Nathalia Alexander, anak kedua dari Roy Alexander dan Tiara Alexander.
Dia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Martin Alexander.
Nathalia adalah gadis cantik, putih bersih, langsing dan memiliki rambut lurus dan panjang, dia adalah gadis impian bagi lelaki yang hanya memandang fisik.
Alexander adalah nama keluarga mereka. Keluarga mereka memiliki perusahaan dikenal dengan Alexander Group.
Dengan kehidupan yang mewah ia hidup bahagia sampai saat ini. Apapun yang ia minta, orangtuanya akan memberikannya.
Apalagi dia dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dan memanjakannya, terutama mama nya, Tiara Alexander.
Hal tersebut membuat kepribadiannya menjadi gadis manja, yang tidak mengenal kata kesusahan. Hingga suatu waktu, pilihan yang dia buat membuatnya sengsara dan tidak nyaman.
Saat dia lulus SMA Ayahnya menyuruh untuk mengambil jurusan perkantoran, tapi dia memilih untuk meraih cita-citanya sebagai seorang guru. Nathalia memutuskan untuk mengambil jurusan pendidikan.
Setelah meraih gelar S.pd nya, dia menerima penugasan dari Dinas Pendidikan. Dia ditugaskan untuk mengajar di SMA N 1 Kemuning.
Mengetahui bahwa lokasi ia ditempatkan adalah pedesaan, ia merajuk tidak ingin kesana, sehingga perdebatan dengan orang tuanya pun terjadi.
"Pa... Ma... Aku gak mau ditempatkan di kampungan" Rengek Nathalia.
"Kamu jangan kayak anak kecil, Lia..! Bukankah ini adalah pilihan kamu?" Ucap papa nya dengan tegas.
"Ma... Jangan diam saja dong..! Bantu Lia, ma..!" Pinta Nathalia memelas.
"Mama bisa apa, nak?"
"Pa..., Papa kan pengusaha . Perusahaan papa besar dan banyak cabangnya masa gak bisa bantu Lia pa"
"Dulu papa sudah menyuruh kamu untuk kuliah jurusan perkantoran, itu semua papa lakukan agar kamu bisa memegang salah satu cabang perusahaan papa. Tapi kamu malah menolak dan memilih menggapai impianmu." Jelas Roy.
"Aku tahu pah, makanya aku minta papa lakukan sesuatu dong! Papa kan cukup terkenal di negara ini.." Kata Nathalia berharap papanya dapat membantu.
"Papa itu seorang pengusaha, Lia.. Kamu tahu kan apa itu pengusaha?"
"Aku tahu pah, papa itu CEO dari Alexander Group "
"Itu kamu tahu.."
"Maksud papa?" Tanya Nathalia mulai bingung kemana arah pembicaraan Roy.
"Papa ini CEO bukan Mentri Pendidikan" jelas Roy.
"Masa gak bisa bantu sih pa?" Tanya Nathalia masih terus berharap.
"Tidak Lia, kamu harus belajar bertanggung jawab pada pilihan yang kamu buat."
"Papa kan punya banyak uang.."
" Kamu tahu kan, dari dulu papa tidak pernah melakukan hal semacam itu?" Tanya Roy.
"Tahu pa, tapi sekali ini kan tidak apa-apa " Ucap Nathalia masih terus berusaha.
"Papa tidak akan pernah melakukan itu, pertanggung jawabkan pilihanmu. Kamu sudah dewasa, Lia, jangan selalu bersikap seenaknya, apalagi ini adalah masalah pekerjaan." Kata Roy menasehati putrinya.
"Ma...." Ucap Nathalia berharap Tiara dapat membantunya membujuk papanya.
"Maaf sayang, mama tidak bisa berbuat apa-apa. Sebaiknya turuti saja apa yang dikatakan papa , lagipula bukankah ini impianmu?" Tanya Tiara memastikan.
"Iya, ma. Tapi aku inginnya mengajar di sekolah besar dan ternama." Pinta Nathalia.
"Sayang, jika kamu melakukan setiap pekerjaan mu dengan hati, semuanya pasti akan menyenangkan. Jangan biarkan lokasi menjadi masalahnya. Satu hal yang harus kamu ingat, ini adalah impian mu, kamu belajar demi mencapai impian ini, dan setelah kamu mendapatkannya, jalani saja dengan hati yang gembira. " Ucap Tiara menasehati.
"Iya, mama bawel" Kata Nathalia memeluk Tiara.
"Berarti masalahnya sudah kelar kan?" Tanya Roy.
"Sudah pa, aku akan berusaha beradaptasi nanti disana" Ucap Nathalia tidak punya pilihan.
"Maafin papa ya, papa tidak bisa bantu kamu sayang, papa ingin kamu bertanggung jawab dalam segala hal. Papa tidak ingin kamu mendapatkan pekerjaan karena uang tapi karena prestasi mu" Ucap Roy mengelus kepala Nathalia.
Walaupun kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Alexander sudah tidak diragukan lagi, sogok menyogok bukanlah sifat keluarga kaya itu. Karena kekayaan mereka saat ini adalah karena prestasi dan kerja keras.
"Ada acara apa disini?" Tanya Martin yang baru datang dari kantor, dia terlihat tampan dengan stelan jas yang melekat di tubuhnya, wajahnya yang tampan mampu memikat wanita. Ditambah keluarga mereka yang terkenal dengan kekayaannya.
"Adik kamu ditugaskan ke Desa Kemuning " Ucap Tiara sedih.
"Apa ? Di desa? Hahahaha... Baguslah kalau begitu" Ucap Martin meledek adiknya.
"Kakak....." Seru Nathalia.
"Rasain tinggal di kampung, kulit kamu yang glowing bakalan gosong" Ucap Martin menakut-nakuti.
"Ma, kak Martin nyebelin" Rengek Nathalia.
"Sudah dong Martin, kasihan adik kamu" Sahut Tiara.
"Kapan kamu kesana?" Tanya Martin.
"Besok kak"
"Besok kakak yang akan antarin kamu, sekarang mendingan kita siap-siap agar kita makan malam bersama malam ini di restoran paling mewah " Usul Martin.
"Seriusan kak? Yeeeaa... Aku siap-siap dulu ya!!" Kata Nathalia girang.
Keluarga Alexander akhirnya makan malam dan menghabiskan waktu bersama karena besok adalah keberangkatan putri kesayangan mereka.
Kriiiiiinngggg...... Suara alarm membangunkan Nathalia dari tidur nyenyak nya.
"Hoammm, kenapa malam ini cepat berlalu, aku masih ingin berlama-lama disini" Gumam Nathalia.
Nathalia menyingkapkan selimut yang masih melekat di tubuhnya, udara dingin membuat sekujur tubuhnya merinding, ingin rasanya Nathalia kembali berbaring dan menggunakan selimut tebal itu, tapi dia menepis keinginan itu.
"Benar kata papa, aku harus mencoba menerima semua ini, ini adalah impianku" Batin Nathalia menyemangati diri sendiri.
Tapi sesaat kemudian Nathalia seperti memikirkan sesuatu.
"Tapi.... Kampungan , penuh becek, gak ada mall, restoran,salon. Adanya palingan cuman sawah yang penuh lumpur dan rumah yang kumal" Pikir Nathalia lagi membuat dia bergidik membayangkan hidupnya tanpa kemewahan.
Nathalia mengambil Handphone miliknya, begitu banyak notifikasi yang datang. Semua teman-temannya mamposting sekolah mewah tempat mereka di tempatkan.
"Nasibku benar-benar sial..!! " Umpat Nathalia hendak membanting Handphone mewah miliknya.
"Ehhhh... Tapi sayang juga nih di banting" Ucap Nathalia mengurungkan niatnya.
Tak tak tak...
Terdengar suara langkah kaki mendekati kamar Nathalia.
Tok tok tok... Suara ketukan pintu terdengar.
"Lia sayang, kamu sudah bangun? Buka pintunya sayang!" Panggil Tiara.
"Bentar ma.. " Sahut Nathalia dari dalam kamar lalu membukakan pintu.
"Kenapa belum mandi sayang? Kakak kamu masih punya banyak kerjaan, nanti kalau kelamaan dia malah gak jadi antarin kamu" Kata Tiara.
"Ini aku mau mandi kok ma"
"Ya sudah, mama tinggal ya. Jangan lama-lama sayang, kami tunggu di meja makan." Suruh Tiara.
"Baik mama sayang" Jawab Nathalia memberikan senyuman indahnya.
Tiara meninggalkan putrinya di kamar sedangkan ia pergi ke lantai bawah untuk duduk bersama sang suami.
Nathalia melangkahkan kaki nya ke dalam kamar mandi berukuran besar. Dia menikmati betapa nyamannya berendam di dalam bathup dengan aroma yang menenangkan dan busa yang berlimpah.
"Ini hari terakhir aku merasakan ini" Batin Nathalia dan menghela napas panjang.
Puas membersihkan diri dalam kamar mandi, dia bergegas mengganti bajunya. Dengan memakai rok mini dan baju nya yang ketat membuat bentuk tubuhnya yang langsing terlihat.
Selesai berdandan Nathalia menuruni tangga, di meja makan orangtuanya dan kakaknya tengah menunggu dia untuk sarapan.
Walaupun banyak kesibukan yang dilakukan setiap anggota keluarga, makan bersama di pagi hari tidak pernah terlewatkan bagi mereka.
"Adik kesayanganku sudah datang" Kata Martin.
"Pagi kak, pagi pa" Sapa Nathalia.
"Pagi sayang " Sahut Roy, papa Nathalia.
"Makanan enak terakhir nih kayaknya" Ucap Martin mengejek.
"Kakak jahat bangat sih" Rengek Nathalia.
"Martin.. Jangan gitu dong sama adik mu" Ucap Tiara.
"Rasain tuh, dimarahin. Weekk.. " Ucap Nathalia menjulurkan lidahnya.
"Dasar anak manja..." Balas Martin.
"Ma....." Seru Nathalia.
"Sudah, sudah... Kita sarapan dulu, nanti terlambat" Ucap Roy.
Pembantu di rumah itu yang akrab disapa Bi Inah, segera menyiapkan makanan bagi majikannya.
Bi Inah adalah pembantu yang ditugaskan khusus untuk menyiapkan makanan. Dan masih ada beberapa pembantu lain yang mengerjakan tugasnya masing-masing.
Selesai sarapan mereka kembali berbincang, karena masih ada sedikit waktu lagi sebelum berangkat pada tujuan masing-masing.
"Barang-barang mu sudah di kemas Lia?" Tanya Tiara.
"Sudah, Ma. Bi Tuti tolong ambilkan koper yang di atas ya!" Perintah Nathalia pada pembantunya.
"Baik non".
Setelah pergi ke atas untuk mengambil barang majikannya ia kembali dengan dua koper di tangannya.
"Ini non, dua koper lainnya juga ikut non?" Tanya Bi Tuti menanyakan dua koper lain yang masih ia tinggalkan.
"Iya, Bi" Ucap Nathalia membuat yang lainnya menggeleng.
Pembantu tersebut kembali lagi dengan dua koper besar.
"Ya ampun , Lia... Kayak mau pindahan aja" Ujar Martin.
"Ya mau gimana? Semuanya barang-barang penting" Jawab Nathalia.
"Oke deh. " Ucap Martin mengalah.
"Bi, tolong panggilkan supir untuk membawa semua barang-barang Lia dan masukkan ke bagasi mobilnya." Suruh Tiara.
"Baik nyonya" Ucap Bi Tuti lalu pergi memanggil supir.
"Kita berangkat sekarang?" Tanya Martin.
"Ayok kak. Ma, Pa , Nathalia pamit ya." Pamit Nathalia dengan wajah sedih.
"Iya sayang. Belajarlah untuk jadi yang lebih baik lagi. Tunjukkan bahwa ini memang impian yang selama ini kamu harapkan." Ucap Roy lalu memeluk putrinya.
"Hati-hati sayang, jaga kesehatan mu. Jangan lupa untuk mengabari mama yah..!" Pinta Tiara dan memeluk Putrinya.
"Aku pergi ya... Bye Ma, Pa" Ucap Nathalia melambaikan tangannya.
"Bye sayang" Ucap Tiara dengan air mata di wajahnya karena harus melepaskan putrinya.
Dua mobil melaju perlahan meninggalkan kediaman Keluarga Alexander. Satu mobil milik Martin yang ia gunakan untuk mengantar adiknya, dan satu lagi mobil milik Nathalia yang digunakan untuk membawa barang Nathalia dan yang akan ia gunakan nantinya di tempat ia bekerja.
Di dalam mobil, terlihat raut wajah sedih pada Nathalia.
"Adik kesayanganku kenapa sih?" Tanya Martin.
"Aku gak bisa hidup sendiri kak, masa aku yang harus masak, nyuci, dan bersih-bersih?" Ucap Nathalia cerewet.
"Adikku sayang, seorang perempuan memang harus bisa melakukan itu. Coba lihat mama, dia bisa melalukan semua pekerjaan rumah." Jelas Martin.
" Tapi aku sama sekali tidak bisa melakukannya kak. Nyalain kompor aja aku gak bisa kak.." Rengek Nathalia.
"Makanya, bisanya jangan cuman makan aja..!" Ejek Martin.
"Kakak gimana sih, bukannya kasih masukan malah ngomel" ucap Nathalia kesal.
"Sekarang kan udah modern adikku sayang.... Tinggal cari di google kan gampang, kalau mau lihat praktek memasak kan ada youtube" Jelas Martin.
"Iya... Iya.. Aku ngalah deh, gak akan menang juga lawan kakak" Ucap Nathalia ketus.
"Sesekakali cewek memang harus mengalah, jangan pengen menang terus dong " Balas Martin.
Karin mengerucutkan bibirnya, itu pertanda bahwa dia sedang ngambek. Sang kakak yang melihat adiknya ngambek malah menertawakan nya.
"Hahahaha,,, Ingat umur dek... Udah 25 tahun masih aja suka ngambek" Ledek Martin.
"Kakak tuh yang harus ingat umur, Sudah 30 tahun masih aja jomblo" Ucap Nathalia tidak ingin kalah.
"Umur kakak memang sudah tua, tapi wajah kan masih muda"
"Issshhh, walaupun wajah kakak masih tampan kayak umur dua puluhan , kalau aku sih ogah" Ucap Nathalia.
"Eeehhhh, jangan ngomong kayak gitu dek, nanti kalau jodoh kamu seumuran kakak baru tahu rasa.."
"Gak lah ya kak, aku juga pilih-pilih kali... Tipe aku itu kayak oppa oppa korea" Ucap Nathalia sambil tersenyum membayangkan ketujuh anggota group band BTS.
"Jangan mimpi ..." Ucap Martin membuyarkan lamunan Nathalia.
"Masih jauh gak sih kak?" Tanya Nathalia.
"Satu jam lagi kayaknya. Kamu sudah tidak sabar ya pengen sampe?" Ucap Martin sambil melihat google maps.
"Aku pengen lama-lama disini, aku takut terkena stroke saat melihat tempat itu" ucap Nathalia.
"Kamu ada-ada saja" Ucap Martin.
"Sopir yang bawa mobil aku, ikut sama aku kan kak?" Tanya Nathalia.
"Ya enggak lah, Lia. Kasihan istrinya di rumah kalau harus ditinggal."
"Trus aku sama siapa dong kak" Tanya Nathalia.
"Sendirian." Ucap Martin singkat.
"Kalau nanti aku di apa apain disana gimana kak ?"
"Hahaha... Orang gak sudi kali apa apain kamu..!" Ucap Martin mengejek.
"Kakak.... ! Aku serius nih" Ucap Nathalia.
"Warga disana pasti akan menjaga kamu dek. Gak mungkin kan mereka membiarkan tamu tidak nyaman. Apalagi kamu kesana ditempatkan sebagai guru, mereka pasti akan berbuat baik dan ramah sama kamu." Jelas Martin.
"Ya .. Mudah-mudahan saja kak. Tapi aku kan tetap butuh pelindung." Pinta Nathalia.
"Memangnya kamu mau tinggal berdua sama supir?"
"Dia kan bisa tinggal di samping rumah atau bahkan gudangnya."
"Memangnya kamu sudah tahu kondisi rumahmu disana seperti apa?" Tanya Martin.
"Enggak sih kak. Tapi aku yakin mereka pasti menyediakan rumah bagus untuk aku" Ucap Nathalia menebak.
"Kamu harus ingat.. Kamu ditugaskan di desa, bukan di kota. Rumah mewah masih jarang disana."
"Kak... Aku gak jadi kesana deh, bayangin aja aku sudah gak tahan, apalagi ngerasain nya."
"Tidak dek. Kamu harus hadapi ini."
Setengah jam berlalu, mobil perlahan mulai memasuki daerah pedesaan, terlihat hamparan sawah yang luas, padi yang menguning membuat nya semakin indah.
Di sekeliling terlihat pegunungan yang menjulang, sungai yang mengalir tenang dan jernih menambah suasana sejuk.
Terlihat sungai yang dibendung oleh petani mampu mengairi sawah yang begitu luas.
"Itu padi ya kak?" Tanya Nathalia.
"Iya, masa kamu gak kenal."
"Aku gak pernah lihat langsung kak, biasanya hanya lihat gambarnya." Ucap Nathalia.
"Makanya kerjanya jangan cuman ke mall sama restoran doang" Kata Martin.
"Iya kakak bawel... Serasa punya kakak cewek deh" Ucap Nathalia merasa kakaknya seperti wanita.
Handphone milik Martin berdering, menandakan ada panggilan masuk. Martin segera mengangkat telepon yang ternyata dari sekretaris nya.
"Ya halo" Sapa Martin.
"Halo pak, Sekarang kita ada rapat penting pak. Kami harap bapak segera datang ke kantor."
" Bukankah sekarang tidak ada jadwal rapat?"
"Iya pak, tapi klien kita memajukan rapatnya, karena besok mereka ada kendala." Ucap sekretaris yang bernama Yuna itu.
"Baiklah, saya segera kesana" Ucap Martin menutup teleponnya.
"Ada apa kak?" Tanya Nathalia.
"Kami ada rapat penting sekarang."
"Trus aku gimana dong kak?" Tanya Nathalia.
"Kamu pergi sendiri ya dek"
"Kan masih jauh kak..!"
"Bentar aku tanyakan dulu sama bapak itu masih jauh atau tidak" ucap Martin menghentikan mobilnya lalu membuka jendela mobil dan menanyakan padaorang yang lewat.
" Permisi pak, saya mau tanya. Desa kemuning masih jauh gak?" tanya Martin sopan.
"Dari sini setengah jam lagi pasti nyampe nak. Setelah jalan lurus di jalan besar ini, nanti disana akan ada persimpangan ke kanan, nah kesanalah jalan menuju desa itu." Jelas bapak tersebut.
"Trimakasih banyak ya pak. Mari pak..." Ucap Martin.
"Sama-sama nak"
"Kakak antarin kamu sampai simpang ke desa itu aja ya dek. Nanti kakak telat." Ucap Martin.
"Baiklah kak" Ucap Nathalia sedih.
Hati Martin juga sedih tidak bisa mengantar adik kesayangannya, tapi apalah daya, pekerjaan membuatnya harus membiarkan adiknya melanjutkan perjalanan sendirian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!