Tania anak yang lugu dan polos, semenjak umur 5 tahun dia sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya akibat kecelakaan, dia diadopsi oleh pamannya.
Dia tinggal di rumah pamannya di sebuah kota A, karena pamannya lah satu-satunya keluarga yang dia punya setelah kedua orang tuanya.
Keluarga pamannya tidak menyukai Tania, kedua sepupunya Toni dan Rin selalu mengganggu dan menyiksa Tania setiap harinya.
Tania tidak pernah berani melawan kedua sepupunya karena dia menganggap mereka seperti saudaranya sendiri, istri pamannya juga tidak menyukai Tania.
Tania hanya dianggap sebagai pembantu di rumah itu, cuman pamannya yang menyayanginya dengan tulus. Setelah Tania tumbuh dewasa dia ditekan oleh bibinya kalau dia masih mau tinggal di keluarga pamannya, dia harus bekerja dan mencari uang untuk bibinya.
Di umur 17 tahun setelah dia lulus SMA, dia pindah ke kota B, untuk bekerja membantu pamannya mencari uang tambahan untuk keluarga kecilnya.
Tania bekerja di sebuah Restoran tempat makan di pinggir jalan. Setiap bulannya dia selalu mengirimkan separuh dari penghasilan yang dia dapatkan kepada bibinya untuk membantu ekonomi pamannya sedang dalam kondisi terpuruk.
Di tambah lagi pamannya sekarang sakit-sakitan, cuman Tania lah satu-satunya yang bisa membantu ekonomi pamannya. Kedua anak dari pamannya hanya tau menghabiskan uang untuk berfoya-foya.
Sedangkan Denis adalah keluarga mafia serigala putih terbesar dan terkaya di kota B, dari kecil dia sudah diajarkan bagaimana kehidupan mafia yang kejam dan sejak kecil dia sudah diajarkan menggunakan senjata api oleh ayahnya.
Denis hanya dekat dengan ibunya, sedangkan ayahnya sibuk dengan bisnisnya mafianya. Membuatnya jarang mempunyai waktu bersama untuk bertemu dengan ayahnya, semenjak Denis kehilangan ibunya akibat penculikan yang dialami saat dia berusia 5 tahun.
Demi menyelamatkan Denis, ibunya tertembak oleh penculik sekaligus musuh ayahnya. Saat dia mencoba menyelamatkan putranya yang disekap di sebuah gedung kosong di kota A. Ibunya datang dengan beberapa anggota mafia serigala putih, sedangkan ayahnya Denis yang berada di kota C yang mendengar putranya diculik dia langsung kembali ke kota A.
Tapi sayangnya dia tidak sempat menyelamatkan istrinya, saat dia sampai di gedung. Dia sudah melihat istrinya tergeletak berlumuran darah di seluruh tubuhnya, sedangkan Denis masih berada di dalam gudang.
Semenjak kejadian itu, sifat Denis berubah menjadi anak yang pemarah, sombong dan tidak peduli dengan orang lain. Dia orang yang dingin di keluarganya.
Pada saat dia beranjak dewasa umur 17 tahun, dia sudah menggantikan posisi ketua geng mafia serigala putih, dia menggantikan ayahnya yang sakit lumpuh akibat kecelakaan di kota A.
Dia dijuluki sebagai bos mafia berdarah dingin, karena dia tidak mengenal kata maaf dan sangat kejam kepada semua musuh-musuhnya. Tidak ada yang berani berhadapan langsung dengannya.
Mafia naga merah adalah mafia terkaya dan terkuat setelah mafia serigala putih mereka hampir mempunyai kedudukan yang sama. Yang membedakannya naga merah berada di kota C dan, bisnisnya mempunyai 45 persen di beberapa kota besar dunia, sedangkan mafia serigala mempunyai 75 persen di beberapa kota besar di dunia.
Keluarga mafia serigala putih dan keluarga mafia naga merah dulunya adalah teman dan sekaligus keluarga dari ibunya, tapi semenjak meninggalnya ibu Denis sekaligus putri mafia naga merah. Menyebabkan permusuhan akibat ayah Denis yang tidak bisa menjaga ibunya Denis, kakak dari ibunya menyalahkan ayah Denis yang tidak bisa menjaga keluarganya. Dia hanya mementingkan bisnis mafianya saja, sampai dia melupakan keluarganya.
.
.
.
.
.
.
.
Di pagi hari... Terpancar sinar matahari dari jendela kamar apartemen Tania, membuat dia terbangun dari tidurnya.
Seperti biasa, Tania akan menyiapkan sarapan pagi dan membereskan apartemennya, sebelum dia pergi bekerja.
Tania sudah mau telat pergi bekerja, tidak sempat menghabiskan sarapan paginya. Dia memasukkan roti yang dia buat ke tempat bekalnya.
Sesampainya Tania di tempat kerjanya, dia bertemu dengan teman SMA nya yang menjadi pelangannya
"Nona ini pesanannya, masih ada lagi yang mau dipesan?" ucap Tania.
"Ehhh kamu Tania kan, teman sekelasku yang dulunya dipanggil si culun." Ucap teman sekelas Tania sambil tertawa lepas bersama teman temannya
"Iya kita teman sekelas, tapi aku sudah lupa sama kamu." Ucap Tania tertawa kecil.
"Dasar gadis sialan, kamu pikir kamu itu siapa, nggak usah pura-pura nggak tau deh. Bisa-bisanya kamu nggak tau aku, anak terkeren dan tercantik di sekolah, semua orang tau namaku Rose." Ucap Rose dengan nada suara yang tinggi.
"Maaf tapi aku benar-benar lupa sama kamu." Ucap Tania.
"Kalian tau nggak sih, dia dulu teman sekelasku, dari dulu dia itu suka dibully, dikatain si culun. Aku kira dia akan berubah, taunya gitu aja hidupnya, kalau sudah miskin akan tetap miskin aja sih." Ucap Rose sambil tertawa bersama teman temannya.
Teman-teman Sma Tania mengolok-olok dirinya.
"Kasihan banget yah dari Sma dibully mulu, setelah lulus pun sama aja." Ucap salah satu temannya tertawa, sambil menepukkan telapak tangannya dengan tangan Rose.
"Kalau tidak ada pesanan yang lain, mohon maaf aku akan balik ke tempat saya." Ucap Tania, sambil memegang nampan.
"Tunggu dulu si culun, aku masih mau pesan kopi panas." Ucap Rose.
"Baik, tunggu sebentar yah Nona."
Tania balik ke dapur untuk menyiapkan kopi yang dipesan Rose.
"Tunggu aja... Aku akan balas karena kamu sudah pura-pura nggak tau namaku," batin Rose.
Tania kembali ke meja Rose mengantarkan kopi pesanannya tiba-tiba Rose menghadang kakinya membuatnya terjatuh, dan kopinya tertumpah ke baju Tania.
"Kasihan banget sih kamu Tania, dari dulu kamu mau saja dibodohin." Ucap Rose, tertawa.
"Aku ada salah apa sama kalian, kenapa kalian selalu menggangguku." Ucap Tania dengan raut wajah kesal, sambil berdiri membersihkan bajunya yang terkena tumpahan kopi.
Tiba-tiba pemilik restoran datang.
"Ini ada apa ?" ucap pemilik restoran, sambil berjalan menuju ke arah Tania.
"Anak buah anda tidak bisa melayani kami dengan baik, saya memesan kopi panas tapi kopinya sengaja dia tumpahkan." Ucap Rose dengan nada suara tinggi.
"Bukan seperti itu Pak, saya tersandung di kaki dia, saya tidak sengaja melakukannya."
"Maaf Nona, kejadian seperti ini sebelumnya tidak pernah terjadi, para pelayan saya selalu memberikan pelayanan yang terbaik. Mungkin ini cuman kesalahpahaman saja." Ucap pemilik restoran.
"Dia itu sudah menumpahkan kopi saya, seharusnya dia dipecat." Ucap Rose dengan nada marah.
"Maaf yah Nona, di sini yang punya wewenang untuk memecatnya itu cuman saya." Ucap pemilik restoran dengan nada suara tinggi, dengan raut wajah serius.
"Silakan Nona dan teman-temannya keluar dari restoran saya." Ucap pemilik restoran, sambil menunjukkan pintu keluar kepada Rose dan teman-temannya.
"Kamu tidak apa-apa Tania, apa mereka menyakitimu?" ucap pemilik restoran.
"Saya tidak apa-apa kok Pak, terima kasih Pak sudah mau menyelamatkan saya dari mereka."
"Iya sama-sama Nak, lain kali kalau kamu digituin lagi kamu jangan cuman diam aja harus bela diri."
"Iya Pak aku cuman malas aja berurusan sama mereka."
"Yah sudah kamu balik kerja lagi."
Tania kembali ke dapur dengan raut wajah kesal.
Menjelang tengah malam waktunya Tania pulang, seperti biasanya Tania pulang tepat pukul 22:00, dia langsung pulang seperti biasanyamelewati gang kecil di dekat apartemennya. Tiba-tiba dia melihat ada beberapa orang yang mengeroyok seorang pria.
"Woiiii... " Ucap Tania berteriak sambil berlari menghampiri segerombolan pria itu sambil memegang kayu, yang dia ambil dari samping tong sampah.
"Apa yang kalian lakukan kenapa kalian mengeroyok pria itu." Ucap Tania sambil berdiri di depan pria yang dikeroyok, dengan mengayunkan tangannya yang memegang kayu kepada para penjahat itu.
"Gadis cantik cepat pergi dari sini, ini bukan urusanmu." Ucap salah satu pria itu, sambil tertawa.
"Aku tidak akan pergi sebelum kalian melepaskan pria itu!" Ucapnya dengan nada marah.
"Apa yang kau lakukan wanita bodoh, apa kamu mau mati disini, cepat pergi dari sini. Aku bisa mengatasi masalahku sendiri." Ucap Denis.
"Dasar pria bodoh kalau kau bisa mengatasi mereka, kenapa kamu bisa babak belur." Ucap Tania dengan kedua tangannya di pinggang.
"Kalian nggak usah banyak omong, kalian cepat bereskan wanita itu, aku akan urus pria ini." Ucap pria itu sambil mengeluarkan pisau dari sakunya.
Beberapa pria lain mencoba menarik Tania, tapi tidak di sangka Tania malah menghajar mereka semua. Dengan ilmu beladirinya yang dia pelajari dari ayahnya sewaktu dia masih kecil.
"Jangan berani-berani yah kalian menyentuhku, kalau kalian masih mau hidup." Ucap Tania sambil menghajar para penjahat itu.
Bosnya yang melihat anak buahnya yang dilumpuhkan oleh seorang wanita langsung mencoba menusuk Tania.
"Dasar wanita ******, mati kau." Ucap pria itu, sambil mengayunkan tangannya yang memegang pisau ke lengan Tania.
Tania tidak sempat untuk menghindar dari pisau yang mengores kedua lengannya dari arah belakang. Salah satu para penjahat memukul punggung Tania hingga pingsan, sedangkan Denis terduduk diam tidak bisa bergerak. Akibat luka yang ada di punggung dan lengannya.
Tiba-tiba dari arah jalan gang, terdengar suara orang yang sedang berlari menuju ke tempat itu.
Bersambung......
Ternyata yang datang adalah anak buah Denis.
"Maaf kami datang terlambat, apa Bos baik-baik saja?" ucap para anak buahnya.
"Saya tidak apa-apa, tangkap mereka dan bawa ke tempat kita. Jangan biarkan mereka kabur dari sini."
Puluhan anak buahnya menangkap orang-orang yang melukai dirinya.
"Tuan luka anda sepertinya sangat parah, punggung anda masih ada peluruh yang belum dikeluarkan dan lengan Tuan, sebaiknya kita langsung pergi ke rumah sakit." Ucap anak buahnya, sambil membantu Denis berdiri.
"Apa kamu bodoh, berapa lama kamu bekerja dengan ku, aku tidak bisa ke rumah sakit, masih banyak musuh yang mengintai. Mereka akan semakin gampang melukaiku jika aku dirawat di rumah sakit, bawa aku pulang ke rumah." Ucap Denis dengan nada dingin dan tatapan mata yang kejam.
"Maaf Tuan." Ucap anak buahnya, dengan badan yang gemetaran.
"Bawa gadis itu bersamaku!"
"Siapa gadis itu Tuan?" ucap anak buahnya.
"Tidak usah banyak tanya, apa kamu masih mempertanyakan keputusanku." Ucap Denis, dengan wajah dinginnya.
"Baik Tuan." Ucap anak buahnya, sambil menundukkan kepalanya.
Tania dibawa pergi ke rumah Denis.
Di ruangan terpisah, Tania dirawat bagaikan seorang nyonya.
Ruangan Tania.
"Bagaimana keadaan gadis itu?" ucap Denis bertanya ke Arya, Dokter pribadinya.
"Gadis yang pemberani, luka di lengannya sudah cukup membaik, aku sudah memberikan salep biar luka di tangannya tidak membekas. Dia cuman butuh istirahat." Ucap Arya, sambil tersenyum tipis.
"Bagus, kalau dia sudah sadar langsung beritahu aku." Ucapnya dengan tatapan mata yang tajam.
"Kakak mendingan aku obatin dulu luka-lukamu, lukamu sangat dalam kalau tidak diobati segera. Bisa-bisa dia infeksi." Ucap Arya khwatir dengan kondisi kakaknya itu.
"Nanti aku obati sendiri!" Ucap Denis dengan tatapan sinis.
"Cuman gara-gara seorang gadis kamu suruh aku datang 5 menit doang, aku kira kamu sudah mau sekratulmaut. Ternyata cuman mau obatin gadis ini," ucapnha tertawa, sambil geleng-geleng kepala.
"Tugasmu sudah selesai, sekarang kamu pulang."Ucap Denis, dengan nada suara pelan dan wajah dinginnya.
"Gila... Cuman gitu aja, aku juga enggak dikasih minum." Ucap Arya menangis berteriak kakak jahat, sambil berlari keluar dari ruangan Tania.
"Dasar anak cengeng." Ucap Denis geleng-geleng kepala sambil memegang tangannya yang terluka.
"Moris cepat ke sini," ucap Denis memanggil pembantu pribadinya.
"Iya Tuan, ada apa?"
"Ambilkan kotak P3K, dan bawakan saya es batu. Saya tunggu di ruangan kerjaku," ucapnya dengan tatapan dingin sambil berjalan keluar dari ruangan Tania.
Para pembantu di rumah Denis heran, kenapa tuan Denis bisa membawa pulang seorang gadis. Padahal Denis tidak pernah mengizinkan wanita masuk ke rumahnya.
"Kalian tau gadis itu siapa?" ucap salah satu pembantu, kepada para pembantu lainnya yang ada di ruangan Tania.
"Jangan menggosip, nanti Tuan Denis mendengarnya, tamat riwayat kalian kalau dia mendengar kalian menggosipkannya." Ucap Moris, berjalan meninggalkan ruangan Tania.
Dia pergi mengambilkan kotak PK3 untuk Tuan Denis.
"Satu hal lagi jangan tinggalkan gadis ini sendirian. Kita tidak tau dia siapa dan apa tujuannya, bisa jadi dia mata-mata musuh." Ucap Moris, dengan suara pelan dengan tatapan tajam.
Ruangan kerja Denis.
"Kenapa gadis ini membahayakan dirinya untuk orang dia tidak kenal sama sekali?"
Denis tampak berpikir keras sambil berbaring di sofa.
Tok... Tok... Tok
"Aku membawakan kotak P3K Tuan." Ucap Moris sambil berjalan masuk ke dalam ruangan Denis.
"Taruh di atas meja kerjaku." Ucap Denis sambil berdiri dari sofa.
Moris berjalan masuk meletakkan kotak P3K.
"Bagaimana dengan gadis itu, apa dia sudah sadar?"
"Belum Tuan, mungkin besok pagi dia akan sadar."
"Kamu awasi terus gadis itu, kalau dia sudah sadar beritahu padaku." Ucapnya dengan tatapan dingin.
Moris meninggalkan ruangan Denis, kembali ke ruangan Tania.
Denis sedang mengobati lukanya sendiri di ruangannya, tanpa bantuan siapapun karena dia tidak suka tubuhnya dipegang oleh orang lain. Selain Dokter pribadinya tidak ada yang pernah menyentuh tubuhnya.
Keesokan harinya.
Di ruangan Tania. Para pembantu menunggu dia semalaman untuk memastikan apa dia akan sadar atau tidak.
Tania terbangun.
"Aduh kenapa kepalaku sakit sekali, ini apartemenku kok berubah jadi mewah kaya istana? dan mereka siapa kenapa banyak sekali orang di kamarku," ucapnya heran melihat pembantu Denis yang berdiri mengelilingi tempat tidurnya.
"Nyonya sudah bangun?" ucap Moris.
"Sejak kapan aku jadi nyonya, sepertinya aku sedang bermimpi, aku harus bangun." Ucap Tania sambil mencubit cubit tangannya.
"Anda sedang tidak bermimpi. Nyonya sedang ada di rumah Tuan Denis."
"Siapa Tuan Denis?" ucapnyw dengan raut wajah kebingungan.
Tiba-tiba Denis datang.
"Gadis bodoh kau sudah lupa denganku." Ucap Denis, sambil berjalan masuk keruangan Tania.
"Kamu pria yang kemarin malam yang dikeroyok, kok bisa di sini?" ucap Tania, dengan raut wajah terkejut duduk di atas kasur.
"Emangnya kenapa kalau aku di sini, ini kan rumahku." Ucap Denis dengan nada suara yang pelan.
"Woow jadi kamu Tuan Denis." Ucap Tania melongo.
"Moris, telepon Dokter Arya suruh dia datang sekarang aku tunggu dia 5 menit kalau dia terlambat 1 detik saja. Aku akan mengirimnya ke Afrika latihan militer selama 5 tahun." Ucap Denis, dengan tatapan mata yang serius.
"Baik Tuan." Ucap Moris, berjalan keluar dari kamar Tania.
Bersambung
Jangan lupa like dan komentar 😊
Moris menelpon Tuan muda kedua.
...Kring......
...Kring......
...Kring......
"Halo Tuan Arya,"
"Iya ada apa Moris, kenapa kamu menelpon saya pagi-pagi buta begini?" ucap Arya sambil menguap, beranjak duduk di kasurnya.
"Tuan Denis, meminta Tuan Arya datang ke sini sekarang, dia menunggu anda 5 menit dari sekarang. Kalau Tuan Arya telat 1 detik saja. Kata tuan Denis dia akan mengirim Tuan Arya ke Afrika untuk latihan militer selama 5 tahun."
"Kakakku sudah gila yah, dia pikir rumahnya dengan vilaku itu dekat apa," ucap Arya dengan raut wajah kesal.
"Sampaikan pesanku, aku akan segera ke sana." Ucapnya sambil mematikan teleponnya.
Arya melempar ponselnya ke tempat tidur, dengan raut wajah yang kesal akan perintah kakaknya tidak masuk akal itu.
"Dasar Kakak gila, bisa-bisanya dia mau mengirimku ke Afrika latihan meliter selama 5 tahun, apa dia mau membunuhku secara perlahan."
Arya langsung berjalan keluar dari kamar menuju ke basement mobilnya.
Di sisi lain di rumah Denis.
Moris kembali ke kamar menyampaikan pesan Arya "Tuan, tuan muda kedua akan segera datang."
"Siapkan sarapan untuk gadis ini makan, masak semua makanan yang enak." Ucap Denis dengan tatapan dingin.
"Tidak perlu repot-repot Bi, saya bisa masak sendiri." ucap Tania sambil beranjak berdiri dari tempat tidur.
"Panggil saja saya Moris, Nona itu sudah tugas kami. Nona istirahat saja."
"Tidak perlu, saya tidak mau merepotkan orang lain." Ucap Tania berjalan keluar dari kamar.
Tiba-tiba Denis langsung menggendong Tania.
"Kau masih sakit jangan banyak bergerak, duduk dan diam di tempat tidur." Ucap Denis dengan nada tinggi sambil menggendong Tania kembali ke tempat tidur.
"Lepaskan, aku bisa berjalan sendiri." Ucap Tania, dengan raut wajah malu.
Tiba-tiba Arya datang dengan wajah yang masih mengantuk dengan rambut yang berantakan dengan baju piyama yang masih melekat di tubuhnya.
"Kau menyuruhku datang sepagi ini, cuman untuk melihat kau bermesraan dengan gadis ini." Ucapnya berjalan masuk ke ruangan Tania dengan raut wajah sedih
"Tutup mulutmu, apa kau mau aku mengirimmu ke Afrika." Ucap Denis dengan tatapan mata yang dingin.
"Ampun... Kakak jangan kirim aku ke sana."
Arya merengek seperti bayi memegang tangan kakaknya memohon agar kakaknya tidak melakukan itu.
"Lepaskan tanganku, cepat periksa gadis itu!"
"Baiklah Kak." Ucap Arya dengan raut wajah kesal.
Melihat ada pria lain Tania langsung bertanya "Siapa dia?"
"Gadis manis, aku Dokter Arya sekaligus Tuan muda kedua dari rumah ini." Ucapnya sambil tersenyum lebar.
"Kamu yang merawatku, terima kasih Tuan muda kedua." Ucap Tania sambil tersenyum.
"Gadis manis panggil saja aku dengan sebutan Arya, kamu tidak perlu memanggilku dengan nama lengkapku. Aku lebih suka dipanggil dengan namaku saja."
Melihat perbeda sikap Tania ke Arya membuat Denis meras Tania senang berbicara dengan adiknya itu.
"Kenapa gadis itu tersenyum seperti itu ke Arya, sedangkan denganku dia tidak tersenyum seperti itu." Batinnya.
"Dia sudah membaik, aku akan memberikan obat untuk penyembuh luka-lukanya, sekarang dia bisa beraktivitas seperti bisanya." Ucap Arya, sambil menuliskan resep obat.
"Terima kasih Dokter Arya, berarti aku sekarang sudah bisa pergi berkerja." Ucap Tania dengan raut wajah gembira.
"Gadis bodoh kau habis terluka, tapi masih saja memikirkan perkerjaanmu." Ucap Denis.
"Jika aku tidak pergi berkerja bagaimana aku bisa membiayai kehidupan keluargaku, dasar pria bodoh." Ucap Tania dengan raut wajah kesal.
Tania berdiri dari tempat tidur, berjalan keluar dari ruangannya menuju lantai bawah.
"Aku akan pulang sekarang, terima kasih sudah mengobati lukaku." Ucap Tania dengan wajah tersenyum.
"Dasar gadis bodoh tinggal lah dulu sampai kau sembuh." Ucap Denis berteriak.
"Tidak perlu Tuan Denis, saya merasa sudah sembuh." Ucap Tania dengan nada suara pelan.
"Wahh, kau diacuhkan oleh seorang wanita Kak." Ucap Arya sambil tertawa.
Ini pertama kalinya dia melihat seorang pria kejam yang tidak menyukai wanita ada disekitarnya diacuhkan.
"Diam kau!" Ucap Denis, dengan raut wajah yang kesal.
"Lebih baik aku juga pergi dari sini, sebelum aku juga kena api amarahmu." Ucap Arya sambil tertawa keluar dari kamar itu.
Tania meninggal rumah Denis kembali ke apartemennya menaiki taksi.
Apartemen Tania.
"Akhirnya aku sampai ke apartemenku, rasa nyaman sekalih. Aku merindukan tempat tidurku." Ucap Tania berguling-guling mencium tempat tidurnya.
"Aku hampir lupa, aku harus pergi kerja."
Tania buru-buru bangun dan bersiap-siap untuk pergi berkerja.
Di rumah Denis
"Bos bagaimana dengan orang-orang yang menyerang Tuan kemarin malam, apa yang harus kami lakukan," tanya salah satu anak buahnya.
"Aku akan pergi menemui mereka, aku mau tau siapa yang menyuruh mereka membunuhku." Ucap Denis dengan sorot matanya yang begitu tajam melihat anak buahnya.
Denis pergi bersama para anak buahnya ke tempat gudang penyimpanan yang sudah lama kosong di wilayah kota B, tempat di mana semua para penjahat yang menyerang Denis disekap.
Gudang penyekapan.
Denis berjalan masuk ke gudang, dengan gagahnya dia berjalan sambil memegang senjata api di tangannya duduk di kursi.
"Siapa yang menyuruh kalian?" ucap Denis sambil, menodongkan senjata api di kepala satu parah penjahat.
"Aku tidak akan memberi tau kan siapa tuanku, walaupun aku harus membayarnya dengan nyawaku," ucap pria itu dengan lantang.
"Kau sangat setia pada tuanmu!" ucap Denis tertawa lepas.
"Kalau begitu aku akan mengirimmu ke neraka." Ucap Denis sambil menembak kepala pria itu.
...Door !!!!...
...Door !!!!...
...Door !!!!...
Dengan brutal Denis menembak kepala penjahat itu, masih tersisa 4 orang. Para penjahat yang melihat salah satu temannya terbunuh merinding ketakutan sambil menundukkan kepalanya.
"Kalian siksa mereka sampai salah satu dari mereka mau memberitahukan siapa yang menyuruh mereka membunuhku." Ucap Denis dengan tatapan wajah dingin dan kejam.
Denis berjalan meninggalkan gudang dengan tatapan mata yang mengerikan.
Denis yang penasaran dengan gadis yang menyelamatkan dirinya meminta Moris untuk mencari data diri gadis itu.
...Kring ......
...Kring ......
...Kring ......
"Halo Tuan, ada apa ?"
"Aku mau kau cari tau identitas gadis kemarin malam kurang 24 jam. Kau harus memberitahuku setelah aku pulang dari Kota A."
"Baik Tuan," ucap Moris menutup teleponnya.
Denis pergi kota A untuk bertemu geng mafia ular hijau, yang terkenal dengan taktik keganasan dan pengedar narkoba terbesar di dunia. Setelah geng mafia serigala putih.
Bersambung .....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!