NovelToon NovelToon

First Love

1. Caramel

...Hay salam kenal, semuanya☺️...

...Semoga kalian suka ya sama cerita aku kali ini....

...Author minta maaf sebelumnya, jika ada kata-kata kasar nantinya....

...Selamat Membaca📖...

Setelah sekian lama libur panjang akibat kenaikan kelas. Akhirnya besok kembali masuk, Caramel membuka grub WhatsApp dengan teman satu gengnya.

Jihan

WOY, BESOK KITA KETEMU LAGI!

SETELAH SEKIAN LAMA:)

20:35

Putri

Alay lu.

20:35

Naura

Norak, kaya kita semasa liburan nggak pernah ketemu aja!

20:36

Jihan

BdoAmt!

20:36

^^^Caramel^^^

^^^Udahlah kalian berantem terus, nggak di sekolahan nggak di grub.^^^

^^^Tapi gue juga kangan lo sama kalian!^^^

^^^20:37^^^

Jihan

Liat tu, Caramel aja kangan ama gue!

20:37

"SAYANG!" teriak Alana (Ibu Caramel) dari luar kamar.

Caramel dengan cepat membuka pintu kamarnya dan meletakkan hanphonenya di atas kasur. Caramel mendapati Alana yang masih berjalan menuju arahnya.

"Ada apa Bun?" tanyanya saat Alana sudah berada dihadapannya.

"Kamu udah siap semuanya untuk besok?"

"Udah dong Bun!"

"Ya udah, bagus kalo gitu sekarang kamu tidur besok harus bangun pagi."

"Siap!" hormat Caramel kepada Alana.

Sebelum turun Alana mengusap rambut Caramel dan mencium keningnya. Tak lupa Ia juga memberikan ucapan selamat malam pada anaknya itu.

...🎨🎨🎨...

Mobil milik Satria (Kakak Caramel) berhenti tepat didepan gerbang sekolahan Caramel. Caramel memang lebih sering di antar oleh Satria dari pada orang tuanya, kebetulan juga kampusnya satu arah dengan sekolahnya. Terkadang juga Caramel memilih naik taxi onlaine dari pada harus nunggu jemputan Satria yang lama.

"Udah turun sana! tu teman-teman kamu udah nungguin." ucap Satria, sembari menunjuk ketiga temannya yang sedang menunggunya di lorong utama sekolah ini, dengan dagunya.

"Iya ini aku juga mau turun."

"Cepetan! Kakak telat ini."

"Iya sabar dikit napa sih," ketus Caramel sambil menutup pintu mobil. "Hati-hati!"

Setelah mobil Satria melaju dengan kecepatan tinggi dan menghilang di pertigaan jalan. Caramel berlari menuju ketiga temannya, yang sudah menunggunya.

Tadi malam mereka sudah janjian akan menunggu dan berjalan ke kelas bersama. Baru saja mereka berjalan tiga langkah, terdengar suara klakson motor yang saling saut menyaut. Ya siapa lagi, kalo bukan geng Antraxs, geng yang anggotanya di takuti di sekolah ini.

Revan salah satu anggotanya turun dan membuka helemnya. Kemudian maju sekitar tiga langkah dari motornya.

"Pagi Han," sapanya kepada Jihan, entah sejak kapan mereka dekat. Revan juga terkenal sebagai playboy.

"Baru datang?"

"Pagi, iya baru datang."

"Pagi neng Jihan," sapa Asep, berambut keriting dan berkulit hitam.

"Udah ah ayo kita kekelas." Senggol Putri, kepada Jihan.

"Iya ayo, ke kelas ngapain kita disini. Nggak jelas juga kan?" ucap Caramel, di balas anggukan oleh Putri dan Naura.

"Eh neng Caramel, tambah manis aja kek namannya." goda Asep.

Gibran ketua geng Antraxs turun dari motornya, ia masih menggunakan jaket kebanggaan geng ini. Yang tertulis ANTRAXS dipunggungnya, dengan sologan dibawahnya Datang, Lawan, Menang.

Matanya yang tajam mengarah ke Caramel, kakinya melangkah mendekati Caramel. Jarak keduannya tidak ada satu meter.

"Maksud lo kita nggak jelas?" tanyanya dengan wajah datar, namun matanya menancap tajam pada mata Caramel.

"Emang enggak jelas kan?" Caramel sedikit menaikkan dagunya, agar bisa melihat wajah lelaki dihadapannya.

"Udah Mel kita ke kelas aja yuk," ucap Naura

"Lo kira suara klakson motor lo dan geng lo itu nggak bikin telinga orang budek apa?"

Caramel meneguk salivanya sendiri, saat Gibran membulatkan matanya. Sepertinya Gibran sangat marah kali ini? Jujur Caramel takut, apalagi yang ada di hadapannya ini adalah ketua geng Antraxs, tak ada satu pun murid yang berani dengannya. Caramel termasuk orang yang cukup berani menegurnya, walau sebenarnya terselip rasa takut di hatinya.

"Udah Mel, enggak enak diliat banyak siswa." ucap Jihan

Caramel menoleh kesekelilingnya banyak murid yang sedang memperhatikannya sekarang dan mungkin nanti mereka akan membicarakan masalah ini saat istirahat tiba.

Gibran yang dari tadi belum mengeluarkan suara lagi, tapi ekspresi wajahnya begitu sangat menakutkan. Apakah ada yang salah dari omongan Caramel?

"Udah lah Gib, ini baru aja masuk sekolah. Entar ada guru lewat lo juga yang kena!" ucap Revan sembari menepuk pundak Gibran. "Lagian dia juga cewek, masa lo mau ribut juga sama dia sih."

Gibran melirikkan matanya, membuat Revan terdiam. Gibran melangkah satu langkah lagi hingga jarak keduanya hanya satu jengkal saja. Refleks Caramel melangkahkan kakinya mundur.

"Kenapa lo takut?"

Caramel menggelengkan kepalanya, "Nggak."

Tettt!

Suara bel masuk berbunyi.

"Cabut!" perintah Gibran, yang sudah dulu memalingkan wajahnya dari Caramel.

Gibran pergi menjauh dari keempat gadis itu, diikuti oleh anak buahnya di belakang.

Setelah keenam anggota Antraxs menjauh, Jihan langsung mengajak ketiga temannya untuk masuk ke kelas.

...🎨🎨🎨...

Bel pulang sekolah berbunyi, keempat gadis berjalan menuju kantin. Setelah beberapa jam di kelas hanya bercerita semasa liburan saja, itu sangat membosankan bukan?

Gibran mengambil hanphone yang ada di saku celananya, kini anggota inti geng Antraxs yaitu, Gibran, Revan, Bram, Asep dan Ryan. Sudah berada di kantin dan duduk seperti biasannya. Disana juga ada Sandrina, salah satu anggota Antraxs dia masuk ke geng ini hanya untuk bisa berduaan dengan Gibran.

Jordan

Pulang sekolah gue tunggu lo di tempat biasa.

10:15

"Sialan!" ucap Gibran sambil mengetuk-ngetuk handphone berlogo appel di atas meja kantin.

"Kenapa Gib?" tanya Revan

"Geng Vogas nantangin kita."

"Jordan,"

"Nggak kapok juga tu anak, nantangin geng kita terus!"

"Terima aja terima. Palingan mereka kalah lagi!" seru Bram

^^^Gibran^^^

^^^Gue terima tantangan lo.^^^

^^^10:16^^^

Caramel yang sedang menyantap satu mangkuk mie ayam, bersama ketiga temannya. Tak sengaja menjatuhkan pandangannya kepada Gibran, ternyata Gibran lebih dulu menatapnya dengan tatapan tajam.

Refleks Caramel langsung memalingkan pandangannya.

"Gue nyamperin Jihan dulu ya." ucap Revan, sambil menepuk pundak Asep.

"Tembak aja langsung!" perintah Riyan

Revan mengangkat kedua alisnya, kemudian menghampiri Jihan.

"Han," sapanya

"Hay,"

"Boleh gabung?"

"NGGAK BOLEH!" seru ketiga temannya secara bersama.

"HAHAHA." tawa dari anggota geng Antraxs

"Kasian amat si lo Van." ucap Asep

"Temen-temen lo kan di sana, ngapain lo kesini?" ketus Caramel

"Maaf ya," ucap Jihan dengan rasa kesal terhadap ketiga temannya.

Setelah makan keempat gadis itu kembali ke kelasnya, wajah Jihan masih kelihatan sangat kesal. Dari tadi Ia tak mengeluarkan suara sama sekali.

"Lo kenapa si Han?" tanya Naura

"BadMood ya lo?" sambung Putri

"Nggak!"

"Ya elah, lo marah ya sama kita?" tanya Caramel, membuat Jihan makin kesal.

"Heem"

Bersambung....

Makasih sudah mau mampir dan baca, semoga kalian suka ya☺️

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Jika punya keritikan atau saran boleh juga☺️

2. Pulang

...Selamat Membaca📖...

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu. Namun, Satria belum juga menjemput Caramel. Sekolahan sudah sepi, semua siswa sudah pulang sejak tadi, Caramel memutuskan untuk menunggu Satria di halte dekat sekolah ini.

Ia akan menunggu Satria 10 menit lagi, jika kakaknya itu nggak datang dalam waktu 10 menit Ia akan mencari taxi atau angkut saja.

Suara klakson motor geng Antraxs saling saut menyaut di depan warjor, milik seseorang kakek yang usianya sudah setengah abad atau sering di sebut Abah.

Tempat ini sering menjadi tongkrongan geng Antraxs, bahkan sudah menjadi markasnya. Tempat ini juga sering menjadi tempat bolos atau ngerokok anak sekolah SMA Pradipta.

"Yuhu,"

"Kopi satu Bah!"

"Mei rebus, pake telur satu!"

"Gue bilang apa mereka pasti kalah lagi."

Seruan anak Antraxs, untuk kesekian kalinya mereka menang melawan geng Vogas. Musuh bebuyutan yang dari dulu selalu mencari masalah saja.

"Gue pulang dulu ya," seru Gibran. "Ada yang mau ikut nggak?"

"Nggak, sayang ini kopi masih anget." jawab Reval.

"Mau kemana sih lo, buru-buru amat? nikmati kemenangan kita!" ucap Revan

Gibran menaikkan dagunya, kemudian berdiri dan melangkah menuju motornya.

"Ya elah, ketua main pergi-pergi aja ninggalin kita." seru Asep, membuat Gibran menoleh dan melemparkan tatapan tajam. "Sorry pak ketua."

Sebelum pergi Gibran menekan klakson motornya.

"Ati-ati ya pak ketua."

Sebenarnya Gibran enggan untuk pulang, apalagi harus bertemu dengan Roy (Kakaknya) entah untuk apa Roy menyuruhnya pulang.

Gibran sengaja mengendarai motornya pelan, tidak seperti biasanya ngebut-ngebutan seperti sedang dikejar polisi. Biar Roy menunggunya lama dan berharap Roy akan pulang sebelum Ia tiba di rumah.

Saat melewati depan sekolahan, Gibran tak sengaja melihat cewek yang tak asing sedang duduk di halte. Entah mengapa tanganya dengan sendiri menarik rem, hingga motornya berhenti tak jauh dari halte.

Caramel mengenali motor itu, ya itu motor salah satu anggota geng Antraxs. Ngapain dia berhenti disini? atau jangan-jangan ada kaitannya dengan tindakan Caramel tadi pagi.

Gibran membuka helem dan turun dari motornya, Caramel berdiri dari duduknya saat Gibran melangkahkan kakinya mendekati dirinya.

"Ngapain lo ketakutan gitu liat gue?" Gibran menyatukan kedua alisnya. "Ngapain masih disini, bukanya bel sekolah udah bunyi dari tadi?"

"Gue nunggu jemputan," Caramel menghela nafas untuk menghilangkan rasa takutnya. "Lo sendiri ngapain disini?"

"Bukan urusan lo!"

Dasar, tadi dia sendiri yang nanya sekarang giliran gue nanya, dia malah kaya gitu. Nyesel gue nanya sama dia.

"Gue anterin!"

Entah mengapa kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutnya, padahal baru tadi pagi cewek di hadapannya menghina dirinya.

Anter? apa Caramel nggak salah dengar, Gibran ingin mengantarkannya pulang. Setahu dia jarang sekali ketua geng Antraxs memboncengkan perempuan, bahkan Sandrina yang selalu mengejarnya saja tak pernah dia antar pulang.

Atau jangan-jangan ada maksud lain dari tawarannya ini? Caramel masih diam di tempatnya.

"Ngapain masih disitu? bentar lagi hujan!"

Caramel melihat keatas langit, awan hitam sudah menggumpal dan sudah siap menjatuhkan butiran-butiran air hujan. Tapi masih ada rasa takut dihatinya, bukan tanpa alasan lagi, cowok yang ada di hadapannya ini adalah ketua geng Antraxs geng yang ditakuti di sekolah ini. Tapi mau sampai kapan Ia menunggu Satria, yang dari tadi tak bisa di hubungi.

"Mau nggak? kalo nggak gue pergi!"

"I-iya," ucap Caramel terbatah-batah. "Tapi lo nggak ada maksud lain kan?"

Gibran melirik matanya tajam, membuat Caramel terdiam. Kemudian Ia nengikuti Gibran dari belakang, saat Gibran sudah duduk di jok depan. Ia menoleh kebelakang, melihat Caramel yang masih diam.

"Naik!"

Rasa canggung kembali menyelimutinya, Ia berpegangan pada jaket Gibran. Sesekali Ia juga melihat kearah sepion untuk melihat wajah Gibran. Namun, saat itu juga Gibran ternyata sedang memperhatikan Caramel.

"Ngapain lo ngeliatin gue terus?" Gibran tersenyum tipis.

"Nggak kok, PD banget lo. Owh ya, lo nggak ikut ngumpul sama geng lo?" tanya Caramel mengalihkan pembicaraan.

"Udah tadi, tapi--" Gibran menggantungkan kalimatnya, saat melihat segrombolan anak Vogas sedang mengarah kearahnya. "Pegangan!" perintah Gibran, sambil menarik tangan Caramel agar bepegangan lebih erat lagi. Ia memutarkan lagi motornya dan mengegas motor dengan kecepatan tinggi.

"Kok muter lagi sih?"

"Ada anak geng Vogas di belakang."

Caramel menoleh kebelakang dan benar segerombolan anak motor sedang mengejarnya. Caramel mulai takut, baru kali ini ia terlibat dalam kebut-kebutan.

"Gue takut." Caramel memeluk erat Gibran, kepalanya bersandar di bahu Gibran.

"Lo tenang aja, yang penting lo pegangan yang kuat!" Gibran melirikkan matanya, melihat Caramel yang benar-benar ketakutan. Matanya terpejam.

Gibran membelokkan motornya kearah kiri, di pertigaan jalan dan berhenti di sebuah gedung kosong. Anak Vogas tadi ketinggalan cukup jauh dan mungkin sekarang mereka ketinggalan jejak.

"Lo nggak papa?" tanya Gibran, Caramel masih memejamkan matanya.

Caramel menggelengkan kepalanya, kemudian Ia melepas pelukannya terhadap Gibran.

"Kita nunggu di sini dulu ya, samapi suasana aman."

Gibran mengajak Caramel turun dan duduk di bekas bangunan yang runtuh.

"Kenapa lo nggak lawan tadi?"

"Kalo gue lawan dan turun, terus siapa yang jagain lo. Anak Vogas itu licik. Gue minta maaf ya udah bikin lo takut."

Caramel tersenyum menatap Gibran, jarak wajah keduanya hanya satu jengkal saja. Mata Caramel indah, senyumnya manis. Ha apa indah? manis? nggak salah Gibran bilang seperti itu, Sandrina saja yang selalu mengejarnya nggak pernah Ia puji. Tapi dia nggak munafik memang benar mata Caramel indah.

Duar!

Suara petir mulai menggelagar di luar.

"Lo jadi nganterin gue pulang kan? ucap Caramel, yang sudah memalingkan wajahnya.

"Iya, ayo keburu hujan!"

Bersambung....

...**Terima kasih sudah mampir dan membaca🥰...

...Semoga kalian suka dengan cerita ini....

...Ketik keritikan dan saran di kolom komentar....

...🥰🥰🥰**...

3. Terlambat

...Selamat Membaca📖...

...🎨🎨🎨...

"Makasih ya." Caramel turun dari motor milik Gibran.

Gibran mengangguk, kemudian menutup kembali helemnya.

Rintikan hujan mulai turun saat Caramel sudah mengganti seragamnya dengan kaos biasa, Ia membuka jendela kamarnya dan berdiri memandangi langit yang sudah menghitam.

"Dia udah nyampe rumah belum ya?" gumannya dalam hati.

Ah, buat apa sih dirinya memikirkan Gibran, gara-gara dia juga kan tadi dirinya hampir celaka oleh anak Vogas.

"Hayoh ngapain lo ngelamun disitu?"

"Kak Satria, lo dari mana aja sih? gue nunggu lo dari tadi di depan gerbang sekolahan!"

"Sorry, tadi ada urusan mendadak. Terus lo pulang sama siapa tadi?"

"Temen." ketus Caramel dengan mimik wajah kesal.

"Temen atau gebetan nih?" ledek Satria, membuat Caramel kesal, Ia mengambil bantal yang ada di atas kasurnya. Untuk memukul kakaknya tersebut. "PERGI SANA LO!"

Setelah satu pukulan mengenai badan Satria, Satria pergi dari kamarnya. Caramel menutup pintu kamarnya.

Biasa adek kakak, selalu berantem cuma gara-gara masalah sepel.

...🎨🎨🎨...

"Dari mana aja lo?" ucap Roy, kemudian berdiri dari sofa dan membalikkan tubuhnya menatap Gibran.

"BERANTEM LAGI! MAU JADI APA LO BERANTEM TERUS?" satu pukulan yang cukup keras mendarat di pipi kiri Gibran, sehingga mengeluarkan darah dari sisi bibirnya.

Gibran meringis mengusap bibirnya dengan jempol. "Bukan urusan lo, mau apa lo kesini?"

"Gue cuma mau bilang, lusa mama ulang tahun. Lo nggak lupa kan? gue harap lo datang kerumah, walau cuma ngucapin selamat aja!"

Gibran hanya terdiam, Ia benar-benar lupa dengan ulang tahun mamanya. Bahkan tanggal dan keberapanya juga Ia tak ingat. Gibran tersenyum miring menatap Roy. "iya."

"Baguslah, gue pegang janji lo." Roy mengambil jaket yang Ia letakkan di sofa. "Gue cuma nggak mau, ngeliat mama sedih di hari ulang tahunnya!"

Gibran masih diam ditempatnya, saat Roy pergi.

...🎨🎨🎨...

Sejak pulang mengantarkan Caramel kerumahnya. Wajah gadis itu selalu terbayang di kepalanya, dia nggak mengerti dengan isi kepalanya sekarang.

Gibran mengambil hanphone dan membuka room chat anggota inti Antraxs.

Revan

Gin beneran tadi yang gue liat ama Bram itu lo sama Caramel?

18:30

Rival

Beneran lo? Caramel anak Xll MIPA 2.

18:30

Asep

Cie bentar lagi ketua kita nggak jomblo dong!

18:31

Revan

Sumpah! mana mungkin gue salah liat tadi.

18:31

Bram

Bener yang di bilang Revan.

Mana tu ketua nggak muncul-muncul?

18:32

^^^Gibran^^^

^^^*Bacod lo semua!^^^

^^^18:32*^^^

Tok! tok! tok!

"Den,"

Gibran meletakkan handphonenya diatas nakas, kemudian membuka pintu kamarnya.

"Apa apa Bi?"

"Sudah ditunggu Bapak di meja makan."

"Ouh, ya udah. Bentar lagi Gibran turun!"

"Baik den."

Setelah Bibi kembali turun, Gibran kembali masuk ke kamarnya. Ia kembali mengambil handphonenya di atas nakas, sudah ada 50 pesan lebih dari grub. Ia sudah menebak, paling mereka hanya membahas masalah dirinya yang mengantar Caramel pulang.

Dimeja makan, hanya ada Gibran dan Arga (papanya). Suasana sangat hening, tidak ada yang mengambil alih untuk berbicara. Tapi hal ini sudah biasa Gibran alami, sejak dua tahun belakangan.

"Tadi Roy kesini?" tanya Arga, membuat Gibran mengurungkan niatnya untuk menyuapkan nasi kedalam mulutnya.

"Iya pah,"

"Ngapain? kenapa nggak nunggu papa pulang?"

"Cuma ngasih tau, kalo lusa mama ulang tahun." ucap Gibran tanpa menoleh kearah Arga.

"Ouh,"

Mendengar kata mama, wajah Arga berubah. Mungkin Ia masih menyimpan dendam terhadap mantan Istrinya.

Gibran memilih untuk diam dan melanjutkan makannya. Setelah selesai makan, dirinya langsung kembali ke kamar.

...🎨🎨🎨...

Alana sedang menyiapkan sarapan di meja makan, Ia membuat nasi goreng untuk menu kali ini.

Satria datang dengan pakaian yang sudah rapi dan membawa tas. Dia sudah siap untuk berangkat ke kampus, hari ini dirinya harus berangkat pagi-pagi sekali.

"Kamu mau kemana?" tanya Alana heran, karna waktu masih menunjukkan pukul 06:15.

"Ke kampus Bun, bilangin ke Caramel suruh naik angkut atau taxi aja ya!" Satria mencium tangan kanan Alana. "Pamitin ke Ayah juga ya Bun. Aku pergi dulu. Daa."

Satria melambaikan tangannya.

"Hati-hati ya."

Setelah Satria hilang di balik pintu, Rendy datang dari kamarnya.

"Pagi sekali anak itu berangkatnya?"

"Nggak tau,"

Terakhir Alana meletakkan mangkuk besar berisi nasi goreng keatas meja makan. Semuanya sudah siap, tinggal menunggu anak bungsunya turun, untuk sarapan. Tapi Alana lupa belum membangunkan Caramel, buru-buru Ia naik keatas. Mengetuk pintu kamar Caramel.

"Sayang bangun! udah siang, nanti kamu terlambat lo." nada Alana meninggi, saat beberapa kali Ia mengetuk pintu, tetapi tak ada respon dari dalam.

"Iya bun," Caramel merenggangkan kedua tanganya, Ia melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 06:30. "HAH? UDAH JAM SETENGAH TUJU."

Caramel langsung membuka pintu, Alana lega akhirnya anaknya bangun juga.

"Bunda kenapa nggak bangunin aku dari tadi sih."

"Kamu yang susan dibangunin, bunda udah bangunin kamu dari tadi."

"Ah," Caramel berlari mengambil handuk, kemudian menuju kamar mandi.

Pukul 06:50 Ia sudah siap, tinggal menggunakan sepatu saja. Kemudian turun menemui bundanya, Alana masih setia di meja makan.

"Pagi bun, kak Satria mana?" Caramel menyomot susu di depannya.

"Pagi sayang. Kakak kamu udah berangkat dari tadi."

"Hah? kak Satria udah berangkat? terus aku berangkat sama siapa, ayah?"

"Ayah juga udah berangkat baru saja, tadi ayah nunggu kamu, tapi kamunya lama. Terus ayah pergi."

"Hah?" Caramel melihat jam di tangannya, sudah menunjukkan pukul tuju. "Ya udah aku berangkat dulu ya bun."

...🎨🎨🎨...

Sudah lima menit lebih Caramel menunggu angkut di depan rumahnya, Ia sudah memesan taxi onlaine tatapi tidak ada yang menerimanya.

Tak lama ada angkut lewat, Ia buru-buru masuk. Dan menyuruh pak supir agar lebih cepat lagi, untungnya didalam angkut tinggal dirinya saja.

"Sabar neng, bahaya kalo ngebut!" ucap pak supir, menoleh kebelakang.

"Yah bang, bentar lagi bel berbunyi. Saya bisa telat ini." Caramel selalu melirikkan matanya ke jam ditangannya. Lima menit lagi bel masuk akan berbunyi, sedangkan ini baru setengah jalan saja menuju sekolahannya.

"Bang cepetan dong, saya bisa telat gara-gara abang." ketus Caramel

"Salah eneng sendiri, ngapain berangkat sekolahnya siang kaya gini. Udah tau Jakarta macet kalo pagi."

Hih, apaan sih malah gue yang kena omel.

Caramel pasrah jika dirinya telat dan kena hukuman. Memang salah dirinya kenapa Ia bisa bangun kesiangan seperti ini.

Bersambung.....

...**Terima kasih semuanya yang sudah membaca....

...Jangan lupa tinggalkan jejak ya**:)...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!