NovelToon NovelToon

Pernikahan Beda Kasta

Aku Calina

Calina. Gadis berdarah campuran Anglo Sakso baru saja tiba di Artilyc Land tanah kelahirannya, setelah bertahun tahun meninggalkan negri hijau Artilyc.

Calina menuruni tangga pesawat sembari menarik nafas panjang. Aroma tanah hutan hujan tropis begitu melekat dihidungnya. Aroma yang selalu dirindukannya saat berada diluar negri. Rasa lega dan senyum bahagia terpancar dari wajahnya sembari terus melanjutkan langkahnya.

Koper ukuran sedang berwarna silver ditarik Calina keluar dari ruangan pengambilan bagasi. Tangan kirinya berusaha merogoh ponsel dari dalam pouch kecil yang saat itu tengah berdering.

"Ca, kami didepan pintu keluar. Lu dimana?" ujar Lupita sahabat Calina dari ponselnya.

"Gue baru aja keluar nih Pit, kalian dimana?"

Mata Calina terus mencari keberadaan teman temannya.

"Kami dikiri elu Ca, udah buruan sini."

"Oke oke sip." Mata Calina langsung tertuju pada tiga orang sahabatnya yang saat itu langsung berhambur ke arahnya dan memeluk dirinya erat.

"Calina sayangku, lama banget gak peluk kamu sayang," ucap Dita manja.

"Iya, ih makin semok aja lu Ca," ujar Vania.

"Loph you Calina jangan pergi pergi lagi ya," sambung Lupita agak lebay.

"Ho'oh. Kami tanpa lu hanyalah butiran debu," Dita menambahi.

"Kami gak bisa hidup tanpa lu," ucap Vania.

"Dih, baru juga empat bulan lalu kita ketemu dan tiap hari kita video call, jadi kalian jangan lebay deh ya," sanggah Calina melihat kekonyolan teman temannya yang terus saja mememeluk dirinya.

"Kalian parkir mobilnya dimana?" tanya Calina kemudian melangkah meninggalkan teman temannya yang masih berdiri ditempat semula.

"Kami bertiga naik taxi," teriak Dita.

"Naik taxi?"

"Iya Ca, jika bawa pak Fandy rencana kita bakal gagal," ucap Lupita sambil manyun dan menundukkan kepalanya.

Mata Calina menatap ke arah Vania, meminta penjelasan.

"Jadi Vania masih belum bisa nyetir juga?" tanya Calina.

"Aku takut nabrak Ca," ucap Vania.

"Haha alasan yang sangat klise, ya udah ayo ambil taxi." Calina melanjutkan langkah menuju parkiran beberapa taxi telah terparkir diikuti Dita, Vania dan Lupita.

Taxi berwarna biru yang ditumpangi keempat gadis itu meluncur meninggalkan bandara.

"Pit, lu dapet daftar 100 gadis yang gue minta kemaren kan?" tanya Calina.

"Dapet dong Ca, setelah menyogok karyawan papa aku dapet daftarnya dengan lengkap," jawab Lupita.

"Itu, daftar namanya buat apa sih?" tanya Dita.

"Itu untuk perbandingan aja, biar kita bisa tau kriteria wanita seperti apa yang mereka loloskan," jelas Calina.

"Hmmm, tapi aku gak mau menikahi tuan mudah aneh itu Ca," ujar Dita agak meringis ngeri.

"Yeee, pede lu ya. Lu pikir lu bakal terpilih?" ucap Lupita meledek Dita.

"Gue kan sudah punya Dion, jika dia tau gue ikut ajang itu dia pasti akan marah," ujar Dita dengan wajah memelas.

"Kapan sih pengumuman 10 besarnya?" tanya Calina.

"Nanti malam usai acara gala dinner," jawab Lupita.

"Ya udah lu ngalah aja nanti malam Dit, pakai aja baju mu yang paling jelek," ucap Lupita.

"Baiklah aku pakai daster mama dah haha."

"Gelo, walaupun elu ngalah tapi harus tetep hadir Dit, jika nggak personel kita kurang. Gada elu nggak lengkap, jadinya gak seru," ucap Vania.

"Kita ikut cuman untuk meramaikan, kita singkirkan para kompetitor trus serahkan pemenangnya pada Calina," ucap Vania lagi.

"Tumben lu pinter," kata Dita.

"Iya lah, gue yang bantu lu dapetin Dion, ya pasti pinter lah," jawab Vania.

"Haha, tapi Dion bukan Kama Van, lu bakal digilas ama tatapan dingin Kama dan bakal mati karena stres jika terus berada di dekat laki laki es itu haha," canda Lupita.

Suasana hening sejenak setelah tawa Lupita berakhir. Wajah Calina berubah menjadi datar, seolah bencana sudah hampir mendekatinya.

"Ca, emang lu harus ya dapetin pria es itu? Kita gak ingin lu kenapa kenapa," ujar Vania dengan wajah kesal.

"Iya Ca, kita nggak mau lu merana seumur hidup elu. Ingat, ketika elu sudah masuk ke keluarga itu, eLu gak bisa keluar lagi," sambung Dita.

"Aku baru bisa bahagia jika Ratu itu sudah meminta maaf pada ibu," ujar Calina datar.

"Ca, ingat. Jika kamu butuh sesuatu, kami selalu ada disamping mu," ujar Vania sambil memeluk Calina yang saat itu duduk disampingnya.

Aku hanya bisa masuk ke sana dan merusak kebahagiaan mereka seperti mereka merusak kebahagiaan keluarga ku.

Calina menerawang ke arah luar jendela. ArditaHouse apartemen yang akan ditempatinya sudah berada didepan matanya.

Seketika mobil taxi yang mereka tumpangi memasuki halaman luas apartemen dan menurunkan mereka tepat didepan lobby apartemen mewah itu.

Bagasi bawaan Calina di seret Dita memasuki apartemen. Canda dan tawa ketiga temannya itu penuh bergema disepanjang ruangan yang mereka lalui. Hinga akhirnya tiba dikamar 303 yang akan ditempati Calina.

Ruangan luas nan mewah lengkap dengan luxury furniture tertata rapih diruangan itu.

Setiap design telah diatur Dita sesuai kriteria ruangan yang dipesan Calina.

"Waahh, Dit. Soal design lu emang paling top markotop." Vania berjalan mengitari ruangan apartemen itu.

"Setiap kamar diapartemen ini emang didesign langsung oleh Dita sendiri. Jadi gak heran jika dia berikan kamar yang terbaik buat Calina," sahut Lupita.

"Thank's Dit, ini sudah lebih dari yang gue minta," kata Calina sambil berjalan mengelilingi ruangan demi ruangan disitu.

"Jika elu menikahi Kama, lu gak akan tinggal disini lagi Ca," kata Dita.

"Iya juga sih, setidaknya hingga beberapa minggu kedepan gue masih akan berada disini," ujar Calina.

"Lu yakin banget Ca bisa menang," ucap Vania polos.

"Gue kenal Kama lebih baik dari pada gadis gadis dalam daftar ini, gue pasti bisa," ucap Calina sambil memegang beberapa lembar file ditangannya.

"Didaftar itu ada Risha putri walikota musuh bebuyutan lu saat kuliah. Dan ada Amanda miss Artilyc tahun lalu yang masih muda dan fresh," ucap Lupita.

"Ya, beberapa orang putri dari pengusaha pengusaha papan atas juga ada didaftar itu. Tapi aku paling tau apa yang dibutuhkan keluarga Kama. Mereka mencari seorang tumbal yang akan dijadikan boneka dan mengurus setiap keperluan sang putra mahkota," ucap Calina.

"Artinya jika kamu terpilih maka kamu akan jadi putri kerajaan Artilyc yang akan hidup dibawah aturan ketat keluarga itu dong," kata Lupita.

"Kita lihat aja nanti," Calina tersenyum penuh percaya diri. "Aku akan melanggar setiap peraturan yang ada dikeluarga itu dan akan ku cerai kan Kama setelah mereka insaf."

"Hmmm, kita harus siap siap menjadi teman dari seorang putri kerajaan yang paling brutal dalam sejarah kerajaan Artilyc. Semangat!" ujar Vania.

Calina menatap wajah ketiga sahabatnya dengan seksama.

"By the way, untuk nanti malam kalian sudah ada persiapan?" tanya Calina.

"Oh iya, gak terasa udah sore. Dit minta resepsionist siapkan taxi dong," ujar Vania.

"Dua Dit," kata Lupita kemudian memeluk Calina dan Dita.

"Kita ngumpul disini jam enam pas ya gaes," teriak Dita pada Vania dan Lupita yang sudah berada diluar pintu.

"Ca, gue juga balik dulu. Oh ya, jika butuh sesuatu call ya." Dita ikut meninggalkan ruangan itu.

"Ok, thanks Dit," sahut Calina.

Ruangan kamar yang baru ditempati Calina tiba tiba berubah menjadi sepi.

Calina bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya dari rasa penat dan lelah.

Berendam dalam bath tub dengan wewangian aromatherapi cukup meredakan kepenatan Calina saat itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Sahabat sahabatnya mungkin akan segera tiba sebentar lagi. Calina mengambil sebuah gaun hitam bermotif bintang yang memang sudah disiapkan sebelumnya.

Beberapa saat kemudian...

"Ting tong."

Bel pintu berbunyi beberapa kali.

Calina bergegas mengenakan gaunnya kemudian menuju ke arah pintu.

"Tadaaa," teriak Vania dengan wajah penuh surprise. "Pasti gue tiba duluan," ujar Vania sembari berjalan masuk kedalam apartemen.

"Iya, bentar lagi mereka pasti dateng," jawab Calina sambil berjalan menuju meja rias yang berada tak jauh dari ranjang. Beberapa sapuan kuas pada wajah Calina membuat terlihat begitu sempurna.

"Gue bawa mobil Ca, pak Iwan dah gue suruh pulang. Jadi lu yang nyetir kan?" ucap Vania sambil ikut membenahi riasannya didepan cermin.

"Oke,"

Setelah Lupita dan Dita tiba mereka berempat langsung menuju acara gala dinner dihall utama kerajaan Artilyc.

🦋🦋🦋

Suasana pesta begitu meriah. Alunan merdu musik klasik yang diiringi seorang pianis ternama menambah romantis suasana malam itu.

Setelah melewati red carpet sepanjang 50 meter, keempat wanita itu tiba diruangan utama. Meja meja bundar berjejer mengitari ruangan besar itu. Hall di tengah terlihat plong dengan cahaya lampu sorot yang begitu menyilaukan.

Setelah mengisi daftar hadir dan mengambil nomor kempat wanita cantik itu duduk disebuah meja yang tak jauh dari pintu masuk.

"Apa kita nggak terlalu awal?" tanya Dita.

"Nggak, itu merupakan tambahan poin buat kita. Lu lihat beberapa orang berseragam hitam itu? Mereka telah siap dengan pulpen dan note di tangan mereka. Mereka akan menulis setiap tingkah kita. Dan lu lihat kamera kamera CCTV bertebaran dimana mana," Jelas Calina.

"Gila aja lu bisa detail seperti itu," ucap Dita.

"Mending kita duduk rapih bak putri bangsawan biar bisa masuk 10 besar," jawab Calina.

"Gue ogah ah duduk rapih rapih, biarin aja gak lolos," sahut Dita polos.

Para tamu mulai berdatangan. Ruangan makin terisi penuh berbagai wanita cantik dari berbagai kalangan.

"Pit, itu Risha kan?" tanya Dita.

"Yang mana?" jawab Lupita.

"Tuh yang baju merah." ucap Dita lagi.

"Waduh, makin bening aja dia," jawab Lupita.

"Ah paling paling oplas, dia kan demen tuh gaya k-popers," sahut Vania.

"Sudah stop ngobrolnya, ntar lagi acaranya dimulai, perbaiki cara duduk kalian," Calina duduk tegap menatap lurus kedepan.

Serbet makanan diletakkan rapih diatas pangkuan Calina. Dirinya tau persis seperti apa keluarga kerajaan itu. Sikap wanita bangsawan saat makan adalah hal yang paling disorot. Jika tidak, buat apa meja lengkap dengan peralatan makan disiapkan saat itu? Tidak seperti pesta pesta masa kini yang semua tamunya hanya berdiri sambil memegang minuman ditangan masing masing.

Bersambung...

(Dukung author dengan Like Vote dan Komentar ya . Biar author terus semangat 😘🙏🏻💪🏻)

Kama El Barrak

Malam kian beranjak, suasana jadi makin membosankan bagi keempat gadis itu...

"Duh, lu betah banget duduk seperti itu Ca. Ini sudah hampir dua jam loh kita duduk disini," ujar Vania dengan wajah borringnya.

"Iya nih, gue juga bosan," sahut Lupita tak kalah.

"Jika dalam 15 menit gak ada perubahan apapun, kita pindah duduk dicafe sebelah," ucap Calina sambil menunjuk sebuah mini bar dimana terpajang berbagai botol minuman beralkohol.

"Hmm, aku ke situ duluan ah. Bye." Vania berjalan meninggalkan ketiga orang temennya.

"Van tungguin, gue ikut," teriak Lupita. "Maaf Ca, gue boring banget," Lupita berdiri mengejar Vania yang sudah hampir tiba dimini bar tersebut.

"Lu pasti bete juga kan Dit?" Calina menatap wajah lesu Dita.

"Iya sih, tapi gapapa lah gue temenin lu disini."

"Gapapa kok Dit, 10 menit lagi gue susul kalian kesitu," ucap Calina.

"Beneran nih gapapa?" tanya Dita meyakinkan.

"Iya beneran,"

"Ya udah, gue juga pergi." Wajah Dita tersenyum cerah menuju ke arah mini bar dimana Lupita dan Vania berada.

Calina menatap gerak gerik wanita wanita disekitarnya. Semua tampak gerah. Ada yang sudah berdiri meninggalkan meja, ada yang menaruh tangan didagu mereka, bahkan ada yang menyandarkan kepala mereka diatas meja.

Bosan banget, bertahan sebentar lagi 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1. Batin Calina sambil mengitung mundur waktu pada jam dinding besar diruangan itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 tepat.

Seketika musik piano berganti alunan merdu penyanyi Trisha Yearwood.

"How do i, get trough one night without you.

If i had to live without you. What kind of live would that be.

Oh i need you in my arms. Need you to hold. Your my world, my heart, my soul..."

Lantunan merdu menggema indah diseluruh ruangan itu.

Kemudian beberapa pria bertopeng menghampiri beberapa gadis menuju hall termasuk Calina.

Calina memulai gerakan ballroom dance yang lambat mengikuti alunan lagu bersama pria asing dihadapannya. Dalam beberapa putaran dirinya telah berpindah ke pelukan lelaki lainnya lagi.

Kama, adakah dirimu diantara pria pria ini?

Jika kamu salah satu dari pria ini, kamu pasti akan memuji pakaianku," pikir Calina.

Beberapa ketukan kemudian Calina telah berpindah kepelukan pria bertopeng lainnya. Semua tak bisa dibedakan. Jas berwarna hitam, topeng dan menggunakan sarung tangan.

"Hmmm, wood, bergamot yang dipadukan dengan blackpapper akan menciptakan perasaan tenang dan begitu damai," bisik pria yang baru saja menarik tangan Calina.

mendengar tanggapan pria itu, Calina hanya diam dan tersenyum dengan indah.

Ah, dia nggak koment soal baju tapi parfume yang ku pakai.

"Aroma amber dan mask yang maskulin bisa dipadukan dengan wood dan bergamot. Pasti tuanku akan suka," jawab Calina.

"Ah, akan ku coba saran dari kamu ini, terimakasih."

"Sama sama tuan,"

"Oh ya, nama kamu?" tanya pria itu, tapi Calina sudah keburu berpindah ke tangan pria yang lainnya.

Mata pria itu mengikuti keberadaan Calina. Pakaian yang dikenakan Calina, serta gerak tubuh Calina diperhatikan dengan penuh seksama oleh pria itu.

Sekitar lima belas menit kemudian, irama musik piano berhenti. Para pria bertopeng itu membungkukkan badan mereka pertanda ucapan terimakasih. Calina ikut membungkuk kan badannya kemudian berlalu menuju mini bar dimana teman temannya berada.

"Dance lu keren banget Ca, ajarin gue dong," ucap Dita sambil memeluk Calina.

"Udah tuh Ca, udah ke sini sini tuh. Gayanya mulai lebay," ucap Lupita.

"Haha, minum segitu doang," jawab Vania sambil ngakak.

"Emang kalau gue ajarin dance, lu mau dance ama Dion?" tanya Calina.

"Iyaa dong,"

"Mending lu ajarin Dita renang aja deh Ca," Celetuk Lupita.

"Haha," suara tawa mereka berempat pecah bersamaan mengingat momen terakhir Dita dikolam renang.

"Ah kalau gak acting gak bisa renang waktu itu, Dion gak bakalan peluk gue kan?" ucap Dita sambil tersipu.

"Iya, lu rela tenggelam demi dipeluk Dion. Salut gue Dit," ucap Calina.

"Jika Dion gak tolong Dita waktu itu. mungkin kita sudah kehilangan seorang teman sekarang," ucap Lupita.

"Ho'oh. Gapapa dah minum air kolam, yang penting dipeluk Dion," ujar Dita sambil tersenyum senyum sendiri mengingat momentnya waktu itu.

"Haha, padahal Lupita dah siap siap lompat ke kolam nolongin lu waktu itu Dit," ujar Vania.

"Setiap usaha pasti berbuah manis, sekarang Dion dah jadi pacarku gaes," ucapan Dita penuh rasa bangga..

Percakapan keempat gadis itu terus dibumbui canda dan tawa hingga berakhirnya pesta malam itu.

🐥🐥🐥

Beberapa hari kemudian dikediaman putra mahkota..

Seorang pelayan Ratu mengantarkan sebuah berkas berisikan data sepuluh gadis yang lolos ke seleksi selanjutnya.

"Ini data dari yang mulia Ratu untuk pangeran," ucap penasihat kerajaan.

Kama menerima map dari tangan pelayan itu kemudian mulai menyimak isinya.

"Diantara sepuluh orang ini, yang mulia bisa memilih 1 orang dan ibunda ratu akan memilih seorang yang menurutnya layak untuk pangeran," jelas pelayan itu.

"Ya, aku mengerti."

"Baiklah Pangeran, Hamba undur diri sekarang," pelayan itu berlalu dari ruangan Kama.

Kama langsung memeriksa profil para wanita dalam map coklat tersebut.

Risha Stanfruit, pasti putri pak walikota. Felicia Asoka, Putri pemilik grup SunTech. Dorothy Alpendist, putri perdana mentri negara Monaco. ah usianya 19 tahun?

Kama melewati beberapa lembar kertas yang menurutnya kurang begitu penting. Seketika gerakan tangannya terhenti pada sebuah lembar yang terpajang foto Calina diatasnya.

Calina Sanders, putri dari almarhum William Sanders seorang petani. Pendidikan S2 Sastra dan Sejarah Walmingham University. Lahir di Artilyc 25 Januari. Usia 27 tahun. Pekerjaan saat ini, Dosen Sastra di Walmingham University. Hobby Surfing, renang dan diving.

Ah dia seorang atlit renang juga seorang model underwater. Penghargaan, dia seorang mahasiswa dan dosen teladan. Termasuk seorang model terkenal di negara Walmingham.

Tanpa sadar Kama telah membaca dua lembar data diri Calina.

Kama teringat akan senyuman gadis yang berbincang dengannya saat dance malam itu.

Siapa pun yang menjadi pasanganku, kelak hanya bisa menjadi pelayan ku seumur hidup. Aku tak berhak mencintai dan dicintai siapa pun.

Kama beranjak dari posisinya meraih sebuah sarung tangan tak jauh dari kursinya berada.

"Harley," teriak Kama.

"Ya tuan," jawab Harley bergegas kehadapan Kama.

"Siapkan jaket dan peralatan mancingku, aku tunggu ditempat biasa," ucap Kama.

"Tapi tuan, udara malam begitu dingin. bagaimana jika alergi tuan kambuh. Dan besok tuan ada pertemuan dengan beberapa pemilik ladang gandum pukul 9 pagi," jelas Harley sambil menunduk.

"Sekarang luruskan badan mu dan angkat kepalamu," ucap Kama.

"Tapi tuan," jawab Harley.

"Gak ada tapi tapi, angkat kepala luruskan badan dan jalan ambil jaket dan peralatan mancingku," perintah Kama.

"Baiklah tuan,"

Sepeninggal Harley, Kama berjalan menyusuri jalanan kecil dan menerobos sebuah lobang kecil pada pagar tembok belakang istananya. Melewati halaman dibelakang dapur, kama berjalan mengandap ngendap sambil membungkukkan badannya hingga memasuki sebuah hutan kecil.

Setelah berjalan kaki beberapa ratus meter Kama pun tiba disebuah danau. Danau itu masih berada dalam wilayah kerajaan, hingga tak sembarang orang bisa masuk ke sana.

Kama duduk dan bersandar pada akar sebuah pohon sambil menatap ke arah langit. Warna danau begitu hitam dan tenang, menjadi kan bintang terlihat semakin bercahaya.

Harley tiba ditempat Kama setengah jam kemudian.

"Tuan, jaket dan pancingan tuan sudah siap," ucap Harley sembari menyodorkan jaket ke tangan Kama.

"Baiklah, makasih Harley."

"Jaket nya dipakai, semakin tebal semakin baik. Jika tuan sakit, yang mulia ratu pasti akan langsung memecat saya."

"Aku baik baik saja Harley, setelah mancing sebentar kita langsung balik, ok?"

Kama mengulur senar kail ditangannya kemudian duduk termenung menatap danau. Sesekali tatapannya tertuju ke arah Harley yang memejamkan mata sambil bersandar diakar pohon tak jauh dari posisi kama duduk.

Aku seorang pria dewasa, tapi masih saja menyusahkan banyak orang. Terlebih ayah dan ibu. Setiap hari mereka harus khawatir dengan kondisi ku.

Pangeran ganteng dan gagah ini sangat jauh dari ekspetasi orang.

Ah kelebihanku, aku bertanggung jawab sebagai penerus dari kerajaan Artilyc, aku penerus satu satunya. Aku gak bisa lari dari hal itu.

"Tuan? Bagaimana jika kita kembali saja. Sudah sejam kita berada disini."

Ucapan Harley membuyarkan lamunan Kama yang sudah hampir mencapai 10 paragraf saat itu.

Kama berdiam sejenak kemudian menatap wajah Harley yang tampak begitu khawatir.

"Bereskan alat pancingku."

"Baiklah tuan," Harley bergerak begitu bersemangat mendengar tuannya akan kembali ke kediamannya saat itu.

Ilustrasi Kama El Barrak

Bersambung...

(Jangan lupa like nya ya readers 🥰)

Serangan Panik

Kerajaan Artilyc terletak dibagian selatan negara Artilyc. Bangunan mewah keemasan yang terletak diperbukitan tampak menjulang megah. Seluruh wilayah ibukota akan disajikan pemandangan indah bangunan itu dari setiap sudut kota.

Waktu hampir menjelang malam, para peserta yang lolos masuk sepuluh besar diundang langsung oleh sang ratu untuk bercengkrama sore hari dihalaman belakang istana.

Para peserta begitu antusias menyambut undangan sang ratu yang menurut mereka adalah calon mertua mereka.

Calina turut andil dalam acara tersebut.

Sang ratu terlihat begitu elegan dan sangat berwibawa. Mencerminkan kemewahan seorang wanita bangsawan. Selain para peserta terdapat beberapa undangan anak gadis dari kerabat kerajaan.

Calina hanya seorang wanita dari kalangan rakyat biasa. Kastanya rendah karena dirinya hanyalah anak seorang petani. Saat itu setiap wanita bergerombol berbincang dan bergaul baik satu dengan lainnya terkecuali Calina. Dirinya seperti tak dianggap sama sekali.

Calina menatap beberapa gadis yang adalah saingannya. Sang Ratu memperlakukan mereka begitu baik terlebih Risha anak dari walikota saat itu.

Cangkir minuman cocktail dalam genggaman tangannya diteguk beberapa kali. Mengingat dirinya pasti akan kalah, saat itu Calina berniat untuk menyerah..

Calina hendak meminum sebanyak banyaknya cangkir cocktail dimeja itu, namun saat hendak membalikkan badan Calina malah menabrak sang ratu.

"Ah, yang mulia. Maaf hamba tak mawas diri dan tak memperhatikan langkah hamba," ucap Calina sambil membungkuk.

"Kamu pasti Calina, berdirilah," ucap sang ratu.

"Terimakasih atas kemurahan hati yang mulia, sudi menerima maaf hamba."

"Kasta mu adalah yang paling rendah disini. Kamu seorang anak yatim piatu. Ayahmu hanyalah seorang petani, dan ibumu pernah menjadi pelayan istana sebelum meninggal," ucap sang ratu blak blakan namun penuh wibawa.

Calina hanya berdiam, ucapan sang ratu agak merendahkan dirinya saat itu. Namun pikirnya, memang itulah kenyataannya.

"Namun penilaian kepribadian kamu adalah yang paling tinggi diantara semua gadis disini. Kamu adalah wanita yang paling dewasa dan mandiri. Kamu tampil begitu elegan dan mampu menutupi latar belakangmu. Walaupun dari kasta rendah namun pendidikan dan pekerjaan mu kini sangat baik. Bahkan kamu begitu terkenal dinegara Walmingham. Tapi yang kami cari disini adalah wanita yang mampu menunjang karir sang putra mahkota. Jika itu terlalu berat untuk mu, pintu keluar masih terbuka lebar saat ini," lanjut sang ratu.

Entah itu sebuah saran atau mungkin sebuah hinaan, namun secara tak langsung ratu telah mengusirnya dari situ.

"Bagaimana yang mulia tau hamba tidak bisa menunjang karir yang mulia putra mahkota?" tanya Calina penuh hormat.

"Karena disini ada putri putri dari berbagai orang tersohor dinegri ini. Putri pengusaha dan para bangsawan ikut dalam kompetisi ini, jelas saja anda tidak akan tersingkir," jelas sang ratu.

"Yang mulia. Hamba yang rendah ini bisa masuk hingga sepuluh besar. Apakah yang mulia khawatir hamba akan maju hingga ke 2 besar. Yang mulia terlalu takut wanita rendah ini yang akan terpilih?" tanya Calina lantang.

"Rakyat jelata memang selalu memilik percaya diri berlebih. Haha kamu bisa berhayal setinggi mungkin. Hati hati saat terjatuh rasanya akan sangat menyakitkan," ucapan ratu terdengar marah namun tetap berwibawa.

"Saya rakyat jelata namun perikemanuasiaan saya lebih tinggi daripada anda yang mulia! Buat apa martabat yang hanya seperti sebuah topeng untuk menutupi kejelekan didalmnya?" Saat itu juga Calina melepas gelas kosong dalam genggaman nya kemudian meninggalkan sang ratu.

Langkah Calina semakin dipercepat, bahkan Calina sedikit berlari karena ingin secepatnya keluar dari taman belakang istana itu.

🍸🍸🍸

Sementara itu dilantai 5 bangunan utama yang mengarah ke taman belakang istana.

Kama sedang memperhatikan tingkah para gadis gadis dan juga ibunya.

Sebuah telescope kecil dalam genggaman nya mengamati sikap ibunya terhadap Calina. Begitu Calina berlalu dari taman, Kama langsung melepas telescope ditangannya kemudian mengejar Calina.

Kama berlari cepat menuju lift sebelum Calina tiba diparkiran. Tapi begitu tiba di halaman parkir, kama tak menemukan sosok Calina.

Aku terlambat. Gadis itu telah pergi, dia telah menyerah!

Saat Kama hendak membalikkan badan, sosok Calina muncul dari balik tanaman bonsai dipinggir parkiran.

"Ouugghh," pekik Calina. Kepalanya menghantam badan kama.

Tanpa sadar, refleks tangan Kama menarik Calina ke dalam dekapannya. Dalam Jarak yang begitu dekat, sentuhan bibir diantara keduanya tak bisa dihindarkan lagi.

Kama terkejut bukan main, wajahnya berubah menjadi pucat. Dengan begitu panik Kama berlari meninggalkan Calina yang masih berdiri diparkiran. menatapnya penuh heran.

Seharusnya yang lari dan marah itu saya, kamu telah mencuri ciuman pertamaku.

"Yang mulia, maafkan saya," teriak Calina sambil mengacak ngacak rambutnya hingga terlihat begitu berantakan. "Bodohnya aku, pria es itu pasti sangat jengkel telah mencium seorang wanita kasta rendah sepertiku,"

Calina masih enggan beranjak pulang, mata nya terus mencari disekitar rerumputan. Bros keberuntungan peninggalan neneknya terjatuh disekitar taman itu.

Kama pergi terburu buru. Apa dia marah? Aku sebaik nya balik dulu sebelum pengawal Kama menyeretku ke dalam tahanan.

Calina meninggalkan Istana kerajaan itu dengan penuh kekecewaan. Dirinya hanya bisa pasrah, niatnya awalnya ke istana itu sudah gagal.

💋💋💋

"Harley.. harley..," teriak Kama begitu tiba diruangannya. Wajahnya begitu pucat, panik dan detak jantungnya berdetak begitu cepat.

"Tuan? Ada apa? Kenapa anda begitu panik? tanya Harley kebingungan atas tingkah tuannya.

"Harley, ambilkan kotak obatku, ta ta ta di saya menabrak...," ucap Kama terbata bata.

"Tenangkan dirimu dulu tuan, tarik nafas, hembus, tarik lagi, hembuskan lagi."

Kama mengikuti setiap yang dikatakan Harley. Setelah beberapa tarikan nafas panjang memenuhi rongga parunya sudah membuatnya rilex.

"Apa saya masih perlu mengambil kotak obat tuan?" tanya Harley.

Kama mengangguk, "Ya sebelum terlambat. Ambil sekarang Harley," ucapan Kama masih terdengar panik.

"Memangnya apa yang terjadi dengan tuan?" tanya Harley bingung.

"Tadi saya menyentuh wanita," Saya tidak hanya menyentuhnya, tapi menciumnya. Kama bergidik ngeri membayangkan kejadian barusan.

"Tapi anda baik baik saja tuan," ucap Harley sambil menarik tuannya ke hadapan cermin.

"Oh ya?" Kama meraba raba wajahnya sambil bergeser lebih dekat ke cermin.

"Mungkin anda sedikit panik jadi anda terlihat begitu pucat," Harley membawa Kama duduk di sebuah kursi kemudian memberikannya segelas air putih. "Apa anda yakin anda baru saja menyentuh seorang wanita?" tanya Harley lebih jelas.

Kama membayangkan kejadian itu lagi kemudian menganggukkan kepalanya.

"Apa dia benar benar seoarang wanita?" tanya Harley.

"Tentu saja dia wanita, apa ada seorang wanita yang mampu memalsukan identitasnya dalam daftar itu?" tanya Kama.

"Jadi yang anda sentuh adalah peserta kompetisi? Apa anda yakin telah menyentuh gadis itu?" tanya Harley ingin meyakinkan lebih jelas.

"Tentu saja. Bahkan..." Kama memegang bibirnya. "Apa, apa saya sekarang sudah sembuh? Jelas jelas saya bersentuhan dengannya. Tapi tak ada reaksi apapun," ucap Kama sedikit bingung.

Harley berdiam sejenak. "Kita hanya bisa tahu jika tim medis mendiagnosa tuan benar benar sudah sembuh, jika tuan penasaran besok konsultasi dengan dokter Bima biar diteliti lebih jauh lagi," saran Harley.

Perasaan panik Kama berubah menjadi rasa penasaran. Penasaran akan alergi akutnya yang tiba tiba tak kambuh dan penasaran akan sosok Calina, wanita yang telah menciumnya.

Untuk pertama kalinya Kama tidur dengan perasaan bahagia. Seumur hidupnya akhirnya ada secerca harapan baginya untuk bisa sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Keesokan harinya kama sudah tiba dirumah sakit Grand Artilyc Hospital. Rumah sakit khusus yang didirikan ayah Kama untuk penyembuhan Kama. Namun akhirnya rumah sakit tersebut sudah dibuka untuk umum dan menjadi rumah sakit terbaik didunia.

Tim dokter yang bertugas dirumah sakit itu merupakan dokter dokter terbaik yang sengaja didatangkan dari seluruh dunia. Dengan fasilitas kelas atas yang serba modern menjadikan rumah sakit itu penyumbang kekayaan yang lumayan besar bagi keluarga kerajaan.

Diruangan yang penuh peralatan peralatan canggih, Kama sudah berbaring diatas sebuah ranjang berwarna putih. Mesin scan, oksigen, dan berbagai perlengkapan medis sudah disiapkan untuk menutup kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Seorang staf dokter wanita mendekati Kama kemudian menyentuh lengannya. Beberapa saat tubuh Kama berubah menjadi merah. Rasa panas dan terbakar disekujur tubuhnya, membuatnya mengerang kesakitan hingga akhirnya pingsan.

Tim dokter telah siap dengan segala keperluan untuk menyelamatkan Kama sekali lagi. Seperti tahun tahun sebelum nya. Berbagai eksperimen pengobatan telah dilakukan dan akhirnya Kama hanya akan tersiksa dalam rasa panas yang membuatnya harus berjuang melawan maut untuk dapat sembuh dari penyakitnya.

Setelah dua hari terbaring lemah dirumah sakit, Kama akhirnya mulai membuka matanya.

Orang yang pertama ditatapnya adalah kedua orang tuanya. Ibunya berdiri disamping ranjangnya dengan wajah bahagia sambil meneteskan air mata.

"Kama, jangan lakukan hal ini lagi. Ibu nggak mengijinkan kamu mengambil resiko seperti ini. Ibu nggak ingin kehilangan kamu nak," ucap ibunda ratu dengan wajah sedih.

"Calina, aku ingin gadis itu," ucap Kama dengan suara begitu lemah.

Bersambung...

(Jangan lupa tinggalkan Like dan komentarnya ya 😊)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!