Hari ini adalah hari pembagian kelas berdasarkan jurusan. Aku terpilih untuk masuk jurusan IPA karena nilaiku dikelas 1 lumayan bagus.
Jadi, menurut orang-orang sekitarku, jika aku bisa masuk jurusan IPA, aku dikategorikan orang pintar. Padahal nyatanya sama saja. Tapi karena ini permintaan Ayahku, ya aku ambil jurusan ini. Jujur saja, aku dijadikan role model dirumah. Karena aku anak pertama dikeluarga. Jadi apapun pilihan orangtuaku harus aku jalani. Begitu setiap hari kuhadapi. Memang bosan sih seperti robot rasanya, tapi aku tahu ini untuk kebaikanku.
Oh ya, sekolahku sangat kecil. Satu jurusan hanya satu kelas. Bayangkan yang terpilih menempati jurusan IPA saja hanya 10 orang. sisanya sebanyak 33 siswa dikelas IPS. Kelas kami begitu sepi, sedangkan kelas sebelah sangat ramai dan gaduh. Berbanding terbalik.
Walaupun kami hanya bersepuluh, aku tidak dekat dengan satupun siswa dikelas ini. Karena semua teman dekatku ada di jurusan IPS.
Dikelas ini ada 4 orang siswi termasuk aku dan 6 orang siswa. Untungnya karena siswa hanya sedikit, wali kelas kami berinisiatif untuk merubah meja dikelas kami. Jadi meja kami disusun seperti huruf U. Andai tidak diubah seperti itu, mungkin aku duduk sendiri.
Selesai merapikan meja, kami semua diminta memperkenalkan diri. Mulai dari ujung meja yang dekat dengan pintu masuk.
"Nama saya Caroline"
"Nama saya Firman"
"Nama saya Felix"
"Nama saya Andi"
Lalu ke sudut meja yang membentuk huruf U
"Nama saya Olan"
"Nama saya Christopher"
Lalu 2 kursi kosong, dilanjutkan dengan saya yang berada di bagian sudut meja lainnya.
"Nama saya Emily"
"Nama saya Lana"
"Nama saya Grace"
"Nama saya Victoria"
Begitulah kami semua memperkenalkan diri satu sama lain. tiba saatnya, wali kelas kami memperkenalkan dirinya sekaligus memilih anggota organisasi dikelas kami.
"Selamat Pagi anak-anak, pasti sudah tahukan nama bapak adalah Rudi Januar. Bapak mengajar pelajaran Fisika di kelas 2 dan 3. Tahun ini bapak dipilih menjadi wali kelas kalian. Mohon kerjasamanya untuk mengikuti aturan aturan di sekolah, jangan membuat masalah. Untuk itu bapak mohon bantuan beberapa siswa dikelas ini untuk mengkoordinir kelas jika bapak tidak ada di tempat. Bapak akan pilih 1 ketua kelas, 1 bendahara, dan 1 sekretaris."
Lalu kemudian Pak Rudi mulai membuka buku absen. dan memanggil nama kami secara acak.
"yang bapak sebutin namanya tolong maju. Firman, Emily, dan Victoria"
Aku pun maju dengan dua orang lainnya.
"Jadi bapak pilih Firman sebagai ketua kelas, mohon di koordinir teman-temannya jika pelajaran kosong. Dan bapak pilih victoria sebagai bendahara, tolong setiap bulan ditagih temen-temennya untuk bayar uang kas. Jumlah kalian yang tentukan sendiri saja nanti. Uangnya digunakan untuk keperluan seperti fotokopi atau jenguk teman yang sakit. Dan kamu Emily, kamu bapak pilih jadi sekretaris. nanti biasanya jam pelajaran kosong, guru akan memberikan catatan atau latihan. Tolong kamu yang bagikan ke teman-teman".
Oh Tuhan, itu lagi keluhku. Dari dulu selalu aku terpilih jadi sekretaris. Tau kan rasanya mencatat dua kali? Pertama di papan tulis, kedua di buku tulisku sendiri. Belum lagi kalau latihan soal. Aku mencatat di papan tulis, teman-temanku menyalin dan menjawab di buku masing masing. Ketika mereka sudah selesai, aku baru memulai.
Sudah sebulan aku berada dikelas ini, tapi belum ada satupun yang dekat denganku kecuali Lana si teman sebelah bangku yang kalau duduk rasanya aku harus ikut bergeser karena tubuhnya yang lumayan makan tempat.
Itupun aku dekat dengannya karena pacarku Eric bersahabat dengannya sejak SD. Jadi obrolanku dan Lana tidak jauh hanya soal Eric.
Oh ya, aku berpacaran dengan Eric sejak kami kelas 1 SMA. jadi kira-kira 8 bulan ini. Tapi Eric sekarang berada di kelas sebelah. Teman dekatku pun hanya dia yg masih rajin mengunjungiku di kelas ini. Setiap istirahat atau sebelum pelajaran dimulai, ia selalu menyempatkan waktu untuk sekedar bertanya kegiatanku dan bercanda gurau denganku. Eric itu pacar merangkap teman dekatku yang lucu. Iya Eric manusia humoris yang bisa menghibur 1 kelasku ketika dia muncul. Karena jujur saja, kelasku rasanya kaku. Orang-orangnya terlalu serius.
Pagi ini ia datang mengunjungiku dikelas. Aku datang selalu lebih awal dari yang lain. Karena, rumahku lumayan jauh dari sekolah.
"Pagi, Mil"
sapanya di pintu kelas dengan senyum sumringah.
"Pagi juga Ric, Kamu udah sarapan?"
tanyaku sambil mengunyah roti cokelat yang aku buat sebelum berangkat.
"Belum, Mil. Mau dong!"
Jawabnya sembari mengambil 1 tangkup roti di tempat makanku, tanpa menunggu jawabanku terlebih dahulu mau berbagi atau tidak.
Kami begitu asik menikmati roti sambil aku mengerjakan PR Biologi yang belum ku selesaikan dirumah. Begitu juga Eric, yang selalu menggambar objek apapun yang dia lihat di depan matanya. Eric memang hobi dan jago menggambar. Tak jarang dia diutus sekolah untuk lomba-lomba kesenian. Jangan tanya gambar apa yang paling dia sering gambar jika kami bersama. Tentu gambar wajahku.
Aku menikmati hari-hariku bersama Eric. Gaya pacaran kami sangat sehat. Hanya sekedar pulang bareng, ngbrolin cita-cita, saling mendukung kegiatan masing-masing, dan bercanda segila-gilanya. Eric benar-benar pacar yang sempurna untukku. Disaat teman-teman dekatku dikelas sebelah tak mengingat keberadaanku. Eric lah yang selalu membuatku ceria.
Sore ini, aku pulang dengan Eric selepas ekskul paskibra. Aku salah satu anggota paskibra sekolah, sedangkan Eric hanya menungguku. Bukan mauku seperti itu. Kadang aku jengah jika Eric bersikukuh menunggu kegiatan ekskul ku yang tak jelas waktunya. Kadang bisa sampai malam. Jujur aku malu dengan teman-temanku, juga tidak enak hati dengan Eric yang mungkin lelah menungguku. Tapi yasudahlah kunikmati saja, asal minggu depan dia tidak ulangi lagi. Aku pasti akan marah lain kali.
Kami berjalan kaki dari sekolah menuju danau yang memang tidak kami lewati kalau kami naik angkutan umum. Kami sepakat setelah sampai danau, baru kami akan naik angkutan umum.
Tapi sesampainya di danau, kami malah berhenti. Padahal hari sudah menunjukkan pukul 17.00 tapi cuaca masih panas. Kami memesan es kelapa dan duduk dipinggir danau. Banyak hal yang kami ceritakan. Seperti biasa, Eric selalu menjadi pendengar yang baik dan aku selalu menjadi pembicara yang cerewet. Eric mendengarkanku sembari mengeluarkan kertas dan pensilnya. Lagi-lagi ia melukis. Eric bisa memusatkan matanya pada kertas dan pemandangan danau ini sedangkan telinganya terpusat pada suara berisikku. Mulutnya pun menjawab setiap pertanyaanku. Dia sangat pandai membagi fokusnya.
Tak terasa hari makin gelap. Hampir maghrib, kami memutuskan untuk pulang. Di dalam angkutan umum, aku baru sadar aku belum melihat hasil gambarnya tadi.
"Ric, tadi kamu gambar apa? aku belum lihat lho"
tanyaku penasaran.
"ada deh, besok aja ya kamu liatnya"
Jawabnya cuek.
"Biasanya langsung dikasih liat, plis dong Ric liat" Rengekku padanya.
"Kiri bang"
sambil tersenyum licik dia memberhentikan rengekanku dan membuat abang angkot menginjak rem mendadak.
"turun tuh nanti kelewatan mau kuajak ketemu calon mertua?"
Canda Eric menambah tanda tanya diwajahku. Aku turun lebih dulu karena rumah Eric masih lebih jauh dari rumahku.
Pagi ini seperti biasa, aku menjadi penghuni kelas pertama. Walaupun aku terlambat 15 menit dari biasanya, tetap teman-teman sekelasku belum terlihat satupun. Jam sudah menunjukkan pukul 06.45. Artinya sudah 30 menit aku disini tapi tidak ada tanda-tanda dari keberadaan Eric. Kelas mulai ramai. Tidak biasanya Eric tidak menemuiku. Mungkinkah Eric terjebak macet? pikiranku mulai mencari-cari keberadaan Eric mencoba menerka nerka. Atau mungkin Eric sakit karena kelelahan menungguku kemarin? Akhirnya aku putuskan untuk mencari Eric di kelasnya. Tapi tidak juga aku temukan.
Bel masuk sudah berbunyi, aku mengurungkan niatku mencari Eric ke lapangan. Aku duduk di kursiku, lalu aku bertanya kepada Lana,mungkin Lana akan tau.
"Lan, lu tau Eric dimana?" tanyaku.
"ciye nyariin" Ledek Lana.
"Ih jangan bercanda, dia sakit ya?"
tanyaku gelisah.
"ada kok tadi sm gue di lapangan"
jawab Lana yang membuatku mengernyitkan dahi.
"Kenapa dia gak nemuin gue ya? dia marah sm gue kali ya? tapi salah gue apa? Dia cerita gak sama lu?"
cecarku kepada Lana.
"Lu udah ngecek kolong meja lu?"
jawab Lana singkat.
Kumasukkan tangan kananku kedalam kolong meja. Apa sih maksud Lana dumelku dalam hati. And Taraaaa i found something. Kutarik ternyata bungkusan berupa kotak berukuran kecil. Aku mau buka tapi Bu Ika guru Bahasa Inggris sudah masuk. Kalau dia sampai tahu, Hmm habislah aku. Bu Ika terkenal galak kalau ditemukan murid yang gak serius jam pelajarannya. Kuurungkan niatku membukanya. Tapi sumpah aku penasaran banget apa isi kotak ini dan apa hubungannya dengan ketidakhadiran Eric di kelasku pagi ini.
Ketika pelajaran Bu Ika masih berlangsung, kulihat di luar jendela Eric ke arah toilet. Toilet siswa memang melewati kelasku. Tapi kulihat Eric hanya menunduk. Aku semakin khawatir dengan Eric. Padahal biasanya jika melewati kelasku, Eric melambaikan tangan sambil joget-jodet menggodaku.
Akhirnya kuputuskan membuka isi kotak itu pelan-pelan supaya tidak terdengar oleh Bu Ika. Ternyata didalamnya ada sepucuk surat, gulungan kertas dan gantungan kunci berupa stik drum mini. Untuk saat ini aku tidak peduli dengan gulungan kertas dan hadiahnya. Aku hanya peduli dengan isi suratnya. Kubuka dan kubaca dibawah meja.
"halo mil, maaf ya pagi ini aku gak nemenin kamu kerjain PR. Gapapa kan sekali kali kamu harus ngobrol sama temen-temen sekelasmu? Gimana kamu mau deket sama yang lain, kalo kamu cuma ngobrolnya sama aku.yakaannn?Mil, Semakin hari aku semakin bersyukur sama Tuhan karena aku punya kamu. Semoga cita-cita kita tercapai ya Mil. Supaya aku bisa nikahin kamu. Oh ya Mil, ini ada 2 hadiah kecil buat kamu. Semoga kamu suka. Salam sayang, Eric".
Ahhh Eric, kamu emang manis tapi nyebelin. Aku jadi senyum-senyum sendiri di mejaku. Aku pikir ada apa dia cuekkin aku. Tapi benar juga kata Eric, aku harus mulai membuka diri dengan teman-teman sekelasku ini. Harus terima kenyataan merekalah yang akan tertawa dan menangis bareng aku nanti sampai aku lulus.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00, bel istirahat berbunyi. Aku membuka gulungan kertas yang diberi pita merah tadi. Ternyata itu gambar Eric kemarin sore di danau. Gambar itu begitu indah dan nyata. Eric menggambar pemandangan Danau dan sekelilingnya juga aku di dalamnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!