NovelToon NovelToon

Sahabatkah?

01

Cerita 01

Alma POV

Namaku Alma, lengkapnya Alma Azzahra. Saat ini aku duduk di bangku kuliah semester 5, usiaku 20 tahun, Dari segi fisik aku rasa gak ada yang bisa dibanggakan, kulit sawo matang, dengan tinggi cuma 150 cm. bisa dibilang wajahku Standart, meskipun kadang ada yang bilang aku cukup manis.

Entah kenapa aku rasa emang gak ada sesuatu yang bisa aku banggain dalam diriku, semua serba standart, kadang aku ngerasa minder sendiri. Tapi itu bukan jadi masalah serius ketika aku rasa banyak orang yang masih peduli sama aku.

Sekarang aku sedang ada di Bali, pulau dewata nan indah. Sebenarnya aku asli Malang, Jawa timur, cuma kebetulan saat ini jurusanku sedang KKL (Kuliah kerja Lapangan) di Bali. kita ngunjungi beberapa instansi yang berhubungan dengan perekonomian dan juga pendidikan. ya karena aku ngambil jurusan Pendidikan ekonomi.

Setelah semua tujuan sudah kita kunjungi sekarang tinggal seneng-seneng. Setelah seharian kita main malam ini jadwal free, semua mahasiswa bebas aktifitas. Total yang ikut KKL ada 45 anak, 2orang dosen serta 3 orang dari pihak travel. Sampai pukul 9 malam anak-anak udah pada bubar, ada yang renang malem-malem, main gitar sambil nyanyi, ngopi, bahkan uda ada yang tidur.

"Al, mau ikut jalan gak?" ajak Kinan saat aku mau masuk kamar.

"jalan kemana?" tanyaku sambil duduk disebelah Kinan.

"tuh anak-anak ngajak ke Krisna, ada yang mau dibeli katanya"

Denger nama Krisna aku langsung senyum, pasalnya tadi aku lupa beliin pesenan Bisma, temenku. "ikutan!"

"Sip. sono siap-siap, mas Agus lagi nyari kendaraan" perintah Kinan, mas Agus itu salah satu orang travel yang emang ditugasin buat nemenin anak-anak kalau mau keluar.

Setelah 15 menit nunggu depan Villa, akhirnya Kenzo, Gio dan mas Agus menghampiri kami.

"Dapet kendaraannya?" tanya Nayla yang daritadi ngomel karena pada lama.

"Udah nyonya" jawab Gio sambil jitak Nayla "segini doang yang ikut?" kami cuma berlima ditambah Kenzo, Gio dan mas Agus total berdelapan.

"Iya, yang lain pada gak mau. tapi cukup kan mobilnya?" tanya Kinan, aku cuma nyimak mereka, kita emang udah hampir 2 tahun sekelas tapi kita gak terlalu deket.

"Tenang aja, cukup kog. kita bakal naik mobil Alpard biru" celoteh Kenzo sambil naik turunkan alisnya, bikin kita curiga.

Tak berapa lama ada mobil mendekat, "Selamat menikmati malamnya Bali bersama si Alpard biru" ucap Gio sambil ketawa.

Alpard biru yang dimaksud Kenzo adalah sebuah angkot, entah mereka nemuin angkot dimana, yang jelas aku ngerasa suka aja pasti bakalan seru.

Aku, Kinan, Nayla, Rara, Gio,Kenzo,Dimas dan Mas Agus kita selalu bercanda dalam angkot sambil sesekali mas Agus dan Gio ngasih tau tentang daerah yang kita lewati. Tujuan utama kita emang Krisna, tapi setelah itu kita milih keliling denpasar sampek Gio nyeletuk pengen ke Legian.

Dan disinilah kita sekarang, Legian. kita jalan beriringan melewati banyak cafe dan bar dengan musik yang memekakan telingan.

"Sadar gak sih geng kalau daritadi banyak yang liat ke arah gue?" tanya Kinan tiba-tiba.

"Dikira elo ******* kali mak!" celetuk Gio, diantara kita emang cuma Kinan yang pake setelan Gamis plus kerudung panjang, sangat berbeda dengan orang-orang disini yang kebanyakan pake baju minim.

Sembarangan lo!" ucap Kinan gak trima sambil berjalan mendahului nyusul Rara yang daritadi mimpin jalan.

"Al, si Rara marah beneran?" tanya Kenzo yang entah sejak kapan udah jalan disampingku.

Aku menoleh sekilas dan hanya menghendikan bahu "mungkin"

"Gue kan tadi cuma becanda"

"Si Rara tuh emang sensi gitu anaknya, mangkanya jangan sembarang nyenggol dia" ucapku sambil sedikit senyum.

"tau gitu mending diem gue tadi"

Saat di dalam angkot tadi anak-anak rame becanda sampek mereka ujungnya nyomblangin aku sama Kenzo, tapi kita berdua santai. Sampai entah gimana awalnya Kenzo malah nyomblangin Rara sama Dimas. Rara yang emang gak suka dibecandain langsung nyalain mode singa. sepanjang perjalanan dia jadi ketus.

"Rasain!" ejek Gio yang berjalan didepanku

"Kampret! ini juga elo yang duluan mancing" ucap Kenzo gak trima.

Gio malah ketawa "gak bakalan deh gue becandain Rara, senggol bacok euy!" kitapun akhirnya pada ketawa.

Sampek di monumen bom Bali kita berenti, nikmatin malamnya Legian. Meskipun agak canggung karena Rara masih ngambek. Tapi gak lama kemudian kita pada ketawa ngeliat sikap Rara yang udah mulai mencair dengan ikutan meliuk-liukan badannya ngikutin suara musik.

"Al, tuh si Rara gak sakit kan? tadi marah sekarang malah ngelawak" bisik Kenzo

"dia mah kalau marah gak bisa lama" ucapku, dari banyaknya temen sekelas emang aku paling deket sama Rara, jadi sedikit banyak aku paham gimana Rara.

Kenzo ngangguk-ngangguk "dia gak bakalan ngambek lagi kan kalau gue ikut ngetawain dia?" tanya Kenzo sambil nahan tawa.

Gimana mau gak ketawa, musik yang kita denger tuh sejenis musik DM, tapi Rara malah joget dangdut. Somplak emang tuh anak.

***

Selamat membaca, moga kalian sukaaaaa... makasih...

02

#02

Keesokan harinya kami semua balik ke Malang, perjalanan yang cukup lama tapi sangat menyenangkan. Sepanjang perjalanan yang ada hanya canda, tawa. Kami begitu menikmati keakraban ini.

Sepulangnya dari Bali kami beraktifitas seperti biasa. apalagi semester ini cukup banyak SKS yang aku ambil. Untung semester ini aku milih ngekos, jadi gak terlalu capek. Sebenarnya rumahku masih di Malang juga. tapi cukup jauh kalau aku harus berangkat dari rumah.

Hari ini cuma ada satu mata kuliah, dan pulangnya aku milih balik kos, manjain diri dengan nonton drakor.

"Al...!" panggil Rara sambil buka pintu kamar.

Aku dan Rara emang satu tempat kos, tapi kita beda kamar karena satu kamar cuma buat satu orang.

"Paan?" jawabku malas sambil terus mantengin laptop.

"Ngedrakor lo? pantesan Nayla hubungin lo gak ada balesan" cerocos Rara sambil rebahan di kasur.

"Hp gue silent, tuh sambil ngecharge. kenapa?" tanyaku sambil ngambil hp di rak, dan saat aku liat emang banyak chat juga telphon yang gak kejawab.

"Anak-anak ngajakin ke pantai. ikutan gak?"

Aku ketawa, pantai menurutku adalah sesuatu yang sangat menggiurkan. "boleh, kapan?"

"Sekarang"

"Seriusan lo?" tanyaku sambil ngelirik jam yang udah nunjukin jam 13.30.

"Iya, pada mau liat sunset katanya"

Aku garuk-garuk rambut "sunset? emang ada?"

"diada-adain ajalah. buruan siap-siap bentar lagi di jemput" ucap Rara sambil melenggang pergi, balik ke kamarnya.

Setengah jam kemudian kita berangkat menuju pantai goa cina, masih di wilayang Malang juga. Kita hanya berangkat berenam. Aku, Rara, Nayla, Kinan, Gio dan Kenzo.

Perjalanan ke pantai cukup lama, tapi gak berasa karena kita terus aja bercanda. Selama ini kita gak pernah deket, ngobrol pun seperlunya. Tapi nyatanya banyolan kitapun nyambung yang bikin suasana jadi tambah seru.

"Akhirnya vitamin Sea" cicitku saat menginjakan kaki di pasir pantai.

"Sepi ya" ucap Rara sambil melihat sekeliling.

"Iyalah, cuma kita aja nih yang gak waras. yang lain jam segini pada pulang lah kita malah baru sampek" kata Nayla

"Anggep aja pantai pribadi. bebaaas" ucap Kenzo sambil merentangkan tangannya.

"Nay, lu daritadi nyinyir mulu, sono pulang sendirian kalau gak mau" kesel Gio

"Santai dong Nyet ngegas mulu, sini-sini fotoin gue" Nayla nyoba narik tangan Gio.

"mimpi apa gue, udah jadi supir sekarang tukang foto, yang lain napa Nay, tuh Kenzo nganggur" tolak Gio

"Berisik, buruan. awas jelek" kata Nayla sambil mulai pose. Gio masih terus ngumpat.

Aku hanya ketawa ngeliat mereka, Nayla, Gio dan Kenzo berasal dari kota yang sama bahkan mereka dulu satu SMA. kadang ngerasa iri juga sama keakraban mereka. Apalagi kalau bisa dibilang dari segi fisik ketiganya menarik.

Nayla yang merupakan salah satu cewek idola kampus, wajah cantik, postur yang ideal dengan tinggi 160 cm, ditambah kaya, paket lengkap deh, meskipun kadang dia agak lola.

Gio, dia termasuk cowok badboy yang juga banyak fansnya. ganteng? jelas. sekilas mirip aktor k-pop, terkenal sombong dan angkuh, tapi saat aku mulai kenal dia lebih dekat sebenernya dia cukup baik dan tengil.

Kenzo, dia seperti kembar siam dengan Gio, kemanapun berdua, kontrak rumah juga berdua. Dia juga cukup tampan meskipun gak setampan Gio. selama kenal dia, aku rasa dia cowok humoris, hangat dan humble.

"Senyum mulu buk, mau difotoin juga?" Kenzo nawarin aku.

"Pengertian banget sih lo nih fotoin" kataku sambil ngasih ponsel. Akupun narik Kinan juga Rara buat foto bareng.

Suasana pantai yang sepi bikin kita semua bebas, kita main sepuasnya dan selfi sebanyak-banyaknya. Sampai akhirnya kita duduk berjejer menghadap pantai.

Menikmati dan mensyukuri keindahan pantai.

"Keren ya" cicitku, dan diangguki yang lainnya.

"orang biasanya kepantai sore gini buat liat sunset" timpal Nayla

"lah, kita mah orang luar biasa" kata Kenzo sambil tertawa lebar.

"baru ini aku ke pantai sampek mau magrib gini" celetuk Rara

"Di kute sama Jimbaran kemaren juga sampek malam kita" kata Kenzo lagi

"beda lah, pengecualian kalau pas d Bali mah"

"apa be..." belum sempet Kenzo balas ucapan Rara, Gio udah nimpali.

"Udah Nyet, gak ada kapoknya emah nih anak. mau lo di telen idup-idup sama Rara, protes mulu" kata Gio sambil bungkam mulut Kenzo

"ngapain gue nelen si Ken, gak doyan!"

"mereka pada takut lo ngambek lagi kayak pas di Legian Ra," kataku sambil ketawa.

Rara juga ikutan ketawa "Sory, gak suka aku tuh dibecandain kayak gitu"

"sarap emang lu Ra, gue sama Ken udah bingung aja lo tiba-tiba ngambek kayak gitu, tadi waktu mau ngajak mantai juga kita agak was-was sih takut lo kumat lagi" kata Gio.

Rara malah ketawa lagi "Rasain, mangkannya becanda tuh yang bener"

"Tapi aslinya kalian berdua nih lumayan sarap juga ya, kirain kalian tuh tipe yang lempeng aja" kata Gio

" kata sapa? orang kita nih pendiem, alim, rajin. ketemu kalian aja nih jadi gini" ucapku gak trima.

"Apaan, ngaku-ngaku" Kenzo gak trima, dia ngacak-ngacak rambutku. bikin anak-anak ketawa.

"Mangkanya kalau kalian mau ngajakin kita main kayak gini lagi jangan pada sungkan" kata Rara sambil ketawa.

"beneran ya, next trip kalian berdua wajib ikut" kata Nayla.

"Siap, asal dibayarin lagi sama lo" kata Rara sambil nyikut tangan Nayla.

"Bener tuh" Kenzo dan Gio barengan. Nayla manyun. Aku dan Kinan hanya diam sambil sesekali senyum.

Setelah itu suasana kembali hening, kita semua hanyut dengan pikiran masing-masing.Sampai akhirnya Kinan seperti tersentak dan berdiri.

"Buruan balik gengs" ucapnya sambil melangkah pergi.

"Kenapa tuh bocah?" tanya Gio, tanpa jawab pertanyaan Gio kita langsung bangkit nyusul Kinan.

Lama-lama emang berasa horor diam disini.

Setelah numpang sholat maghrib di mushola pantai kita pulang, suasana bener-bener sepi, apalagi cuma ada sedikit lampu disekitar mushola.

"mati lampu ya? gelap banget" protes Nayla saat kita mulai keluar area pantai, sepanjang jalan emang gak ada lampu, cuma cahaya dari lampu mobil.

"emang gak ada lampunya markonah!" jawab Kenzo sambil terus ngeliat sekitar.

"merinding ulala gue, berasa syuting acara etnic runaway" seloroh Nayla. Jalan yang kita lalui belum di aspal, hanya dilapisi batu-batu besar.

"Berisik lo, berdoa sono!" perintah Gio sambil fokus nyetir. Seketika kita semua diem.

"Astagfirullah!" pekik Nayla.

"busyet dah nih cewek, bisa di lakban aja gak mulutnya?" umpat Gio lagi.

"Sial*n lu, itu tadi apaan Nyet!" ucap Nayla sambil meluk aku. kebetulan aku sama Nayla duduk di kursi tengah, Kinan dan Rara di belakang, sedang Kenzo di depan nemenin Gio.

"emak-emak dari masjid Nay!" jawab Rara

"Seriusan? putih-putih gitu." kata Nayla masih terus sembunyi.

"iyalah putih, orang pake mukenah" Kinan ikut nimpali.

"horor banget sih tuh emak-emak, udah gelap gini malah jalan pake mukenah warna putih. pakek warna pink kek, atau merah gitu " umpat Nayla.

"orang punyanya warna itu, protes aja lu!" Kenzo nimpali.

"Horor tau Ken!"

"kebanyakan halu sih lo, mending banyakin doa sama sedekah ke gue!"

"udah penuh sedekah gue ke elu" jawab Nayla sekenanya, bikin kita ketawa.

Beberapa menit kemudian kita udah keluar dari jalan makadam, jalanan sudah mulus, cuma masih ngelewatin hutan. tapi udah rame kendaraan yang lain.

"Giooooo... masih lama?" tanya Nayla manja.

"kenapa?" Gio nanya balik.

"Laper Nyet!"

***

#03

#03

"Laper Nyet!" ucap Nayla sambil megang perutnya.

"Sama" jawab Gio singkat.

"Terus?" Nayla membenarkan posisi duduknya, dan maju kedekat Gio.

"Sabar Konah, lu liat ada orang jual makanan gak disini?" kini Kenzo yang jawab.

"Gak ada"

"Ya udah diem" jawab Kenzo lagi. Nayla manyun.

Aku senyum sendiri ngeliat tingkah 3 orang ini, selalu ada yang didebatkan, tapi malah bikin aku senyum. kulirik Kinan dan Rara, keduanya malah asyik merem.

"Dasar kebo" gumamku.

"Mau makan lalapan?" tanya Gio ke kita, saat kita udah sampai di daerah yang cukup ramai.

"cari tempat yang bersih dong Gi, liat noh sebelahnya ada bak sampah" protes Nayla.

"iya" jawab Gio, kita semua pada diem dengan mata ngeliat sekeliling, nyari orang jual makanan.

"ada Nasgor tuh" tunjuk Kinan.

"ogah" Protes Nayla yang entah udah berapa kali.

"kenapa lagi sekarang?" pancing Rara.

"yang jual jelek"

"Ampun dah" ucap Kinan dan Rara barengan. bikin Nayla ketawa. aku hanya bisa nepok jidat.

"Lo mau makan apa ngapain sih Nay? gk ada yang cocok semua" protesku.

"kita tuh harus pinter pilih-pilih Al" terang Nayla.

"Bac*t!" umpat Gio, bikin kita malah ketawa. diantara kita emang Gio yang paling capek, nyetir terus.

"Kog berenti Gi?" tanya Nayla saat Gio memelankan mobilnya dan berenti.

"gue mau beli nasgor, terserah lu mau ikut makan apa gak. bisa mati kelaparan gue nurutin bac*t lo!" ucap Gio sambil turun dari mobil.

kita semua turun, begitupun Nayla. Meskipun dari tadi dia terus-terusan ngomel. kita mah udah bodo amat, udah biasa juga makan lesehan di pinggir jalan.

Selesai makan kita lanjut jalan, terdengar Nayla dan Gio masih adu mulut dibangku depan, entah apalagi sekarang masalahnya. Nayla maksa duduk didepan. di bangku tengah ada Kinan dan Rara yang entah sejak kapan jadi kompak, mereka lagi asyik ngegosip.

Aku sendiri duduk di bangku belakang sama Kenzo. agak canggung juga duduk berdua sama cowok, apalagi aku kurang akrab sama Kenzo, kulirik dia sedang asyik liat berita bola. Aku jadi inget sama ponselku.

Setelah puas foto di pantai tadi ponsel aku matiin, toh juga gak ada sinyal. mulai banyak pemberitahuan yang masuk, aku lihat sekilas, sampai mataku berhenti di nama BieKu.

--BieKu--

*Bie, lg apa?

Bie????

Kog gak aktif, kamu dimana???

Bie... kangen*....

Aku menghela nafas panjang, ada rasa senang saat baca chat itu, tapi jujur ada juga rasa sesak, pasalnya ceritaku dan Bisma ini berbeda. yang aku maksut BieKu ini sebenarnya nama aslinya Bisma. Nama panggilan kesayangan kami sama yaitu Bie. tapi aku lebih suka ngasih nama dia Bieku, berharap dia benar-benar hanya jadi miliku.

#Aku dari pantai sama temen-temen, ni otw kos

bunyi chatku ke Bisma. aku mulai melihat keluar jendela, banyak kendaraan lalu lalang. Banyak hal yang sebenarnya mengganggu pikiranku, aku masih asyik melamun sampai tiba-tiba aku ngerasa ada kepala yang bersandar di bahuku.

Kulirik Kenzo lagi, matanya terpejam. cepet banget nih anak tidurnya, perasaan tadi masih asyik main ponsel. bangunin gak ya, tapi mana tega. keliatan capek gitu, biarin lah. aku lanjut balas chat dari Bisma.

Lama-lama pegel juga, lagi-lagi kulirik Kenzo, masih anteng. kucoba benerin duduk pelan, sepelan apapun pergerakanku nyatanya itu tetep ngusik tidur Kenzo, perlahan dia bangun dan menguap.

"Sory" cicitku, dia malah senyum.

"Aku yang minta maaf, gak sadar senderan di kamu" ucapnya. "pegel ya?"

Sejak kapan nih anak pake bahasa aku, kamu. menggelikan.

"Banget, untung gue orangnya baik" selorohku.

"cih ngaku-ngaku... tapi makasih ya" katanya sambil ngacak rambutku pelan. aku manyun, bikin dia ketawa.

Aku mengernyitkan dahi, hobi banget nih anak ngacak rambutku, Kenzo kembali asyik sama ponselnya. Akupun balik lagi ke Bisma. karena aku sendiri juga bingung mau ngobrol apa sama Kenzo.

***

"Bie, kita langsung pulang ya" ajakku.

Siang ini Bisma lagi jemput aku di kos, karena ini weekend dan aku wajib pulang. sekarang aku udah duduk manis di samping Bisma.

"gak mau main dulu Bie" rayunya masih dengan fokus nyetir, wajahnya keliatan kecewa.

Aku senyum, kuelus pipinya. "nanti sore aku ada acara keluarga Bie, kalau telat bisa digorok aku sama kak Arkan."

denger nama Kakak kandungku, wajah Bisma berubah seketika. pasalnya hubungan keduanya emang gak terlalu baik. intinya kak Arkan gak suka aku terlalu dekat dengan Bisma apalagi sampek pacaran.

"kamu gak kangen aku Bie" ucapnya manja, kini tanganya mulai menggenggam tanganku.

"Kangenlah" kataku sambil mengalihkan pandangan.

"Kenapa?" tanya Bisma, dia mengeratkan pegangannya. aku hanya menggeleng. terdengar Bisma menghela nafas.

"Bie..." panggilku setelah kita sama-sama diem cukup lama.

"hmmm"

"Gimana kamu sama Indira?" tanyaku

"Please Bie, jangan bahas dia sekarang" ucapnya tegas.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!