NovelToon NovelToon

AGENT: Agent Of Mutants

PROLOG

Bercak darah ada di sekitarku.

Serta mayat-mayat yang masih segar berserakan di sekelilingku.

Tetapi, tenang saja... tak akan kupedulikan.

Terasa angin kencang menerpa tubuhku dengan liar. Seperti melampiaskan amarahnya padaku yang sedang melakukan perbuatan keji ini.

Matahari baru saja terbit di depanku, membuat siapa pun yang melihatnya merasa nyaman dengan pemandangan ini. Ini membuatku... merasa sedikit menyesal akan hal yang sedang kuperbuat.

Samar-samar, terdengar teriakan manusia-manusia yang sedang menghadapi kematiannya itu.

Kematian yang disebabkan...

Olehku.

Lebih tepatnya, oleh kekuatanku.

Mungkin tak ada yang pernah mengira aku adalah pelaku dibalik meninggalnya teman-temanku sendiri.

Apa ini terlalu keji?

Tapi, mengapa tidak?

Akan kuceritakan semuanya pada kalian.

Sebelumnya, bisakah...

... kalian bungkam?

Jangan beri tahu siapa pun, atau...

... kalian akan jadi mayat yang berikutnya.

He. he.

Flashback On..

01. The Lost Chip

Hari sabtu.

Hari dimana seharusnya, aku bisa beristirahat di rumah setelah pulang sekolah, karena di hari Sabtu tidak ada jadwal tambahan untuk belajar di AHS, sekolahku. Untuk yang ingin tahu, kepanjangannya adalah Agent High School.

Tetapi nyatanya, hari ini aku dipanggil oleh pimpinan Agent Of Mutant, setelah pulang sekolah.

Kalian bingung yaa? Baiklah, akan kujelaskan singkat saja, karena aku benar-benar tergesa-gesa sekarang. Agent Of Mutant atau biasa disingkat AOM adalah pusat pemerintahan bagi mutan-mutan yang ada di bumi kita ini. Di setiap negara pasti ada gedung AOM-nya sendiri. Mutan adalah nama untuk manusia-manusia biasa yang sudah berhasil dijadikan bahan percobaan menjadi manusia super. Ya sebenarnya tidak se-lebay itu sih. Tapi ya anggaplah begitu.. biar keren. Hehe.

Nah, akhirnya... aku telah sampai di dalam gedung AOM setelah berlari dari AHS sampai kakiku mau copot rasanya. Waktunya sudah tiba, untuk mengetahui alasan mengapa aku dipanggil di hari istirahatku ini. Ugh, kesal.

Aku berjalan cepat melewati ruangan-ruangan rapat, dan ruangan agen lainnya. Aku berhenti tepat di depan sebuah ruangan dengan tulisan,

'Ruang Kepala Pimpinan'

Aku mengetuk pintu nya terlebih dahulu, lalu menunggu jawaban dari sang penghuni ruangan.

"Masuk."

Aku membuka pintu nya perlahan dan masuk ke ruangannya Pak Brian, kepala pimpinan AOM. Pak Brian sebenarnya tidak cocok dipanggil dengan sebutan 'pak' memang, karena wajah nya jauh lebih muda dari panggilan itu.

Aku tersenyum, "Selamat siang, pak."

"Sudah saya bilang, jangan panggil saya 'pak', saya kan tidak se-tua itu."

"Iya.. kak, maaf." ujarku akhirnya.

Kak Brian balas tersenyum, "Claire, silahkan duduk." Berhubung kakiku sudah mau copot, aku menuruti perintahnya dan langsung duduk di kursi yang disediakan di depan meja kerjanya.

"Ada apa?" Tanyaku.

Raut wajah Kak Brian berubah menjadi cemas, aku baru sadar.. kantong matanya cukup terlihat besar dan menghitam, sepertinya ia kurang tidur belakangan ini.

Kurasa ada masalah..

Ia menghela napas berat, "Chip AOM hilang kemarin, kami sengaja tidak memberitahukan siapapun agar tak membuat khawatir.."

APA!? Apa aku tak salah dengar!? Bagaimana mungkin penjagaan seketat ini bisa memungkinkan hilangnya barang terpenting untuk kaum mutan!?

Chip AOM adalah alat untuk mengaktifkan atau mengunci kekuatan para mutan, jika chip ini jatuh ke tangan yang salah, orang itu bisa saja mengunci semua kekuatan mutan, sehingga semua mutan di Bumi ini kehilangan kekuatannya.

Atau sebaliknya, ia bisa saja mengambil kekuatan semua mutan yang ada di dalam chip itu.

Chip itu berukuran tipis dan kecil, se-ukuran penghapus, dan di dalamnya tersegel berjuta-juta kekuatan super mutan.

Jadi.. tentu saja ini adalah masalah besar.

"Bagaimana bisa!?" Tanyaku.

"Ada seorang agen AOM yang membawa pergi chip itu, dia pergi ke perkotaan, dan menurut mata-mata AOM, dia bersekolah di International High School sekarang.."

".. maka dari itu, saya akan mengandalkan kamu untuk mencari agen tersebut dan membawa pulang chip itu." Kak Brian menatapku dengan tatapan tegas.

"Apa!? Kenapa harus saya?"

Tatapannya berubah menjadi tatapan penuh harap, "Karena sejauh ini, kamu adalah mutan yang memiliki kekuatan paling berguna."

Bukankah semua mutan itu berguna?

Lagipula aku tak tahu sama sekali tentang International High School itu.

Tapi, kurasa... itu pasti akan seru! Ya, kuharap sih begitu..

"Baiklah, tapi setidaknya beritahu ciri-ciri agen itu."

"Percuma saja, itu tidak akan berguna."

"Kenapa? Itu pasti akan berguna untuk mempermudah saya, Kak!"

"Dia adalah mutan yang bisa meniru penampilan fisik orang yang dia mau, jadi pasti ia sudah merubah fisiknya sekarang, bahkan mungkin dia akan mengubah-ubah penampilannya setiap waktu."

Ah, merepotkan!

"Ya ampun.." keluhku.

"Saya percaya kamu pasti bisa.." Kak Brian tersenyum, "Jangan lupa, ini adalah misi rahasiamu, jangan beritahu siapapun."

Aku hanya mengangguk kecil.

"Sekarang kamu boleh pergi."

"Baik kak, permisi." Ucapku lalu segera keluar dari ruangannya.

Aku berjalan melewati lobby dengan banyak sekali pertanyaan dibenakku.

Kenapa orang itu bisa mengambil chipnya? Kenapa harus di perkotaan? Kenapa aku yang harus ikut campur tangan?

Bahkan aku tak diberi ciri-ciri spesifiknya.

LALU BAGAIMANA AKU BISA TAHU!?

02. The Human High School.

Minggu, 7 Januari 2051

06.00 AM

Aku sedang berada di perjalanan menuju ke perkotaan, aku dan Kak Brian berangkat dari AOM pagi-pagi begini karena dari AOM ke perkotaan memang cukup jauh.

AOM memang sengaja dibangun di daerah terpencil, kan tidak lucu kalau di perkotaan orang-orang melihat ada beberapa orang memainkan sihir elemen mereka dengan santai. Bisa lari terbirit-birit mereka...

Tapi kalau kalian pikir AOM adalah bangunan kumuh, yang peralatannya seadanya, itu salah.

AOM adalah bangunan megah dan elit lengkap dengan teknologi modernnya untuk menciptakan manusia super yang diberi nama Mutan, atau yang lebih tepat nya lagi, tempat dimana manusia dijadikan bahan percobaan.

Sebenarnya, tidak se-menyedih kan itu kok dijadikan 'bahan percobaan'... kami para mutan tidak dipaksa untuk itu, lagi pula aku sendiri bersedia saja kalau itu untuk niat yang baik.

Lagi pula, kurasa ini keren.

"Sudah dekat, Kak?"

"Sebentar lagi sampai."

Aku membawa sebuah koper yang cukup untuk memuat pakaianku selagi tinggal di asrama sekolah ini sampai.. secepatnya aku bisa menemukan chip itu.

Omong-omong, ini adalah pertama kalinya aku terjun langsung ke lapangan untuk melaksanakan sebuah misi.. jadi, kalau aku bilang aku tidak takut, itu bohong sekali.

Huhh.. Semoga saja mudah..

"Tenang saja, ini akan mudah." ujar Kak Brian memudarkan lamunanku.

Ya, dia bisa membaca pikiran, dan itu sebenarnya meresahkanku.

Eh!?

Ups...

"Maaf." ujarku meringis.

Kak Brian hanya terkekeh kecil.

Baiklah aku tidak akan membatin lagi.

"Claire, sudah sampai nih."

Aku mengadahkan kepalaku dan melihat bangunan yang-

Astagaa..

Bahkan ini lebih mirip AOM dari pada sekolah.

Mungkin bedanya adalah, di depan bangunan AOM sudah ada beberapa orang yang berkeliaran dengan kekuatan supernya dengan santai, tapi disini hanya ada manusia-manusia biasa yang juga baru sampai, turun dengan koper nya, sama seperti yang kulakukan sekarang.

Hmm... pasti membosankan ya jadi manusia biasa?

Ke sekolah jalan kaki... maaf saja tapi kami teleport.

Hahahaha, aku bukannya meledek loh.. aku hanya...

... ya, baiklah aku meledek. Pffftt maaf semua.

"Claire."

Aku menoleh ke arah Kak Brian yang ikut turun dari mobil nya, dia menyerahkan sesuatu.

"Ini earzoom spy dalam bentuk anting, kamu bisa memakai ini untuk berkomunikasi, dan tentang kekuatanmu, jangan pernah tunjukkan kepada siapapun jika tidak sangat mendesak."

Hah? Untuk apa earzoom-nya? Bukankah aku sendirian dalam misi ini?

"Tapi, kan aku sendirian... mau berkomunikasi sama siapa?"

"Terima saja, ini akan berguna." ujarnya lalu tersenyum.

Ya sudah lah, aku mengambilnya pasrah.

"Saya mengantarmu sampai sini saja, masuklah!"

Aku mengangguk, "Terimakasih." ujarku lalu berjalan masuk ke dalam lobby sekolah ini.

Kata Kak Brian, aku sudah didaftarkan di sini kemarin, jadi aku tidak perlu ke ruangan kepala sekolah untuk mendaftar lagi, aku hanya perlu menunggu di ruang tunggu sampai namaku dipanggil, lalu aku akan diberi nomor kamar asrama, sudah itu saja katanya.

Huhh..

Aku sedikit gugup, walaupun sudah mempelajari semua tata cara bela diri dan basic skill mata-mata sejak kecil di AHS (Sekolahku tercinta Agent High School), tapi tetap saja.. bagaimanapun juga aku tak punya pengalaman.. dan jangan lupa, yang terpenting ialah.. MEREKA SEMUA INI MANUSIA BIASA!

Bagaimana kalau aku ketahuan? lalu mereka mengejarku untuk berusaha membunuhku sambil berteriak, "MONSTER! MONSTER!" Ah, aku merinding membayangkannya...

Daritadi aku hanya melihat-lihat kearah pintu masuk yang memperlihatkan murid-murid baru dan mungkin murid lama, aku hanya menebak dari apa yang mereka bawa saja. Kalau membawa koper, berarti murid baru, iya kan? Murid lama pasti barang-barangnya sudah ada di asrama.

Kali ini ada seorang perempuan berjalan masuk ke lobby, aku langsung mendengar bisik-bisikkan dari para lelaki yang membicarakannya.

Aku yakin pembicaraan mereka tidak jauh dari kata 'Astaga.. dia cantik sekali' atau yang semacam itu. Karena memang se-cantik itu.. aku jadi sedih. Haha.

Sementara itu, perempuan-perempuan di sebelahku terus membicarakan seorang laki-laki yang sedang berjalan dari depan lobby tapi dia tidak membawa koper nya, dia hanya membawa ransel yang tidak mungkin muat untuk pakaian selama 3 tahun, mungkin dia bukan anak baru.

Astaga!

Kenapa rambutnya di cat putih begitu? Tadinya kukira dia ber-uban, tapi dia cukup keren untuk seukuran manula jika itu memang rambut aslinya. Hahahaha..

Dia sempat melirikku sekilas, tidak lama kemudian namaku dipanggil melalui speaker.

"Claire Harlyn!"

Aku langsung berdiri dan menghampiri sebuah ruangan dimana bertuliskan,

'Ruang Informasi'

Lalu aku masuk kedalam ruangan itu.

Di dalam, ada seorang wanita paruh baya yang mengenakan pakaian casual yang.. tentunya modern.

"Saya Claire Harlyn, bu."

"Oke nak, ini nomor kamar asramanya, seragam sudah ada di kamarmu." ujarnya sambil menyerahkan kartu kamar yang bertuliskan '395'.

"Asramanya ada di gedung belakang dari gedung utama sekolah.. by the way, satu kamar di isi tiga orang ya, jadi kamu punya roommate."

"Oke, Bu. Terimakasih."

Aku keluar dari Ruang Informasi tadi, lagi-lagi suara-suara riuh langsung menembus indra pendengaranku, kali ini ada 2 perempuan yang turun dari satu mobil, mereka tidak membawa apa pun.. kurasa mereka murid lama.

Salah satu perempuan itu menoleh ke arahku dari jauh.

Tunggu.. ini perasaanku saja atau dia memang menatapku dengan tatapan kaget..?

Perlahan tatapan kaget itu berubah menjadi.. lega(?)

Aku spontan melihat pakaian yang kukenakan. Tak ada yang salah kok dengan pakaianku, atau ada sesuatu di wajahku ya?

Aku yang merasa tidak enak diperhatikan terus, hanya tersenyum sekilas kepadanya lalu pergi. Aku ingin cepat-cepat sampai ke asrama untuk berkaca.. apa ada sesuatu di wajahku?

Aku berjalan ke asrama, sesuai dengan petunjuk yang tadi.

"Hei!" Ujar seseorang dari belakang.

Aku langsung menoleh ke belakang. Seorang perempuan dengan wajah manis bersiap ingin menyebrang jalan, setelah sampai di sisi jalan yang sama, ia berjalan ke arahku.

"Tunggu sebentar." ujarnya dari jauh.

"Ehm.. maaf, apa kamu jatuhin ini?" Lanjutnya sambil menyodorkanku sebuah-

Ehh... seperti tidak asing..

AH!

EARZOOM-KU!

Ya ampun! bisa gawat kalau earzoom ini tak dalam bentuk anting! Masa belum apa-apa sudah ketahuan, bisa di rajam batu aku oleh orang-orang disini...

"E-eh iya.. makasih ya!" ujarku seraya mengambil anting kecil yang berwarna hitam itu.

"Sama-sama," ia tersenyum manis, "ngomong-ngomong .. Aku Ruby Chase, biasa dipanggil Ruby." katanya sambil mengulurkan tangan.

"Aku Claire, Claire Harlyn" Aku tersenyum, lalu menjabat tangannya.

Aku tersentak.

Seperti ada sesuatu yag masuk ke dalam tubuhku...

Aneh.. apa hanya angin lewat?

"Salam kenal Claire!" ia tersenyum semakin lebar, seolah tau kelemahan orang-orang ada pada senyumannya yang membuat lelaki ingin menampar tembok rasanya. Jangan khawatir, aku pun juga ingin menampar tembok kok.. jiwa insecure-ku sebenarnya bukanlah tipikal yang tahan banting.

"Kamarmu nomor berapa?" Lanjutnya.

"Kamar 395." jawabku gugup.

Perlu dicatat di rekor dunia, seorang agen mutan amatir mengobrol untuk pertama kalinya dengan manusia biasa!! Wah, bukankah menegangkan?! Tentu saja iya! Jantungku sudah berdegup kencang takut ketahuan.

"Waahh, kita bersebelahan dong! Aku di kamar 394, nih!"

Eh, pas sekali?

"Baguslah, nanti sering-sering main ke kamarku yaa.. hahaha." ujarku (mencoba) ramah.

"Okee! Eh- aku lupa sesuatu! Maaf Claire, aku duluan yaa.. bye!" Ruby melambai-lambaikan tangannya ke arahku, lalu bergegas pergi.

"Eh iya.. bye!"

Fiuuhh, hampir saja.

Kenapa aku bisa seceroboh itu sampai earzoom-ku terjatuh?

Ahh, aku harus lebih berhati-hati..

○○○

Aku sudah sampai di lobby asramanya, dan berjalan memasuki lift, kurasa ini lebih seperti hotel, ya apapun itu.. aku ingin beristirahat secepatnya.

Aku sampai di lantai 3, karena kurasa kamar 300 keatas ada di lantai 3, dan dugaanku benar, aku sudah ada di depan pintu yang bertuliskan '395', lalu aku mengetuk pintu, dan menempelkan sidik jari telunjukku agar bisa terbuka.

Darimana aku tahu? Karena tidak mungkin di sekolah yang teknologi nya sudah se-modern AOM masih menggunakan gagang pintu, kecuali ruangan Kak Brian yang masih memakai gagang pintu, kudengar.. dia yang melarang untuk diganti dengan teknologi modern, aku tidak tahu kenapa.

Ketika aku masuk, ada seorang perempuan yang sedang membaca novel di kasurnya, dua kasur lagi masih kosong.

"Hai.." sapaku pada perempuan itu.

Dia menoleh, "Ehh, haaii!" ujarnya antusias.

"Maaf, aku lagi keasikkan baca tadi, jadinya gak sadar kamu datang." lanjutnya.

"Eh iyaa.. gak apa-apa kok." ucapku lalu tersenyum.

"Ayo masuk, jangan berdiri terus" ujarnya sambil berjalan ke arahku dan menutup pintu di belakangku yang memang belum kututup.

Aku melangkah ke dalam.. dan benar, seperti hotel bahkan lebih memadai dari hotel, di dalam nya terdapat tiga kasur, tiga meja rias, tiga meja belajar dengan komputer, tab dan laptop, tiga buah lemari, dan dua kamar mandi. Lengkap.

"Fasilitas asramanya memadai yaa." ujarnya menyadari mataku yang menelusuri setiap bagian asrama ini.

Aku tersenyum lalu mengangguk meng-iyakan.

"Ada 2 kasur kosong, kamu mau dimana?"

"Aku yang di pojok saja."

"Oke deh."

Kemudian dia mendekatiku dan mengulurkan tangannya dengan senyuman lebar.

"Aku Nancy, Nancy Katherina, siapa namamu?"

... Nancy?

"Aku Claire Harlyn." sahutku lalu menjabat tangannya. "Kamu anak baru juga?"

Ia mengangguk.

Tok tok

Suara ketukan pintu.

Kurasa itu adalah roommate terakhirku.

Pintu terbuka dan menunjukkan seorang perempuan-

Ehhh?

Dia yang tadi melihatku dengan kaget itu, bukan?

Apa yang salah denganku sampai-sampai sekarang pun dia juga kaget melihatku. Tapi yang kali ini dia hanya terlihat kaget se-di-kit.

Tatapannya sama seperti waktu pertama kali dia melihatku, setengah kaget dan setengah senang. Ada apa sih sebenarnya?! Kan aku penasaran!

Kaca dimana kaca?!

"Haii, ayo masuk!" kata Nancy mencairkan suasana yang canggung.

"Salam kenal," ujarku sambil mengulurkan tangan untuk mencoba mencairkan suasana juga, "Claire" lanjutku sambil tersenyum.

Dia membalas uluran tanganku, "Valerie, panggil saja Val" raut wajahnya terlihat lebih tenang sekarang.

"Nancy, salam kenal!" Nancy mengulurkan tangannya juga.

"Valerie." katanya lagi sambil tersenyum.

Valerie dan Nancy sama-sama mempunyai wajah yang cantik..

Dan aku? Jangan tanya.

"Nancy, Claire, aku dengar kita punya 2 jam untuk merapikan barang-barang lalu mandi, jam satu nanti kita disuruh berkumpul di ruang auditorium gedung utama untuk pengumuman tentang kelas. Bergegas yuk! Supaya gak terlambat nanti."

"Oke!" ujarku dan Nancy bersamaan, lalu kami bertiga mulai merapikan barang dan mandi.

Ah, 2 jam mana cukup untuk tidur siang.. hiks.

○○○

Kita, maksudku... aku, Nancy dan Val sudah siap untuk pergi ke ruang auditorium, dengan baju yang masih casual, menurut jadwal seragam yang ada di tab tertera kalimat,

Seragam Hanya Boleh dipakai Saat Hari Sekolah

"Claire, ayo!"

Oh ya ampun, aku sampai lupa..

Aku langsung berjalan keluar gedung asrama bersama Nancy dan Val.

Kami mengobrol ringan, Nancy dan Val memiliki kepribadian yang baik, aku merasa nyaman di dekat mereka. Manusia biasa tidak buruk juga..

Ohh.. atau lebih tepatnya, 'tidak buruk juga' sampai mereka mengetahui siapa aku sebenarnya.

Di saat kami sudah sampai di lobby, aku melihat seorang lelaki di depan asrama laki-laki (yang berada persis di seberang asrama perempuan).

Kurasa, dia sedang menunggu temannya.. entah mengapa tapi mengamati para manusia biasa ini menjadi hiburanku yang baru. Kita sangat berbeda. Itu yang membuat kaum mereka mencuri perhatianku.

Ehh??

Tunggu...

Apa aku yang salah lihat atau...

Dia beberapa kali mengangkat tangannya setinggi mulut.

Bukan..

Bukan itu yang kumaksud..

Dia..

Berbicara sendiri..

Maksudku...

... dia berbisik pada jam tangannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!