NovelToon NovelToon

Letter To My Albino

Adaptasi

Ela D'naisy Rain itu namanya dan biasa di panggil Ela. Saat ini ia duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) semester akhir.

Dulu saat mau masuk ke SMA banyak drama yang terjadi antara Ela, Mama Nia Naisy, Kakak Anir dan juga Papa Roy Diray.

...~•~[Ruang Keluarga]~•~...

Papa Roy secara tiba-tiba mendaftarkan Ela ke salah satu sekolah swasta terkenal di daerah Bandar Lampung yang membuatnya terkejut.

Karena banyak yang bilang kalau daerah di sana itu rawan begal lah, orangnya galak-galaklah dan semacamnya.

Ela langsung menolak tawaran itu mentah-mentah dengan berbagai alasan.

"Aku gak tau itu di daerah mana dan letaknya dimana."

Papa Roy lalu mengajak Ela duduk di sofa sembari menceritakan daerah tersebut.

“Bandar Lampung itu kota tapis berseri. kota tersebut  juga sering di beri julukan indonesia mini, mengapa? Karna di Lampung atau tepatnya di Bandar Lampung memiliki berbagai macam suku dan ras yang ada di seluruh Indonesia dan bertempat tingal disana.”

“Terus suku aslinya ada?” tanya Ela.

“Ada, namun mereka tinggal di daerah  yang cukup jauh dari kota Bandar Lampung itu sendiri. Misalnya di daerah Liwa, Menggala, Sukadana, Kota Bumi dan Kalianda. Itu contoh sedikitnya aja dan kalau langsung ke sana ya pastinya banyak banget deh."

"Nah, daerah Lampung itu adalah pintu gerbang dari daerah sumatra dan banyak sekali tempat wisata disana, pasti kamu bakal suka deh!” lanjut papa menjelaskan lagi.

“Huh.. ga! Aku ga mau ke sana titik papa kan tau kalau aku ga suka beradaptasi di daerah baru nanti kalo ga. Ih taulah pah aku pokoknya ga mau ke sana titik!” lalu pergi menuju kamarnya.

Jujur saja Ela orang yang suka menyendiri tak suka beradaptasi dan tak juga menyukai kebisingan kota disini.

Tapi kalau harus pergi dari tempat ini rasanya ia tak sanggup, begitu banyak temannya disini walau mereka sering membuat saya kesal.

Tapi Ela juga tak suka bila harus beradaptasi di tempat yang tak ia sukai dan berkali-kali Ela menolak papanya malah mengancam Ela seperti ini

"Oke, boleh aja kalau kamu mau disini. Tetapi ada beberapa syaratnya," papa Roy mengajukan sebuah syarat.

"Apa?" tanya Ela kesal.

"Yang harus kamu setujui pertama, uang jajan papa tarik semua dan gak akan papa kasih sepeserpun uang jajan."

"kedua, gak ada holiday atau travelling. Ketiga : koleksi  komik-komik kamu akan papa tarik dan akan papa rongsokin."

"Dan yang terakhir, pulang pergi kamu harus naik angkutan umum, serta semua kartu belanja kamu bakal papa blokir!"

"Banyak amat ih?!" rengek Ela.

Dengan spontan Ela langsung menjawab lagi perkataan sang papa.

"Yaudah iya aku mau! tapi jangan pernah ganggu koleksi komik aku dan juga kartu belanja aku!” mendengar perkataan itu mama, papa, dan kakak tersenyum manis.

Mereka akan mengirim Ela kesana setelah lebaran selesai dan sepertinya Ela akan di titipkan di tempat.

"tante rempong yang cerewet itu deh. Hah! Aku bener-bener ga suka ini!" gumam Ela dikamarnya.

Malam hari itu juga Ela langsung mengabarkan Bimo Leopard, yang merupakan teman masa SDnya dan sampai detik ini masih bersama.

“Mo, gua bakal sekolah di Bandar Lampung. Jadi see you next time ya!” Keluh Ela dan tak lama kemudian Bimo membalas chat tersebut.

“Wahhh serius la? Kapan lu kesananya?”

“Seriuslah masa kidding! Papa bakal ngirim gw ke Lampung habis lebaran nanti. Jadi salam untuk temen-temen yang laen ya!”

“Ya sedih nih kan jadinya, See you next time ya La.”

...~•~[ HARI RAYA IDUL FITRI ]~•~...

Sebulan setelah Ela mengabarkan bahwa dirinya harus sekolah di Bandar Lampung, teman-teman akrab Ela datang dan berkumpul di rumahnya.

“Yaaaa, bakal kangen berat neh sama misis silent!” seru Ryca Kim teman sebangku Ela dari SD hingga SMP.

“Nanti setelah lulus SMA kita bisa kumpul bareng lagi kan?!” lanjut sahabatnya sembari memeluk Ela dengan erat.

Ela hanya mengangguk-anggukan kepala saja sembari menyeka air mata, dan Mereka semua juga tak lama berada dirumah Ela hanya 3 jam lebih disini.

Setelah lebaran berlalu,  papa dan kak Anir masih memiliki waktu untuk menemani Ela pergi ke Bandar Lampung.

Untuk mengantarkan Ela ke rumah tante Arista sembari meminta izin secara resmi bahwa Ela akan tinggal disini selama tiga tahun untuk mengeyam pendidikan SMA.

Kala itu mereka semua memakai transportasi udara untuk  pergi ke Bandar Lampung.

Harga tiketnya lumayan mahal kalau langsung dari Bandung – Bandar Lampung.

Entahlah berapa jam mereka berada di pesawat ini karna Ela hanya merasa semua waktu disini berjalan lamban sekali dan akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan.

Kakak Anir D’naisy itu adalah kakak laki-laki Ela yang super hebat, super ngeselin, serta super baik sekali.

Saat turun dari pesawat kak Anir lah yang merangkul Ela agar tidak terpencar jauh dari keluarga, sembari mencubiti pipi Ela yang lumayan chuby ini.

Kak Anir memang orang yang tak banyak bicara karna ia hanya fokus pada pekerjaannya dan juga keluarganya.

Tetapi saat ia benar-benar marah atau emosinya memuncak, ia tak segan melontarkan kata-kata yang membuat orang sakit hati.

...~•~[ Bandar Lampung ]~•~...

Mereka masih berada di bandara karna sedang menungu tante Arista menjemput mereka semua dan tak lama kemudian tante datang dengan mobil Pajero berwarna putih.

Ia menyambut Ela dan keluarga dengan hangat lalu tante Arista membantu menaruh beberapa koper yang mereka bawa ke belakang mobil tersebut.

“Tante biar saya aja yang ngendarai mobilnya," kak Anir menawarkan diri untuk menyetir mobil tersebut dan tante hanya mengiyakan saja.

30 menit di perjalanan yang membosankan ini dan sesampainya dirumah tante mereka di sambut lagi oleh beberapa asisten rumah tangganya yang langsung membantu membawakan beberapa koper keluarga Ela.

...~•~[ Roftop lantai 2 ]~•~...

Mama dan papa sedang mengobrol asyik dengan tante aris di ruang tamu, sedangkan aku langsung menuju ke lantai dua tepatnya di Roftop lantai dua sembari melihat pemandangan komplek rumah ini dengan raut wajah lesu.

“Kenapa? Kok lesu gitu sih?” tanya kak Anir sembari menepuk pundak Ela.

“Kak Anir, engga kok. Aku Cuma lagi mikir apa aku bisa beradaptasi di tempat ini? Lagian kan tempat ini belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Jadi aku cuma khawatir itu aja sih kak."

“Semua butuh proses la gini deh! Kita taruhan aja gimana?”

"Taruhan maksudnya?”

“Ya gini, Kakak bakal kasih uang saku ke ATM kamu setiap sebulan sekali kalau kamu betah disini dan kakak bakal ngurangin 50% uang saku kamu kalau kamu bilang ga betah disini. tapi kakak percaya kalau suau saat nanti kamu bakal betah disini. Percaya deh!”

“Ish 50% kebanyakan potongannya kak tapi boleh juga sih. oke deh aku terima!” ucap Ela sembari berfikir cukup lama dan akhirnya Ela menerima tawaran taruhan tersebut.

Hari ini mereka semua hanya berbincang-bincang sedikit lalu beristirahat di tempat yang sudah di sediakan.

Ke esokan harinya papa mengajak Ela, Mama, dan kak Anir untuk berkeliling kota Bandar Lampung ini menggunakan mobil milik tante Arista.

Sepertinya Sekolah Ela nanti megah sekali, sudah terlihat jelas dari gedung luarnya yang berwarna biru tua serta terdapat list merah di sudut gedung ini.

Disamping kiri sekolahnya terdapat kampus yang cukup megah sedangkan di samping kanan terdapat toko donat yang terkenal.

Sepertinya tempat ini memang zona sekolah deh! Dimana terdapat dua Kampus suasta yang cukup terkenal disini dan di depannya terdapat sekolah suasta islami dari tk, sd, smp, sma hingga kuliah.

"Wow keren banget sih itu," batin Ela.

Maju sedikit dari tempat itu terdapat Pom Bensin yang sangat luas serta antriannya yang sangat panjang. Papa memberitahu banyak informasi untuk daerah ini dan papa juga berkata seperti ini.

“Kalau kamu mau traveling di tempat yang menantang di daerah lampung ini, kamu harus cari temen yang tahu banyak tentang daerah disini agar kamu memiliki wawasan yang luas untuk kedepannya.”

Ela hanya mendengarkan dia saja tanpa menjawab sedikit perkataanya tersebut. Hari – hari berikutnya papa, mama dan kak Anir kembali lagi ke Bandung yang membuat Ela merasa sedikit kesepian.

Namun tante Arista mencoba menghibur Ela dengan berbelanja beberapa alat sekolah di salah satu Mall modern terbesar disini dan juga membeli beberapa komik terbaru.

Bersambung...

Perjalanan

Awal masuk sekolah Ela sedikit merasa canggung dengan suasananya dan juga orangnya.

Namun saat pembagian kelas ia merasa ini semua tidak buruk dan tak seperti apa yang dia bayangkan.

Saat semua orang sudah memiliki teman sebangku, hanya Ela yang belum memiliki teman sebangku.

Ela juga tak begitu banyak memiliki teman hanya ada tiga orang saja dan selebihnya hanya say hello atau datang pas ada maunya doang.

Raffa, Shipa, dan Rial, itulah teman yang ada di masa SMA Ela. Raffa merupakan teman sebangku Rial yang memiliki sifat unik seperti: pemakan segalanya, makan dengan cepat, up to date, dan admin kata-kata motivasi.

Shipa merupakan teman sebangku Ela. Ia pendiam, agak gemuk, pemikir yang logis dan suka menyendiri. Namun ia memiliki dua kelebihan yaitu seorang novelis dan juga pandai dalam berbahasa Spanyol.

Rial merupakan anak perempuan yang tomboy, suka mengupil lalu mengelapnya di sembarang tempat, orang yang tak suka basa-basi, emosi meledak – ledak, dan pintar dalam memasak. Ia memiliki cita – cita sebagai chef terkenal.

Mereka bertiga selalu tersenyum saja mendengarkan Rial bercerita dangan halusiansinya.

Saat bel istirahat Ela, Shipa dan Rial memiliki tempat tujuan tapi bukan kantin melainkan perpustakaan. Sedangkan Raffa pasti kantin tujuannya.

Saat pertama kali akrab dengan mereka dan juga beradaptasi di lingkungan sekolah ini, Ela benar-benar merasa takut akan segala hal namun Rial lah yang pertama kali meyapanya disusul dengan Raffa.

Waktu itu Shipa belum pindah ke kelas yang Ela tempati. Lalu seminggu pembelajaran di mulai ada banyak anak IPA yang bertukar kelas dengan anak IPS karena pelajaran anak IPA yang lumayan berat.

Dan itulah pertama kalinya Ela memiliki teman sebangku yang sama sifatnya dengan Ela. Dia pendiam dan Ela juga, jadi mereka hanua berbicara seadanya saja ketika ada tugas atau pun saat diskusi kelompok.

Awalnya dia sedikit canggung dengan Ela atau pun teman sekelas karena ia anak IPS.

Kalian pasti tahu lah kalau Anak IPS terkenal dengan huru-hara, nakal dan sebagainya. Tiba-tiba bisa masuk ke IPA dengan sistem barter.

Tapi Ela, Rial dan juga Raffa menyapanya dengan baik dan akhirnya kami berempat menjadi teman baik sampai di detik-deik kelulusan.

“Raf lo abis ini lanjut kemana?” tanya Rial sembari mengupil lalu mengelapnya di baju Raffa.

“Wah gila! Baju gw ada upilnya jorok banget sih anak cewe satu ini! Arrggh," Raffa marah lalu melanjutkan bicaranya lagi.

“Gua lanjut UI ngambil psikolog kayaknya!, kalo lo Ship di mane?” tanya Raffa pada Shipa

“Saya kayaknya di UGM deh kayaknya, ngambil sastra inggris. Kamu Ela dimana?”

“Gua? Disini aja lah kayaknya. Kalo ga UNILA ya ITERA. Tapi kalau pun gak keterima ya gua balik ke Bandung lagi,” jelas Ela kepada teman-temannya.

“Ga ada yang mau tanya gua dimana gitu?” tanya Rial sembari menggaruk-garuk keteknya lalu dengan cepat ia menempelkan ke hidung Raffa.

“Uwek.. blah...plehh...blehh gila sih! Ketek lu bau bener njir!”

Mendengar perkataan Raffa, Rial hanya tertawa saja. Lalu ia mengambil gorengan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

“Ih Rial kamu jorok banget sih! kebiasaan cuci tangan dulu geh kan habis ngupil sama garuk-garuk ketek. Kalo ga nih pake ini,” sahut Shipa dengan tegas sembari memberikan handsenitiser.

“Yal..yal.. kayak gini lo mau jadi chef? bisa-bisa kabur pelanggan u!” sahut Ela sembari geleng-geleng kepala.

“Eh ini tuh pelaris yang paling ampuh tau! kalo untuk bisnis makanan hahahaha. Ntar juga lo semua ga bakal bisa liat gua kayak gini lagi kok!”

“Lo mau kemana yal?” tanya Raffa mendektesi ini benar atau bercanda.

“Amerika! Nyokap suruh gua kuliah disana, biar terbuka wawasan serta pengetahuan gua katanya!” serunya.

Mereka hanya bisa menyemagati satu sama lain saja dan mereka pun akan siap bertempur di ujian nasional mendatang agar bisa mendapat nilai terbaik.

Seminggu berlalu, kami telah selesai menyelesaikan UN dengan sangat lancar. Lalu kami berempat memutuskan untuk berlibur ke berbagai tempat yang ada di Lampung ini selama seminggu lebih mungkin.

“Skuy traveling in Lampung city!”ajak Raffa

“Lampung City kok, Skuy lah!” sahut Rial.

“Kuy, kuy, kuy,” sahut Ela dan Shipa.

Mereka sudah menyusun rencana dan mereka akan memulainya di hari sabtu hingga minggu depan mungkin.

Hari pertama, mereka berempat pergi ke air terjun yang berada di gunung sukma ilang, Pesawaran.

Raffa meminjamkan mobilnya untuk hari ini dan besok selama perjalanan panjang mereka. Hari ini mereka berempat bersenang – senang.

Hari kedua, Pergi ke pulau pahawang. Di sana mereka cukup lama karena Rial memantapkan diri untuk Snorklling disini, Ela dan Raffa  bermain Jet ski, sedangkan Shipa mengabadikan the best moment ini untuk kenang-kenangan.

...----------------...

Malam harinya, Rial memberitahu kepada temannya untuk membawa pakaian yang cukup banyak untuk perjalanan besok dan beberapa hari kedepan.

Rial menawarkan mobilnya untuk traveling besok dan mereka bertiga mengiyakan saja seperti biasa.

Hari ketiga, mereka berempat akan mengunjungi sebuah taman gajah yaitu Taman Nasional Way Kambas.

"Kita kemana?" tanya Shipa.

"Ke way kambas asik sih," sahut Rial.

"Boleh tuh, gua gak pernah ke sana," ucap Raffa.

"Yaudah kesana aja."

Sesampainya di Taman Nasional Way Kambas, mereka juga bermain bersama gajah, melihat atraksi dan bermain di mini outbond.

Hari keempat, mereka semua melanjutkan perjalanan ke pantai lagi tepatnya di pantai gigi hiu.

Kenapa namanya Gigi Hiu? Karena disana terdapat batu karang yang cukup tinggi dan sedikit runcing di air lautnya serta jumlah nya yang cukup banyak. Itulah mengapa pulau tersebut dinamakan gigi hiu.

“WOOYY! Gela cuy! Baru pertama kali nih gua ke sini udah langsung jatuh cinta aje!” seru Rial.

“Sumpah demi apa woy! Ini cakep banget... Walaupun gua tinggal di sini dari lahir, gua sama sekali belom pernah ke sini dan baru kali ini gua disini!” seru Raffa.

“Iya cantik ya pemandangannya, yaudah kita foto aja dulu yok buat kenang-kenangan kita,” sahut Shipa sedangkan saya hanya bisa tersenyum memandangi keindahan alam disini.

Mereka berfoto disana, bermain air disana mencari kelapa (air dugan) dan menikmati sunset diiringi deburan ombak yang bertabrakan dengan batu karang itu.

"Habis dari sini mau kemana?" tanya Ela.

"Ke Tegal Mas aja gimana?" jawab Rial cepat

"Lo ini ngucap terus mau kesana," sahut Raffa.

"Gua tuh pengen liat kan kata orang-orang disana bagus."

"Yaudah gas aja sih kita."

Perjalanan pun berlanjut, kali ini mereka akan menuju sebuah pulau bernama Tegal Mas.

Disana terdapat gazebo-gazebo serta penginapan mewah yang cukup mahal. Tetapi mereka tetap memilih menginap disana selama semalam saja dengan dua kamar.

Walaupun cukup mahal harga penginapannya dari pada di hotel bintang 3 tapi lumayan lah untuk semalam saja.

Pagi harinya,

Tepat pukul 10.00 Ela, Rial dan Raffa asik bermain air di pulau ini.

“Yal maen speedboot yok!” Ajak Ela.

“Yok lah,” seru Rial dengan penuh semangat.

...----------------...

Seharian sudah mereka di pulau ini, mungkin saja pundak-pundak mereka sudah mulai kelelahan.

"Masih lanjut?" tanya Ela.

"Lanjut aja sih mumpung kita punya waktu berempat," jawab Rial.

"Boleh, jadi kita mau ke mana?" tanya Shipa.

"Liwa yuk."

"Gila dari ujung ke ujung," ujar Ela bertolak pinggang.

"Enggaklah, sekalian pulang kita."

"Yaudah deh, gas."

Perjalanan pun dinlanjutkan kembali, walau lelah terasa tapi setidaknya ada kenangan yang harus di buat selama mereka masih bersama.

3 Jam kemudian.

Sesampainya di Liwa tepatnya di daerah way sindi, Raffa menemui temannya yang merupakan seorang nelayan. Dia mengajak kami berkeliling daerah di sana mengobrol dan menyapa beberapa orang yang lewat.

“Kiyay! Api kabagh?”¹  tanya nelayan itu pada warga yang lewat.

Dia mengantarkan mereka bertiga ke salah satu pulau yang bernama Pulau Pisang.

Di sana pemandangan nya sangat bagus sekali namun sayang banyak orang yang berkunjung jadi kami tak terlalu menikmati pemandangannya.

Sampai sore hari kami disini dan Raffa meminta di antarkan ke salah satu Homestay yang ada di Liwa untuk menginap semalam.

”Yaa... sayang banget kita dateng pas lagi rame-ramenya!” keluh Ela.

“Iya! Ga asik kalo rame bener kayak gini,” sahut Rial.

“Yaudah kita cari tempat yang agak sepi aja biar bisa mengebadikan moment disini oke?” saran Shipa.

Sore pun tiba, Raffa meminta di antarkan ke salah satu Homestay yang sudah ia pesan dengan temannya tadi untuk mereka menginap walau hanya semalam.

Bersambung...

¹ "Kak! apa kabar?"

..."Kalian tau apa yang tidak bisa di beli dengan uang? dan lebih berharga dari waktu? Iya, itu adalah moment. Moment dimana kamu bisa menjelajahi tempat yang kamu inginkan bersama orang yang menyenangkan."...

...- Shipa...

Surat kelulusan

...~•~[Malam hari di Homestay]~•~...

Mereka di jamu makan malam bersama dengan hidangan khas daerah diiringi dengan suara jangkrik yang terdengar ramai.

Mungkin makan malam ini terlihat sederhana dan biasa saja namun suasananya lah yang tak mungkin terlupakan.

Sambal Seghuit, itu lah makanan khas daerah Lampung. Terdapat berbagai masakan lain disana seperti gulai tempoyak, lalapan dan masih banyak lainnya.

“Wahhh ini asli seghuit Yal.. bukan kayak buatan lu! Kalo buatan lu mah sambel trasi di uwek-uwek sama ikan hahaha," ejek Raffa ke Rial.

"Campur garuk-garuk ketek lagi hahahaha," sahut Ela yang ikut meledek Rial

“Ngelunjak kalian ini! Liat aja nanti kalo gua udah jadi chef terkenal, gua mahalin semua makanan kalo lo dateng! Dasar gembul!” emosinya mulai meledak-ledak.

“Sudaah ih, ini kan lagi di meja makan! Kalo mau berantem sana tuh balik lagi ke pantai!” seru Shipa.

Sedangkan Ela hanya bisa menggelengkan kepala sembari menikmati makanan ini.

Setelah makan mereka berempat bersantai di Balkon lantai 3 yang menghadap ke pantai sembari mengobrol asyik bersama disana.

“Oh iya besok lusa kita masukkan?” tanya Ela.

“Ho’oh! Kata ketua kelas di grub wa tadi, kepsek bakal mau ngasih surat kelulusan katanya sih!” jelas Raffa

“Iya bener tadi juga aku di kasih tau sama Mem Ning kalau besok lusa kita di bagiin surat kelulusan,” sambung Shipa

“Wah jadi deg- deg an gini cuy!” seru Rial.

...~•~[ Pagi Harinya ]~•~...

Ela, Shipa, Rial dan juga Raffa sudah harus bersiap-siap untuk pulang.

Berpamitan ke teman Raffa kemarin yang sudah mau mengantarkan mereka berempat ke Homestay serta berpamitan kepada pemilik Homestay karna telah menjamu hidangan yang lezat.

Di perjalanan kami sedikit bosan karna perjalanan Liwa – Bandar Lampung. Cukup memakan waktu jadi Raffa sebagai supir memberi sebuah teteduhan ( tebak-tebakan).

“Cuy! Main tebak-tebakan yok! tapi pake bahasa Lampung kayak waktu itu di sekolah mau ga?” ajak Raffa.

“Skuy ae gw mah Fa," jawab Rial yang duduk di sebelahnya.

“Yok yok yok!” penuh semangat jawab Ela dan Shipa.

“Sanak lunik sekacak ago meno. Nyokidah?” ( anak kecil berebut sambil berebut. Apakah itu?)

“Kukut!” jawab Shipa lantang berbarengan dengan Ela. (kaki)

“Caluk!” jawab Ela

“Seratooos. Lagi yak! Sanak lunik ngelilingi nuwo. Nyokidah?” (anak kecil mengelilingi rumah apakah itu?)

“Pakeu” jawaban cepat dari Rial. (paku)

“Cakep. Seratuuuus, Lagi geh! Coba lu yang kasih pertanyaan Yal sekarang!” serah Raffa

“Okeh lanjut ya. Di ulur ia cakak di taghik ia tughun. Nyokidah?” ( di ulur dia naik di tarik ia turun apakah itu?)

“Layangan lah jelas! Lagi-lagi!” jawab Raffa

Teteduhan pun selesai tepat saat mereka sedang mengisi bahan bakar mobil ini di pom bensin.

Meteran besin mobil ini sudah menunjuk ke warna merah. Untunglah tidak mogok dan cepat bertemu pom bensin terdekat.

Ela dan Rial memutuskan untuk tidur di mobil sedangkan Shipa sedang menulis kegiatan hari ini untuk kelanjutan novelnya.

Jujur Ela sangat bosan karna ia tak bisa bercengkrama dengan komik-komik kesayangannya.

Suasana di mobil pun menjadi sepi dan tenang sekali sampai tiba di Pringsewu Raffa memutuskan untuk mencari makan siang di salah satu rumah makan padang yang ada di pinggir jalan ini.

Shipa membangunkan Ela dan juga Rial. Mereka berdua cuci muka di toilet rumah makan dan lanjut memesan makan di sana.

Setelah makan Rial menawarkan diri untuk lanjut menyetir mobil dan mengantarkan mereka satu persatu.

Yang pertama turun adalah shipa, ia turun di daerah kemiling dan akan ia lanjutkan menggunakan ojek pangkalan saja.

Setelah itu Ela turun tepat di depan rumah tantenya yang berada di salah satu perumahan Way halim.

Dan yang terakhir adalah mereka berdua, Karna Raffa dan Rial sebenarnya tetangga hanya blok saja yang membedakannya.

“Tante aku pulang!” seru Ela.

“Wah... yang habis holiday keliling Lampung... cape gak? Mau tante buatin makan apa?”

“Cape dikit sih te tapi ga usah buat apa-apa. Aku  tadi udah makan di jalan.”

“Oke deh, oh iya tadi mama kamu nelfon tante, katanya kamu tetep lanjut kuliah disini ya? Kamunya mau apa enggak?” tanya tante Arista.

“Iya dua minggu yang lalu papa juga bilang kayak gitu. Tapi aku coba dulu ikutin SBM ini. Kalo berhasil-kan ya alhamdulillah tapi kalo ga berhasil aku ya mungkin bakal balik ke Bandung lagi kali.”

“Oh jadi udah mulai nyaman ya di Lampung? Siapa yang buat nyaman? Ada ga? Pasti cwo kamu kan?”

“Apa sih tante! Aku gak punya cwo tau, aku ga mau pacaran. Walaupun aku sering baca komik tentang percintaan tapi aku lebih milih jatuh cinta sama komik dari pada someone!” serunya.

“Terserah kamu deh. Oh iya tadi tante juga di kasih tau sama mamanya Rial kalo kamu besok lusa masuk karna pengumuman kelulusan kan?”

Ela hanya mengiyakan saja lalu dia berpamitan untuk masuk ke kamar tercintanya sembari mengambil dua komik favoritnya yaitu : Kagetora dan School Rumble lalu rebahan di kasur king miliknya.

“Arggh astaga!! Kenapa Kagetora ini ganteng betul lah ya ampun! Tuan putrinya juga kok polos baat sih! Uaaaa jadi pengen jadi tuan putri nya deh biar di lindungi sama kagetora,” seru Ela yang sedang membaca komik Kagetora sampai menjelang malam.

...~•~[Keesokan Harinya, di Sekolah]~•~...

“Cuy!” Raffa memanggil Ela yang baru saja datang.

Ela langsung menghampiri mereka bertiga yang sudah datang dari tadi, tak lama kemudian bel berbunyi dan semua murid langsung menuju ruang apel.

Panjang dan lebar kepala sekolah itu menceramahi para murid kelas 12 sampai hampir 2 jam lebih. Sampai akhirnya mantan ketua osis memberanikan diri untuk bilang.

"Pak! Kapan kita bisa liat pengumuman kelulusan kami?”

Akhirnya kepala sekolah pun menyelesaikan ceramahnya itu, lalu ia membubarkan siswa dan siswinya untuk masuk ke kelas masing-masing.

Ada sedikit drama yang terselip saat pembagian surat kelulusan ini.

"Selamat pagi menjelang siang anak-anak," Sapa mem Ning.

"Pagi mem Ning yang cantik."

“Mem mengucapkan terima kasih selama tiga tahun ini kalian dapat menerima pelajaran yang mem ajarkan and i want talking to your because i always angry to you, and more that. Selamat untuk yang lulus dengan nilai memuaskan maupun yang cukup. Juga mem minta maaf kepada yang belum...”

Mem terhenti berbicara sembari mengelap air mata yang membuat kami semua berfikir banyak.

“Mem emang ada yang ga lulus ya?” tanya sekertaris kelas.

“Serius mem? Siapa? Jangaan-jangan gua lagi!” ucap syok ketua kelas yang menuduh dirinya sendiri.

Semua siswa dan siswi Kelas IPA 3 sudah di buat mellow dan berlinang air mata, bahkan sampai ada yang berbicara seperti ini.

"Kalau gua yang ga lulus, gua bakal rajin deh masuk sekolahnya, sholatnya, ngajinya, ngerjain PR-nya. Tapi kalo gua lulus, gua bakal sujud syukur langsung di depan kelas!” serunya.

Perkataan itu membuat hati tersentuh dan air mata yang dari tadi dibendung mengalir juga. Barulah mem berbicara lagi dengan nada yang sangat santai.

“Saya minta maaf kepada yang ga lulus... karena... yang ga lulus itu adalah nihil... kalian semua lulus seratus persen!”

“IHHH, Mem mah! Udah nagis nih!” kesal salah satu murid dan benar saja orang yang tadi berbicara “Akan sujud syukur kalau lulus," ia benar-benar melakukannya di depan kelas.

Itulah yang membuat semua murid di kelas ini tertawa haru. Mem pun langsung membagikan surat kelulusan tersebut dan ia memberi tahu kami bahwa seminggu lagi bisa mengambil SKHU untuk mendaftar ke Universitas tujuan masing-masing.

Bersambung...

..."Bukankah ini menyakitkan? di pertemukan karena pendidikan dan di pisahkan oleh masa depan. Semoga kita berjumpa di lain waktu."...

...- Author...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!