Rayyen Darius
Pria yang berusia 26 tahun dia adalah seorang anak yang tampan dari keluarga Dairus,Ayahnya bernama Jay Dairus dan istrinya bernama Rose Darius.Rayyen seorang pria tampan dan mapan juga kaya raya tak luput dari gadis cantik yang selalu ingin dekat dengannya tapi semua itu hanyalah permainan baginya.
Selain sikap sombongnya Rayyen juga selalu bersikap dingin kepada semua orang.
Entah apakah itu masa lalunya?.
Yang pasti tidak ada yang mengetahuinya.
Tresya Putri
Dia berusia 25 tahun dan dia adalah anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan karena ia selalu di tindas oleh teman-temannya di panti akhirnya dia tidak mempunyai teman yang mau menemaninya.
Saat itu ada seorang anak yang gendut menghampirinya karena dia sedang menangis.
"Huhuhuhu,"isak tangisnya.
"Kenapa kau menangis culun?"ucapnya.
Lalu Tresya pun mendongkakkan kepalanya."Kau bilang aku culun,kau pun sama dasar gendut".
Dan sejak saat itulah mereka bermain bersama dan tidak ada yang berani menindasnya,namun mereka harus berpisah karena orang tua dari pria tersebut akan pindah bertugas.
"Jika aku merindukanmu,apa yang harus aku lakukan gendut?".
Lalu dia pun mengeluarkan sebuah Lointin dan di dalamnya ada foto dirinya lalu dia memberikannya pada gadis tersebut.
"Simpanlah ini suatu saat nanti kita pasti akan bertemu,"ucapnya.
Tresya pun mengambilnya."Terima kasih gendut".Namun wajah Tresya muram."Tapi aku tidak bisa memberikan hadiah apapun padamu".
"Dasar bodoh,aku akan mengingatmu sampai kita dewasa nanti"ucapnya lalu mengacak-acak rambut Tresya.
Lalu orang tua Rayyen menghampirinya dan mengajaknya untuk meninggalkan panti asuhan tersebut Rayyen pun ikut pergi bersama dengan orang tuan ke luar Negri.
Setelah kepergian pria gendut tersebut tak butuh waktu lama Tresya pun di adopsi oleh sepasang suami istri yang hidupnya serba kekurangan.
Ayah Tresya adalah orang yang mempunyai banyak hutang dia bernama Gerry dan istrinya bernama Nela dan juga adiknya bernama Calista.
Tresya selalu di tindas oleh keluarga angkatnya terutama Calista selalu ingin dia yang di puji oleh semua orang.
-----
Tujuh Tahun Kemudian.
Kringgg kringggg kringg
Seorang gadis yang masih terlelap di atas tempat tidur entah sudah berapa kali alarmnya berbunyi,hingga akhirnya ia tidak bisa tidur kembali lalu dia pun memutuskan untuk bangun dan melihat jam.
"Akkhhhhhhhh aku terlambat ke kampus",bangkit dari tempat tidur.
Dan langsung menerobos ke kamar mandi setelah selesai dengan cepat ia pun berlari menuju kamarnya dan memakai pakaiannya.
Lalu dia pun keluar dari kamarnya dan menghampiri kedua orang tuanya dan mencium tangan kedua orang tuanya.
"Ayah dan ibu,aku pergi ke kampus dulu".
"He hei kau tidak sarapan dulu"ucap ibunya.
"Tidak ibu aku sudah telat"ucap lalu bergegas pergi.
"Calista berangkatlah bersama kakakamu"ucap Gery.
"Tidak,biarkan saja dia naik taxsi kalau tidak jalan kaki saja" ketus Calista.
"Ayah sudahlah aku tidak apa-apa,aku pergi dulu"ucap Tresya.
Lalu Tresya pun pergi ke kampus dengan naik angkutan umum karena taxsi sangat mahal dan dia juga tidak mempunyai uang.
------
Tresya pun sedikit berlari menuju kampusnya ia sudah memperhitungkan semuanya.Tapi di kampus sudah ada Calista dan teman-temannya yang selalu menindas Tresya.
"Lista lihat kakak angkatmu kenapa bisa telatnya,"ucap Rani.
"Si culun ini kan tidak punya mobil ya wajar saja jika dia terlambat datang ke kampus."ucap Calista sombong.
Tapi Tresya tidak mendegarkan kata-kata Calista dia hanya diam saja dan melewatinya.Tapi salah satu teman Calista pun mendorongnya sampai Tresya jatuh dia pun tidak bisa melawannya.
Brugh
"Akh sakit".ucap Tresya.
"Hahaha dasar culun,"ucap Rani.
Calista tidak membelanya dia hanya penonton yang setia tanpa ingin membantu sekali pun.Disaat Rani akan menjambak Tresya tiba-tiba seorang pria datang menghampirinya dan menghentikan aksi jahatnya.
"Hentikan,apa yang kalian lakukan kepada teman sendiri".ucapnya menatap tajam.
Seketika kaki Rani pun menjadi lemas ia pun mundur ke belakang di ikuti oleh Calista,lalu pria tersebut pun membantu Tresya untuk berdiri.
"Kalian benar-benar kejam ya".ucapnya dengan sorot mata tajam.
Calista yang melihat ekspresi seperti itu dengan sorot mata tajam yang membuat Calista mundur dan ingin segera pergi.
"Tunggu".ucapnya.
Hah sial,lain kali aku tidak akan gagal lagi.ucapnya.
"Ba.. Baiklah aku akan minta maaf padamu Tresya."ucap Calista.
Lalu Tresya pun memaafkan kesalahan adikya setelah selesai meminta maaf Calista dan temannya pun pergi ke kelasnya.
-----
Setelah Calista pergi Tresya pun berjalan dengan cepat ia tidak ingin terlambat masuk ke kelas,sebelum ia masuk ke dalam kelasnya seseorang menarik tangannya.
"Hey gadis apa kau tidak ingin mengucapakan rasa terima kasihmu?".ujarnya sambil tersenyum.
"Akh maaf aku lupa.Terima kasih kau sudah menolongku,"ucap Tresya tersenyum manis.
Gadis ini menarik juga.gumam
"Namamu siapa?"dengan tatapan polosnya.
"Tresya,namamu siapa?"tanya Tresya.
"Aku Ruly."ucapnya tersenyum manis.
"TRESYA......."Teriaknya.
Sontak Tresya pun kaget lalu ia pun membalikan badanya."Eh pak dosen ada apa ya?".
"Sudah berapa kali kau telat hah?".ucap Dosen Lian yang kini menatap tajam pada Tresya.
Tresya pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena ia tahu sudah pasti akan mendapatkan hukuman.
"Hehe maaf pak saya terlambat".ucap Tresya dengan suara kecilnya.
"APA...."Teriaknya.
Tresya pun menutup kedua telinganya karena Dosen tersebut berteriak,lalu Ruly pun membelanya.
"Maaf pak Dosen sebelumnya,nona ini terlambat karena saya yang menganggunya".ucap Ruly.
Lian menatap tajam kepada Ruly."Siapa kau,kenapa membelanya?".
"Aku Ruly pak Dosen Lian".ucapnya memperkenalkan diri.
Seketika Dosen Lian berfikir lebih keras seperti dia mengenalnya dengan anak ini tapi entah dimana.
Apakah dia anak keluarga Wan?Jika benar maka tamatlah riwayatku.ucapnya dalam hati.
"Bagaimana pak Dosen Lian,kau akan menghukumnya".Ruly menatap dengan dingin.
Dosen Lian merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya ia merasa kalau Ruly memang dari keluarga Wan.Lalu dia segera meminta maaf dan tidak akan menghukum gadis tersebut.
"Tidak,tidak aku tidak akan menghukumnya Tuan Muda Ruly."ucapnya sambil mengelap keringat yang bercucuran.
Hah Tuan Muda?.batin Tresya.
"Baiklah kalau begitu kami akan ke kelas.Ayo gadis kecil kita masuk ke kelas."Ruly mengajak Tresya masuk kelas.
Setelah kepergiannya Dosen Lian bisa menarik nafas karena akhirnya dia tidak membuat masalah dengan keluarga Wan.
Sesampainya di kelas Calista bersama dengan temannya menatap ke arah Tresya dan juga Ruly dengan tatapan membunuh para gadis yang ada di hadapannya,membuat Tresya sedikit canggung.
Lalu Tresya pun duduk di tempatnya dan pelajaran akan dimulai Tresya bisa berkuliah di kampus ternama karena berkat beasiswa,Tresya termasuk anak yang pandai dan pintar.
Bersambung
Pagi yang cerah ini Tresya tidak pergi ke kampus ia hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar,jika ia di dalam kamar Tresya bisa membuka kacamatnya tetapi saat ia akan pergi ia pun tidak melepaskannya.
"Culun..."teriak ibunya.
Lalu Tresya pun memakai kacamatanya dan keluar dari kamarnya ibu angkat Tresya sudah berkacak pinggang menatap tajam Tresya.
"Apa yang kau lakukan di dalam kamar,kau harus bekerja lihat adikmu dia bekerja mencari nafkah untuk keluarga kita.Kau malah berdiam diri di dalam rumah."ucap Nela ibu angkat Tresya.
Karena kesal oleh sikap Tresya yang tidak mau bekerja akhirnya Nela menjambak rambut Tresya.
"Maaf ibu ak....."teriak Tresya."Sakit ibu maafkan aku".ucap Tresya.
"Besok jika kau tidak ke kampus dan masih berdiam diri di rumah kau harus keluar dari rumah ini."ancam Nela.
"Baik baik ibu aku mengerti".ucap Tresya dengan mata berkaca-kaca.
Nela pun melepaskan dan mendorongnya."Kau masak sana cepat".
"Baik ibu".ucap Tresya bergegas ke dapur.
Satu jam kemudian masakan telah selesai dan siap di hidangkan di meja makan,dengan penuh kesabaran Tresya menjalaninya walaupun ia selalu tersiksa.
"Ibu..Calista.. Ayah waktunya makan".ucap Tresya.
Lalu keluarlah mereka dan menuju meja makan saat Tresya akan duduk tiba-tiba Calista menahannya.Dia tidak boleh duduk bersamanya dan mengusir Tresya.
"Culun sedang apa kau?"tanya Calista.
"Makan,memang ada apa?".tanya Tresya lagi.
"Tidak boleh,kalau kau ingin makan itu tempatmu".tunjuk Calista."Cepat pergi sana."Calista mendorong Tresya.
"Aakhhh,Lita sakit".ucap Tresya.
"Oh sakit ya,maaf aku sengaja melakukannya".ucap Calista meninggalkan Tresya.
Nela hanya diam saja acuh tak acuh pada Tresya,lalu Tresya pun bangun ia kembali ke dapur untuk memberesihkan peralatan yang ia pakai memasak.Setelah Selesai Tresya berjalan-jalan ke taman kota karena Tresya sudah berjanji pada temannya akan bertemu.
------
Tak butuh waktu lama Tresya sudah sampai lalu Tresya duduk di bangku taman ia menunggu temannya,Tiga puluh menit kemudian baru datanglah orang yang di tunggunya.
"Sysa...."teriaknya.
Tresya pun menoleh ke arah suara yang memanggilnya lalu dia pun mendekati Tresya dan menghampirinya lalu duduk di samping Tresya.
"Maaf ya Sya,aku telat tadi bantu ibuku dulu."capnya menyesal.
"Tidak apa-apa Lien,aku juga baru sampai,"ucap Tresya memegang tangan Lienly.
"Ayo kita pergi Sya".Ajak Lienly.
Tresya mengerutkan keningnya."Memang mau kemana Lien?".
"Kita ke pusat perbelanjaan ya".ucap Lienly bersemangat.
"Hah....Tidak,aku tidak mau Lien".tolak Tresya.
"Pokoknya kamu harus mau,ayo pergi".ucap Lienly ia menarik tangan Tresya.
"Akhhh Lienly....."teriak Tresya.
---------
Sampai di tempat tujuan adalah kebahagian bagi kita begitu juga dengan ia yang sudah lama meningglakan selama bertahun-tahun ia tidak pernah bertemu dengan seseorang.
Entah seperti apa sekarang kau.Batinnya.
Lalu ia pun masuk ke dalam mobilnya selama perjalan ia hanya diam saja lalu asistennya pun bertanya pada Tuannya.
"Ke rumah Utama apa ke Vila Tuan muda?"tanyanya.
"Vila saja aku sangat lelah".capnya bersadar dan memejamkan matanya.
Satu jam pun berlalu akhirnya mobil telah sampai di Vila miliknya lalu asisten tersebut pun membangunkan Tuannya.
"Tuan Muda,sudah sampai,"ucap Asisten tersebut.
"Hmm,terima kasih"ucapnya.
Lalu ia pun keluar dari dalam mobilnya dengan stelan jas,berkulit putih,bola mata berwarna coklat,rambut berpomade,dan memiliki lesung pipi.
Para pelayan pun telah berbaris dengan rapi menyambut ke datangan Tuan Muda mereka yang tidak pernah pulang ke rumahnya.
"Selamat datang Tuan Muda,"ucap Pelayan,dengan membungkuk hormat.
"Hmm"ucapnya.
Di ikuti oleh Asistenya dari belakang dan masuk ke dalam rumah,setelah sampai dia hanya menatap ke segala ruangan yang tidak pernah berubah saat ia meninggalkannya hingga pada akhirnya ia pun kembali lagi.
"Andra hari ini kau bisa pulang"ucapnya.
"Baik Tuan Muda Dairus,selamat beristirahat."ucap Asisten Andra.
Lalu Dia pun menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk beristirahat karena perjalanan yang panjang.Sampai di kamarnya Dia pun merebahkan tubuhnya fikirannya masih tertuju pada seseorang yang selalu memenuhi isi fikirannya.
Kau ada dimana,aku merindukanmu.batinya.
---------
Kini Tresya dan temannya Lienly sedang menikmati makanan yang paling mereka sukai lalu tak pernah di sangka dia akan bertemu dengan seorang pria tampan dan gagah sedang berjalan ke arahnya.
"Hai apakah aku boleh bergabung denganmu?"tanya.
Lalu Lienly dan Tresya pun menoleh betapa kagetnya mereka sampai tidak berkedip dan membuatnya merasa aneh ditatap seperti itu.
"Apakah aku menganggu kalian?"ucapnya.
Tresya dan Lienly menggelengkan kepalanya seolah mereka berdua terkena sihir,lalu pria tersebut pun menjentikkan jarinya agar para gadis tersadar.
Ctak...
"Hah a apa yang kau lakukan?"tanya Tresya.
"Hehe kenapa kau jadi gugup seperti itu,seperti baru bertemu saja"ucapnya."Apakah aku boleh bergabung dengan kalian?"tanyanya lagi.
"Boleh Ru.."kata-kata Tresya terpotong oleh seseorang.
"Tuan Muda apa yang anda butuhkan?"tanya pelayan.
"Sudah tidak ada lagi,kalian tunggulah di mobil aku akan segera kembali,"ucapnya menatap tajam.
"Baik Tuan".
Pelayan tersebut pun pergi meninggalkan Tuannya lalu dia pun menatap Tresya dan bertanya lagi.
"Tadi kau ingin menanyakan apa?"tanyanya.
"Hah oh tidak Tuan Muda"ucap Tresya salah tingkah.
"Ck ck ck kau juga ikut memanggilku seperti itu?"dengan nada tidak suka.
"Hah bukan bukan seperti itu Tu..Maksudku Ruly".Tresya tersenyum canggung.
Lienly hanya diam saja ia pun tidak mengira jika seorang Tuan Muda akan menghampirinya dan Tresya.
"Oh iya Ruly kenalkan ini temanku Lien".ucap Tresya mengenalkan temannya."Dan Lien ini Ruly teman di kampusku".
"Ha hallo Tu..."Belum selesai sudah di potong oleh Ruly.
"Panggil saja Ruly."ucapnya lalu melipat tangan di dada.
"Hee baiklah Ru...Ly"ucap Lien gugup.
Lalu mereka bertiga pun akhirnya bercerita tentang mereka masing-masing,tapi Tresya tidak menceritakan yang sebenarnya ia tidak ingin orang di sekitarnya merasa kasihan pada nasibnya kini.
--------
Setelah melepas lelah kini dia pun keluar dari kamarnya untuk mencari udara segar,lalu Dairus menuruni anak tangga setelah sampai di bawah para pelayan menghampirinya.
"Tuan Muda apakah anda ingin memakan sesuatu?"tanya salah satu pelayan.
"Tidak"ucapnya dingin.
Lalu pelayan tersebut pun menganggukkan kepalanya,Dairus pun keluar dari dalam rumah lalu ia berjalan mendekati mobil lalu Dairus menelefon Asistennya.
Tutt tutt tutt
"Hallo Tuan,ada apa?"tanya Asisten Andra.
"Datanglah Ke vila"ucapnya,lalu mematikan ponselnya.
"Ba...ik"ucapnya terputus karena ponselnya telah di matikan Darius.
Lalu Andra pun bergegas pergi ke vila Dairus karena dia sangat paham dengan Tuannya ini jika telat pasti akan di pecat.
Bersambung
Lima belas menit kemudian Andra pun sampai di Vila Rayyen lalu dia pun bergegas menemui Tuannya.Rayyen sedang duduk di ruang keluarga ia sedang menunggu Andra lalu pelayan pun memberi tahukannya.
"Tuan Muda asisten Andra sudah datang"ucapnya.
"Hmm,pergilah"ucap Rayyen dingin.
Lalu pelayan pun pergi meninggalkannya dan masuklah Andra ia melihat Tuannya sedang duduk dan melipat tangan di dada.
"Tuan ada apa mencariku?"tanya Andra.
"Antarkan aku ke taman kota,sudah lama aku tidak mengujunginya."tanpa menatap Andra.
"Baik,mari Tuan silahkan"ucap Andra memberikan ruang untuk Rayyen.
Lalu Rayyen pun masuk ke dalam mobil yang telah di bukakan pintunya oleh Andra.Selama perjalanan Rayyen hanya diam saja dan Andra pun menjadi khawatir pada Tuannya.
"Tuan Muda apakah anda baik-baik saja?"tanya Andra.
"Hmm".
Andra pun bingung harus menanyakan apa lagi karena jawabannya pasti akan sama jadi Andra lebih baik diam saja.
Sesampainya di taman kota Andra memghentikan mobilnya lalu ia keluar dan membukakan pintu mobil untuk Tuannya.
"Silahkan Tuan Muda".ucap Andra sopan.
Lalu Rayyen pun keluar dari mobil ia melihat suasana di taman kota sudah banyak perubahan,Rayyen melihat sekelilingnya banyak anak kecil serta para orang tua yang datang ke taman kota.
Rayyen pun bekeliling taman kota di ikuti oleh Andra dari belakang Rayyen pun duduk di kursi taman dia memandang langit yang mulai senja tapi fikiran Rayyen masih tetap sama.
Dimana kamu,aku harus mencarimu kemana lagi.batin Rayyen.
-------
Hari sudah senja akhirnya Tresya dan Lienly pun memutuskan untuk pulang dan Ruly pun berniat ingin mengantarkan mereka berdua namun di tolak oleh Tresya.
"Sya,aku akan antar kalian pulang ya"ucap Ruly.
"Tidak".
"Boleh".
Tresya menatap tajam Lienly sementara Lienly hanya acuh tak acuh saja karena memang Lienly ingin di antarkan pulang.
"Jadi...."ucapan Ruly langsung di potong oleh Tresya.
"Tidak Ruly,rumahku dekat di sekitar sini" ucap Tresya canggung."Kau antarkan Lienly saja rumah dia jauh".Saran Tresya.
Ruly mengerutkan keningnya yang dia inginkan adalah Tresya bukan Lienly,lalu terpaksa Ruly mengantarkan Lienly pulang sedangkan Tresya pun berjalan kaki untuk pulang ke rumahnya.
Tresya terus saja berjalan dia melewati banyak orang namun setelah beberapa langkah dia pun menghentikanya.
Sepertinya aku kenal seseorang.batin Tresya.
Lalu dia pun menoleh ke belakang tapi tidak ada orang yang dia kenal lalu Tresya terus berjalan untuk pulang.
Lalu Rayyen pun berdiri dari duduknya dia melihat ke sekelilingnya seperti melihat Dia,namun apa yang ia tunggu tidak mendapatkan hasilnya.Andra yang melihatnya pun bergegas mendekatinya.
"Tuan Muda ada apa?"tanya Andra.
"Tidak ada".ucap Rayyen.
Apakah tadi Dia?Tapi bagaimana mungkin kalau itu Dia.batin Rayyen.
Karena hari sudah semakin sore Rayyen dan Andra akhirnya mereka pulang ke rumah,Andra tidak tahu harus bagaimana karena Rayyen tidak pernah menceritakan tenang siapa pun padanya.Namun rasa penasarannya lebih besar dari pada rasa takutnya akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.
"Tuan sebenarnya ada apa?Siapa yang Tuan cari,mungkin aku bisa membantu Tuan".ucap Andra memberanikan diri.
"Tidak ada".
Aku pun tidak tahu apakah itu Dia atau bukan.batin Rayyen.
--------
Setelah pulang dari taman kota Tresya langsung bergegas menuju kamar mandi karena seharian bermain di taman kota.Setelah selesai ia pun keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum lalu Calista pun mengahalangi jalannya.
"Lista apa yang kau lakukan".tanya Tresya.
"Seharian ini kai kemana hah,masih ingat pulang".Calista melipat tangan di dadanya.
"Tidak ada masalahkan".ucap Tresya sinis.
"Kau".Calista mengcengkram kerah baju Tresya."Aku minta kau jauhi kak Ruly jangan pernah mendekatinya."
"Lista apa maksudmu,aku dan dia hanya berteman saja"ucap Tresya meyakinkan Calista.
"Omong kosong kau,kalau kau hanya berteman kenapa kau bisa jalan bersamanya hah".bentak Calista.
Lalu Nela keluar dari kamarnya karena ada suara yang sedang bertengkar,Nela dan Gerry pun menghampirinya.
"Ada apa ini?"tanya Nela.
"Ibu lihatlah si culun dia masih berani mendekati kak Ruly,padahal kak Ruly itu hanya menyukai aku bu".Calista manja pada ibunya.
Nela pun menatap tajam."Apa benar culun seperti itu?".
"Ti..."belum selesai Tresya mengucapkannya ia sudah di tampar oleh Nela.
Plakk
"Akh ibu sakit".ucap Tresya memegangi pipinya yang terasa panas.
Berani melawanku Culun,heh kau tidak akan pernah bisa menang.gumam Calista.
"Jangan kau fikir aku akan membiarkanmu tinggal di rumah ini lagi,sekarang kemasi barang-barangmu dan keluar dari rumah ini."ucap Nela menujuk pintu rumah.
Tresya pun menangis dan bersimpuh di kaki Nela lalu memohon ampun tapi Nela tidak peduli padanya.
"Ibu ampuni aku, tolong jangan usir aku keluar dari rumah ini bu".cap Tresya memohon.
"KELUAR..."bentak Nela.
Tresya hanya bisa menangis bahunya ikut berguncang naik turun seirama dengan tarikkan nafasnya,Tresya menatap ayah angkatnya agar bisa membantunya namun ayah angkatnya hanya acuh tak acuh saja dan tidak ikut campur.
"Ayah..Tolong aku,kemana aku harus tinggal."ucapTresya,air matanya pun mengalir.
"Bukan urusanku,kau pergi saja karena kau adalah beban bagi keluarga kami"ucap Gerry lalu meninggalkan Tresya.
Tresya hanya menangis dadanya juga terasa sesak dia pun memukul dadanya agar rasa sakitnya berkurang,sedangkan Nela dan Calista sudah meninggalnya lebih dulu.
Tresya kesepian tiada yang menemaninya dia pun masuk ke dalam kamarnya,air matanya pun belum berhenti Tresya pun membereskan barang-barangnya lalu setelah selesai Tresya keluar dari kamarnya ia hanya membawa koper yang berisi baju-baju Tresya.
"Ingat jangan membawa barang apapun,kau datang ke rumah ini saja tidak membawa apa-apa."sindir Calista.
Tresya hanya diam saja ia mendorong kopernya keluar dari rumah entah sekarang dia harus tinggal dimana,setelah kepergian Tresya dari rumahnya Calista pun tersenyum bahagia.
"Ibu terima kasih sudah membantuku mengusir si culun tersebut"ucap Calista senang.
"Iya sayang,ibu akan melakukannya untukmu"peluk Nela.
"Terima kasih ibu"ucap Calista.
------
Di perjalanan yang malam sunyi ini Tresya menyusuri jalanan gelap ia merasa takut karena tidak ada seseorang yang dia kenal.
Tresya terus berjalan namun dia merasa ada yang mengikutinya dari belakang Tresya menoleh ke belakng tapi tidak ada orang di sekitarnya,Tresya pun mempercepat langkah kakinya semakin cepat seseorang pun semakin mengejarnya.
Tresya tidak peduli lagi dia pun akhirnya berlari namun Tresya kalah cepat di depan Tresya sudah ada seseorang yang sedang menunggunya.
"Hehe hai cantik kenapa kau berlari".ucap Seseorang.
Tresya pun kaget dia melangkah mundur tapi dia tidak bisa lari lagi karena preman tersebut lebih banyak.
"Aku mohon biarkan aku pergi"ucap Tresya memohon.
"Heh kau fikir bisa lari semudah itu cantik,temani kami dulu baru kau bisa pergi"ucap preman yang bertubuh besar.
Tresya sangat ketakutan sampai badannya gemetaran,preman tersebut semakin mendekat akhirnya Tresya tidak bisa lari lagi.
Tolong aku siapapun itu hiks hiks hiks,aku tidak ingin mati.Batin Tresya.
Preman tersebut menarik baju Tresya."Ha ha ha cantik kau jangan malu,kami akan melayanimu dengan baik menurutlah.
"Jangan......"teriak Tresya.
Bugh.....
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!