Di dunia berbeda ada sebuah ruangan kerja dengan tumpukan buku tertata rapih di raknya dan dibagian tengahnya terdapat dua sofa panjang dengan meja kaca di tengahnya. Bagian lantainya terbuat dari marmer batu yang sangat indah yang juga dilengkapi oleh karpet bulu melingkar di sofa tersebut.
Dan di dekat jendela terlihat seorang wanita dengan pakaian gaun yang tidak biasa membawa tongkat dengan gear ditengahnya juga terlihat sosok pria muda yang sedang tertidur di kursi dekat meja besar.
Tidak lama kemudian, wanita cantik itu melihat sosok pria muda yang sedang tertidur itu.
Plok!!
Wanita itu menepuk tangannya.
“Anak muda bangunlah!” ucap wanita cantik tersebut.
Anak muda itu pun berlahan membuka matanya dan dia terkejut melihat sekitarnya.
“Aku dimana?” tanya Pria muda tersebut.
Pria muda itu melihat sekelilingnya dan terhenti pada sosok wanita cantik, tinggi, berbadan ramping juga memiliki rambut merah muda yang bergelombang.
“Hai,” sapa wanita cantik yang berjalan dan duduk di kursinya.
“Hai juga,” jawab pria muda yang melambaikan tangannya.
Wanita cantik itu pun duduk dihadapan pria muda yang terpisahkan oleh meja besar.
“Maaf, Kak! Ini dimana ya?” tanya pria muda.
“Oiya, maaf. Aku Arathena, Dewi Keharmonisan. Selamat datang di kantorku!” jawab Arathena.
“Dewi? Kantor? apakah aku sudah mati?” tanya pria muda.
Pria muda itu berpikir bahwa dirinya sudah mati karena dirinya yang sering menonton dan membaca cerita tentang isekai (dunia lain).
“Benar, Anu …” ucap Arathena yang terputus.
“Maaf, aku Bagas Wijaya,” jawab Bagas.
“Benar … Nak, Bagas! Seperti yang dikatakan, kamu sudah meninggalkan dunia karena kecelakaan di stasiun,” jawab Arathena.
“Ohh … Begitu!” ucap Bagas yang sedang mengingat kejadian kecelakaan tersebut.
Bagas teringat kejadian kecelakaan itu saat dirinya berangkat kerja seperti biasa. Dia mengenakan kemeja putih yang ditutupi oleh jaket serta earphone yang menempel di kedua kupingnya sedang menunggu kereta datang.
Pada pagi itu jam padat orang berangkat kerja dan sekolah tapi, pada hari itu berbeda dari hari biasanya.
“Berhenti, pencuri!” teriak petugas keamanan kepada seorang pria berbadan besar yang berlari serta mendorong calon penumpang di peron.
“Awas semua! Minggir!” teriak pria besar yang terus mendorong calon penumpang.
Pencuri itu tidak bisa dihentikan oleh para calon penumpang dan Bagas tidak menyadari kejadian itu karena music yang keras dari earphone.
Dreng!!
Suara klason kereta terdengar dan kereta mulai datang dari kejauhan.
“Berhenti!!!” teriak petugas keamanan.
“Minggirrr!!” teriak Pencuri yang meneriaki Bagas.
Bagas tidak mendengar teriakan itu dan mendadak pencuri mendorong Bagas hingga dia terjatuh dari peron.
Drengggggg!!!!
Suara klason kereta yang semakin kencang dan kereta pun datang dengan sosok Bagas yang menghilang.
“Hiyaaaa!!!”
“Ohh, my God!”
“Astagfirullah!”
Berbagai seruan calon penumpang yang berada di dekat Bagas membuat pencuri itu menghentikan pelariannya karena ketakutan hingga petugas keamanan mudah menangkapnya.
“Hallo!” tegur Arathena ke Bagas yang sedang melamun.
“Ohh, iya. Maaf, aku jadi melamun,” ucap Bagas.
Arathena pun mewujudkan sebuah tablet PC ditangannya.
“Bagas, seperti yang kamu ketahui. Aku memanggil jiwamu tidaklah gratis melainkan kamu harus bekerja denganku!” seru Arathena yang sedang memeriksa tablet PC nya.
“Ohh, aku mengerti. Jadi apa pekerjaanku di tempat dewa?” tanya Bagas yang juga menghela nafas.
“Bukan … Bukan, aku akan hidupkan kamu lagi dan bekerja di dunia yang penuh dengan sihir dan beraneka ragam ras,” jawab Arathena.
“Seperti yang aku duga,” gumam pelan Bagas yang memalingkan wajahnya kesamping.
“Ini silahkan isi formulirmu!” ucap Arathena yang memberikan tablet kepada Bagas.
“Kak Arathena, bagaimana jika aku menolak pekerjaan itu?” tanya Bagas yang menerima tablet tersebut.
“Aku akan mengembalikan jiwamu ke nirwana,” jawab Arathena dengan senyum kecut.
“Ohh, baiklah. Jadi aku tidak ada pilihan lain,” ucap Bagas dengan menghela nafas.
Arathena yang mendengar jawaban dari Bagas, dia menganggukan kepala dan tersenyum kepadanya.
Setelah itu Bagas pun mengisi data dirinya, namanya Bagas Wijaya, umur 25 tahun, tinggal di Negara Indonesia, pekerjaan di perusahaan swasta, kehidupan Bagas sangatlah tidak mengenakan karena dirinya yang ditinggal kedua orang tuanya beserta adiknya saat dirinya masih berumur 6 tahun lalu, Bagas dibesarkan oleh neneknya dan neneknya pun meninggalkan Bagas beberapa bulan sebelum dirinya mengalami kecelakaan.
Ada salah satu data yang harus diisi tapi data itu membuat dirinya bingung.
“Kak, ini apa maksud dari pekerjaan isekai?” tanya Bagas.
“Oh, itu kamu bisa memilih pekerjaan sesuai keinginan dan kemampuanmu sendiri,” jawab Arathena.
“Aku mengerti,” ucap Bagas.
Bagas pun kembali melihat data yang akan di isinya itu, disana terdapat beberapa pekerjaan di dunia lain, seperti rakyat biasa, raja, pedagang, ahli sihir, petualang, bahkan kita bisa memilih pekerjaan sebagai Pahlawan dan raja Iblis.
“Wow, seram, bahkan kita bisa bekerja sebagai Raja Iblis,” ucap heran Bagas.
“Itulah keharmonisan dan keseimbangan dunia,” jawab santai Arathena.
“Apakah ada pekerjaan yang sangat santai dan tidak begitu merepotkan?” tanya Bagas.
“Hmm …” gumam Arathena yang mengusap-ngusap dahinya.
Tidak lama kemudian, Arathena pun berpikir sesuatu.
“Bagaimana jika kamu menjadi Master Dungeon?”
“Master Dungeon seperti menarik,” ucap Bagas.
“Benar, pekerjaan ini tidak kamu mengharuskan membunuh atau menjalankan misi olehmu tapi bisa dengan makhluk-mahluk yang kamu ciptakan namun, pekerjaan ini sangatlah membosankan karena Master Dungeon tidak akan diberikan karunia sihir dan kekuatan fisik karena itu para inkarnator tidak suka dengan pekerjaan ini,” jawab Arathena.
“Hmm … aku bisa mengerti,” jawab Bagas yang menganggukan kepalanya.
“Tapi, jangan salah! Jika, kamu bisa mengaturnya maka, kamu bisa membuat dan membangun mahkluk yang sangat kuat sekelas dengan pahlawan dan raja Iblis.
Bagas yang mendengarkan hal itu membuat dia bersemangat hingga tangannya gemetar. Setelah itu, dia menghela nafas panjang dan membulatkan tekad.
“Baiklah, aku akan pilih pekerjaan sebagai Dungeon Master,” ucap Bagas yang memilih data pekerjaan isekainya.
Setelah semua data terisi, Bagas pun menekan tombol [selesai] lalu, diberikan kepada Arathena.
“Ini aku sudah mengisi semuanya,” ucap Bagas.
“Oke, aku akan periksa,” jawab Arathena yang memeriksa data milik Bagas.
Arathena terlihat sangat teliti dan dia mengisi data lainnya dihalaman yang berbeda.
“Bagas, kamu yakin dengan pekerjaanmu?” tanya Arathena.
“Iya,” jawab Bagas yang menganggukan kepalanya.
“Baik, jika kamu yakin,” ucap Arathena.
Arathena menghilangkan tablet PC dari tangannya dan memunculkan ponsel pintar dengan layar 5 inci.
“Sekarang terima lah alat ini,” ucap Arathena yang memberikan sebuah ponsel pintar kepada Bagas.
“Benda apa ini?” tanya Bagas.
“Itu adalah alat untuk mempermudahkan kamu untuk membuat dan membangun dungeon karena kamu tidak dikasih karunia sihir dan kekuatan fisik maka alat ini jadi pengantinya,” jawab Arathena.
“Aku mengerti,” jawab Bagas.
\*
Ilustrasi Bagas dari Crazy Rich sim boss.
“Aku mengerti,” jawab Bagas yang menerima alat dungeon yang berbentuk ponsel pintar.
“Kenapa tidak kamu nyalakan?” seru Arathena.
“Iya,” jawab Bagas.
Alat itu serupa dengan ponsel pintar dengan memiliki tombol yang sama. Dia menekan tombol panjang disamping alat itu dan alat itu pun menyala dengan awalan gambar symbol timbangan emas yang merupakan symbol dari Arathena.
Setelah menyala disana terdapat beberapa ikon-ikon yang diperlukan oleh Dungeon Master seperti pasar, pesan, telepon, unit, map, status bahkan ada gudang saku.
“Benda ini benar-benar seperti ponsel pintar,” ucap Bagas yang memperhatikan alat tersebut.
“Memang aku membuatnya seperti dan aku beri nama DMP atau Dungeon Master Portable,” jawab bangga Arathena.
“Aku mengerti,” ucap Bagas.
Bagas pun sadar ada sesuatu ikon yang menarik perhatiannya lalu, dia pun menekannya dan mengarahkan DMP nya ke hadapan Arathena.
Cekrekkk!!
Suara camera DMP berbunyi yang membuat Arathena terkejut.
“Kamu memotretku?!” tanya kesal Arathena.
“Maaf, tapi memang bagus kameranya dan Kak Dewi sangat cantik,” ucap Bagas.
“Huu, dasar! Tentu saja bagus! Aku membuatnya camera itu dengan 69 pixel,” jawab Arathena yang mengelengkan kepalanya.
“Hehe …” tawa kecil Bagas yang mengarukan kepalanya.
“Bagas, satu hal lagi yang harus kamu laksanakan!” seru Arathena.
“Apa itu?” tanya Bagas.
Arathena pun mewujudkan Tablet PC yang lain dan menunjukannya kepada Bagas.
“Sekarang untuk bekal awalmu, coba putar lingkaran keberuntunganmu!” seru Arathena.
Bagas pun melihat tablet pc itu, disana terdapat gambar lingkaran dengan berbagai hadiah disana. Karena Bagus memiliki pekerjaan Dungeon Master maka hadiah yang ditunjukan tidak jauh dari kebutuhannya seperti DP, unit, dan bangunan khusus serta Jackpot disana.
“Wow, gede banget jackpotnya!” kaget Bagas saat melihat jackpot dengan nilai 16.134.532.452 DP.
DP atau Dungeon Poin adalah nilai tukar untuk pembuatan dan pembangunan didalam dungeon serta untuk membeli barang dari Market yang dijual oleh Dungeon Master yang lainnya.
“Hmm … ini dikarenakan banyak Dungeon Master yang gagal mendapatkan Jackpot selama ratusan tahun. Mungkin jackpot ini memang memilihmu,” ucap Arathena.
“Semoga saja,” jawab Bagas yang memulai menekan tombol [putar].
Roda pun berputar dan berhenti tepat di Jackpot.
“Benaran aku dapet Jackpot!” seru pelan kaget Bagas.
Arathena yang tidak percaya, dia pun melihat roda tersebut.
“Memang ini jackpot, selamat ya. Bagas!” ucap Arathena yang juga terkejut.
“Terima kasih,” ucap Bagas.
Bagas pun memeriksa ikon [status] dan disana sudah tertulis 16.134.532.452 DP, Dia tersenyum senang melihatnya.
Tidak lama kemudian, ada butiran cahaya mengelilingi Bagas.
“Kenapa denganku?” tanya Bagas.
“Sepertinya sudah waktunya kamu untuk pergi,” ucap Arathena dengan tersenyum.
“Terima kasih Arathena sudah menghidupkan kembali diriku,” ucap Bagas yang menundukan kepalanya.
“Sama-sama, selamat bekerja dan berkarya, Bagas Wijaya!” ucap Arathena.
“Aku akan bekerja sebaik mungkin, selamat tinggal Dewi Arathena!” ucap Bagas.
“Sampai jumpa lagi Bagas,” jawab Arathena yang melambaikan tangan.
Bagas pun juga membalasnya dengan melambaikan tangannya dan cahaya pun semakin terang hingga menutupi pandangan Bagas.
Beberapa saat kemudian, cahaya pun memutar dan dia berada di ruangan kubus yang berwarna serba putih baik tembok dan lantai.
“Sungguh ruangan yang tenang!” ucap Bagas yang tersenyum dan membentakan tangannya.
Kling!
Suara dari DMP berbunyi dan Bagas pun mengambilnya.
Saat dibuka, terlihat ada pesan pemberitahuan masuk. Disana tertulis buku aturan Dungeon Master maka, saat melihat itu Bagas pun membukanya.
Disana tertulis beberapa peraturan diantaranya, Dungeon Master harus mempertahankan nyawanya agar dungeon bisa tetap hidup jika Dungeon Master mati maka para unit diharuskan menghidupkan kembali sebelum 24 jam.
Dungeon Master tidak izinkan untuk meninggalkan Dungeon, Pembangunan dibatasi dengan maksimal 100 lantai, Dungeon Master diizinkan memilih satu satu unit terbaiknya untuk bertanggung jawab permasalahan Dungeon dan semua transaksi dalam pembangunan dan pembuatan ruangan, unit, serta barang-barang lainnya mengunakan Dungeon Poin (DP).
Setelah Bagas membaca semua peraturan, dia pun menutup pesan tersebut.
“Baiklah sekarang, waktunya aku membuat tempat tinggal sebelum yang lain,” ucap Bagas.
Bagas pun membuka ikon (Bangun) dan memilih katagori tempat tinggal.
“Wew, sepertinya aku bisa membeli jenis semua disini,” ucap Bagas saat melihat pilihan didalamnya.
Pada menu itu terdapat berbagai macam dan jenis ruangan tempat tinggal dengan fasilitasnya dengan bermacam harga. Dari pemahaman Bagas, pilihan tempat tinggal sama seperti jenis apartemen di dunianya dahulu.
“Aku memiliki DP banyak kenapa harus berhemat?” ucap Bagas.
Bagas pun memilih tempat tinggal termahal disana yaitu ruangan penthouse dengan harga 50.000 DP [16.134.482.452].
Lalu, Bagas pun menempatkan Penthouse di ruangan tempat dia berdiri dan setelah terbentuk munculah sebuah pintu disisi kanan Bagas.
“Baiklah, sekarang kita lihat rumah baruku!” ucap Bagas.
Bagas pun masuk keruangan itu dan dia terkejut kagum melihat mewahnya dan elegan nya rumahnya tersebut.
Berbagai perabot modern juga sudah tersedia. Diawal masuk ruangan, Bagas melihat lemari sepatu yang begitu besar dan keset di sangat lembut.
Berjalan masuk di ruang tamu, sofa yang besar berjajar rapih dengan dua sofa dan satu sofa dengan meja kaca ditengahnya dengan hiasan bunga di atasnya. Lanjut ke ruang makan, disana terdapat meja makan dan kursi kayu jati rapih disana dengan paket buah diatasnya juga ada bar disampingnya dengan peralatan dapur bersih seperti oven dan kulkas, disisinya terdapat dapur yang luas dengan peralatan masak yang lengkap.
Dalam ruangan itu juga terdapat 2 kamar yang luas dengan kamar mandi didalamnya juga 3 kamar yang tidak memiliki kamar mandi dan 2 kamar mandi diluar.
Yang membuat istimewa, ruangan itu memiliki fasilitas kolam berenang didalam ruangan, ruangan fitness, spa, bathup, minimarket, lapangan indoor dan menurut keterangan dari ikon [bangun] Bagas bisa membuat ruangan baru di penthouse.
Gurgggg!!
Suara perut Bagas yang berbunyi.
“Ahh, aku lapar. Baiklah, aku akan coba mengambil beberapa makanan dari minimarket,” ucap Bagas.
Setibanya disana, Bagas sangatlah senang karena kebutuhan sehari-sehari sudah ada dalam satu ruangan dan tidak perlu memikirkan makan lagi. Disana Bagas mengambil mie, telor dan sekarung beras.
Lalu, dia kembali ke dapur. Langkah awal, Bagas menaruh sekarung beras di tempat besar dan membuat tempat beras itu penuh. Setelah itu, dia mengambil beberapa kg untuk dimasaknya di rice cooker.
Sambil menunggu nasi matang, Bagas memasak mie dengan telor. Setelah matang semua, Bagas pun menyantapnya.
Cruppp!!
Suara Bagas menyeruput makanannya.
“Ahhh, enaknya!” ucap Bagas yang sedang menyantapnya.
Setelah selesai makan, Bagas mencuci piring dan membuang sampah ditempat khusus didapur. Proses pembuangan sampah disana mengunakan system sihir sehingga sampah langsung menghilang. Begitu juga piring, saat ditaruh di laci pencuci secara otomatis piring itu dibersihkan.
Bagas pun melamun di ruangan santai karena tidak adanya televisi dan music dalam ruangan itu, Bagas pun mengerti dengan hal itu karena dia menyadari bahwa dirinya hidup di dunia lain meski tidak bisa melihat dunia luar.
“Baiklah daripada aku sendirian disini, kenapa tidak mencoba membuat seseorang untuk mengisi ruangan besar ini?!” ucap Bagas.
\*
Ilustrasi Dewi Arathena dari Dissidia Final Fantasy.
Bagas yang ingin mengisi ruangan besarnya tersebut, dia mengambil DMP dan membuka menu [pemanggilan].
“Wow, banyak banget monster-monsternya!” ucap Bagas yang melihat berbagai monster yang bisa dia panggil untuk menjaga dungeon.
Monster-monster itu berasal dari dunia yang Bagas huni sekarang dan yang membuatnya lebih terkejut monster yang berada di film atau anime seperti slime, goblin, orc, orge, bahkan ada naga dalam pemilihan monster pemanggil.
Saat Bagas melihat harga DP pemanggilan mereka, Bagas tidak memikirkannya karena disana tertera untuk memanggil Naga saja seharga 30.000 DP dan jika memanggil sepasang seharga 50.000 DP.
“Wew, aku memang orang yang sangat beruntung bisa mendapatkan jackpot,” ucap senang Bagas.
Saat Bagas melihat satu persatu menu [pemanggilan] ada yang membuatnya tertarik disana.
“SmartDungeon?! Mahalnya!” kaget Bagas saat melihat SmartDungeon seharga 100.000 DP yang merupakan termahal diantara pilihan pemanggilan lainnya.
Saat Bagas berpikir bahwa DP nya sangat berlimpah maka tanpa ragu dia pun membelinya.
“Baiklah, aku akan beli saja daripada bingung memikirkannya,” ucap Bagas.
Bagas pun membeli SmartDungeon seharga 100.000 DP [16.134.382.452].
Setelah membelinya tidak ada reaksi apapun dan penampakan apapun.
“Hallo, SmartDungeon!” ucap Bagas ingin mencari reaksi dari yang dibelinya tersebut.
“Terima kasih telah membeli saya Master. Saya siap melayani anda,” suara wanita dari ruangan.
“Dimana kamu? Aku tidak melihatmu,” ucap Bagas yang berdiri dan mencari keberadaan SmartDungeon.
“Saya berada didalam system Dungeon, Master! Jadi saya berada di seluruh tempat Dungeon,” jawab SmartDungeon.
“Begitu, aku mengerti. Jadi, namamu siapa?” tanya Bagas.
“Master, aku tidak memiliki nama dan penamaan adalah hak dari Master sendiri dan jika monster pemanggil diberikan nama maka, ada kekuatan khusus yang didapatkannya,” jawab SmartDungeon.
“Hmm … aku mengerti. Bagaimana jika aku berinama kamu Alice?” ucap Bagas.
“Terima kasih, Master. Mulai hari ini, saya adalah Alice dengan segenap kekuatan saya melayani anda,” ucap Alice.
Bagas pun duduk kembali di sofa dan melanjutkan perbincaannya.
“Alice, apa fungsi?” tanya Bagas.
“Baik, saya akan jelaskan,” jawab Alice.
SmartDungeon adalah system buatan dari Android Master yang dijual secara terbatas dengan fungsi untuk sumber informasi, mengatur dungeon, membuat unit dan ruangan secara otomatis, melakukan penataan otomatis, dan memiliki izin penuh dalam pengendalian dungeon untuk melindungi Master dan dungeon juga sistem memiliki kesetiaan 100% hingga Master bisa menjadi lebih tenang dan santai.
“Luar biasa! Aku jadi ingin bertemu dengan Android Master itu,” ucap Bagas yang melipatkan tangannya.
“Tentu saja bisa dengan kondisi tertentu!” jawab Alice.
“Ahh, seperti terlalu cepat. Nanti saja Alice,” ucap Bagas.
“Iya, saya mengerti Master,” jawab Alice.
“Oke, sekarang waktunya kita membuat lantai pertahanan,” ucap Bagas yang berdiri dari tempat duduk dan pergi ke ruangan putih.
Dalam penjelasan Alice, ruangan putih merupakan elevator dungeon yang berguna untuk perpindahan ke lantai yang berbeda tapi untuk membuatnya menjadi elevator, Bagas harus membuat lantai terlebih dahulu.
“Oke, Alice. Kita mulai dengan membuat lantai pertahanan pertama,” ucap Bagas.
“Master ingin membuat lantai seperti apa?” tanya Alice.
“Buat lantai pertama berupa Gua dengan jalan yang seperti labirin,” ucap Bagas.
“Dimengerti! Bagaimana dengan pengaturannya?” tanya Alice.
“Aku serahkan kepadamu,” jawab Bagas.
“Dimengerti! Bagaimana dengan penjaganya?” tanya Alice.
“Aku akan memilih sepasang kelalawar raksasa dan 130 kelalawar,” jawab Bagas.
“Total biaya 3.500 DP. Apa ditindak lanjuti?” ucap Alice. [sisa DP 16.134.378.952]
“Silahkan Alice!” jawab Bagas.
“Dimengerti! Saya akan membuatkannya,” jawab Alice.
Dung! Dung! Dung!
Terjadi getaran di sekitar Bagas disertai dengan suara gemuruh.
Setelah itu terukir gambar lingkaran dan simbol – simbol pada lantai tersebut.
“Pembuatan selesai,” ucap Alice.
“Terima kasih, Alice. Mari kita lihat lantai pertama!” ucap Bagas.
“Baik,” jawab Alice.
Alice pun memindahkan Bagas dilantai pertama yang merupakan ruangan tanah dengan penerangan obor di lantai tersebut.
“Ini memang Gua,” ucap Bagas yang melihat tembok tanah dan lantai tanah namun, ditempatnya berpijak terdapat simbol perpindahan ruangan.
“Benar, Master. Saya membuat sebaik mungkin sesuai perintah Master,” ucap Alice.
Bagas hanya tersenyum mendengarnya dan dia keluar dari ruangan elevator ke lorong gua. Ditengah perjalanan, Bagas terkejut saat melihat kelalawar yang bergelatungan di atap gua.
“Walau namanya kelalawar tetap saja dia lebih besar dibandingkan dengan kelalawar yang pernah aku ketahui,” ucap Bagas.
Bagas pun melanjutkan perjalanan hingga dia menemukan pintu masuk gua dengan bentuk batu yang sangat tebal tidak hanya itu, beberapa centi dari pintu batu terdapat lapisan merah.
“Apa ini?” tanya Bagas yang memegang dan memeriksa lapisan merah tersebut.
“Itu adalah batasan Master agar tidak bisa keluar dari dungeon dan tidak bisa dilihat oleh siapapun kecuali Master sendiri,” jawab Alice.
Setelah memeriksa lantai, Bagas pun kembali ke penthousenya.
“Sepertinya aku lelah dan mengantuk sekali,” ucap Bagas.
“Anda terlalu banyak mengunakan mana lebih baik anda beristirahat,” ucap Alice.
“Ohh, begitu ya. Baiklah aku tidur dahulu,” ucap Bagas yang beranjak ke kamar tidur dan merebahkan dirinya.
“Selamat beristirahat, Master!” ucap Alice dan dia mematikan lampu kamar tidur.
*
Keesokan hari, Bagas pun bangun dari tidur. Sebuah kasur yang empuk membuatnya nyaman untuk tidur.
“Selamat Pagi, Master!” ucap Alice.
“Pagi, walau aku tidak tahu waktu,” jawab Bagas.
Setelah itu Bagas pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebuah shower yang dilengkapi dengan air panas dan air dingin dia membersihkan dirinya tidak hanya itu kloset juga sama seperti di dunianya dahulu sehingga keseharian Bagas tidak banyak berubah.
Seusai dia mandi, Bagas membuat makanan sendiri dan pada kali ini dia membuat sandwich dan menyantapnya sendirian.
“Master, saya sarankan untuk membuat pelayan?” ucap Alice.
“Benarkah, bisa!” ujar senang Bagas.
“Tentu saja!” ucap Alice.
Setelah itu Alice memunculkan layar 10 inci dengan data pilihan pelayan dihadapan Bagas.
Bagas pun melihat-lihat jenis pelayan dengan berbagai ras dan kemampuan.
“Alice, lebih bagus Homunculus atau Doppelgangger?” tanya Bagas.
“Saran saya untuk pelayan lebih baik Dopplegangger karena kemampuan dalam melayani dan pertarungan seimbang dibandingkan dengan homunculus,” jawab Alice.
“Aku mengerti, kita buat 3 pelayan Dopplegangger dengan tipe Lucy,” ucap Bagas.
“Dimengerti! Total biaya 1.500 DP. Apakah ditindak lanjut?” ucap Alice. [sisa DP 16.134.377.452]
“Iya,” jawab Bagas.
Setelah Bagas menjawab itu, muncul cahaya yang mengkilau membuat mata Bagas tertutup. Tidak lama cahaya itu menghilang dan terlihat 3 sosok wanita yang memiliki wajah yang sama cantik juga mengenakan pakaian maid (pelayan).
“Terima kasih Master telah mengunakan layanan saya,” ucap serempak ketiga pelayan yang membungkukan badannya.
“Aku juga senang bertemu dengan kalian,” jawab Bagas.
Ketiga pelayan itu menegakan kembali badannya dan tersenyum kepada Bagas.
\*
Ilustrasi Dopplegangger Lucy dari crazy rich sim boss.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!