NovelToon NovelToon

Orang Ketiga

Kelulusan

Sebelumnya author harapkan kalian like dan berikan vote untuk karyaku. Masukan list favorit kalian, untuk mendukung karyaku.

Happy Reading

Pengumuman kelulusan pun sudah di tempel di Mading (majalah dinding).  Sintya Putri namanya, seorang gadis ceria yang bercita-cita ingin menjadi seorang guru. 

Hari ini dia dan teman-temannya, ingin melihat pengumuman di mading sekolah. Sintya dan teman-temannya, sudah berkumpul di sekolah. Mereka langsung  segera berlari menuju mading. Di mading sudah tertera nama siswa yang diterima di universitas negeri pilihan.

Mereka sudah berkumpul di depan mading, dan saling berebut melihat papan pengumuman.

" Sin, akhirnya kamu masuk Universitas Perguruan. Selamat ya!" ucap Tryana yang memberikan selamat kepada Sintya dan langsung memeluknya.

" Kamu juga Try, di terima di Universitas Kedokteran. Semoga cita-citamu menjadi dokter cepat terwujud." ucap Sintya yang juga memeluk Tryana.

" Ning, Put rencana kalian akan masuk universitas mana? " tanya Sintya yang penasaran karena nama mereka tidak tercantum di deretan siswa, yang terdaftar di universitas negeri pilihan.

" Aku sudah didaftarkan kuliah di Australia, oleh papaku. Jadi aku akan berpisah dengan kalian untuk beberapa tahun ke depan." tutur Jelita Rahma yang akan pindah ke Australia.

" Kalau aku, akan kuliah di jurusan hukum." sahut Ningsih yang memang cita-citanya ingin menjadi pengacara.

" Semoga, apa yang kita cita-citakan tercapai ya teman-teman." tutur Sintya sambil memeluk ketiga sahabat karibnya.

" Amin ...." jawab ketiga sahabatnya dengan serempak.

Sintya Putri mempunyai tiga orang sahabat, yang sudah di kenal sejak duduk di bangku SMP.

Sahabat karibnya adalah Tryana Apriyanti, yang bercita-cita ingin menjadi dokter. Jelita Rahma, yang bercita-cita menjadi seorang designer. Sedangkan Ningsih Rahayu, ingin menjadi seorang pengacara.

Sintya sendiri bercita-cita ingin menjadi seorang guru.

Mereka berempat pun berjalan, menuju gang kecil. Yang mungkin terakhir kalinya mereka lewati bersama-sama semasa SMA.

Sebelum pulang ke rumah, mereka berhenti untuk makan siang di kafe kecil dekat sekolahnya.

Di kafe itu, mereka menikmati kebersamaan mengakhiri masa-masa SMA.

RUMAH SINTYA

" Assalamua'laikum, Ma! " ucap Sintya memberikan salam dan mencium tangan mamanya.

Mama Sintya bernama Anita, dan memiliki toko kue di dekat rumahnya. Setiap pulang sekolah Sintya selalu membantu mamanya untuk menjaga toko.

" Wa'alaikumsalam. " jawab Mama Anita

" Sin, ada panggilan kerja dari perusahaan. " panggil Mama Anita seraya memberikan amplop coklat berisi surat panggilan kerja.

" Tapi Ma, aku belum pernah mengajukan surat lamaran kerja !" sahut Sintya yang bingung dengan datangnya surat panggilan kerja.

" Mungkin ini rejeki kamu, jadi kamu enggak usah capek-capek cari kerja. Kamu bisa membantu mama dan ayah untuk membayar kuliah." saran Mama Anita sambil mengelus pundak Sintya.

" Coba, aku lihat surat panggilan kerjanya." Kata Sintya yang mengambil amplop coklat dari mamanya. " Oh, ini perusahaan tempat aku magang, Ma!" Ujar Sintya

" Kok bisa-bisanya, ada panggilan kerja ?" batin Sintya dalam hati.

Lalu dia mengganti seragam sekolah, dengan baju santai. Saat ingin keluar kamar dan menuju ruang makan, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

" Ting, ting, ting..."  terdengar bunyi pesan masuk dari ponsel Sintya.

Sintya melihat ada nama Aditya di layar ponselnya, lalu dia membuka isi pesannya.

' Sin, bagaimana soal janji mu tempo hari . Aku menunggu jawabanmu segera.'  Ketikan pesan dari Adit.

Sintya pernah berjanji untuk memberi jawaban, tentang perasaannya kepada Adit, setelah dia lulus SMA.

' Aku terima, dan kamu sudah boleh menjadi pacarku. ' ketikan pesan dari Sintya, dan dia pun membalas dengan senyum sumringah.

****

Mira Anastasia adalah, wanita yang suka dengan Aditya Putra. Mira akan melakukan segala cara, untuk mendapatkan apa yang diinginkannya termasuk merebut Adit dari Sintya.

Mira yang sudah menyukai Adit sejak duduk di bangku SMP harus kecewa, karena cintanya selalu di tolak. Selain tampan Adit merupakan pengusaha muda, yang sudah menjalankan bisnisnya sejak SMP.

Dengan cara liciknya, kemudian Mira bekerjasama dengan sepupunya Riki Setiawan.  Seorang pemilik perusahaan garmen, untuk menghancurkan hubungan Sintya dan Adit.

Setelah mengetahui kelulusan sekolahnya,  Mira dengan cepat menghubungi Riki. Agar Sintya bisa bekerja, di perusahaan miliknya.

Karena Mira dan Sintya memang satu sekolah, dan mereka pun lulus di tahun yang sama.

" Okey, perlahan aku akan merebut kembali hati Adit.  Seorang pengusaha muda pemilik banyak saham di Indonesia. Aku akan merebut apa yang harusnya menjadi milikku. Dan kau Sintya jangan pernah sekali-kali mengambil semua yang akan menjadi milikku termasuk kau tidak boleh memiliki Adit. " gumam Mira dalam hati kemudian Mira langsung menghubungi Riki.

"  Berdering..." terlihat di layar ponsel miliknya.

' Gimana Riki? Apa kamu sudah kirim surat panggilan kerja ke rumah Sintya ?' tanya Mira melalui sambungan telepon seluler.

' Sudah Mir,  tenang aja semua rencana kamu sudah kulakukan. ' jawab Riki dengan nada suara yang santai.

" Ingat Riki, buat Adit menjadi cemburu dan menjauh dari Sintya . Kalau perlu buat Sintya jatuh cinta kepadamu. " perintah Mira yang memberikan isyarat kepada Riki.

" Iya, sepupu ku yang cantik. Aku akan menjalankan semua rencanamu. " sahut Riki dari ponselnya dan menutup sambungan telepon.

Mira telah menghubungi Riki, dia merasa puas jika Adit dan Sintya menjadi salah paham karena ulahnya. Semoga saja Riki dapat menjalankan tugas dari nya. Untuk menjauhkan Sintya dari Adit.

****

" Assalamu'alaikum Ma, Yah. Aku jalan dulu !" ucap Sintya  memberikan salam dan berpamitan kepada kedua orang tua karena dia ingin pergi kerja.

Sintya yang sudah rapi mengenakan kemeja putih dan celana berwarna hitam serta sepatu pantofel warna hitam. Saat membuka pintu dan melangkahkan kedua kakinya ke depan, tiba-tiba Sintya melihat Adit yang sedang menuju ke arah rumahnya.

" Hey, Dit. Kamu mau ke rumahku?" tanya Sintya sambil sibuk merapikan kemejanya.

" Eh, pacarku yang cantik sudah rapi."

" Tahu aja, kalau pangerannya mau datang." canda Adit yang sudah menghentikan motornya, lalu memarkirkan di depan rumah Sintya.

" Pacar ?" balas Sintya sambil memandangi Adit dengan tatapan mata yang tajam.

" Ih apaan si, hari ini aku ada  panggilan kerja. " ucap Sintya sambil mengerutkan alisnya.

" Panggilan kerja ?"  sontak Adit terkejut mendengar Sintya sudah ada panggilan kerja.

" Memangnya, kamu sudah mengirim surat lamaran kerja? " tanya Adit.

" Tempat ku magang dulu, perusahaan garmen RIKI COLLECT CORP  mengirimkan surat panggilan kerja. "

" Mungkin perusahaan itu, sedang membutuhkan pegawai. Dan melihat kinerjaku bagus saat itu, jadi aku dikirimkan surat panggilan kerja." tutur Sintya yang menjelaskan secara rinci.

" Perusahaan garmen  RIKI COLLECT CORP ?" tanya Adit mengulang dan memastikan.

" Perusahaan garmen di kota ini kan, cuma satu. Yaitu punya sepupunya, Mira..." gumam Adit dalam hati.

" Coba, kulihat surat panggilan kerjanya." kata Adit seraya meminta surat panggilan kerja yang ada ditangan Sintya.

Adit membuka amplop coklat, berisi surat panggilan kerja. Ternyata memang itu berasal dari perusahaan tempat sepupunya Mira. Karena letaknya persis di sebelah kafe miliknya.

-

-

-

Dukung terus karya Author, Jangan lupa like dan komen ya  🙏

Menyentuh hati

Budayakan untuk selalu tap like, dan berikan komentar mu ya guys. Jangan lupa vote dan berikan hadiah bunga untuk mendukung karyaku. Terima kasih, Happy Reading!

" Kamu bekerja di tempatku aja, Sin." saran Adit karena ingin mencegah Sintya, untuk bekerja di tempat sepupunya Mira.

" Atau, aku renovasi toko kue milik mamamu?"

" Lalu, membuatnya menjadi besar?" ucap Adit memberikan pilihan dan terus merayu Sintya agar mengurungkan niatnya bekerja di perusahaan itu.

" Dit, aku mau mencari pengalaman dulu. Bolehkan?" pinta Sintya dengan wajah yang memelas ke arah Adit.

Aditya Putra sangat protektif, terhadap Sintya .

Karena sudah 5 tahun lamanya, Aditya menjalin persahabatan. Dan dia sudah sangat memahami, karakter Sintya yang keras kepala.

Setelah Sintya menerima dia sebagai kekasihnya. Adit menjadi begitu posesif, dia tidak ingin ada hal-hal yang buruk terjadi menimpa Sintya.

" Baiklah, akan aku antar kamu ke tempat magang. " Kata Adit menyerah. " Kalau sudah selesai interview, aku mau mengajak kamu makan." lalu Adit sudah menyalakan mesin motornya.

" Oke, bos. " sahut Sintya sambil mengangkat dua jari ke arah dahinya.

Kemudian Adit melajukan motornya, menuju perusahaan tempat Sintya mendapat panggilan kerja.

Diperjalanan Adit selalu mewanti-wanti Sintya, agar dia bisa menjaga diri. Adit tidak ingin, Sintya terjebak pada rencana Mira.

Dia yakin sekali, jika Mira yang merencanakan soal panggilan kerja. Namun Adit tidak bisa menuduh, karena tak ada bukti jika Mira terlibat.

Sintya hanya mendengarkan celotehan Adit, dia tahu kalau Adit begitu sangat posesif.

Tetapi niat Sintya adalah ingin bekerja, membantu kedua orang tuanya. Dia ingin masuk kuliah dengan biaya sendiri, dan tak ingin merepotkan kedua orang tuanya.

Dan Adit pun mengalah, demi keyakinan Sintya yang ingin mencapai cita-citanya.

Akhirnya mereka pun sampai, tepat di depan kantor Riki.

" Bos, mau nunggu dimana? " tanya Sintya kepada Adit sambil membuka helmnya.

" Aku, menunggu di kafe sebelah gedung ini." jawab Adit sambil menunjuk kafe, yang bersebelahan dengan kantor yang memanggil Sintya untuk bekerja.

" Oh oke, selesai interview aku langsung kesitu. " kata Sintya seraya memberikan helmnya pada Adit.

Kemudian Sintya berjalan, masuk ke dalam gedung, dengan membawa surat panggilan kerja.

Sintya menekan tombol lift, menuju lantai 12. Karena di surat lamaran tertulis, lantai nomor 12.

Perasaan nya campur aduk, antara gugup dan bahagia. Sintya sangat takut, jika dirinya tak bisa menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh pihak perusahaan.

Pintu lift terbuka, terlihat suasana kantor sudah sangat sepi. Sepertinya para pegawai sudah berada di meja kerja masing-masing. Karena jam menunjukan pukul setengah sembilan pagi.

Sintya mulai melangkahkan kakinya, menuju ruang resepsionis.

" Permisi Mbak, kemarin aku mendapat surat panggilan kerja dari perusahaan ini." sapa Sintya seraya memberikan surat panggilan kerja.

" Oh, mari saya lihat." ucap resepsionis yang berada di depan kantor. Dia menerima amplop coklat, yang Sintya berikan lalu membukanya.

" Iya betul, ini dari perusahaan Riki Collect Corp. " kata resepsionis yang membaca blanko surat.

" Sebaiknya, Nona tunggu di ruang tamu. Silakan lurus saja dan belok kiri. Di situ ada tulisan waiting room, Nona masuk saja." ucap resepsionis dengan sopan.

" Baik, Mbak. " sahut Sintya yang langsung menuju ke arah waiting room.

Sintya pun berjalan, sesuai petunjuk yang diberikan oleh resepsionis. Kemudian Sintya memasuki ruangan waiting room.

Selang beberapa menit kemudian, terdengar ada yang datang dan membuka pintu dengan perlahan.

" Anda, Sintya? " sapa laki-laki dengan stelan jas berwarna hitam yang sudah masuk ke waiting room.

" Iya..." jawab Sintya yang langsung berdiri dari duduknya, dan langsung mengulas senyum manisnya.

Seketika Riki yang awalnya ingin membantu Mira balas dendam, ternyata terpesona oleh senyuman Sintya.

" Wow, penampilannya beda sekali, sekarang lebih cantik." celoteh Riki yang memuji penampilan Sintya dalam hatinya.

" Maaf Pak, apa betul-" ucap Sintya yang terpotong oleh perkataan oleh Riki.

" Betul, tapi jangan panggil aku dengan sebutan Pak. " ujar Riki yang mulai menggoda Sintya.

" Lalu, aku harus memanggil apa Pak, eh ops Mas atau Tuan?" ucap Sintya gugup.

" Panggil saja Kakak, toh wajahku juga gak tua-tua amat." ucap Riki sambil tersenyum licik.

" Oh seperti itu, oke Kak!" ujar Sintya yang mengiyakan.

" Lalu, aku bekerja di bagian apa, Kak? Di surat panggilan kerja, tidak ada tulisan posisi penempatan." tanya Sintya sambil menyodorkan surat yang di kirimkan oleh Riki.

" Kamu, jadi sekertaris pribadiku." sahut Riki tanpa ekspresi di wajah yang tampan.

" Sekertaris, tapi aku belum ada pengalaman Kak!" ujar Sintya tercengang.

" Kamu pernah magang disini tiga bulan, pasti kamu sudah tahu bagaimana proses kerjanya."

" Jadi sekarang, yang aku butuhkan adalah posisi sekertaris." papar Riki yang menjelaskan secara rinci.

" Kamu bisakan, Sin? " tanya Riki penuh penekanan.

" Aku usahakan, tapi soal gaji gimana, Kak?" tanya Sintya yang langsung menanyakan soal upahnya.

" Kamu akan saya gaji UMR, mengikuti anjuran pemerintah. " sahut Riki. " Diluar jam lembur akan ada bonus. " rayunya.

Tanpa pikir panjang, Sintya pun langsung menerima tawaran dari Riki.

" Baik Kak, aku terima. Dan kapan mulai kerjanya?" tanya Sintya seraya menjabat tangan Riki dan menyetujui persyaratan.

" Sekarang juga boleh! " balas Riki dengan senyuman liciknya.

" Sekarang? " kaget Sintya.

" Tapi Kak, aku belum mempersiapkan diri. Dan ada temanku yang sedang menunggu dibawah. "

" Bagaimana kalau besok pagi, Kak? " pinta Sintya yang memohon untuk bekerja besok pagi.

" Pasti Adit ya, yang menunggumu Sin? Besok, aku akan kerjain dia. " ujar Riki dalam hati dengan tersenyum licik.

" Besok, baiklah jam 8 harus sudah di kantor ya. Jangan sampai terlambat. " perintah Riki. Kemudian dia bergegas meninggalkan Sintya.

" Baik, Kak." sahut Sintya dengan ekspresi wajah yang bahagia.

Lalu Sintya pun pergi, meninggalkan ruangan tempat dia di interview. Dan besok sudah mulai bekerja.

Sintya langsung menuju kafe, yang berada persis di sebelah kantornya. Dia pun sudah masuk ke dalam area kafe.

Sintya mencari keberadaan Adit, yang sedang berada di dalam kafe. Kepala Sintya menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tidak nampak batang hidung Adit.

Tiba- tiba terdengar suara nyanyian, dari arah panggung.

-

-

Adit bikin surprise untuk Sintya. Kira-kira Sintya suka gak ya? Cek episode berikutnya 🙏

Dukung terus karya author dengan cara like, vote dan berikan komentar yang membuat author lebih bersemangat ya para reader 😉

Pemilik kafe

Budaya tap like dan berikan vote ya jika sudah membaca karyaku. Karena dukungan kalian sangat berarti.

Happy Reading

" Lagu ini hanya untuk kamu, Sintya. " tutur Adit yang sedang berdiri di atas panggung.

Adit melantunkan lagu cinta, dengan suara yang merdu dan menyentuh hati.

Awalnya Sintya tak tahu, siapa yang bernyanyi di atas panggung. Tetapi setelah penyanyi menyebut nama Sintya, dia pun tersentak kaget.

" Adit ?" kaget Sintya dalam hati. Matanya masih fokus, melihat seseorang yang dia kenali berdiri di atas panggung.

" Yang bernama Sintya, silakan maju dan naik ke atas panggung. " panggil MC yang berada di dalam kafe.

" Ya ampun Adit, kamu bikin aku malu aja." gumam Sintya dalam hati. Kemudian pipinya mulai memerah di wajahnya yang putih mulus.

Lalu Sintya pun menuju ke atas panggung, untuk menghampiri Adit. Dan Sintya sudah berdiri di hadapan Adit.

" Terima kasih Sintya, yang sudah menerimaku menjadi kekasihmu." ucap Adit seraya memberikan sebuket bunga mawar merah

Lalu Adit memeluk Sintya dengan erat, menandakan dirinya sangat bahagia hari ini.

" Ih, malu aku, Dit ..." bisik Sintya ke telinga Adit.

" Aku, hanya ingin mengungkapkan rasa bahagiaku. " kata Adit yang telah melepaskan pelukannya.

Dan mereka berdua, langsung menuju meja makan.

" Dit, aku lapar." ujar Sintya yang memegang perutnya.

" Kamu, mau makan apa?" tanya Adit.

" Menu di sini, adanya apa aja?" balik Sintya bertanya.

" Lihat aja sendiri." balas Adit seraya memberikan daftar menu.

" Kali ini kamu yang traktir, ya?" celetuk Sintya sambil membaca daftar menu.

" Iya, kamu mau borong makanannya juga boleh. Pilih aja makanan yang kamu suka" balas Adit seraya tersenyum.

" Siang Pak Adit , hari ini Bu Sisca tidak masuk. Saya ingin melaporkan kalau stok ayam sudah menipis. Jadi siapa yang belanja, Pak? " sapa salah satu pegawai kafe yang sudah berdiri di sebelah Adit.

Sisca Eka Putri adalah kakak pertama Adit. Sisca diberikan tugas oleh Adit sebagai manajer kafe. Dia yang mengurus segala kebutuhan kafe.

Tapi setelah belanja kebutuhan kafe dan melakukan tugasnya , Sisca langsung pergi hangout dengan teman-temannya, dan itu adalah hobi Sisca.

" Pak Adit, belanja?" tanya Sintya bingung dengan panggilan seorang karyawan kafe di sebelah Adit

" Iya, nanti aku yang urus." jawab Adit kepada pegawai kafe dan menyuruh nya untuk kembali ke posisi kerjanya.

" Kamu? " tanya Sintya dengan tatapan mata yang tajam ke arah Adit.

" Iya, aku pemilik kafe ini." ucap Adit sambil tersenyum.

" Pantas, aku disuruh borong makanannya." ketus Sintya dengan wajah yang cemberut.

" Selesai makan, antar aku belanja ayam ke pasar." ajak Adit yang masih memegang ponsel.

" Belanja, ke pasar ?" keluh Sintya seraya mengerutkan keningnya.

" Iya, memangnya kamu tidak suka?" Tanya Adit sambil mengangkat satu alisnya.

" Iya udah, pesenin aku roti bakar aja." kata Sintya dengan senyum pias.

Sintya tak menyangka, jika Adit pemilik kafe mewah tempat dia berada saat ini.

Setelah menyantap makanan nya, Adit langsung mengajak Sintya. Mereka berjalan keluar kafe, menuju ke arah parkiran mobil.

" Loh, bukannya ini parkiran mobil?"

" Terus, motor kamu dimana?" tanya Sintya kepalanya menoleh ke arah kanan dan kiri.

" Kita berangkat pakai mobil." tutur Adit sambil memegang tangan Sintya.

" Memangnya, kamu bawa mobil? balik Sintya bertanya.

" Ada kok mobil kantor, udah ayo jalan jangan nanya mulu. " sergah Adit dan menuntun tangan Sintya menuju mobilnya.

Mereka sudah masuk ke dalam mobil, dan Adit mulai melajukan nya.

" Dit, besok aku sudah mulai kerja. " ucap Sintya menjelaskan besok dia mulai bekerja.

" Hem ..." balas Adit dengan jawaban yang singkat.

" Kok hem aja, gak ada jawaban lain?" gerutu Sintya sambil memutar kedua bola matanya malas

" Aku harus jawab apa, Sin? " kata Adit dengan tangan masih memegang kendali stir mobilnya.

" Kamu, gak mau kerja di kantorku. Aku mau besarin toko kue milik mamamu, kamu juga gak mau." balas Adit sambil konsentrasi melihat jalanan dan memegang stir mobilnya.

Lalu suasana menjadi hening, sepanjang jalan Sintya hanya mendengarkan lagu lewat headset.

" Sudah sampai, Cantik ..." kata Adit yang langsung memarkirkan mobilnya di depan halaman peternakan ayam.

" Bukannya kita mau ke pasar, ya?" tanya Sintya seraya menyatukan alisnya.

" Kalo beli di pasar mahal, Cantik. Jadi kita langsung ke peternakan ayam. Nanti kalo kamu uda jadi nyonya Adit, belanja ayamnya disini, ya! " canda Adit sambil mengelus pipi Sintya. Adit sangat berharap, jika kelak Sintya akan menjadi istrinya.

" Ih, apaan sih! " ketus Sintya yang menepis tangan Adit dari pipi mulusnya.

Mereka berdua langsung masuk ke kandang ayam, yang ukurannya cukup besar. Di sana sudah terlihat pemilik peternakan ayam.

Pemilik peternakan pun datang menghampiri Adit.

" Pacarnya ya, Mas Adit?" ledek pemilik peternakan ayam.

" Calon istri." jawab Adit dengan santai.

Lalu Sintya mencubit perut Adit, karena merasa malu telah di ledek oleh pemilik peternakan ayam.

" Auw ...."

Adit meringis kesakitan, namun hanya sakit kepura-puraan.

" Iya, ampun." kata Adit

Sintya hanya tersenyum kecut, melihat tingkah konyol Adit.

Kemudian Adit memilih ayam, yang akan dibeli. Lalu pemilik peternakan pun, mulai memotong ayamnya satu persatu. Setelah itu Adit mentransfer uang, sesuai jumlah ayam yang di potong.

" Pak, langsung kirim ya ke kafe. " titah Adit. " Udah di transfer ya ..." sambil menunjukkan ponselnya sebagai bukti transfer melalui m bangking.

" Oke bos, siap ... " sahut pedagang ayam yang memberikan hormat sebagai isyarat kalau semuanya sudah beres.

Pemilik peternakan ayam merupakan langganan kafe milik Adit.

Biasanya Adit selalu menghubungi pemilik peternakan ayam, tanpa mendatangi nya. Namun Adit ingin mengajak Sintya jalan-jalan, untuk mengetahui bisnisnya.

Berharap saat mereka menikah nanti, Sintya sudah paham tentang pekerjaan Adit.

Lalu Adit dan Sintya pergi meninggalkan peternakan ayam.

" Memangnya sudah pasti, aku menjadi istri kamu, Tuan Adit ?" ledek Sintya sambil menyisir rambutnya dengan tangan.

" Pastilah, kamu ingin aku lamar sekarang?" sahut Adit yang menantang nya sambil tangannya mencubit pipi Sintya.

" Ih, aku cuma becanda tau." gumam Sintya yang melepaskan tangan Adit yang sedang mencubit lembut pipinya.

" Aku serius." kata Adit seraya memberhentikan mobilnya ke pinggir jalan. Lalu memegang tangan Sintya. Adit menatap nya dengan tatapan intens.

" Dit, aku harap kamu bisa bersabar. Aku ingin mewujudkan cita-citaku dulu. " ungkap Sintya sambil menatap mata Adit.

" Oke, Cantik. Aku akan sangat sabar menunggumu." ucap Adit dengan tangannya sambil mengelus pipi Sintya.

-

-

Adit masih aja sabar, sampai mana sih sabarnya? Liat lagi episode berikutnya 🙏

Jangan lupa like dan komen ya, jika ada kata-kata yang kurang berkenan bisa chat Author 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!