NovelToon NovelToon

Ibu Pengganti Untuk Zahra

01

Sore ini langit terlihat mendung, semendung hati Dion Anggara yang kini tengah berada disebuah ruang inap rumah sakit. Melihat wanita yang Ia cintai tengah terbaring lemah diranjang ditemani alat alat dokter yang menempel diseluruh tubuhnya.

Koma, itulah yang kini terjadi pada Naya Nasution istri Dion Anggara, sudah hampir 3 bulan sang istri yang menemaninya selama 5 tahun itu terbaring dan masih memejamkan matanya karena kecelakaan mobil.

"Kemungkinan sadar sangat tipis sekali, namun jika kamu memaksa tetap merawat Naya, aku tak akan melepaskan semua alat yang menempel ditubuh Naya," jelas Dokter Rino yang menanggani Naya 1 bulan yang lalu. Dan kini sudah 3 bulan lamanya namun Naya tak kunjung sadar.

Keajaiban, hanya itulah yang selalu Dion harapkan agar sang istri bisa segera sadar karena mereka memiliki Zahra yang baru berusia 2tahun yang masih sangat membutuhkan Naya.

Setelah puas memandangi wajah istrinya, Dion memutuskan untuk pulang karena pasti Zahra sudah menantinya dirumah.

Sesampainya dirumah yang cukup besar dan mewah, segera Reno asisten serta sopir Dion membukakan pintu untuk Dion.

"Pulanglah, dan jangan lupa besok jemput aku pukul 5 pagi."perintah Dion.

"Baiklah Pak." balas Reno yang masih seumuran dengan Dion.

Dion segera memasuki rumahnya dengan sedikit berlari karena sudah tak sabar ingin menemui putri kecilnya.

"Zahra..." panggil Dion setelah memasuki rumah.

"Eh Tuan sudah pulang." sapa Bik Inah asisten rumah tangga dirumahnya.

"Zahra mana Bi?" tanya Dion.

"Diatas Tuan sama Non Laras." jawab Bik Inah.

Dion hanya mengangguk, Laras adalah adik Naya yang memang memutuskan untuk tinggal dirumahnya sejak 3 bulan yang lalu tepat saat Naya kecelakaan. Bukan tanpa sebab Laras tinggal disana, semua karena Zahra. Ya Zahra yang yang memang dekat sekali dengan Laras membuat Laras tak tega Zahra diasuh oleh babysitter dan memutuskan untuk menjadi babysitter Zahra selama Naya masih koma.

Dion memasuki kamar Zahra yang berada tepat disamping kamarnya.

Saat Dion membuka pintu, Ia melihat Zahra tengah asik bercanda ria dengan Laras sambil memainkan boneka teddy bear.

"Boneta Lutu (boneka lucu).'' celetuk Zahra yang geli dengan boneka pemberian Laras.

"Zahra suka yaa, besok tante beliin yang banyak buat Zahra." kata Laras penuh kelembutan.

"Yaya tukaaa (Zahra suka).."

"Tante juga suka, ohh iya udah jam 5 sore sekarang turun kebawah yukk kita bikin susu buat yaya." kata Laras menirukan suara Zahra.

Zahra hanya mengangguk dan merentangkan tangan agar Laras menggendongnya, segera Laras menggendong tubuh kecil mungil milik Zahra.

"Papa.." panggil Zahra senang melihat Dion berdiri didepan pintu kamarnya. Laras sedikit terkejut melihat keberadaan Dion didepan pintu, sejak kapan? batin nya.

"Ehh anak cantik Papa, sini gendong Papa." kata Dion hendak mengambil Zahra dari gendongan Laras.

"Mas, apa nggak sebaiknya kamu mandi dulu?" tanya Laras sedikit takut, Ia tak enak dengan kakak iparnya itu tapi mau bagaimana lagi, Ia tak ingin Zahra sampai sakit karena virus yang mungkin menempel dibaju Dion karena Dion melakukan aktifitas diluar seharian.

"Oh iya, ya sudah mas mandi dulu aja," jawab Dion "Zahra sayang, Papa mandi dulu ya, nanti kalau sudah Papa gendong." kata Dion pada Zahra.

Zahra hanya mengangguk, Laras segera mengajak Zahra turun kebawah untuk membuat susu. Sebenarnya masih belum waktunya Zahra disapih karena umurnya belum genap 2tahun tapi karena Naya koma terpaksa Zahra disapih lebih cepat.

"Eh ada Non cantik Yaya." sapa Bik Inah yang tengah didapur.

"Yaya au Cucu (Zahra mau susu)." kata Zahra dengan suara cemprengnya.

"Oke Tuan Putri biar Bik Inah bikinin,"

Laras mengajak Zahra duduk dimeja makan sembari menunggu Bik Inah yang membuatkan susu untuk Zahra.

"Non Laras juga mau Bibi bikinin minum?" tanya Bik Inah yang sudah memberikan dot susu pada Zahra.

"Enggak usah Bi, biar nanti Laras bikin sendiri kalau pengen." balas Laras yang memang tak ingin merepotkan Bik Inah.

"Ya ampun, Non Laras udah hampir 3bulan tinggal disini tapi masih aja sungkan sama Bibi." kata Bik Inah yang merasa tak pernah direpotkan oleh kehadiran Laras.

"Nggak apa apa Bi, lagian Laras udah biasa apa apa sendiri." balas Laras dengan senyuman. Laras memang bisa dibilang sebatang kara, semenjak Papanya Herman Nasution meninggal dan juga Bundanya, Ia hanya memiliki kakak Naya saja.

Zahra terlihat sudah menghabiskan isi botol yang tadinya berisi penuh susu sekarang sudah kosong.

"Yaya au Papa." kata Zahra sambil memberikan botol yang sudah kosong.

"Iya bentar lagi Papa turun, kan Papa lagi mandi sayang." kata Laras.

"Au Papa, au Papa." celoteh Zahra yang sepertinya sudah sangat merindukan Papahnya.

Tak berapa lama Dion datang menghampiri Zahra dan Laras yang masih dimeja makan.

"Papa..." teriak Zahra.

"Uhh princess Papah sayang." kata Dion yang kini sudah membawa Zahra dalam gendongannya.

"Kamu istirahat saja, biar Zahra nanti tidur sama Mas," kata Dion pada Laras.

"Ya udah Mas, aku masuk kamar dulu, nanti kalau butuh apa apa, aku dikamar." jelas Laras yang hanya diangguki Dion.

Memang setiap Dion pulang adalah waktu istirahat untuk Laras setelah seharian bersama Zahra. Laras juga mengerti mungkin Dion sangat merindukan Zahra jadi Ia juga memberikan waktu untuk Papa dan putrinya itu.

Laras segera merebahkan tubuhnya diranjang, seharian hanya bermain dengan Zahra tapi badan nya terasa sangat remuk, atau mungkin ini efek dari tamu bulanan yang datang membuat tubuhnya pegal pegal, padahal Ia sudah minum jamu tapi nyatanya masih terasa pegal.

Tak terasa Laras sampai memejamkan mata, Ia ketiduran. Hingga tengah malam Laras terbangun dan merasakan tenggorokan nya sangat kering, Akhirnya Laras memutuskan bangun untuk minum.

Laras berjalan menuruni tangga yang sudah sepi, Ya ini sudah tengah malam mungkin semua orang sudah tidur dikamar masing masing.

Sesampainya didapur, segera Laras membuka kulkas dan mengambil air dingin,

"Apa kau lapar?" Laras terkejut mendengar suara Dion dibelakangnya, seketika Laras membalikan badan nya.

"Eh, tidak aku hanya ingin minum." jawab Laras sedikit gugup.

"Aku pikir kau mencari makanan, kau belum makan malam tadi." kata Dion.

Laras menggelengkan kepala "Aku ketiduran mas."

"Makanlah jika lapar," kata Dion lagi.

"Tidak, besok pagi saja, aku hanya ingin minum.'' kata Laras.

"Ya sudah, aku akan kembali kekamar, selamat malam." kata Dion tersenyum pada Laras lalu beranjak pergi dari sana.

Laras terlihat menetralisir degup jantungnya kala Dion sudah tak terlihat lagi.

Selalu seperti ini, Ia selalu saja gugup kala ada didekat Dion.

Astaga Laras, sadarlah! dia kakak iparmu, batin Laras memukul kepalanya sendiri.

TBC.

02

Laras berjalan keluar pintu gerbang rumahnya sedikit terburu buru, karena semalam Ia begadang untuk streaming drama korea, Laras jadi bangun kesiangan karena semenjak sang Bunda meninggal tak ada yang membangunkan nya kecuali alarm ponselnya dan sekarang Laras hampir terlambat masuk sekolah.

Laras bahkan tak memperdulikan teriakan Naya kakaknya yang sudah menyiapkan sarapan untuknya.

Laras berlari tanpa melihat depan hingga ia menabrak seseorang yang hendak memasuki pagar rumahnya, Laras terjatuh ditanah karena memang cukup keras.

"Hey, bisakah kau berjalan menggunakan matamu?" tanya Laras kesal pada pria yang juga ikut jatuh.

Laras menatap pria yang jatuh didepannya itu dan cukup terkejut melihat betapa tampan nya pria itu. Kulit putih, hidungnya yang mancung, alisnya yang tebal, astaga Laras benar benar menganggumi pria itu, hingga Laras sadar jika Ia harus kembali berlari.

"Apa kau ti-, hey pelan pelan." teriak pria itu melihat Laras kembali berlari bahkan lebih kencang.

"Siapa dia? mengapa Pria tampan itu datang ke rumah? ah sudahlah biar nanti kutanyakan papa saja." batin Laras kembali fokus pada jalan nya.

Sepulang sekolah Laras buru buru pulang, Ia sudah tak sabar untuk menanyakan pria tampan itu pada Papahnya.

Namun sayang, setibanya dirumah Laras tak menemukan siapapun. "Kemana Papa dan Kak Naya?" batin Laras mencari kesetiap penjuru ruangan rumahnya namun tak menemukan Papa dan Kakaknya.

Karena lelah, akhirnya Laras menjatuhkan tubuhnya diatas sofa panjang yang ada diruang tamu. Kantuk mulai menyerang hingga Laras tertidur disofa.

"Laras... bangun." samar samar Laras mendengar suara Papa membangunkan nya.

Laras terbangun dan melihat Papa sedang berdiri didepan nya, tak cuma Papa saja dibelakang Papa ada Naya dan pria tampan yang Ia tabrak tadi pagi.

"Kok kamu tidur disini?" tanya Papa.

"Aku ketiduran Pa." jawab Laras tersenyum malu.

"Ya udah sana, ganti baju trus cuci muka, kakak kamu udah beliin makan siang." kata Papa melihat Laras masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Siap Pa, eh itu siapa?" tanya Laras.

"Tanya aja sama kakak kamu." balas Papa tersenyum.

"Kenalin ini Dion pacar Kakak," kata Naya yang entah mengapa membuat Laras sedikit kecewa.

"Hay Laras, kamu yang lari lari tadi pagi kan?" tanya Dion dengan nada menggoda.

"Eh hay Kak Dion." balas Laras dengan raut senyum yang dipaksakan.

"Ya udah Laras ganti baju dulu kak." kata Laras pada kedua orang yang berdiri didepannya itu.

Laras memasuki kamarnya dengan perasaan sedikit kecewa, bagaimana tidak kecewa melihat pria tampan yang ia tabrak tadi pagi nyatanya kekasih kakaknya sendiri.

Astaga sepertinya Laras harus berhati hati sekarang agar Ia tak jatuh hati pada kekasoh kakaknya itu.

Sadar Laras Sadar... batin Laras sambil menepuk nepuk pipinya.

Setelah perkenalan itu, Dion kekasih Naya memang sering kerumah membuat Laras sering menatap pria tampan itu. Melihat kenyataan bahwa Dion adalah kekasih Kakaknya sendiri tidak membuat Laras sadar akan posisinya Ia malah merasa jatuh cinta dengan Dion kekasih kakaknya. jangan salahkan Laras, salahkan Dion yang selalu memberikan perhatian kecil pada Laras yang membuat Laras baper, padahal mungkin maksud Dion perhatian dengan Laras karena Ia adalah calon adik iparnya.

Hingga akhirnya awal Laras masuk kuliah Papa meninggal dunia membuat Laras dan Naya cukup shock karena pelindung mereka selama ini telah tiada.

Setelah beberapa bulan Papa meninggal, Dion dan Naya memutuskan untuk menikah, dan sejak itu Naya tinggal bersama Dion sedangkan Laras sejak awal sudah diajak tinggal bersama Laras dan Dion namun Ia menolak dengan alasan tak ingin meninggalkan rumah peninggalan orangtuanya.

Dion dan Naya mengerti keputusan Laras, meski begitu Naya dan Dion tetap mengirim uang setiap bulan untuk Laras karena Laras belum bekerja dan masih kuliah jadi semua biaya hidup Laras ditanggung oleh Dion.

Padahal yang membuat Laras enggan tinggal dengan Naya adalah karena Ia tak ingin semakin jatuh cinta dengan Dion, karena itu Ia memutuskan untuk tinggal sendiri namun nyatanya takdir berkata lain.

Setelah hampir 5 tahun berlalu dan Laras pun telah menjadi sarjana dan bekerja nyatanya Laras harus tinggal dirumah Naya dan Dion karena kecelakaan yang dialami Naya hingga Ia harus berkorban merawat putri kecil Naya dan terpaksa tinggal satu atap dengan Dion.

Kilasan masa lalu itu tiba tiba datang membuat Laras menghela nafas panjang dan Ia masih berdiri didepan kulkas sambil memegangi gelas yang baru saja Ia gunakan minum.

Jika seperti ini terus Laras tak akan bisa berjanji untuk tidak jatuh cinta pada Dion apalagi sikap Dion yang terlalu baik dan perhatian padanya padahal maksud Dion hanya menyanyanggi Laras sebagai adik tidak lebih. Laras memang baperan.

Setelah meletakan gelas dimeja, Laras segera kembali kekamarnya, kamar Zahra berada ditengah tengah kamar Dion dan Laras hingga Laras bisa memasuki kapan saja, seperti saat ini Laras yang memasuki kamar Zahra dan melihat princess kecil itu terlelap.

Laras membenarkan selimut Zahra lalu mencium pipi gembul Zahra gemas. meskipun bukan putri kandungnya namun Laras sangat menyayanggi Zahra lebih dari apapun.

Setelah puas menciumi pipi gembul Zahra, Laras berbaring disamping Zahra. Bukan hal baru bagi Laras, terkadang memang Laras lebih sering tidur dikamar Zahra dari pada dikamarnya sendiri.

Hal itu juga yang kadang membuat Dion canggung, apalagi kadang Dion memasuki kamar Zahra yang tidak dikunci namun jika melihat Laras disana, Buru buru Dion keluar dan untung saja saat Dion masuk Laras pasti tengah tidur jika tidak pastilah terjadi kecanggungan diantara mereka.

Pagi hari seperti biasa, Laras bangun segera mandi dan memandikan Zahra, setelah cantik keduanya turun kebawah untuk menemani Dion sarapan.

"Selamat pagi princess Papa yang udah cantik dan wangi." Zahra datang dan langsung meminta Dion memangkunya membuat Dion gemas lalu menghujani ciuman saat Dion berada dipangkuan nya.

"Papa, kelja?" tanya Zahra sedangkan Laras terlihat duduk disamping Dion dan Zahra.

"Iya sayang, Papa kerja." jawab Dion yang langsung saja membuat Zahra cemberut. "Ohh ya, nanti Zahra mau dibeliin oleh oleh apa sama Papa?" tanya Dion melihat raut cemberut Zahra sepertinya Dion harus sedikit merayunya.

"Papa dak uca kelja (Papa nggak usah kerja)." kata Zahra.

"Eh Zahra sayang, nggak boleh gitu dong kan udah ada tante Laras yang nemenin Zahra." kata Laras yang melihat keponakanya itu merajuk pada Papanya.

"Iya kan udah ada tante Laras, nanti kalau Papa nggak kerja nggak bisa beliin Zahra boneka." kata Dion namun masih saja membuat Zahra cemberut.

"Gimana kalau abis ini kita jalan jalan ketaman? Zahra seneng kan main ditaman kan banyak temennya." ajak Laras yang membuat Zahra seketika tersenyum senang.

"Yaya au, Yaya au." teriak Zahra girang membuat Dion sedikit lega.

Dion menciumi putrinya yang kini sudah sumringah.

"Pa, mama apan puyang (pa, mama kapan pulang)?" tanya Zahra.

TBC.

03

Setelah pertanyaaan yang dilontarkan oleh Zahra membuat Dion sedikit kalut, tentu saja Ia kalut melihat putri nya merindukan Naya.

Memang semenjak kecelakaan Naya dan Naya koma, Dion lebih sering menemani istrinya dari pada putrinya.

Sepulang kerja Dion selalu datang kerumah sakit untuk melihat sejenak perkembangan istrinya meskipun tak ada tanda tanda Naya akan segera sadar dan diwaktu libur Dion akan seharian berada dirumah sakit untuk menemani Naya. Itu lah yang membuat Zahra merenggek setiap paginya saat melihat Dion akan berangkat kerja. Namun mau bagaimana lagi, Dion juga tak ingin membuat Naya merasa sendirian berada dirumah sakit meskipun Dion sudah memperkerjakan orang untuk merawat Naya namun tetap saja Dion harus datang setiap hari.

"Mama kan lagi kerja dan belum pulang jadi Zahra harus pinter kalau Zahra rewel nanti Mama sedih." selalu itu yang Dion ucapkan pada Zahra kala Zahra menanyakan sang Mama dan Dion cukup bersyukur putri kecilnya itu mengerti dan hanya mengangguk.

"Pak.. kita sudah sampai." kata Reno yang sedari tadi sudah membukakan pintu untuk Dion namun Dion tak kunjung keluar.

"Ohh, yaa." balas Dion yang tersadar dari lamunannya. Segera Dion keluar dan memasuki gedung kantornya.

..

Laras terlihat mengandeng Zahra untuk bermain ditaman dekat rumah Dion. Bermain ditaman adalah jurus andalan Laras agar Zahra mau berhenti merenggek dan merajuk karena ditaman banyak permainan anak dan juga anak kecil yang juga bermain disana.

"Wahh, emen nya anyak (Wah temennya banyak)." kata Zahra tersenyum senang melihat banyak anak kecil ditaman.

Tanpa menunggu aba aba, Zahra segera berlari untuk menemui teman seumurannya.

"Sayang, hati hati jangan lari." teriak Laras saat Zahra lepas dari gengamannya.

Laras cukup senang melihat Zahra yang terlihat bahagia bermain dengan teman temannya, Laras duduk disalah satu bangku taman sambil terus mengawasi Zahra takut terjadi sesuatu dengan Zahra.

"Eh ada mbak Laras toh." Vina salah satu tetangga Dion dan Naya yang juga selalu ketaman untuk mengajak putrinya bermain.

"Iya mbak, Zahra maunya ngajak ketaman." jawab Laras sopan.

"Anak anak memang seneng kalau diajak ketaman gini kan ketemu temen nya banyak." kata Vina yang langsung diangguki oleh Laras.

"Oh ya gimana kabar mbak Naya? udah sadar belum?" kali ini Nita yang bertanya, dia juga tetangga Dion yang juga sedang mengajak anaknya bermain ditaman. Para tetangga Dion yang ada dikomplek sudah tau mengenai musibah yang dialami Naya, bahkan mereka juga sudah menjenguk Naya kerumah sakit.

"Masih belum." jawab Laras dengan raut sedih, jika mengingat Naya sang kakak memang membuat Laras sedih.

"Ya ampun, kasian ya sama Zahra harus pisah sama Mamanya dulu." kata Nita.

"Yang sabar ya mbak." Vina terlihat iba.

"Nggak apa apa mbak, minta doanya saja biar mbak Naya cepet sembuh." kata Laras menanggapi kedua tetangga kakaknya itu dan langsung mendapat anggukan dari keduanya.

"Kalau koma nya lama nanti bisa bisa Mas Dion diambil orang, kan mas Dion cakep banget." celetuk Nita dengan kekehan yang langsung mendapat senggolan dari Vina.

Laras hanya tersenyum "Kayaknya mas Dion bukan tipe suami yang kayak gitu mbak."

"Ya kan kita nggak tau kedepannya mbak." kata Nita yang entah mengapa membuat dada Laras berdenyut ngeri.

Membayangkan saja tidak pernah apalagi memikirkan kakak iparnya akan menikah lagi karena Naya yang tak kunjung sadar.

Ohh jangan.. jangan sampai itu terjadi.

"Sudah sudah, tak usah membahas yang aneh aneh." kata Vina yang melihat perubahan raut Naya.

"Kan bercanda." kekeh Nita tanpa merasa bersalah.

"Ya udah ya mbak, saya kesana dulu, Zahra manggil tuh." kata Laras melihat lambaian tangan Zahra membuatnya lega dan bisa meninggalkan kedua tetangga Dion yang sudah membuat pikirannya kalut.

Vina dan Nita hanya mengangguk melihat kepergian Laras.

"Kayaknya lama lama ntar jadi masalah deh." kata Nita.

"Masalah apa mbak?"

"Ya itu, Laras kan tinggal seatap sama Dion, padahal Naya lagi dirumah sakit." jelas Nita.

"Kan Laras adiknya Naya mbak, ya kan nggak apa apa." kata Vina yang sebenarnya malas diajak ghibah oleh Nita.

"Ya ampun kamu ini, biar gimana gimana mereka itu pria dan wanita dewasa, kita nggak tau apa yang mereka lakuin meskipun Laras adiknya Naya, tapi kok aku nggak percaya ya sama Laras." kata Nita "Kayaknya dia bukan wanita baik baik." kata Nita lagi.

"Husss, nggak boleh ngomong gitu mbak, jangan suudzon dulu." kata Vina.

Sedangkan Nita hanya mendengus sebal melihat Vina membela Laras.

...

Sepulang dari taman komplek, pikiran Laras sedikit berkecamuk, apalagi mengingat ucapan mbak Nita. Bagaimana jika semua benar? bagaimana jika Dion lelah menunggu Naya dan menikah lagi.

Ah tidak, jangan sampai itu terjadi.

Laras tak ingin benar benar tak ingin itu semua terjadi. Segera Laras membuang pikiran kotornya jauh jauh.

Malam ini Laras menyempatkan makan malam bersama Dion kakak iparnya. jika biasanya Laras selalu menghindari Dion, Laras makan malam lebih dulu atau terkadang tidak makan malam karena Ia merasa canggung jika hanya berdua dengan Dion dimeja makan.

Dion sendiri pun sedikit terkejut, untuk pertama kalinya Laras menemani makan malam dirinya, setelah hampir 3 bulan tinggal bersama tak sekalipun Laras makan malam bersamanya, hanya sarapan pagi saja itu pun karena ada Zahra yang mungkin membuat Laras harus menemani dimeja makan.

Dion cukup paham, mungkin Laras sedikit canggung dengannya, lagipula mereka juga tak terlalu dekat selama ini, meskipun dulu Dion lah yang membiayai hidup Laras tak lantas membuat Laras menjadi dekat padanya.

"Apa Zahra nakal hari ini?" tanya Dion memulau pembicaraan karena Ia merasa hening tak ada yang bicara hanya dentingan suara sendok dan piring yang terdengar.

"Tidak, aku mengajaknya jalan jalan ketaman, dia sangat senang karena disana banyak sekali temannya." cerita Laras yang hanya diangguki oleh Dion.

"Syukurlah, aku hanya takut Zahra menyusahkanmu." kata Dion.

"Tidak mas, Zahra sangat pintar dan pengertian, dia jarang sekali rewel." puji Laras yang membuat Dion sedikit lega.

"Ohh ya Mas, bagaimana kabar mbak Naya? apa ada perkembangan?" tanya Laras dengan hati hati yang langsung saja membuat raut wajah Dion berubah.

"Masih belum terjadi apapun." jawab Dion lesu "Kenapa? kau mau menjenguknya?" tanya Dion.

"Kalau boleh." jawab Laras lirih.

"Tentu saja boleh, besok aku akan pulang lebih awal, jika kau ingin datang kerumah sakit biar Zahra dirumah bersamaku." jelas Dion.

"Baiklah Mas,"

Dion merasa aneh dengan raut wajah Laras yang terlihat bimbang dan ingin menanyakan sesuatu.

"Apa ada yang ingin kau tanyakan lagi?" tanya Dion yang membuat Laras terlonjak kaget karena gugup.

"Eh, tidak mas, tidak ada kok." balas Laras gugup.

"Kau yakin?" selidik Dion.

"Mas ada yang ingin kutanyakan tapi jangan marah yaa?" kata Laras yang langsung diangguki oleh Dion.

"Jika Mbak Naya belum juga sadar, apa Mas punya rencana buat nikah lagi?" tanya Laras.

TBC.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!