NovelToon NovelToon

Barista Cafe Jomblo

Ibu Segalanya Bagi Bulan

Seperti biasa Bulan akan bangun pagi-pagi sekali, bahkan sebelum subuh. Hal yang ia lakukan adalah memasak terlebih dahulu, lalu mencuci pakaiannya dan juga pakaian Ibunya. Kenapa Bulan mencuci pakaian setiap hari, karena Ibunya yang menderita struk jika pipis terkadang sampai merembes. Jika tidak langsung dicuci maka bau semerbak pipis orang dewasa akan tercium kemana-mana. Untung saja kasur Ibu, Bulan alasi dengan perlak, jadi tidak sampai merembes ke sprei juga.

Setelah mencuci, ia akan menyapu dan mengepel, merapikan kontrakan kecilnya yang berada di gang sempit. Yah, Bulan hanya mampu mengontrak, karena gajinya hanya cukup untuk makan dan membeli kebutuhan pempers serta menggaji tetangga kontrakannya yang bertugas menemani Ibunya jika Bulan sedang bekerja.

Di pagi buta ini disaat orang lain masih terlelap dibawah selimut tebal dan kasur empuk, Bulan sudah bermandikan keringat, mengerjakan kewajiban pagi harinya. Kehidupan seperti ini sudah Bulan jalani sejak 1 tahun belakangan. Semula hidupnya baik-baik saja, bahkan Bulan memiliki Ayah yang tergolong kaya raya. Tapi ujian itu datang, Ayahnya tergoda pelakor, hingga akhirnya Ayah Bulan menceraikan Ibunya, Ibu yang begitu syok, darah tingginya kumat, Ibu akhirnya di fonis struk oleh dokter.

Yah struk, Ibu benar-benar tidak bisa berjalan lagi, bahkan untuk bicara saja susah. Ayahnya mengusirnya karena pelakor itu benar-benar ingin menguasai semua harta Ayah. Bulan dan Ibunya akhirnya pergi dalam keadaan tanpa harta benda, hanya beberapa pakaian dalam koper yang Ayahnya berikan.

Kuliah terhenti karena keterbatasan biaya, kini Bulan bekerja sebagai barista disalah satu cafe milik temannya, kecintaannya pada kopi membuatnya mampu belajar dengan cepat cara menyeduh kopi sepenuh hati. Tuh, kopi saja dibuat dengan sepenuh hati, apalagi kalau buat kamu jatuh cinta, pasti dikasih seisi hati🤭.

Selesai beres-beres rumah, biasanya Bulan akan melaksanakan sholat subuh terlebih dahulu lalu membangunkan Ibunya, melepaskan popok Ibunya, memapah Ibunya ke kamar mandi, memandikannya menggunakan air hangat, menyabuninya dengan sepenuh hati. Ibu sering kali menangis jika melihat pengorbanan Bulan, tapi Bulan selalu mengomeli Ibunya jika menangis. Bulan selalu berusaha ceria didepan Ibunya.

"Ibu, jangan menangis, apa sih yang ditangisi?"Tanya Bulan, tangannya masih telaten membersihkan tubuh Ibunya.

"I u, si an ma u lan,"ucap Ibu berbicara dengan susah payah.

"Ngapain Bu kasihan sama Bulan, Bulan sehat, Bulan cantik, Bulan kerja, Bulan pinter bikin kopi, makanya Ibu cepat sembuh ya, nanti Bulan ajak ngopi di cafe jomblo,"ucap Bulan jumawa.

Ibu malah semakin kencang menangis, Bulan menyeka air mata Ibunya. Ingin rasanya Bulan ikut menangis, tapi Bulan harus kuat, Bulan ingin selalu menjadi penyemangat Ibunya. Bulan rela melakukan apapun demi Ibunya.

"Sudah Ibu, jangan nangis lagi ih, cantiknya ilang nanti lhoo, cepet sembuh pokoknya, harus semangat, nanti kita kesalon, Ibu dandan cantik, terus main ke cafe jomblo, Bulan jamin, Ibu dapat yang lebih ganteng dari si Permana itu, Bulan pilihin yang gantengnya kaya Lee Dong Wook, Eh, kalau Lee dong wook mah buat Bulan aja yah Bu, nanti Bulan pilihin yang kaya song jong ki saja deh Bu, dia juga sudah duda lhoo Bu." Bulan terkikik.

Bu Widia, Ibu Bulan mulai tersenyum mendengar banyolan anaknya. Bulan malah tergelak, Bulan malah jadi membayangkan Ibunya dan Song Jong Ki duduk berdua minum kopi di Cafe Jomblo. Hais, otak suka aneh-aneh bayanginnya.

Selesai memandikan Ibunya, Bulan memapah Ibunya kembali kedalam ruang tengah. Kontrakan Bulan hanya sebuah kontrakan kecil tiga petak, yang di tengah khusus untuk Ibunya, dan yang didepan khusus untuk tidur Bulan. Tidak banyak perabotan yang mereka miliki, hanya kasur tipis untuk Ibunya dan Bulan sendiri hanya tidur beralaskan tikar 30ribuan motif marsha and the bear. TV kecil 14 inci di meja kecil untuk hiburan Ibunya disaat Bulan meninggalkannya untuk bekerja.

Walaupun sebelumnya Bulan bergelimang harta dan mendapat fasilitas mewah, tapi dengan kehidupan sekarang, Bulan belajar arti kebahagiaan dengan kesederhanaan. Toh takdir sudah seperti ini, mau berteriak sekencang apapun, menangis hingga membanjiri wilayah Jakarta sekalipun, semuanya sudah terjadi. Bulan hanya berusaha menjalani dengan sabar dan ikhlas. Ibunya lah penyemangatnya.

Bulan mengelap perlahan tubuh Ibunya, mengoleskan cream anti iritasi di punggung dan bokong Ibunya lalu memakaikan popok dewasa. Setelah itu baru memakaikan baju. Ibu kembali berbaring.

"Bu, doain Bulan yah, semoga secepatnya bisa beli kursi roda buat Ibu, nanti kita jalan-jalan di taman depan jalan raya sana,"ucap Bulan sambil mengelus pipi Ibunya dengan penuh kasih sayang.

Ibunya tersenyum sambil mengangguk, "i a, bu oain uan." Bulan membalas senyuman Ibunya.

"Ya sudah, Bulan mandi dulu yah Bu." Bulan bergegas ke kamar mandi, di dalam kamar mandi Bulan memegangi dadanya yang terasa sesak, sesak menahan tangis. Rasanya sesak sekali. Jika diperbolehkan, biarlah Bulan saja yang menderita, asal jangan Ibu.

Bulan segera mandi, biasanya ia menggunakan perlengkapan mandi yang begitu mahal dan lengkap, kini dikamar mandinya hanya ada ember penampung air dan gayung, sabun mandi, sikat gigi serta pasta gigi, sabun cuci muka Pond's yang harganya terjangkau. Bagi Bulan saat ini yang ia prioritaskan adalah Ibunya, pempers Ibu, cream anti iritasi yang harganya berlipat-lipat dari sabun mukanya, dan juga untuk makan sehari-hari.

Selesai mandi Bulan langsung berganti seragam kerjanya. Ia mengoleskan pelembab Pond's di wajahnya, produk Pond's masih bisa dijangkau kantong lah ya. Setelah itu menaburkan bedak bayi di wajahnya. Tapi dasar sudah cantik dari orok, walaupun cuma pakai bedak tabur My Baby juga tetap akan terlihat cantik. Ia oleskan juga handbody Marina di kaki dan tangannya untuk sekedar melembabkan kulit tangan dan kakinya. Yah, hanya itu saja yang mampu ia beli. Lalu mengoleskan sedikit lipstik wardah warna pink di bibirnya. Et dah berasa lagi ngendors dagangan di Maret-maret ini.😆😆😆

Bulan ke dapur, mengambil makanan untuk Ibunya. Bulan belajar memasak dari Mbah Google, sedikit demi sedikit ia mulai pandai memasak, ya walaupun hanya masakan sederhana. Tapi bagi Bulan, bisa makan saja sudah hal yang sangat ia syukuri.

Bulan mengangkat tubuh Ibunya agar duduk bersender di tembok yang sudah ia selipkan bantal.

"Ibu, makan yang banyak yah, biar semok, Ibu tuh sudah cantik paripurna, kalau kerempeng nanti kurang cucok Bu,"ucap Bulan sambil menyuapi Ibunya.

Ibunya mengangguk, "Uan uga."

"Dih, Bulan mah sudah proporsional Bu, langsing tinggi, **** nya gede, jangan gemuk-gemuk Bulan mah."

Ibu tersenyum lebar, anak semata wayangnya memang selalu bisa membuatnya tertawa. Bu Widya merasa beruntung mendapatkan putri seperti Bulan, namun ia juga merasa bersalah dengan Bulan, disaat wanita seusianya sedang menikmati masa-masa pendidikan diwaktu kuliah, menikmati masa-masa indah bersama temannya, Bulan malah disibukan dengan bekerja, bekerja dan bekerja serta merawat Ibunya yang penyakitan.

Bu Widya tidak bisa meminta bantuan pada siapapun, apalagi pada keluarganya, karena pernikahannya dengan suaminya Permana awalnya memang tidak disetujui oleh pihak keluarganya, hingga akhirnya Bu Widya nekat untuk kawin lari dengan mantan suaminya itu. Tapi Nasi sudah menjadi Bubur, yang bisa ia lakukan hanya bersabar dan berdamai dengan masalalu.

"Pinter ih maemnya, Bulan seneng kalau Ibu maemnya pinter, Bulan jadi semangat kerjanya."

"E ak, u an iter asak."

"Iya dong, Bulan belajar di Om Arnold lhoo Bu, itu lhoo chef ganteng muka bebelac badan L-men ,"ucap Bulan sambil terkekeh.

"Bulan cuci piring dulu yah, terus habis itu sarapan, Bulan nyalain TV yah Bu." Bulan menyalakan televisinya, seperti biasa, jika masih pagi seperti ini akan ada Mamah Dedeh yang terpampang nyata di televisi sambil mengisi ceramah. Bulan bergegas ke dapur mencuci piring bekas Ibunya, menyentong nasi untuk sarapan dan mempersiapkan bekal untuk dibawa juga ke cafe. Biar tidak usah membeli makan siang di luar, irit gitu loh.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

( Assalamualaikum semua, jumpa lagi yah, setelah beberapa hari nggak nulis, padahal ide numpuk, tapi karena di real life lg sibuk2nya, semester an koreksian, raportan, tapi akhirnya malam ini semangat untuk nulis lagi deh, judul baru say, gimana? gimana? gimana? minta pendapatnya, minta komentarnya, aku minta 50 komentar aja deh, nanti aku lanjut eps berikutnya)

Tenang, ini akan Tamat disini🤭

Visual nyusul yah, lagi nyari yang bening dulu😆

Jangan lupa, like, komen, sukreb, eh vote koh🤭

Salam sayang,

Santypuji

Mamih Rempong

Keluarga Al Arav sudah berkumpul di meja makan. Mamih Bela sudah menyiapkan berbagai macam menu sarapan, ada roti tawar beserta selainya, ada pancake juga, tidak lupa jus buah untuk penunjang vitamin dan antioksidan, bagus untuk kulit, Mamih Bela memang menolak tua, ia begitu menjaga kesehatan kulitnya dengan baik. Jadi walaupun sudah mempunyai cucu tapi cantiknya tidak luntur. Hahah luntur, memangnya celana levis gocapan, segala luntur.

Papih Arman Al Arav sudah rapi dengan setelah jas warna abu-abu, rambut disisir ke samping style ala Mamih Bela. Kata Mamih Bela, nyisir rambut suami itu sunah. Gampang, dapat pahala lagi, sambil nyisir sambil ngitungin uban suami, biar nggak boring.😆😆

Di depan Mamih Bela ada laki-laki tampan rupawan, Bintang Al arav anak bungsu Mamih Bela yang berusia 31 tahun. Jika tahun depan tidak menikah juga, Mamih Bela akan membuat sertifikat bujang lapuk untuk putranya itu. Mamih Bela begitu gemas dengan putra bungsunya itu, hatinya entah terbuat dari apa hingga sulit move on dari mantan pacarnya yang sudah menghianatinya, bahkan sudah mantenan dengan laki-laki selingkuhannya itu. Ingin sekali Mamih Bela menggetok kepala Bintang dengan centong nasi agar ia sadar, Bintang, wanita di luaran sana itu banyak banget lhoo. Mau cari yang kaya Sendal Jenner juga ada, yang kaya Selena Goes juga banyak, kenapa kamu masih saja belum move on dari wanita yang rahimnya gatal itu.

Di samping Bintang ada Kuncoro, Raditya Kuncoro. Keponakan dari Mamih Bela. Orang tua Kuncoro meninggal karena kecelakaan pesawat saat perjalanan bisnis. Raditya Kuncoro dulunya hidup di luar negri bersama kedua orangtuanya. Pergaulan yang tidak sehat menjadikan Kuncoro sedikit lekong, ingin sekali Mamih Bela memasukan Kuncoro ke dalam pesantren agar bisa kembali seperti sedia kala.

Mamih bela adalah keluarga satu-satunya yang bisa menolongnya. Mamih Bela akhirnya merawat Kuncoro dan menjadikan Kuncoro sebagai asisten pribadi Bintang. Agar Bintang juga selalu dalam pengawasan Mamihnya. Menjaga anak laki-laki juga sama beratnya seperti menjaga anak perempuan. Jangan sampai anak laki-laki Mamih menebar benih dimana-mana. Hais Bintang kan Jomblo akut sejak ditinggal kawin mantan pacar, mau menebar benih dimana, di empang 😆. Si anak bujang itu hanya memikirkan kerjaan, kerjaan dan kerjaan sampai lupa usianya sudah kepala tiga.

"Bintang, pokoknya Mamih nggak mau tahu, tahun ini kalau kamu belum dapat jodoh, Mamih akan jodohkan kamu dengan anak teman arisan Mamih,"ucap Mamih sambil mengoleskan selai coklat.

"Jangan mulai lagi deh Mih,"jawab Bintang dengan mimik muka kesal.

"Ya Allah, ingat umur dong, sudah 31 lhoo, kakak mu, Lintang sama Pelangi sudah kasih Mamih 3 cucu, lah kamu istri saja belum punya, ah jangankan istri, calon saja belum ada, bagaimana mau kasih Mamih cucu."

"Nah itu, Mamih sudah punya 6, itu sudah banyak Mih, jangan kemaruk deh." Bintang selalu saja berkelit.

"6 kok banyak, cita-cita Mamih itu mau punya cucu 11, jadi kamu harus nambahin 5." Mamih menodongkan kelima jarinya di depan wajah putranya.

Bintang yang saat itu tengah menelan pancake mendadak terasa seret. Ya Allah Gusti, 5 dari Hongkong, Mamih ini, suka ngadi-ngadi kalau minta sesuatu.

"Kenapa? keberatan? kamu normal kan Bintang?"

Bintang melirik Mamihnya, "Astagfirullah Mamih, kalau ngomong suka begitu."

"Habisnya kamu disuruh kawin kaya disuruh nguras lautan, susah banget sih, orang-orang diluar sana pada ngebet kawin, malah teman-temanmu sudah ada yang nikah sampai 3x, kamu sekalipun masih ogah-ogahan, nanti Mamih ruqyah kamu bareng si Kuncoro."

"Kok jadi Eyke sih Mih, jahara, Eyke kan masih muda, masih twenty four years old,"ucap Kuncoro protes.

Papih Arman hanya senyum-senyum saja melihat istri dan anaknya berdebat soal pernikahan. Usia Bintang memang sudah sangat matang, Papih Arman juga berharap Bintang secepatnya mempunyai istri agar ada yang mengurusnya dan memanjakannya.

"Bintang normal, sekarang hamilin perempuan juga bisa lhoo Mih."

"Eh lambe mu yah, mana boleh asal sembarang tebar benih, harus menikah dulu lah, semua ada prosesnya, awas yah kalau sampai macam-macam, Mamih gantung kamu di pohon kelapa depan rumah."

"Katanya Mamih pengen punya cucu sebelas,"ucap Bintang melirik Mamihnya yang semakin sentimen dengannya. Tapi melihat Mamih marah, Bintang malah semakin gemas ingin terus meledek.

"Ya nggak asal hamilin anak orang juga kali, Mamih jewer nanti kamu." Ancaman yang tidak pernah berubah, dari Bintang kecil sampai sekarang, Mamih selalu mengancam dengan kata-kata jewer. Tapi bukan hanya ancaman lhoo ternyata, jika Bintang melanggar, Mamih benar-benar akan menjewer sekuat tenaga hingga telinga rasanya panas perih.

"Pokoknya Mamih nggak mau tahu, kalau tahun ini kamu nggak bisa bawa calon mantu, Mamih akan jodohkan kamu dengan Ariana, anak teman arisan mamih."

Bintang berdecak kesal, setiap pagi Mamihnya selalu mengingatkan tentang mencari istri. Bintang memang menyadari jika usianya memang tak muda lagi, sudah matang untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Tapi kalau belum ketemu jodohnya ya bisa apa. Mau teriak minta jodoh sampai modar pun kalau Allah belum kasih, ya belum nemu juga. Gregeten deh sama Mamih, kenapa sih emak-emak di dunia ini ditakdirkan begitu rempong.😆😆

Bintang cepat menghabiskan ceramahnya, ia tidak tahan jika harus terus menerus mendengarkan Mamihnya tentang mantu, nikah dan memberikannya cucu. Pusing Bintang, beneran deh.

Bintang mengelap bibirnya dengan tisyu, lalu menyangking tas kerjanya. Berjalan ke arah Mamih, meminta izin berangkat kerja, begitu juga pada Papihnya.

"Lagi dikasih tahu malah kabur, kebiasaan,"Celetuk Mamih. Bintang malah mencium Mamihnya.

"Mih jangan marah-marah terus, tuh pipi Mamih jadi ada kerutannya,"ledek Bintang yang langsung berjalan cepat menghindari terikan Mamihnya.

Mamih Bela langsung meraba pipinya, "Kenceng begini, hai .... Bintang, awas yah nanti pulang kerja, Mamih jewer kamu."

Kuncoro juga buru-buru menyelesaikan sarapannya. Mamih mengambil bekal makanan untuk Bintang dan Kuncoro di dapur lalu memberikannya pada Kuncoro.

"Jangan makan siang sembarangan ya!"Perintah Mamih Bela pada Kuncoro.

"Siap Mih."

Walaupun Mamih rajin mengomel, tapi percayalah itu adalah bentuk rasa cinta seorang Ibu pada anaknya atau keluarga.

Kuncoro berlari ke garasi sambil menenteng wadah Pupperware bekal makan siangnya, menyusul Bintang yang sudah duduk di kemudi Mobil. Kuncoro pun segera masuk ke dalam mobil Bintang.

Bintang segera menjalankan mobilnya dan bergegas menuju kantor. Dalam perjalanan ke kantor, Bintang terus saja terdiam, ia memikirkan tentang pernikahan dan calon istri. Bagaimana ia bisa mendapatkannya. Walaupun selama ini banyak yang menyukainya tapi tidak ada satupun yang bisa menyentuh hatinya.

"Kenapa sih Bos, Yey diem terus? mikirin calon bini? takut di jodohin?"tanya Kuncoro.

"Gimana dong nih?" Bintang melirik Kuncoro.

"Eh Bos, eyke liat di IG, ada cafe jomblo Bos, itu bisa buat cari pasangan juga lhoo Bos,"ucap Kuncoro memberi ide cemerlang pada Bintang.

"Masa sih, beneran bisa cari jodoh disana?"

Kuncoro mengangguk, "Coba dulu saja Bos"

"Ya sudah, nanti siang antar aku kesana"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

( Makasih untuk 50 komentarnya, lope you😍😘 )

Jangan lupa like, komen dan Vote yah😘

Salam sayang,

Santypuji

Visual

Tenang, cerita ini akan sampai tamat di Noveltoon yah, jangan khawatir.

Visual yang lain akan menyusul, sekarang visual pemeran yang sudah muncul di cerita dulu yah.

Bulan Aisyah Permana. Barista cantik yang begitu menyayangi Ibunya.

Bintang Al Arav, pimpinan perusahaan yang sedang mencari calon istri sebelum Mamih memberikan sertifikat bujang tua. Bintang pokoknya harus cepat-cepat dapat calon istri.

Raditya Kuncoro alias Konita, Asisten sekaligus sepupu Bintang.

cucok kan makkkk😆😆

Mamih Bela, emak sosialita endolita.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!