NovelToon NovelToon

Kuda Nil

[Promo novel]

Ada novel baru yang judulnya 'System Kultivasi Ganda' yang pasti tidak akan asing dengan karya bergenre fantasi timur, novel ini sangat rekomedasikan bacaan kalian dan segera cek aja akun autornya Kak_zhan.

Sekian >.< saya hanya bantu promosi siapa tahu akan sesuai dengan selera kalian semua(^∇^)ノ♪

Jaga diri kalian baik-baik dan sehat terus 💪

[revisi]**

Sudah hampir tiga tahun Ruby memilih berbagai jenis lowongan pekerjaan, tapi entah bagaimana setiap kali dia melakukan wawancara pasti tidak akan ada satupun yang berhasil, hanya memperoleh kegagalan dan tersendat. Kemudian tersendat lagi sampai-sampai membuat semua orang merasa capek.

Biasanya jika seperti ini Ayah Ruby akan mengatakan bagaimana pencapaiannya dalam interview terakhir, kemudian hanya akan memperoleh beberapa patah kata 'biasa saja', 'sama seperti biasa' atau 'sangat sulit'. Yah intinya tiga kata itu berarti 'gagal'.

Ayah Ruby setelah meminum kopi, meletakkan koran kemarin siang lalu melihat pintu di ruang tamu terbuka.

Itu adalah Ruby yang datang dan masuk.

Dia bertanya hasil dari interview daftar pekerjaan pada Ruby. "Kau baru datang? Bagaimana hasil interview mu, apa kau sudah dapat pekerjaan?"

Ruby seolah kehilangan tenaganya, berjalan agak lemas dan lambat seolah-olah dia adalah makhluk hidup yang tidak lebih dari siput. Bibirnya yang merah terang sedikit pecah-pecah, makeup tebal tipis tidak rata yang terlihat mulai luntur, juga air keringat membuat bola-bola kecil di ujung pelipisnya.

"Menakjubkan!" Menjawab pertanyaan Ayah Ruby.

Mendengar 'Menakjubkan' Ayah Ruby langsung terkejut. Begitu selesai datang dari interview dengan keadaan seperti orang yang baru di buli, biasanya Ruby akan berkata 'biasa saja', 'sama seperti biasa' atau 'sangat sulit'.

Tapi kali ini adalah 'Menakjubkan'!

Dia sangat senang. "Jadi akhirnya putriku seseorang yang telah mendapatkan pekerjaan, oh ya Tuhan..."

Siapa yang mengatakan Ruby telah mendapatkan pekerjaan? Ruby hanya tersenyum kemudian melontarkan dengan malas.

"Gagal."

"Ini sangat sulit padahal mereka hanya bertanya pertanyaan biasa saja. Tapi tetap gagal, gagal ya gagal. Tidak ada yang lebih, dan coba lagi sama seperti biasanya. Dan ini terus berulang-ulang selama tiga tahun."

"...."

Ayah Ruby hampir mengatakan 'tidak apa-apa' tapi di dapur langsung terdengar teriakan wanita setengah baya.

"Ayah harus mendidik Ruby dengan tegas! Kalian ayah dan anak selalu mentolerir! Buang semua buku-buku Ruby yang tidak berguna di semua lemarinya! Menurut kalian apa alasan Ruby selalu gagal? Itu karena dia melakukannya setengah-setengah, hanya dengan setengah hati!"

"Apa kau tahu tentangga yang baru tiba di sebelah? Dia lebih muda dua tahun dari Ruby tapi dia sudah sukses besar menjadi seorang CEO! Sedangkan Ruby hanya menjadi cangkang yang mendekam di kamar padahal usianya sudah tiga puluh tahun!"

"Dan kalian ingat teman bermain Ruby waktu kecil? Dia sudah menikah saat umurnya dua puluh lima tahun dan memiliki satu anak! Tapi Ruby bukan hanya tindak memberikan seorang cucu, ini malah tidak memiliki keinginan untuk menikah bahkan sedikitpun!"

"Kamu sudah tua, kamu ingin menjadi perawan di umur lima puluh tahun?! Kamu harus lihat orang-orang yang sudah mulai mapan dan semuanya berumah tangga!".

Dia menopang dahinya dengan telapak tangan, dan memijatnya keras. "Anak orang lain semuanya menjadi luar biasa, tapi satu-satunya anak sendiri malah..."

Ayah Ruby, "Mama tenanglah. Tarik nafas dan hembuskan perlahan."

Ibu Ruby bukan menjadi tenang malah semakin geram, dia menggunakan pisau seperti palu saat mengiris sayuran. "Tenang, tenang! Bagaimana aku bisa tenang? Ini anak ingin menjadi perawan tua yang miskin?! Jangan bilang Ayah kali ini masih tidak apa-apa!"

Ruby hanya mendengarkan dengan wajah yang menganggapnya tidak lagi penting. Karena omelan-omelan seperti itu setidaknya dia sudah mendengarnya sehari sebanyak tiga kali.

Awalnya dia mendapatkan perkataan pedas yang menusuk kepribadiannya, dia merasa beban di pundaknya semakin memberat membuat setiap harinya berjalan suram. Saat mendengarkan selama setahun, dia mulai down dan drop. Tapi kemudian setelah mendengarkannya tiga tahun penuh, Ruby sudah tidak menganggapnya selain angin yang sliwer di dekat telinganya dan hanya memberikan sedikit rasa gatal.

Sama seperti pepatah orang mengatakan, masuk dari telinga kanan begitu melihat tonjakan berbelok-belok dan berkelok-kelok ribuan kali akhirnya keluar dari telinga kiri.

Ini di karenakan pencapaiannya, di bandingkan setiap saat dengan anak tetangga sebelah. Di bandingkan lagi dengan anak orang lain. Eh, anak ini beini, anak itu begitu. Sedangkan dia hanya begitu-begitu saja, dia sudah terbiasa.

Jengkel? Iya tapi sedikit, tidak sebanyak dulu. Jadi segera setelah mendengarkan ceramah ibunya yang di ulang-ulang dia langsung masuk ke kamar dan membanting pintu.

Melihat pantulan pintu lemari yang menampilkan dirinya sendiri, Ruby langsung mengacak-acak rambutnya. Bayangan di cermin itu, itulah wajah perempuan yang sudah 'agak' tua bermake-up tebal dan menggunakan lipstik mencolok. Meskipun begitu masih ada sisa-sisa poin enam dari sepuluh karakter yang menggambarkan satu kata cantik.

6 poin ini tidak terlalu tinggi buat dia kan?

Selain dia sudah mencapai usia hampir tua, tiga puluhan tahun. Masih ada hal-hal buruk lainnya.

Berkepribadian suram.

Mengucilkan diri, mengisolasi dirinya dari dunia luar alias penyendiri, serta tidak bisa bergaul sama sekali.

Pendek, jelek, jarang berbicara pada orang lain dan tidak berani menatap mata lawan bicara, tidak mudah tersenyum, sangat hambar.

Tidak punya sikap sopan santun di wajahnya, 3S salam, senyum, sapa seolah menjadi hal yang lebih sulit daripada mengapai langit! Dan setiap kali dia melirik orang, wajahnya akan berubah suram seolah-olah orang lain berhutang beberapa keping emas padanya!

Kemudian yang terakhir adalah gaya irit bicara Ruby. Begitu dia tidak mengontrol mulutnya hanya dengan beberapa patah kata akan berakhir sepedas mulut ibunya.

"...."

Wajar jika dia kesulitan mencari pasangan untuk menikah.

Ruby menepuk-nepuk pipinya dengan keras sampai berubah blush, agak perih. Kemudian melepaskan tangannya saat matanya sudah sedikit segar. Ya masa peduli dengan dunia.. biarkan dia tua, biarkan saja jika dia jelek. Setidaknya dari sisi positifnya dia masih bisa bernafas, setidaknya dia hidup.

Dengan gaya hidup sesuai dengan keinginannya tapa peduli cemoohan orang lain atau ibu sendiri, yang terjelas cita-cita Ruby hanya untuk mewujudkan keinginannya menjadi gaya hidup.

Apa kamu tahu itu? Apa kalian faham tentang maksudnya ini?

Sederhananya cita-cita Ruby ingin menjadi ikan asin.

Tapi dia bukan tipe ikan asin yang di jemur di terik matahari, melainkan ikan asing di bawah atap teduh dengan kasur berlapis bulu yang empuk dan bantal yang halus juga selembut sutra. Maka setiap waktu dia hanya perlu untuk miring, berbaring, terlentang atau terkurap dengan malas-malasan.

Gaya hidup yang sempurna!

***

Sudah hampir tiga tahun Ruby memilih berbagai jenis lowongan pekerjaan, tapi entah bagaimana setiap kali dia melakukan wawancara pasti tidak akan ada satupun yang berhasil, hanya memperoleh kegagalan dan tersendat. Kemudian tersendat lagi sampai-sampai membuat semua orang merasa capek.

Biasanya jika seperti ini Ayah Ruby akan mengatakan bagaimana pencapaiannya dalam interview terakhir, kemudian hanya akan memperoleh beberapa patah kata 'biasa saja', 'sama seperti biasa' atau 'sangat sulit'. Yah intinya tiga kata itu berarti 'gagal'.

Ayah Ruby setelah meminum kopi, meletakkan koran kemarin siang lalu melihat pintu di ruang tamu terbuka.

Itu adalah Ruby yang datang dan masuk.

Dia bertanya hasil dari interview daftar pekerjaan pada Ruby. "Kau baru datang? Bagaimana hasil interview mu, apa kau sudah dapat pekerjaan?"

Ruby seolah kehilangan tenaganya, berjalan agak lemas dan lambat seolah-olah dia adalah makhluk hidup yang tidak lebih dari siput. Bibirnya yang merah terang sedikit pecah-pecah, makeup tebal tipis tidak rata yang terlihat mulai luntur, juga air keringat membuat bola-bola kecil di ujung pelipisnya.

"Menakjubkan!" Menjawab pertanyaan Ayah Ruby.

Mendengar 'Menakjubkan' Ayah Ruby langsung terkejut. Begitu selesai datang dari interview dengan keadaan seperti orang yang baru di buli, biasanya Ruby akan berkata 'biasa saja', 'sama seperti biasa' atau 'sangat sulit'.

Tapi kali ini adalah 'Menakjubkan'!

Dia sangat senang. "Jadi akhirnya putriku seseorang yang telah mendapatkan pekerjaan, oh ya Tuhan..."

Siapa yang mengatakan Ruby telah mendapatkan pekerjaan? Ruby hanya tersenyum kemudian melontarkan dengan malas.

"Gagal."

"Ini sangat sulit padahal mereka hanya bertanya pertanyaan biasa saja. Tapi tetap gagal, gagal ya gagal. Tidak ada yang lebih, dan coba lagi sama seperti biasanya. Dan ini terus berulang-ulang selama tiga tahun."

"...."

Ayah Ruby hampir mengatakan 'tidak apa-apa' tapi di dapur langsung terdengar teriakan wanita setengah baya.

"Ayah harus mendidik Ruby dengan tegas! Kalian ayah dan anak selalu mentolerir! Buang semua buku-buku Ruby yang tidak berguna di semua lemarinya! Menurut kalian apa alasan Ruby selalu gagal? Itu karena dia melakukannya setengah-setengah, hanya dengan setengah hati!"

"Apa kau tahu tentangga yang baru tiba di sebelah? Dia lebih muda dua tahun dari Ruby tapi dia sudah sukses besar menjadi seorang CEO! Sedangkan Ruby hanya menjadi cangkang yang mendekam di kamar padahal usianya sudah tiga puluh tahun!"

"Dan kalian ingat teman bermain Ruby waktu kecil? Dia sudah menikah saat umurnya dua puluh lima tahun dan memiliki satu anak! Tapi Ruby bukan hanya tindak memberikan seorang cucu, ini malah tidak memiliki keinginan untuk menikah bahkan sedikitpun!"

"Kamu sudah tua, kamu ingin menjadi perawan di umur lima puluh tahun?! Kamu harus lihat orang-orang yang sudah mulai mapan dan semuanya berumah tangga!".

Dia menopang dahinya dengan telapak tangan, dan memijatnya keras. "Anak orang lain semuanya menjadi luar biasa, tapi satu-satunya anak sendiri malah..."

Ayah Ruby, "Mama tenanglah. Tarik nafas dan hembuskan perlahan."

Ibu Ruby bukan menjadi tenang malah semakin geram, dia menggunakan pisau seperti palu saat mengiris sayuran. "Tenang, tenang! Bagaimana aku bisa tenang? Ini anak ingin menjadi perawan tua yang miskin?! Jangan bilang Ayah kali ini masih tidak apa-apa!"

Ruby hanya mendengarkan dengan wajah yang menganggapnya tidak lagi penting. Karena omelan-omelan seperti itu setidaknya dia sudah mendengarnya sehari sebanyak tiga kali.

Awalnya dia mendapatkan perkataan pedas yang menusuk kepribadiannya, dia merasa beban di pundaknya semakin memberat membuat setiap harinya berjalan suram. Saat mendengarkan selama setahun, dia mulai down dan drop. Tapi kemudian setelah mendengarkannya tiga tahun penuh, Ruby sudah tidak menganggapnya selain angin yang sliwer di dekat telinganya dan hanya memberikan sedikit rasa gatal.

Sama seperti pepatah orang mengatakan, masuk dari telinga kanan begitu melihat tonjakan berbelok-belok dan berkelok-kelok ribuan kali akhirnya keluar dari telinga kiri.

Ini di karenakan pencapaiannya, di bandingkan setiap saat dengan anak tetangga sebelah. Di bandingkan lagi dengan anak orang lain. Eh, anak ini beini, anak itu begitu. Sedangkan dia hanya begitu-begitu saja, dia sudah terbiasa.

Jengkel? Iya tapi sedikit, tidak sebanyak dulu. Jadi segera setelah mendengarkan ceramah ibunya yang di ulang-ulang dia langsung masuk ke kamar dan membanting pintu.

Melihat pantulan pintu lemari yang menampilkan dirinya sendiri, Ruby langsung mengacak-acak rambutnya. Bayangan di cermin itu, itulah wajah perempuan yang sudah 'agak' tua bermake-up tebal dan menggunakan lipstik mencolok. Meskipun begitu masih ada sisa-sisa poin enam dari sepuluh karakter yang menggambarkan satu kata cantik.

6 poin ini tidak terlalu tinggi buat dia kan?

Selain dia sudah mencapai usia hampir tua, tiga puluhan tahun. Masih ada hal-hal buruk lainnya.

Berkepribadian suram.

Mengucilkan diri, mengisolasi dirinya dari dunia luar alias penyendiri, serta tidak bisa bergaul sama sekali.

Pendek, jelek, jarang berbicara pada orang lain dan tidak berani menatap mata lawan bicara, tidak mudah tersenyum, sangat hambar.

Tidak punya sikap sopan santun di wajahnya, 3S salam, senyum, sapa seolah menjadi hal yang lebih sulit daripada mengapai langit! Dan setiap kali dia melirik orang, wajahnya akan berubah suram seolah-olah orang lain berhutang beberapa keping emas padanya!

Kemudian yang terakhir adalah gaya irit bicara Ruby. Begitu dia tidak mengontrol mulutnya hanya dengan beberapa patah kata akan berakhir sepedas mulut ibunya.

"...."

Wajar jika dia kesulitan mencari pasangan untuk menikah.

Ruby menepuk-nepuk pipinya dengan keras sampai berubah blush, agak perih. Kemudian melepaskan tangannya saat matanya sudah sedikit segar. Ya masa peduli dengan dunia.. biarkan dia tua, biarkan saja jika dia jelek. Setidaknya dari sisi positifnya dia masih bisa bernafas, setidaknya dia hidup.

Dengan gaya hidup sesuai dengan keinginannya tapa peduli cemoohan orang lain atau ibu sendiri, yang terjelas cita-cita Ruby hanya untuk mewujudkan keinginannya menjadi gaya hidup.

Apa kamu tahu itu? Apa kalian faham tentang maksudnya ini?

Sederhananya cita-cita Ruby ingin menjadi ikan asin.

Tapi dia bukan tipe ikan asin yang di jemur di terik matahari, melainkan ikan asing di bawah atap teduh dengan kasur berlapis bulu yang empuk dan bantal yang halus juga selembut sutra. Maka setiap waktu dia hanya perlu untuk miring, berbaring, terlentang atau terkurap dengan malas-malasan.

Gaya hidup yang sempurna!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!