NovelToon NovelToon

My Little Bride

Prolog

Sabrina Naufalin Nugraha atau yang lebih akrab di sapa Alin seorang gadis berusia 18 tahun yang baru lulus Sekolah Menengah Atas dan kini sedang mempersiapkan diri untuk memasuki Universitas favorite pilihannya. Alin kini tinggal bersama ayah dan Neneknya karena Ibunya telah meninggal sewaktu melahirkannya. Meskipun begitu sang ayah yang bernama Adi Nugraha tetap setia kepada mendiang sang istri hingga dia tidak berniat untuk menikah lagi. Alin tipe gadis agak tomboy, senang bermain dan susah di atur tak jarang setiap hari selalu mendapat omelan dari sang nenek. Sedangkan sang ayah selalu memanjakannya. apapun yang Alin inginkan selalu di turutinya.

"Lin cepetan anak kampung sebelah udah pada kumpul," suara seorang pria di seberang telpon membuat Alin panik.

"Duh gue lagi di hukum sama nenek gak bisa keluar rumah," Jawab Alin mondar mandir di depan pintu kamarnya. Ya Alin sedang di hukum tidak boleh keluar kamar karena sudah memecahkan kaca mobil tetangga dengan bola basket. Terlebih sang nenek ingin agar Alin fokus belajar untuk persiapan test masuk Universitas.

"Gak ada lo gak seru Lin, komplek kita bisa kalah," ucap orang di seberang sana.

"Iya tunggu 10 menit gue ke sana sekarang," Alin menutup telpon kemudian dia mengambil topi dan memakainya karena kunci di pegang sang nenek terpaksa Alin harus keluar lewat balkon kamarnya di lantai dua dan harus turun dari pohon mangga agar bisa sampai ke bawah.

"Gak sia-sia lo hidup di muka bumi ini," ucap Alin mengelus-ngelus pohon mangga sebelum akhirnya dia naik ke dahan pohon, sialnya di pohon mangga tersebut ternyata banyak sekali semut, Alin mengibas-ngibas tangannya karena gigitan semut terasa panas dan gatal di tangannya.

Brukk... Alin jatuh tersungkur ke tumpukan sampah di bawah pohon. Beruntung dia bisa menahan teriakannya agar tidak mengundang perhatian sang nenek.

"Pinggang gue," pekik Alin kesakitan karena bokongnya mendarat lebih dulu di atas tanah lebih tepatnya tumpukan sampah di tanah. Dia mengedarkan pandangannya takut-takut Nenek memergokinya. Alin berjalan mengendap-ngendap seperti maling jemuran yang takut ketahuan warga.

Beruntung Sang Nenek sedang sibuk nego cincai dengan sales Tumpahware langgananannya. Alin merasa kalau sang sales adalah dewa penolongnya hari ini. Dengan langkah seribu Alin segera berlari meninggalkan rumah.

*Anak kampung VS anak komplek

Terlihat dua kelompok remaja sedang berhadap-hadapan lengkap dengan amunisi yang di bawa masing-masing anggota. Suasana begitu mencekam, terlihat jelas dari raut wajah mereka yang telihat tegang.

Ketika mereka bersiap untuk bertarung lengkap dengan kuda-kuda yang sudah terpasang tiba-tiba Alin datang.

"Hey tungggu! kalau berani sini lawan gue," teriak Alin dengan nafas yang tersengal-sengal karena ia baru saja berlari dari rumah. Dengan langkah berani Alin berjalan mengahampiri dua kelompok remaja tersebut dia menggulung bajunya dan mengeluarkan senjata andalannya.

"Siapa yang berani lawan gue duluan?" tantang Alin mengeluarkan kelereng keberuntungan dari saku celananya.

Seketika nyali lawannya menciut. Alin memang di juluki ratu kelereng. Dia selalu menang dan menghabiskan kelereng lawan-lawannya, teman-teman Alin bersorak kegirangan saat Alin datang. Biasanya mereka akan kalah main kelereng dengan anak kampung tapi semenjak Alin begabung dengan Geng anak komplek mereka selalu menang tiap pertandingan.

***

Satu jam sudah Keenan menemani Laura untuk memilih model baju pengantin yang akan dia kenakan saat pesta pernikahannya nanti. Sebenarnya dia sangat bosan jika harus menemani seorang wanita berbelanja dia bakhan sangat sibuk dan tidak punya waktu. Tapi demi sang tunangan Keenan rela mengosongkan semua jadwalnya hari ini.

Keenan Wira Atmaja seorang Pria berumur 32 tahun anak tunggal dari pasangan bernama Wira Atmaja dan Veronica pemilik KAY Hotel, salah satu hotel mewah di ibu kota. Meskipun Keenan seorang anak tunggal tapi sang Ayah selalu mendidiknya dengan keras agar menjadi seorang mandiri dan tidak bergantung dengan harta orangtua. Keenan merintis karirnya dari bawah walau bekerja di perusahaan sang ayah tapi statusnya di samakan dengan karyawan lainnya tidak ada perlakuan khusus dari sang ayah. Tapi walaupun begitu para karyawan selalu menghormati Keenan sebagai mana putra dari pemilik Hotel.

"Sayang bagaimana dengan gaun yang ini?" Tanya Laura saat keluar dari ruang ganti memamerkan gaun cantik yang di pakai nya.

Keenan tertegun melihat betapa cantiknya mahluk ciptaan Tuhan di hadapannya kini. Seorang wanita dengan gaun panjang berwarna putih dengan bentuk tubuh yang ideal bak gitar spanyol.

"Apapun yang kamu pakai akan terlihat cantik sayang," puji Keenan memeluk pinggang ramping Laura lalu mengecup pipi kekasihnya, sebenarnya Keena bukan orang yang pandai gombal dan memuji hanya saja itu jurus ninja seorang pria agar wanita cepat menentukan pilihannya.

"Ih tumben kamu muji aku kaya gitu," pipi Laura tampak merah merona, "Yaudah aku mau model yang ini ya Miss," ucap Laura kepada pemilik Butik.

Kini Keenan bisa bernafas lega karena Laura sudah menentukan pilihannya. Ternyata cara itu cukup berhasil juga. tidak sia-sia sedari tadi Keenan meminta tips dari teman-temannya bahkan sampai mencari di mesin pencarian di smartphone nya.

Graceva Laura seorang pengusaha berlian dan sosialita kini usianya sudah menginjak 29 tahun. Laura mempunyai paras cantik, tinggi semampai dan body ideal yang membuat para wanita iri jika melihatnya. Keenan dan Laura sudah menjalin hubungan selama 5 tahun. Sebenarnya saat Keenan mengajaknya untuk menikah Laura sempat ragu dia takut di batasi segala akivitasnya dan lagi dia banyak melihat teman-temannya tidak bahagia dengan pernikahannya dan hanya menghabiskan waktu di rumah sungguh itu bukan gaya hidup Laura. Tapi pelan-pelan Keenan berhasil menyakinkannya bahwa tidak akan ada yang berubah setelah mereka menikah. dari situlah Laura mau menerima lamaran Keenan.

"Abis ini mau kemana lagi?" Tanya Keenan saat keluar dari Butik.

"Kita makan dulu ya sayang di tempat biasa," Laura menggandeng mesra tangan Keenan.

"Oke,"

Mobil Keenan melaju dengan kecepatan sedang tiba-tiba dia hampir menyerempet seorang gadis yang sedang di kejar-kejar sekelompok remaja beruntung dia berhasil menginjak rem tepat waktu. Gadis itu menggedor-gedor kaca mobil Keenan dan memaksa meminta minta tumpangan.

Keenan menurunkan kaca mobilnya,

terlihat seorang gadis yang sudah tidak asing baginya. Keenan memang sudah mengenal Alin sebagai putri dari Pak Adi orang kepercayaan ayahnya. Karena jika ada acara besar Pak Adi selalu mengajak Alin.

"Om keen.. syukurlah tolongin Alin om, Alin di di kejar-kejar orang jahat," ujar Alin tersenyum lega bertemu dengan orang yang di kenal namun terlihat panik karena sekumpulan orang itu mulai mendekat.

Keenan pun segera membuka pintu lalu melajukan mobilnya meninggalkan kerumunan orang tersebut. Kini Alin bisa bernafas lega karena berhasil kabur dari geng anak kampung.

"Alin turun di sini aja om," Kemudian Keenan menghentikan laju mobilnya. "Makasih ya Om, Tante," ucap Alin cengengesan seraya turun dari mobil Keenan.

"Sayang kamu kenal anak tadi?," tanya Laura penasaran.

"Iya dia anaknya Pak Adi, Asisten Papa," jawab Keenan melanjutkan laju mobilnya.

Visual tokoh

Sabrina Naufalin Nugraha (Alin)

Keenan Wira Atmaja

Graceva Laura

Mohon maaf kalau Visual tidak sesuai atau kurang cocok karena memakai visual orang luar sedangkan latar ceritanya di indonesia.. hehhehe jujur author gak tau artis-artis indo..

Muhon dukungannya buat Novel kedua author, jangan lupa like, komen, rate bintang lima dan vote. oh iya masukin favorite juga yaa biar bisa terus ikutin cerita ini...

Masih banyak typo dan kesalahan dalam penulisan harap maklum yaa...

Menolak

Hangat sinar mentari pagi menyapa memberikan semangat baru bagi setiap kehidupan. Begitu juga dengan Alin yang begitu bersemangat karena hari ini adalah pengumuman kelulusan hasil test masuk Universitas.

"Pagi Ayah, pagi Nek," sapa Alin ceria seperti biasanya kemudian Alin mencium pipi kedua orang tersayangnya.

"Pagi putri ayah yang cantik, Ayo sarapan dulu nak."

"Alin sarapan di luar aja Ayah, Nek soalnya udah di tungguin teman di depan," Alin menyalami keduanya kemudian segera berlari keluar rumah.

"Lama banget sih lo," omel Farrel melemparkan helm ke arah Alin, dengan sigap Alin menangkapnya.

"Elah baru jam segini, lo aja yang kepagian," Alin segera memasang helm dan naik motor Farrel. Farrel salah satu teman dekat Alin rumah mereka juga berdekatan dan kebetulan test di Universitas yang sama.

Setibanya di kampus ternyata teman-teman satu geng sewaktu SMA sudah berkumpul di depan gerbang.

"Dua sejoli baru datang nih," ledek Della, selama ini mereka tahu kalau sebenarnya Farrel menyukai Alin diam-diam.

"Apaan sih kalian, udah yuk masuk gue laper belum sarapan," ucap Alin mengalihkan perhatian. Alin bukannya tidak tahu bagaimana perasaan Farrel hanya saja dia tidak tertarik dengan hal-hal yang berbau percintaan yang hanya memusingkan diri sendiri, dia banyak melihat dari teman-temannya bagaimana bucin dan ribetnya orang pacaran.

"Wah bener ya kata orang-orang di sini bibit unggul semua, ceweknya cakep-cakep," kagum Reno si playboy cap buaya.

"Tapi mereka belum tentu mau sama lo juga No," celetuk Alin.

"Cewek mana sih yang gak mau sama gue?" ucap Reno dengan PeDe nya. Reno memang memiliki wajah tampan, badan tinggi bersih dan mata elang yang tajam menjadi daya pikat nya belum lagi tutur katanya yang manis bak gula biang membuat kaum hawa klepek-klepek di buatnya.

Della memutar bola malas mendengar celotehan Reno dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi tersebut.

"Jangan gitu Del, tar lo suka sama gue repot,"

"Najis gue suka sama lo, kaya gak ada cowok lain aja," Della bergidik ngeri membuat teman-temannya tertawa.

"Biasanya kalo yang suka berantem itu jodoh," Tambah Rizal.

Mereka berlima berjalan menuju kantin kampus sekalian berkeliling sebelum pengumuman kelulusan jam 9 nanti.

***

Pagi ini Keenan tampak sibuk dengan setumpuk berkas di hadapannya. Keenan memang sengaja mempercepat pekerjaannya agar bisa mengambil cuti lebih awal untuk mempersiapkan pernikahannya.

"Selamat pagi pak, ini kopi nya," Risa sekertaris Keenan membuatkan kopi seperti biasanya.

"Simpan saja di atas meja," jawab Keenan datar matanya masih fokus pada layar monitor di hadapannya.

"Baik pak, saya permisi" kemudian Risa meninggalkan ruangan Keenan.

Sumpah ya itu cowok susah banget di taklukannya, bertahun-tahun gue ngincar dia tapi gak dapet juga.

Tiba-tiba Risa di kejutkan dengan kedatangan Laura yang sudah memasang wajah masam terhadap dirinya.

"Pagi mbak Laura," Sapa Risa ramah.

Tidak ada jawaban dari Laura dia berjalan melewati Risa begitu saja.

"Sayang," panggil Laura begitu memasuki ruangan Keenan kemudian dia berjalan menghampiri Keenan serta memeluk manja sang tunangan.

"Ada apa sepagi ini udah datang? aku masih banyak kerjaan," ucap Keenan datar.

"Kamu gak suka aku datang kesini?" Laura mengerucutkan bibirnya.

"Bukan gak suka, tapi aku bakalan kehilangan konsentrasi karena aku akan lebih fokus sama kamu dari pada kerjaan," Keenan menggenggam tangan Laura. senyum Laura seketika mengembang.

"Aku cuman kangen sama kamu, sayang aku gak suka sama sekertaris kamu yang kecentilan dan suka cari perhatian itu," ucap Laura dengan manjanya.

Keenan tersenyum, "Kamu cemburu? Kita sudah mau menikah masih saja cemburu, lagian dia cuman buatkan kopi saja tidak lebih, dan lagi dia kerjanya bagus gak mungkin aku ganti dia tanpa alasan yang jelas,"

"Kan kamu bisa minta OB yang buatkan, jangan dia lah aku gak suka" Kini Laura berpindah duduk pangkuan Keenan.

"Aku maunya kamu yang buatkan aku kopi tiap hari," Keenan mencium bibir Laura sekilas.

***

Alin tertunduk lesu seakan tidak ada lagi semangat dalam dirinya setelah menerima pengumuman kelulusan dengan hasil yang tidak sesuai dengan yang di harapkan.

Alin sudah berusaha kerasa agar bisa lulus tapi nampaknya dia belum berhasil kali ini sedangkan teman-temannya di nyatakan LULUS.

"Semangat Lin masih ada tahap kedua, gue yakin lo pasti lolos," Della berusaha menghibur dan menyemangati Alin.

"Iya jangan cemberut gitu lo jelek, lagian kan masih bisa masuk pake jalur lain," celetuk Reno.

"Iya bener tuh, ada duit mah gampang," tambah Rizal.

"Ini lagi berdua malah ngajarin gak bener," protes Della.

"Yaudah gue cabut duluan ya," pamit Alin tampak lesu berbanding terbalik dengan tadi pagi yang penuh semangat.

"Lin!" panggil Della.

"Udah biarin dulu dia sendiri Del," Farrel mencegah Della mengikuti Alin.

Sesampainya di rumah Alin merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang di ruangan tamu.

"Bagaimana hasil test nya?," tanya nenek yang duduk di sebelahnya.

"Alin gak lulus nek," Alin memejamkan matanya seraya menarik nafasnya dalam.

Nenek mengelus rambut Alin, "Tidak apa-apa, Alin pasti lulus di kesempatan selanjutnya. itu kenapa nenek membatasi Alin bermain supaya Alin bisa lebih fokus belajar. Lagi pula sekarang Alin sudah berusia 18 tahun bukan lagi anak kecil yang pantas bermain kelereng dan layangan apalagi Alin seorang perempuan, nenek bawel juga buat kebaikan Alin," Nenek tidak pernah bosan menasehati Alin meski kadang Alin tidak pernah menuruti nasehatnya.

Kemudian Alin bangun dan memeluk sang nenek, "Maafin Alin ya nek, Alin janji Alin bakal berubah tapi sedikit-sedikit ya nek" ucap Alin cengengesan. Sang nenek hanya bisa tepuk jidat setiap di nasehati pasti jawaban Alin seperti itu yang artinya dia tidak berubah dan selalu mengulanginya lagi.

***

Malam hari di kediaman Keenan.

"Bagaimana persiapan pernikahan kamu Ken?," tanya Mama Vero.

"Sudah 90 persen Ma, mama jangan khawatir Ken sama Laura sudah mempersiapkan semua dengan sangat matang," jawab Ken yakin.

"Syukurlah kalau begitu, Mama sudah tidak sabar punya mantu seperti Laura. Dia gadis idaman para ibu-ibu bahkan teman-teman arisan Mama saja banyak yang memuji dia," puji Mama Vero.

"Iya Ma, Ken juga," Ada kebahagiaan tersendiri saat melihat sang Mama sebahagia ini. Mama Vero memang selalu mendesak Keenan untuk segera menikah ya maklum saja jika di lihat dari usianya Keenan memang sudah tidak muda lagi beruntung dia memiliki wajah yang awet muda hingga di usianya yang menginjak 32 tahun masih terlihat keren dan tampan . Sang Mama pun ingin segera menimang cucu seperti teman-teman yang lain. belum lagi terkadang ada saja orang yang berbicara tidak mengenakan tentang anaknya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa like, komen dan vote.

Hari pernikahan

Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah perjalanan cinta tapi awal kehidupan yang sesungguhnya, Ada kedamaian saat melihat pasangan ketika mulai membuka mata di pagi hari dan saat hendak menutup mata di malam hari.

Setelah menjalin hubungan selama 5 tahun dengan Laura kini tiba hari yang paling di tunggu-tunggu oleh Keenan, bukan hanya Keenan tepatnya seluruh keluarga besar terutama Mama Vero orang yang paling bahagia dengan pernikahan ini.

Keenan terlihat gagah dengan tuxedo berwarna hitam di padukan dengan dasi kupu-kupu berwarna abu-abu. Kebahagiaan tergambar jelas dari raut wajahnya rasanya dia belum pernah segugup ini. Padahal dia terbiasa bertemu dengan banyak orang, memimpin meeting bahkan memberikan materi seminar tentang bisnis.

"Ken 30 menit lagi acaranya akan di mulai, kok Laura dan keluarganya belum datang?," Mama Vero berubah menjadi cemas.

"Mungkin sebentar lagi ma, Ken coba hubungi Laura dulu," Ken mengambil ponsel dari saku celana nya, kemudian menyambungkan telpon kepada Laura. Tapi sayang nampaknya nomer Laura sedang berada di luar jangkauan.

"Kok perasaan mama gak enak ya Ken?," Mama Vero terlihat begitu gusar.

"Mama tenang dulu, mungkin Laura terjebak macet," Keenan berusaha menenangkan dan memberi mama Vero segelas air putih.

"Acaranya sudah mau mulai, mana Calon istrimu Ken?," tanya Papa Wira memasuki kamar hotel.

"Belum datang Pa, mungkin sedang di perjalanan. Bisakah papa mengundur waktu 30 menit lagi," pinta Ken.

"Baiklah," ucap Papa Wira singkat.

"Ayah, kenapa harus sepagi ini sih datang ke kondangan? kan bisa siangan dikit Alin masih ngantuk," protes Alin saat memasuki lobi Hotel.

"Ayah gak enak sama keluarga Pak Wira kalau tidak menyaksikan ijab kabul, Alin tahu sendiri kalau keluarga Pak Wira sudah sangat banyak berjasa terhadap kita."

"Iya. Ayah pasti ngomong gitu terus sampe bosen Alin dengernya," jawab Alin malas.

"Alin ingat kamu harus bersikap sopan di dalam, jangan buat ayah kamu malu," Nenek sudah mewanti-wanti agar Alin tidak bertingkah saat pesta nanti.

"Iya nek, Alin bukan anak kecil lagi."

Alin begitu kagum melihat dekorasi sangat mewah, matanya hampir di buat tak berkedip namun tumpukan makanan, kue, dan minuman lebih membuatnya terkagum lagi. matanya begitu berbinar melihat banyaknya makanan-makanan mewah yang tersaji di atas meja.

"Waaah! sultan memang beda ya, kalo hajatan di komplek tuh adanya rengginang, dodol sama kue cucur," Alin terkekeh kemudian dia mengambil satu potong Red Velvet dan mulai menikmatinya. "Emmm enak banget, beda sama kue bikinan nenek yang bantat seret di tenggorokan," Alin kembali memasukan satu suapan besar kedalam mulutnya.

"Uhukk.." Alin pun tersedak karena mulutnya terlalu penuh lalu dia berjalan ke meja minuman. "Ini apaan ya? minuman beralkohol bukan ya? Ya Tuhan Alin takut nanti di marahin mamah Dedeh," Alin memutar-mutar gelas yang di pegang nya untuk memastikan minuman berwarna merah tersebut adalah sirup biasa.

"Alin," panggil sang Ayah mengagetkannya spontan Alin menyemburkan minuman yang belum sempat dia telan ke arah sang ayah.

"Maaf ayah, Alin gak tau ini minuman apa. ayah jangan marah ya," Alin mengelap jas sang Ayah dengan saputangan dari dalam tas yang dibawa nya.

"Ikut ayah sekarang," Ayah menggandeng tangan Alin ke suatu tempat.

"Ayah Maafin Alin, Alin beneran gak tau itu minuman apaan Alin asal ambil aja soalnya Alin haus banget," rancau Alin.

Lalu mereka tiba di sebuah ruangan.

"Alin ayah mau bicara. Ayah pernah cerita kan bagaimana pahitnya kehidupan Ayah dan almarhum Bunda di masa lalu," ucapan sang ayah yang begitu dalam seolah membawa Alin ke cerita di masa lalu yang pernah ayahnya ceritakan.

Flash back

Saat itu Bunda Rina sedang mengandung Alin 9 Bulan. Sebagai sepasang suami istri tentu saja di karuniai seorang anak adalah hal yang paling di nantikan mereka menyambut sang calon buah hati dengan penuh suka cita setelah penantian panjang selama 5 tahun. Adi dan Rina hidup dalam kesederhanaan dengan ekonomi yang pas-pasan. Adi saat itu berprofesi sebagai supir taxi sedangkan Rina hanya ibu rumah tangga.

Suatu pagi Rina mengalami kontraksi yang hebat. sepertinya dia akan segera melahirkan Adi segera membawa Rina ke Klinik terdekat tak lupa dia menghubungi sang Ibu agar segera datang ke Klinik, sesampainya di Klinik Rina di periksa oleh petugas medis tapi sayang di klinik masih keterbatasan alat karena Ketuban sudah pecah dan terjadi pendarahan akhirnnya pihak klinik merujuk Rina ke Rumah sakit besar agar segera mendapatkan penanganan.

Setelah sampai di Rumah Sakit Rina segera mendapat penanganan dan Dokter meminta agar segera melakukan operasi Caessar agar bisa menyelamatkan Ibu dan bayi nya. Operasi pun di lakukan. Sang Bayi bisa di lahirkan dengan selamat. Namun, tak lama berselang sang Bunda mengalami kejang-kejang dan pendarahan yang tak henti transfusi darah pun telah di lakukan tapi Tuhan lebih sayang kepadanya dan Rina pun dinyatakan meninggal.

Ada kebahagiaan saat Lahirnya si kecil ke dunia. tapi juga ada kesedihan yang sangat mendalam ketika harus kehilangan istri yang sangat di cintainya. Kesedihan tak sampai di situ karena saat Adi hendak memabawa Bayi dan Jenazah sang istri pulang pihak rumah sakit melarang dengan alasan harus melunasi adminisstrasi terlebih dahulu sedangkan pegangan uang saat itu tidak cukup untuk melunasi semua biaya rumah sakit.

Adi mencoba mencari pinjaman dari keluarga dan kerabat tapi sayang di antara mereka tidak ada yang mau meminjamkannya dengan alasan takut tidak bisa terbayar karena jumlah yang cukup besar.

Adi sudah hampir putus asa saat itu. Tanpa sengaja ada seorang Pria yang mencegat taksinya orang itu terlihat terburu-buru dan meminta Adi mengantarkannya ke suatu tempat. Adi pun mengantarkannya sesuai permintaan pria tersebut. setelah membayar pria itu pun segera turun, kemudian Adi melajukan kembali taxi nya. Setelah jarak sekitar 500 meter Adi tersadar ada sesuatu yang tertinggal di taxi yaitu sebuah tas yang di yakini milik pria tadi. lalu dia memberanikan diri membuka tas tersebut ternyata berisi beberapa berkas penting dan uang yang jumlahnya sangat banyak.

Adi hampir saja gelap mata. Dia saat ini memang sedang membutuhkan banyak uang untuk membawa Bayi dan jenazah sang istri pulang, apalagi jumlah uang tersebut tidaklah sedikit tapi hati nurani nya masih tergerak dan sadar bahwa itu bukan hak nya.

Kemudian Adi pun kembali ke tempat dimana Pria tadi turun.

Adi memasuki rumah mewah pria tadi dan hendak mengbalikan barang yang tertinggal di taxi nya.

"Tuan, Maaf barang anda tertinggal di taxi saya," Adi memberikan tas tersebut.

"Oh ya Ampun saya hampir gila mencari tas ini, terimakasih pak. ternyata masih ada orang yang jujur di dunia ini," Wira kini bisa bernafas lega setelah beberapa menit lalu jantungnya hampir saja meledak saat kehilangan tasnya.

"Lain kali lebih hati-hati pak, kalau begitu saya permisi dulu," pamit Adi dengan wajah yang kacau.

Wira bisa melihat dari raut wajah Adi yang terlihat kacau seperti sedang ada masalah.

"Sebentar pak, apa anda punya masalah? apa saya bisa membantu?," tawar Wira tiba-tiba.

"Tidak ada pak, terimaksih," tolak Adi sungkan dia tidak mungkin meminjam uang kepada orang yang baru saja di temuinya jelas-jelas saudaranya saja tidak ada yang mau meminjamkannya.

"Jangan sungkan begitu pak, bapak penyelamat hidup saya hari ini."

Dengan sedkit ragu Adi menceritakan semua masalahnya kepada Wira dengan senang hati Wira memberikan pinjaman kepada Adi. sebenarnya Wira hendak memberikan uang itu secara cuma-cuman tapi Adi menolaknya dan berjanji akan menyicilnya ketika dia sudah punya uang. tak hanya sampai di situ Wira juga menawarkan Adi pekerjaan sebagai supir pribadinya.

Akhirnya Adi bisa membawa Sang buah hati dan Jenazah sang istri pulang kerumah serta mengurus pememakaman sang istri. Adi orang yang jujur dan cerdas dia juga cepat belajar sehingga saat ini dia di percaya sebagai asisten dan tangan kanan Wira.

Flash back off

"Jadi Alin mau kan bantuin keluarga Pak Wira sekarang?, Tanya Ayah Adi.

"Bantuin apa Ayah?," tanya Alin yang masih bingung.

"Alin jadi pengganti mempelai wanita, dan menikah dengan anak Pak Wira," lanjut sang ayah.

"Apaa? Menikah?," Alin membulatkan kedua matanya.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa like, komen dan vote...

Masih banyak typo dan kesalahan dalam penulisan mohon di maklum ya.. hehhe

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!