hidup di sekitarnya, hari ini gue ditugasin ke kota buat ngambil pasokan barang dari markas besar di Jakarta. Dan itu berarti surga dunia.

Gimana enggak. Setidaknya gue bisa cuci mata di bentar. Lumayanlah liat turis kinclong satu dua yang kebetulan berwisata ke sini, ajib-ajib sambil nongkrong, dan yang pasti ngupdate koleksi video skidipapap kesayangan gue. Mumpung koneksi internet lancar. Kering gue, di barak isinya cuma cowok doang. Namanya juga barak tentara. Ada sih beberapa cewek di tim medis volunteer. Tapi yang kinclong dan seumuran gue cuma satu, itupun udah diembat sama bapak Kapten. Dikelonin mulu tiap malem.

Pasti pada penasaran kan siapa gue?

Oke, nama gue Chakra Kendra Dhananjaya. Panggil aja Kendra. Anggota Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-RDTL Yonif Raider 408/Sbh atau yang sisingkat Satgas Pamtas. Dengan berbekal kemampuan gue sendiri, pangkat Letnan Kolonel bisa gue dapatkan. Bapak gue kerjanya cuma jadi OB, sementara ibuk jadi tukang bikin tempe di rumah. Kondisi keuangan keluarga gue yang serba pas-pasan menjadikan gue nggak punya cukup biaya buat kuliah. Makanya begitu lulus SMA gue langsung daftar TNI. Eh, keterima. Padahal gue cuma modal nekat aja waktu itu.

Nasib gue nggak semulus dua sohib gue, Kolonel Satriya Adinegara dan Mayor Tristan Anggara Putra. Tristan lolos karena ada duit, sementara Satriya emang punya channel kuat di negara ini. Gimana enggak, bapaknya perwira tinggi di Jakarta sono. Bentar lagi paling juga dia dinaikin pangkat tanpa banyak usaha. Lah, kalau bapaknya orang penting kenapa Satriya bisa sampai ditugaskan ke pelosok sini? Nggak tau pastinya sih, tapi gue pernah denger gara-gara dia nggak mau di suruh nikah sama bokapnya. Emang guguk tuh orang. Udah enak-enak disuruh nikah, eh malah kabur trus kelonan sama cewek lain di sini. Lha gue, jomblo terus tiada akhir. Ngenes.

Lebih ngenesnya lagi, gue yang berbagi kamar sama Tristan, harus denger suara-suara ghaib tiap malem dari kamarnya pak Kolonel. Suara desahan cewek dan geraman lelaki. Huh, serem pokoknya. Mentang-mentang dia pucuk komando, dapet jatah kamar sendiri, seenaknya aja menyiksa bawahannya. Bisa bayangin dong gue yang berdua sama Tristan denger kayak gitu. Mending kalau Tristan cewek, bisa gue mintain tolong buat bantu ngocokin. Masalahnya Tristan tuh cowok, ya masak kita kocok-kocokan. Jijay...

Tapi gue akuin Talitha tuh bening banget. Satu-satunya penyegar mata di barak. Dia tergabung dalam relawan kesehatan sebagai perawat. Udah diincer sama pak Kolonel sejak pertama datang ke sini. Oh iya, ngomongin tentang tempat gue ditugasin, nama daerahnya Atambua. Sebuah kota di perbatasan antara Nusa Tenggara Barat dan sang mantan 'Timor Leste'. Tapi bukan di kotanya gue ditempatin, di daerah paling ujung yang membatasi wilayah NKRI dengan RDTL. Garda depan penjaga keutuhan dan keamanan negara.

"Mau langsung pulang apa nongki-nongki dulu nih?" Tristan nanya ke gue.

"Pake nanya lagi. Nongki dulu lah. Udah kering gue"

"Siap laksanakan, Pak" Lelaki itu memberi hormat ke gue dengan tatapan bercanda.

"Tiga jam lagi kita ketemu di sini"

"Tiga jam? Empat jam lah? Mana puas adik gue kalau cuma sebentar"

"Ya elah lo, selangkangan aja diurusin"

"Daripada karatan? Dikocokin sendiri mulu. Mumpung di kota nih. Cari cewek bening dikit, dialusin, dapet goyangan deh. Sakit adek gue denger ritualnya pak Komandan tiap malem. Butuh tempat penyaluran"

Dasar teh celup.

"Ya udah. Empat jam ya? Lo nggak muncul gue tinggal"

"Siap pak" lagi-lagi dia memberi hormat sebelum melenggang pergi.

Episode 2

Meskipun nggak semegah Jakarta, Bandung, Surabaya atau kota-kota besar lainnya, Atambua juga memiliki beberapa diskotik dan tempat hiburan malam lainnya. Sebelum masuk Simphony Bar, gue pastikan seragam dan segala atribut ketentaraan gue sudah di lepas. Ya nggak lucu kan kalau gue pake, dikira mau razia entar. Belum lagi kalau ketahuan, mampus gue dapet teguran.

Setelah memesan minuman yang namanya susah buat gue sebutin pakai lidah, sebuah headset gue pasang ke Samsung Galaxy S9+ warna hitam gue lalu menyambungkannya ke wifi. Setelah memastikan jaringan lancar, gue mulai berselancar di dunia maya mencari harta karun terpendam untuk menemani malam-malam kesepian gue. Sesekali gue lihat sekeliling, kali aja ada bidadari nungsep dari khayangan. Tapi nihil. Yang hilir mudik cuma cewek-cewek lokal, bukan karena mereka nggak cantik, tapi cuma sedikit berbeda dengan selera gue. Gue doyannya sama model-modelan mbak Krystal Jung pacarnya Kai Exo. Ups, kelepasan. Enggak, gue bukan Kpopers kok, tapi adek gue yang di rumah. Tiap hari gue disetelin orang nari-nari nggak jelas. Jadi sedikit banyak gue tau lah. Apalagi ceweknya bening-bening. Wuih.. seger.

Setiap kali pulang atau gue telepon, ibuk selalu nanya kapan nikah. Haduh, maaf ya buk, anakmu ini mungkin terlalu PD, ngarepnya modelan bidadari, padahal diri sendiri kayak monyet nggak pernah mandi. Iya sih gue akuin. Wajah gue nggak ganteng-ganteng amat. Gue juga bukan berasa dari keluarga kaya. Jauh banget lah kalau di bandingin sama pak Komandan. Udah cakep, bersih, kaya, punya jabatan lagi. Pantes Talitha milih dia. Cewek mana di dunia ini yang nggak silau sama uang, jabatan, dan ketampanan. Tristan tuh juga. Udah celap celup cewek sana-sini tapi nggak ada yang diseriusin. Katanya, belum ada yang cocok. Kampret emang. Mana mantannya cantik-cantik semua lagi. Bisa-bisa habis populasi cewek cantik di dunia ini jadi bekasan Tristan semua. Ya Allah, berikan hamba wanita yang cantik, seksi, dan baik hati ya Allah. Yang kulitnya putih, rambutnya panjang, tinggi semampai, kayak bidadari ya Allah. Amin.

"Hei ganteng"

Kutu buset. Gue kaget. Apaan nih? Gue nggak salah lihat kan? Bentar gue ngucek mata dulu.

"Ganteng sendirian aja?"

Gue mengerjap. Ini mah beneran. Bidadari rek. Putih, mulus, tinggi semampai, cantik tiada tara.

Ya Allah, perasaan hamba tidak soleh-soleh amat tapi cepet banget doa hamba dikabulinnya.

Sebentar, ini gue nggak mati kan? Gue nggak di surga kan? Jangan-jangan tadi waktu di bar gue ditembak teroris, terus mati, terus masuk surga, terus ketemu bidadari, terus ng*we. Eh. Maaf ya Allah, hamba khilaf.

"Kok diem sih. Jadi makin seksi gini kan"

Aduh gue ditoel-toel. Mana lembut banget gitu jarinya. Efek kelamaan nggak dibelai.

Gue berdehem. Ayolah Kendra, jangan malu-maluin. Lo harus keliatan cool dan macho.

"Ekhm... lo siapa?"

"Nama gue Khanza. Nama lo siapa?"

"Kendra"

"Ups.. lo lagi ngebokep?"

Mampus. Lupa kan nggak gue matiin ponsel gue.

"Hah.. em.. enggak"

"Enggak salah?" dia ketawa. Manis banget. Bikin gue cenat-cenut.

Dan tiba-tiba dia nemepel ke tubuh gue, "Nonton bareng yuk?"

Hah?

Cantik sih cantik. Tapi kenapa frontal banget. Gue kan nggak ada persiapan. Di saat-saat seperti ini gue berharap Tristan ada di sini, jadi ada yang kasih tau gue gimana cara menangani kasus cewek macem ini.

"Oh selera lo yang Jejepangan kayak gini"

Bukan. Selera gue elo.

"Lo kok diem aja sih. Gemesin tau nggak"

Gue juga gemes. Gemes sama yang nongol di belahan dada lo. Gedhe banget sih.

"Liatin apa?"

"Hah? Eh.. enggak"

Jaga pandangan Kendra.

"Ini ya?" Cewek yang ngaku bernama Kanzha tadi menujuk ke arah payudaranya, menarik sedikit kerah bajunya ke bawah, memperlihatkan lekuk yang bikin kerongkongan gue kering

"Mau coba?"

Mau banget lah. Pake nanya lagi.

"Tapi lain kali aja ya kalau ketemu lagi. Gue cabut dulu. Dada ganteng"

Dan sebelum pergi, bidadari itu ngasih gue satu kecupan di pipi.

Gue membeku. Pipi gue merah.

Jadi gini rasanya di sun sama bidadari. Auto nggak cuci wajah sebulan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!