NovelToon NovelToon

Kawin Kontrak Mafia

Episode 1 : Prolog

Aku Sani Shin, aku anak dari pemilik perusahaan Shin yang tidak terlalu besar dan bisa dibilang perusahaan terbesar di negara China. Awalnya hidupku sangat indah, aku berasa seperti tuan putri di kerajaanku sendiri. Tapi semua itu musnah dan hidupku saat ini sangat tidak berarti setelah aku bersedia melakukan perjanjian kawin kontrak selama 5 tahun dengan Han Li CEO perusahaan Li sekaligus pemimpin mafia terkejam yang ditakuti oleh seluruh mafia yang ada di seluruh dunia karena pertaruhan judi ayahku. Karena pertaruhan itu aku harus kehilangan ibuku dan juga harus melakukan kawin kontrak dengan seseorang yang asing bagiku, kami hanya bertemu sekali saat aku mengikuti pesta bersama dengan kedua orang tuaku dan itupun aku hanya sekilas melihatnya.

Seseorang yang sangat dingin bahkan saat di pesta semua orang menghormati dia tanpa terkecuali dan tidak aku sangka saat ini aku menjadi istri kontraknya. Sebagai istri kontraknya, aku mempunyai tugas menyiapkannya makananya, menjadi sekretaris pribadinya, menyiapkan semua kebutuhan pribadinya dan juga melaksanakan tugas seperti layaknya seorang pembantu.

Walaupun kami menikah secara kontrak tapi dia sama sekali dia tidak pernah menyentuhku bahkan kamar kami saja berbeda. Aku terduduk di balkon kamar sambil menikmati sinar rembulan yang bersinar terang di atas langit cerah di malam ini. Selama berada disini hanya adik perempuan Han yang bernama Rina Li yang masih berumur 18 tahun dan para pembantu Han yang mau berbicara denganku.

Dahulu aku adalah ketua mafia yang terkenal kejam bahkan aku sering aktif di dunia mafia bersama dengan kekasih hatiku terdahulu bernama Samuel Kim, kisah cinta kita berakhir dikarenakan dia melakukan sesuatu hal yang membuatku sangat dendam sampai sekarang. Setelah aku pergi dari Samuel aku dekat dengan teman kecilku yaitu San, karena kami sama - sama suka akhirnya kami berpacaran dan San memintaku untuk keluar dari mafia dan menjadi gadis polos yang lugu. Setelah kejadian menyedihkan di malam itu, hidupku sangat terpuruk bahkan sampai hari ini, aku suka kebebasan sejak kecil tapi saat aku menjalin kontrak dengan Han Li itu hidupku seperti seorang burung yang berada di dalam sangkar.

Setiap hari aku harus menyiapkan kebutuhannya dan juga menjadi sekretarisnya sedangkan dimalam hari aku hanya terduduk di balkon kamar sambil menatap bintang. Kehilangan oang yang dicintai apalagi seorang ibu akan sangat sakit, namun aku berusaha untuk memendam rasa sedih dan sakit hati ini selama 5 tahun, aku harus menyelesaikan kontrak ini sekaligus mencari kelemahan Han Li ini dan memikikan cara untuk membalas dendam atas kematian ibuku

Toookkk... Tooookkkk... Toookkk

Tiba - tiba pintu kamarku berbunyi keras dari luar yang membuatku tersadar dari lamunanku, aku melihat kebelakang dan aku melihat Rina bersama pembantu pribadinya Win masuk ke dalam kamar. Rina berlari kearahku dan memelukku erat

"Ada apa Rina?" gumamku menatap Rina

"KAKAK IPAR!!"teriak Rina sedih

Kakak Ipar, adalah panggilan Rina kepadaku, karena kawin kontrak itu Rina selalu menganggapku sebagai istri resmi Han padahal kami menikah saja belum dan kami hanya seatap karena secarik kertas kontrak yang snagat menyebalkan itu

"Ada apa Rina? Kenapa kamu menangis?" gumamku bingung

"Aku sedang sedih kakak ipar"

"Sedih? Sedih kenapa?" tanyaku terkejut

"Aku diputusin sama Alex, kakak ipar"

"Alex? Laki - laki berambut coklat yang pernah datang menjemputmu saat akan main bersama itu?" tanyaku kaget

"Ya kakak ipar"

"Emang kenapa kamu diputusin sama dia?"

"Dia punya pacar baru kakak ipar. Aku cerita ke kakak Han tapi aku malah diusir kakak, kakak gak pernah ngertiin aku malah buat aku sangat sedih.." desah Rina pelan

"Kakakmu pasti sedang sibuk. Jangan sedih - sedih kan ada aku yang selalu ada untuk Rina" gumamku menghiburnya

"Ya kakak ipar benar.." desah Rina tersenyum

"Udah jangan dipikirkan, kamu pasti akan mendapat pacar yang lebih dari dia. Dia yang mengecewakanmu lebih baik dilupakan saja ya... Ingat perkataanku!!" gumamku serius

"Ya, makasih ya kakak ipar. Kakak ipar kapan menikah resmi dengan kakak?"

"Kenapa kamu tanyakan itu?" gumamku terkejut

"Biar kakak ipar menjadi kakak iparku beneran"

"Ya doakan saja ya" desahku mencoba tersenyum, "Astaga menikah resmi dengan laki - laki dingin yang menyebalkan itu? Tidak terimakasih" gerutuku kesal dalam hati

"Oh ya kakak ipar, besok aku ingin pergi ke mall untuk melupakan Alex itu. Apa kakak ipar mau menemani Rina?"

"Besok ya? Aku sih tidak masalah..." desahku pelan

"Besok nona Sani harus menemani tuan Han ke sebuah pertemuan dan pesta nona" gumam Win mengingatkanku akan agenda itu

"Oh hmmm iya aku lupa... Maaf Rina lain kali aja ya..." gumamku pelan sambil mengusap lembut rambutnya

"Baiklah kakak ipar, kalau kakak ipar tidak ikut pasti kakak akan menghukum kakak ipar lagi" gumam Rina pelan

"Hmmm besok kamu sama teman baikmu saja, ini kakak kasih tambahan uang saku" gumamku mengambil uang yang ada di dompetku, walaupun tidak seberapa tapi agar dia sedikit senang

"Banyak banget kakak ipar. Jangan banyak -  banyak kakak ipar, aku punya uang sendiri kok kakak ipar"

"Tidak apa, ambil saja. Pergilah kemanapun kamu mau" gumamku tersenyum

"Benarkah? Makasih kakak ipar" gumam Rina memelukku erat

"Ya sudah, hari sudah malam kamu tidurlah"

"Baik kakak" gumam Rina keluar kamar dengan senang

Kalau ditanya kenapa aku baik kepada Rina, pasti aku akan menjawab karena aku anak kedua. Aku punya seorang kakak tapi karena suatu masalah dengan kedua orang tuaku, kakakku pergi meninggalkan rumah saat aku masih sekolah dasar jadi walaupun dimanapun aku bertemu kakak aku tidak akan tahu kalau dia kakakku karena aku tidak ingat wajah kakak kandungku seperti apa

Aku menghela nafas panjang dan menatap bulan purnama yang ada di atasku. Aku teringat San, kekasih hatiku sebelumnya. Aku sudah hampir 5 tahun pacaran dengan San. San dulunya adalah teman bermainku saat kecil. Saat kami beranjak dewasa, San menembakku dan akhirnya kami berpacaran. Namun setelah San mengetahui kejadian itu aku tidak tahu dimana keberadaannya dan aku juga tidak mungkin bisa mencari keberadaan San.

Aku mengambil handphoneku dan menatap foto kami berdua di masa lalu, bahagia tanpa penderitaan sama sekali. Ingin sekali aku mengulang masa - masa itu tapi semua itu tidak akan mungkin terjadi. Emang takdir tidak sesuai dengan apa yang diinginkan sebelumnya, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan setelah perjanjian kontrak ini habis. Tapi yang jelas aku ingin segera keluar dari penjara yang menyakitkan ini...

Episode 2 : Kejadian Menyedihkan

Kejadian satu tahun yang lalu masih teringat di ingatanku, kejadian yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan bagiku. Kejadian yang membuat masa depanku hancur bahkan masa depan cintaku dengan San juga tinggallah kenangan. Aku masih ingat bagaimana aku melarikan diri dari beberapa orang asing yang memasuki rumahku dengan membawa senjata di tangannya. Rasa takut, khawatir, dan sedih bercampur jadi satu saat itu.

Aku berlari dan terus berlari di malam itu, petir terus menyambar membuat lorong ruangan yang aku lalui menyala remang - remang. Suara langkah kaki beberapa orang yang sedang mengejarku sangat menggema di telingaku. Takut? Ya aku sangat takut. Aku mencoba mencari ayah dan ibu tapi aku tidak menemukan mereka dimanapun. Aku terus berlari dan mencoba mencari tempat persembunyian untuk bersembunyi dari beberapa orang asing itu. Saat melewati ruang kerja ayah tanpa berpikir panjang aku masuk dan melihat dari jendela yang ternyata telah banyak orang yang berjaga di sekeliling rumahku

"CEPAT CARI DIA!!!" teriak seorang laki - laki dari luar

"Astaga..." desahku melihat disekelilingku dan aku melihat ada lemari usang di pojok ruangan

Aku mencoba bersembunyi di dalam lemari usang yang berada di sudut ruangan kerja ayah itu, telingaku terus mendengar seorang laki - laki yang terus memanggil namaku dengan keras

"SANI... SANI"

"Dimana kamu anak nakal?"

"Kemarilah mari bermain bersama! Aku ada mainan baru loh!!!"

Suara yang sangat berat dan dingin di sekitar ruang kerja ayah ini. Setiap kali ada orang yang berada di ruangan ini aku selalu menahan nafasku agar mereka tidak mengetahui keberadaanku. Aku takut mereka menculikku, aku terus berdoa dan berharap agar semua cepat berlalu tapi ternyata harapanku sirna. Aku melihat seorang laki - laki yang membuka pintu lemari dan menatapku dingin

"Akhirnya aku menemukanmu, Sani!" ucap laki - laki itu bernada dingin. Tangannya menarik tanganku keluar ruangan, genggaman yang sangat kuat membuat tanganku sangat kesakitan. Aku mencoba melepaskan genggamannya tapi semua sia - sia saja

"To.. Tolong lepasin aku..."

"Diamlah jangan berisik!!"

"Apa yang kalian inginkan?"

"Kamu akan tahu sendiri..."

Laki - laki itu terus menarikku dengan kuat, aku menahan rasa sakit di tanganku dan kakiku terus tersandung karena cepatnya langkah kaki laki - laki di depanku ini. Laki - laki itu terus menarikku menuruni tangga yang gelap di lantai dasar rumahku. Di tangga ini aku mendengar suara seorang laki - laki yang terus memohon meminta ampunan, aku menatap lantai bawahku tapi aku tidak melihat siapapun hanya melihat banyak orang yang berdiri dengan senjata di tangannya

"Tolong tuan jangan bunuh istriku"

"Ini taruhanmu, apa kamu lupa dengan taruhanmu sendiri?" gumam seorang laki - laki yang terduduk di kursi

"Biarkan aku saja yang menggantikan istriku"

"Menggantikan? Nyawa kalian tidak sama dengan penderitaan yang aku alami selama ini..." gumam seorang laki - laki berdiri dengan jubah yang menutupi wajahnya

"Maafkan aku kalau aku masih tidak mampu menjadi orang tua yang baik untukmu"

"Maaf? Hanya maaf saja?"

"Ayah tahu kamu masih kecil saat itu dan tidak sepatutnya ibumu mengusirmu... Tapi ... Berikanlah kami waktu uuntuk memperbaiki semuanya"

"Sudahlah aku capek bernego denganmu orang tua... Langsung saja" gumam laki - laki dingin itu dan aku mendengarkan suara tembakan yang sangat keras

Doooorrrr

Tiba - tiba lantai di bawahku mengalir sebuah cairan kental dan saat petir bergemuruh aku melihat cairan di bawahku adalah darah milik ibuku. Di depanku aku melihat ayah yang menangis keras yang membuatku tanpa sadar mampu melepaskan genggaman tangan laki - laki itu dan berlari kearah mayat ibuku

"Ibu... Ibu bangun ibu!!!" teriakku mengguncangkan tubuh ibuku

"Ibu banguuuunnn!!" teriakku kencang

"Ayah, apa yang terjadi ayah?" tanyaku menatap ayah tapi ayah hanya menangis

"Baiklah sekarang giliranmu orang tua" gumam laki - laki itu menodongkan senjata ke arah ayah, dengan cepat aku berdiri di depan ayah agar ayah tidak terluka

"JANGAN BUNUH AYAHKU!!!" teriakku kencang

"Minggir kamu anak kecil!!!" protes laki - laki itu kesal

"JANGAN BUNUH AYAHKU TUAN, AKU MOHON!!!" teriakku kencang

"Tunggu..." gumam seorang laki - laki yang sedang duduk di belakangnya

Laki - laki bermuka dingin itu beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di depanku yang membuatku sedikit ketakutan tapi aku tidak berani untuk menggerakkan tubuhku sama sekali apalagi rumor yang pernah aku dengar kalau laki - laki itu akan membunuh orang tanpa ampun

"Siapa namamu?"

"Sani ... Shin..."

"Baiklah anak kecil, aku akan mengampuni nyawa ayahmu tapi aku ada syarat untukmu" gumam laki - laki itu mengangkat daguku tinggi

"Apa syaratmu?"

"Kamu harus bersedia melakukan perjanjian kawin kontrak dengan adikku bagaimana?"

"Perjanjian kawin kontrak?" gumamku bingung

"Apa kau gila?" protes laki - laki berjubah di sampingnya

"Ini keinginanku bukan keinginanmu..."

"CIIIHHH..." gerutu laki - laki itu berjalan pergi

"Jangan... Tidak boleh!!!" teriak ayah menarik tanganku kuat

"Kalau tidak boleh ya sudah... Wan habisi dia" gumam laki - laki itu membalikkan badannya dengan kesal

"Seperti apa adikmu?" gumamku dingin

"Kamu akan mengetahuinya setelah menandatangani kontak ini"

"Baiklah aku terima syaratmu, tapi kamu sama sekali tidak boleh melukai ayahku selamanya!!!"

"Oh okey tidak masalah" desah laki - laki itu terduduk di kursinya

"Ran ambilkan kertas itu..." gumam laki - laki itu dan datanglah seorang laki - laki di depanku membawa kertas

"Kalau begitu tanda tangan di bawah kertas ini.." gumam laki - laki itu dingin

"Coba jelaskan kontrak ini, aku tidak mengerti" gumamku pelan

"Kontrak ini adalah kontrak perjanjian antara anda dngan tuan Han, kontrak ini berlaku selama lima tahun. Jadi selama 5 tahun anda akan terus bersama dengan tuan Han, dimanapun dan kemanapun tuan Han pergi anda harus selalu bersama dengannya dan sebulan sebelum kontrak ini berakhir anda harus segera angkat kaki dari rumah" ucap seorang laki - laki ramah di depanku

"Lalu tugasku apa?"

"Ya anda hanya menyiapkan makanan tuan Han, menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan tuan Han, menjadi sekretaris pribadi tuan Han, dan dimanapun tuan Han berada anda harus mengikutinya. Apa anda sudah jelas?"

"Hanya menjadi pembantu aja bilangnya kawin kontrak. Tapi kalau aku tidak mendatanginya, dia akan membunuh ayahku... Tidak, itu tidak boleh terjadi!!!" desahku dalam hati sambil menatap laki - laki dingin di depanku

"Bagaimana nona apa anda sudah mengerti?" tanya laki - laki itu menatapku

"Ya..." desahku menandatangani perjanjian itu

"Baguslah, ikuti aku..." gumam laki - laki itu beranjak dari tempat duduknya dan aku mengikuti laki - laki itu masuk ke dalam mobil mewah itu

Aku tidak tahu aku akan di bawa kemana mau kemanapun aku hanya pasrah, dibuang ke lautpun aku pasti akan pasrah karena yang terpenting ayahku tidak di bunuh mereka. Tidak beberapa lama kami berkendara, kami sampai di sebuah rumah yang sangat mewah. Aku turun dari mobil mengikuti laki - laki tampan itu masuk ke dalam rumah itu. Di dalam rumah mewah itu aku melihat ada seorang gadis cantik yang tersenyum ramah kearahku.

"Kakak siapa dia?" tanya gadis itu bingung

"Dia kakak iparmu"

"Kakak ipar? Buat kakak?"

"Bukan untukku, tapi untuk Hans..."

"Untuk kakak Hans?" tanya gadis itu terkejut

"Ya tapi paling akan digantikan oleh Han"

"Hans? Siapa Hans itu? Dan Han siapa dia?" gumamku dalam hati, aku menundukkan kepalaku dan terdiam tanpa kata

"Bisa tidak kakak tidak memberikan wanita yang aneh!!" gerutu seorang laki - laki dari atas lantai dua.

"Tunggu dulu!!! Aneeeh? Apa yang membuatmu menganggapku aneh?" protesku kesal sambil menatap Han, aku tidak menyangka laki - laki yang bernama Han itu snagat tampan tetapi terlihat kejam dan jahat. Laki - laki itu menatapku dingin dengan waktu yang lama tapi setelah itu wajah laki - laki itu memerah dan memutar tubuhnya dengan cepat

"Terserah lah, kalau kamu ingin menjadi istri kontrakku... Lakukan tugasmu dengan sebaik - baiknya" gumam laki - laki itu pergi dari lantai dua

"Tumben dia tidak mengeluarkan senjatanya dan membunuh wanita ini" gumam laki - laki di sampingku dengan bingung

"Mungkin kakak suka dengan kakak ipar"

"Kalau seperti itu, baguslah... Rina bawa dia ke kamarnya" gumam laki - laki itu pergi meninggalkan kami

"Baiklah mari kakak ipar" gumam gadis itu menarik tanganku dengan senang

"Oh ya kakak ipar namanya siapa?"

"Eeemmm aku Sani Shin"

"Nama yang bagus, nama yang sama dengan kak Shin"

"Kak Shin? Siapa dia?"

"Kata kakak sih dia anak laki - laki di keluarga Shin tapi tidak tahu kenapa dia sangat benci saat orang memanggil namanya Shin" gumam gadis itu pelan

"Oh benarkah? Aku punya kakak laki - laki tapi kakak laki - lakiku pergi dari rumah dan tidak kembali lagi sampai sekarang dan aku kehilangan ibuku sekarang" desahku pelan

"Benarkah? Aku turut berduka cita kakak ipar, tapi jangan khawatir ada Rina yang akan menjadi teman kakak ipar"

"Rina? Namamu Rina? Nama yang bagus"

"Ya namaku Rina Li kakak ipar, panggil saja aku Rina" gumam Rina tersenyum manis

"Oh baiklah" desahku pelan

"Kakak ipar kalau butuh apapun bilang ke Rina ya... Ini kamar kakak ipar, selamat beristirahat" gumam Rina membuka pintu sebuah kamar.

Di dalam kamar ku melihat sebuah kamar besar bahkan ada balkon di luar kamar, kamar yang lebih besar dan mewah dari pada kamar di rumahku sendiri. Aku memasuki kamar yang besar itu dan Rina menutup pintu dengan pelan. Aku membuka pintu balkon dan melihat pemandangan hutan yang disinari sinar bulan purnama yang snagat indah. Aku berpikir untuk melarikan diri tapi itu sangat sia - sia karena halaman rumah ini sangat luas dan juga kepenuhi oleh penjaga dengan senjata lengkap

Menandatangi kontrak dengan iblis menyebalkan itu sama seperti seluruh hidupku aku berikan kepadanya selama 5 tahun. 5 tahun? Ya itu sepertinya waktu yang singkat, tapi bagiku 5 tahun adalah waktu terlama yang akan aku lalui dengan hidup sengsara dan menderita di bawah kekuasaan iblis menyebalkan ini. Bahkan karena perjanjian itu aku harus kehilangan kekasih hatiku dan aku sendiri tidak tahu dimana keberadaannya sekarang...

Episode 3 : Rapat Dengan Leo

Hidup sebagai istri kontrak Han tidaklah mudah, awalnya aku selalu mendapatkan hukuman dari Han karena aku selalu lalai, telat bangun, merusak barang milik Han, dan juga terlupa akan sesuatu hal yang sangat penting. Tapi karena hukuman Han yang kejam itu aku berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan juga belajar menjadi seorang istri yang sesungguhnya agar aku bisa melaksanakan tugasku dengan baik selama 5 tahun kedepan

Pagi ini aku terbangun lebih awal, aku memasak makanan khusus untuk Han dan aku juga tidak lupa untuk menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan oleh Han selama mengikuti pertemuan itu, apalagi Han memiliki banyak agenda di bulan ini dan pasti kami akan jarang pulang ke rumah.

Setelah semua makanan dan pakaiannya sudah siap, aku sedang mencuci piring. Tidak lama kemudian tiba - tiba Han masuk ke dalam ruang makan dan duduk di mejanya. Dia mengambil makanan yang aku buat itu dan memakannya sendiri tanpa mengajakku makan ataupun basa basi berbicara denganku. Perutku sangat lapar tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa makan bersama dengan Han dan aku harus makan jika Han tidak di rumah. Dari samping aku melihat wajah Han terlihat sangat lelah dan seperti sedang menahan sakit

"Aaaauuuu..." rintih Han pelan, melihat Han kesakitan aku segera menghampirinya 

"Apa kamu terluka?" gumamku mencoba menyentuh tangan Ha

"Jangan sentuh!!!" teriak Han keras

"Aku hanya ingin mengobatinya saja, darahmu sampai mengenai pakaian" gumamku pelan

"Ya sudah terserah kamu" gerutu Han kesal

Aku segera mencari kotak obat dan segera mengobati tangan Han. Di tangan Han aku melihat luka goresan yang lumayan dalam, aku mengobati tangan Han dengan obat merah dan membalutnya dengan perban

"Sudah... Besok jangan lupa ke dokter. Aku akan melakukan pekerjaanku yang lain lagi" desahku pelan

Kruuuccuuukkk

Terdengar suara perutku berbunyi keras yang membuat Han terus menatapku dengan tatapan dinginnya. Tatapan dingin dan kejam yang membuat semua orang merinding jika melihatnya, aku bergegas pergi tapi Han menggenggam erat tanganku

"Tunggu..." gumam Han dan aku tertunduk diam

"Kamu semalam tidak makan?" ucap Han menatapku dingin, ini pertama kalinya Han menanyakan tentang keadaanku. Aku mendukkan kepalaku dan menggelengkan kepalaku pelan

"Kenapa kamu tidak makan disaat aku pergi?"

"Aku... Aku..."

"Bilang saja aku tidak akaan marah"

"Aku belum makan" gumamku pelan

"Kalau begitu kamu harus makan"

"Nanti saja, makanlah terlebih dahulu"

"Ini perintah!!" teriak Han kesal

"Ba... Baiklah" gumamku terduduk di kursi depanku

Aku segera mengambil makanan di depanku dan melahap makanan itu, aku sama sekali tidak berani melihat Han apalagi jarak antara aku dan Han sangat dekat. Aku sama sekali tidak berani untuk berurusan dengan laki - laki dingin di sampingku ini

"Apa semua sudah kamu siapkan?" gumam Han meletakkan alat makannya

"Sudah semua" gumamku pelan

"Setelah makan kita berangkat.."

"Baiklah, aku juga selesai.." gumamku pelan

"Gantilah pakaianmu itu, biarkan piring itu di bersihkan oleh pembantu yang lain. Aku tunggu di bawah" gumam Han berjalan meninggalkan ruang makan

"Baiklah..." desahku berjalan menuju ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian 

Setelah aku berganti pakaian, aku segera turun ke lantai bawah untuk menemui Han. Di tangga aku melihat Han yang sedang terduduk santai sambil memainkan handphonenya

"Sudah siap?"

"Ya..." desahku pelan

"Oh baiklah" desah Han berjalan keluar rumah menuju ke mobil pribadinya dan aku mengikuti Han dari belakang dan duduk di sebelah Han

Mobil perlahan bergerak meninggalkan rumah dan berjalan menuju ke pusat kota. Selama perjalanan aku hanya diam menatap pemandangan yang ada di luar. Matahari yang sudah muncul diatasku yang menandakan waktu sudah hampir siang, di sepanjang jalan Han sedang sibuk dengan handphonenya sedangkan aku hanya menatap keluar jendela. 

Tepat di lampu merah aku melihat ada seorang laki - laki tampan yang sedang terduduk di dalam mobil sebelah mobil Han. Kami saling bertatapan dengan waktu yang sangat lama, wajah tampan dan rambut coklat tua serta sebuah anting di sebelah kanan mengingatkanku terhadap San, kekasihku yang dahulu. Aku dan laki - laki itu sama - sama menurunkan kaca mobil, wajah terkejut sangat terlukis dengan jelas di wajahnya "SANI?" itulah kata yang terucap di bibirnya dengan wajah sedikit sedih aku berusaha tersenyum kearahnya. San melemparkan sesuatu kearahku dan tersenyum manis, aku tidak tahu apa arti senyuman itu.

Saat lampu sudah di warna hijau dan mobil sudah berjalan, aku hanya terdiam dan kembali menutup jendela mobil dengan cepat. Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan San disaat seperti ini, San yang sekarang sangatlah tampan dan juga sepertinya dia sekarang sudah sukses seperti janji kita berdua dahulu. Walaupun aku sekarang bisa kemungkinan besar kembali dengan San karena aku hanya kawin kontrak saja, tapi aku tidak seratus persen yakin San bisa menerimaku kembali. Aku mengambil nafas dalam - dalam dan menundukkan kepalaku

"Ada apa?" tanya Han menatapku

"Tidak ada..."

"Apa kamu baru bertemu dengan seseorang yang kamu kenal?" gumam Han melirik mobil San yang ada di belakang mobil kami

"Tidak..."

"Apa kamu sedang tidak enak badan?"

"Tidak, aku baik - baik saja" gumamku pelan

"Hmmm..." desah Han kembali memainkan handphonenya

Pikiranku saat ini sangat kacau apalagi aku baru saja saling bertatapan muka dengan San, saat ini aku sangat mencintai San dan benar - benar mencintainya. Aku terus memegang kertas yang dilemparkan San kepadaku, aku sangat ingin tahu apa isinya. Tapi untuk saat ini tidak mungkin apalagi ada Han di sebelahku jadi aku harus menyembunyikannya dari Han

Tidak beberapa lama kemudian kami sampai di sebuah gedung pencakar langit di kanan jalan, sopir memarkirkan mobilnya lalu Han keluar dari mobil dan aku segera mengkutinya dari belakang menuju ke ruang rapat yang sudah disediakan. Di dalam ruang rapat aku melihat laki - laki muda berdiri dengan senyum ramah di bibirnya, senyuman lebar itu membuat aku terkejut kalau Han kali ini rapat dengan temanku saat sekolah dulu. Laki - laki itu tersenyum ramah ke arahku dan sedikit menggumamkan bibirnya pelan.

Aku mencoba mengamati gerakan bibirnya yang sangat cepat itu dan baru sadar kalau laki - laki itu mengatakan "Tidak aku sangka bisa bertemu denganmu, wanitaku". Walaupun aku tahu yang dia katakan tapi aku berusaha tidak mengatakan apapun dan hanya terdiam. Laki - laki ini bernama Leo, seingatku dia adalah penerus perusahaan Lan dan penerus mafia milik ayahnya. Saat kami masih bersekolah, San dan Leo sering memperebutkanku tapi San selalu menang dan selalu tidak ingin melepaskan aku untuk orang lain 

"Selamat siang tuan, terimakasih tuan Han berkenan datang" gumam Leo membuyarkan lamunanku

"Ya ..."

"Silahkan duduk tuan dan nona" gumam laki - laki itu tersenyum dingin, senyuman dingin itu menandakan dia sangat ingin mendapatkan sesuatu. Aku hafal dengan gerak gerik Leo tapi aku sendiri masih sangat asing dengan gerak gerik San saat itu

"Terimakasih" gumam Han dingin

"Sebelumnya perkenalkan saya, Leo pemilik perusahaan Lan. Disini saya ingin melakukan kerjasama perusahaan dengan perusahaan Li milik tuan Han. Semua proposal sudah saya berikan kepada tuan beberapa hari yang lalu, bagaimana dengan kerjasama kita tuan?" ucap Leo ramah

"Sebelum itu, coba presentasi terlebih dahulu agar tuan Han bisa yakin untuk bekerjasama dengan anda" gumamku ramah

"Baiklah..." desah Leo beranjak dari tempat duduknya

"Terimakasih tuan Han sudah mempersilahkan saya untuk mempresentasikan materi proposal saya, sabelumnya saya akan menjelaskan sedikit tentang perusahaan saya.... Perusahaan Lan bergerak di bidang perusahaan elektronik terbesar di Korea. Di setiap tahunnya perusahaan kami selalu memiliki keuntungan besar dan jarang mengalami kerugian..." ucap Leo menjelaskan dengan serius

Aku melihat Han yang sedang serius memperhatikan Leo yang sedang menjelaskan di depan. Penjelasan Leo mengingatkan saat kami sedang pelajaran presentasi dulu. Gaya penyampaian dan gaya bahasanya sangat khas milik Leo yang membuatku sangat rindu masa sekolah. Aku menundukkan kepalaku dan menahan air mataku agar tidak keluar, aku sangat rindu San dan rindu teman - temanku yang lain. Aku ingin kembali dimasa dimana aku bisa hidup bebas tanpa tekanan dan penderitaan seperti ini

Selama Leo presentasi aku hanya terdiam dan melamun tentang masa lalu, selama aku bersama dengan Han aku sering sekali melamun hal - hal yang tidak penting

"Baiklah, itu presentasi singkat dari saya..." gumam Leo menyadarkanku dari lamunanku

"Mmm bagus juga presentasimu" gumam Han menepuk tangannya keras

"Ya, saya juga masih belajar tuan..." gumam Leo kembali terduduk di kursinya

"Pantas saja tuan Lan mempercayakan perusahaan terbesarnya ini kepadamu" gumam Han dingin

"Baiklah, saya terima kerjasama ini" gumam Han dingin

"Oh benarkah? Kalau begitu, tuan bisa tanda tangan kerjasama di lembar proposal paling belakang" gumam Leo tersenyum senang dan Han langsung menandatanganinya

"Nih udah" gumam Han menutup proposal itu

"Terimakasih tuan"

"Kalau begitu kami permisi dulu" gumam Han menjabat tangan Leo dengan wajah dinginnya

"Ya terimakasih telah bekerjasama tuan..."

"Dan terimakasih untuk anda juga nona" gumam Leo menjabat tanganku.

Saat tanganku menjabat tangannya, aku terkejut di tangan Leo tersisip sebuah kertas kecil yang entah bagaimana dia bisa mengelabuhi Han saat berjabat tangan dengan Han. Dengan wajah tersenyum, Leo sedikit mengedipkan mata kirinya kearahku. Aku segera memasukkan kertas itu dan sedikit membungkukkan badanku ke arah Leo

"Terimakasih juga tuan" gumamku pelan

"Baiklah, kami akan pergi sekarang" gumam Han berjalan mendahuluiku dan aku segera menyusul Han yang sudah ada di depanku

Hari ini aku diberi dua kertas oleh dua orang yang dulu pernah menyukaiku. Aku sangat ingin membukanya tapi aku takut kalau ketahuan Han dan Han membacanya. Ya kalau isi dari kertas itu cuma kata - kata tidak penting tidak apa, kalau kata - kata penting pasti aku akan dapat hukuman lagi. apalagi Han pernah mengancamku kalau aku melakukan kesalahan lagi kontrak kami akan di perpanjang, aku tidak mau itu terjadi...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!