NovelToon NovelToon

Jatuh Cinta Dengan Paribanku

Silsilah

Roi Manik

Lelaki tampan itu sudah punya segalanya, harta yang melimpah, tahta yang tinggi, tapi siapa yang menyangka ia susah sekali menemukan wanita yang akan menjadi pasangan hidupnya.

Lahir dari keluarga yang cukup berada tidak membuat dia terlena berleha-leha. Setiap hari rute hidupnya rumah dan kantor. Sepertinya waktu habis untuk ngurusin perusahaan warisan papanya yang ada dimana-mana.

Mama Nita menikah dengan seorang pengusaha Hebat, Michel Chan. Perpaduan pribumi dan blasteran chinese melahirkan Roi yang mewarisi kecantikan dan ketampanan orang tuanya.

Nita Sinaga wanita yang lahir dari orang tua bersuku batak, mempunyai kakak bernama Morin Sinaga.

Keluarga Sinaga juga termasuk pebisnis hebat. Morin bahkan bisa melebarkan bisnisnya dari kota Medan hinggah hijrah ke jakarta.

Beberapa perusahaannya di Jakarta bergerak di bidang property. Meski demikian keluarga Morin tidak berminat tinggal di Jakarta, alhasil Morin harus mengawasi perusahaannya dari jarak jauh. Ia ke Jakarta hanya bila ada yang penting saja.

Morin dikarunia tiga orang anak Silvi, Indah, dan Reyhan. Dia mempersunting Uli anak seorang pilot dari Medan. Uli bersuku batak asli, parasnya sangat cantik. Tak heran Silvi putri sulungnya mewarisi kecantikkan sang mama.

Keluarga Nita dan Michel

Pesta pernikahan Nita dan Michel dirayakan dengan megah. Pihak keluarga Michel yang berlatar belakang pengusaha sukses turut hadir dalam hari bersejarah itu.

Mami Michel suku batak dan Papihnya asli China, tapi adat batak sangat kental dalam keluarga mereka, pihak tua-tua adat memberi Michel nama Keluarga Manik.

Pesta itu sudah lama berlalu sekarang pewaris tunggal dari keluarga itu sudah dewasa. Tumbuh sebagai pemimpin perusahaan yang disiplin dan tegas. Sifatnya sangat kaku, tapi tidak demikian bila dengan Nita.

" Roi." itu panggilan sayang mami Nita dan papihnya Michel kepada putra mereka.

" Hmm ." Roi masih menatap layar laptop di depannya, jarinya sibuk mengetik. Beberapa file yang harus diselesaikannya segera membuat Ia mengabaikan sapaan Nita

" Perusahaan papih yang di Medan akan dilimpahkan kepadamu, tapi mami kurang setuju, penyebabnya, mamih merasa kau terlalu gila dengan segala pekerjaanmu. Makanya kau tidak ada niat mau mencari istri." Nita duduk di samping Roi sambil menatap putranya yang terus mengetik di depan laptop.

Roi menatap mamihnya sedikit heran, kemudian Ia memberhentikan ketikkannya, Ia menghampiri mamihnya yang duduk di sebelahnya.

Roi merebahkan kepalanya di pangkal paha Nita. Hal ini dilakukannya untuk mengubah mood jelek mamihnya.

" Mi..mencari istri itu tidak gampang, Roi kan sudah beberapa kali mencoba untuk dekat dengan wanita pilihan mami, tapi ntah kenapa sepertinya Roi tidak tertarik dengan mereka, terus...Roi harus gimana mih ?" Roi menatap perempuan setengah baya di hadapannya, berharap mamihnya mengerti kondisi hatinya saat ini.

" Sebenarnya mamih itu ingin kamu menemui paribanmu di Medan, apa kau tidak menyukai Silvi Roi ? " kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Nita, Ia menatap wajah putranya yang masih saja seperti dulu dingin dan cuek bila bicara soal menikah.

" Mih...jangan bilang mama ingin aku menikahi anak manja itu, keras kepala dan...."

" Roi...Itu dulu, sekarang ia sudah dewasa. Sebentar lagi Silvi sudah menyelesaikan studinya. Lihat ini tulangmu ( panggilan untuk kakak atau adik mama laki-laki )." Nita menunjukkan photo keluarga Morin yang ada di ponselnya.

Meskipun tinggal berjauhan, komunikasi kakak adik antara Morin dan Nita tidak pernah terputus, mereka setiap hari saling bertukar kabar, entah itu hanya sekedar say hello dengan telepon, kadang juga video call, hanya untuk menanyakan kabar dan bersenda gurau.

" Mih..." tatapan Roi tidak dapat menyembunyikan ketidaksetujuannya, sebisa mungkin Ia akan menghindar bila Nita sudah memulai pokok bahasan tentang pernikahannya.

" Coba kamu pikir lagi ! Atau kau lebih suka menjadi lajang tua." suara Nita sedikit menekan sambil meninggalkan Roi.

Sebenarnya entah sudah yang keberapa kali, Nita membicarakan hal itu kepada Roi, tapi sepertinya Roi tidak merespon dengan baik.

Roi tidak mau menjadi suami dari istri yang sifatnya manja seperti Silvi, Tulang dan nantulangnya sangat memanjakan putrinya itu.

Ia tidak pernah tertarik kepada Silvi, selain saudara dekat, Silvi juga wanita yang cengeng dan manja, mana mungkin Aku menikahi wanita seperti itu. Aku suka wanita yang mandiri dan suka bekerja keras guman Roi dalam hati.

Arrghhhh...Roi mengerang sepeninggal mamihnya, Ia tidak bisa mengelak bila mamihnya sudah bersikap demikian, marah dan mendiamkan Roi.

Bersambung

💐💐

Silvia Sinaga

Ibunya Bernama Uli, putri seorang pilot. Selain berparas cantik keahlihannya dalam menguasai beberapa bahasa cukup membuatnya menempati posisi yang sangat bagus di salah satu maskapai penerbangan internasional.

Perkenalannya dengan Morin di salah satu penerbangan domestik. Kala itu Morin salah menempati tempat duduk.

Uli menghampirinya dan berkata dengan nada sopan.

" Maaf tuan, apa saya bisa melihat tiket tuan?" tanya Uli dengan sopan

" O. Ya! Silahkan !" Morin menunjukkan potongan tiket yang berada di saku jasnya.

Sambil memeriksa tiket yang kini di pegangnya, Uli tersenyum kepada Morin, Ia melihat ada kesalahan nomor tempat duduk yang ditempati Morin dengan nomor yang tertera di tiketnya.

" Maaf tuan Morin, tempat duduk tuan di belakang kursi yang ada duduki." Uli masih tersenyum sambil mempersilahkan Morin pindah dari tempat duduknya.

Morin mengangguk sambil menerima kembali potongan tiketnya dari Uli, sebenarnya Ia merasa malu atas kesalahannya, karena tergesa-gesa Ia jadi salah mengambil tempat duduk.

Tidak sengaja Morin melihat nama pramugari cantik di depannya, ULI gumannya pelan. Apa dia orang batak ? Ingin sekali Morin menyapanya untuk bertanya, tapi pramugari itu sudah pergi memeriksa penumpang lain.

Morin teringat nasehat orang tuanya. harus dari suku batak. Istrimu harus orang batak !

Keputusan orangtuanya harga mati, tidak bisa ditawar lagi.

Morin memberanikan diri, mengajak pramugari itu berkenalan setelah ada kesempatan.

" Maaf. Apa kita bisa kenalan ? " tanya Morin sambil mengulurkan tangannya ketika pramugari itu mengantarkan minuman kepada Morin

" Saya Morin Sinaga" ucapnya sedikit malu karena pramugari itu mengabaikannya, Ia sedang melayani penumpang yang lain.

Pramugari yang di depannya itu tersenyum karena ia sudah mengetahui nama Morin dari hasil pemeriksaan tiket tadi.

" Saya Uli. Nama keluarga saya Simanjuntak." balasnya sambil menerima uluran tagan Morin setelah selesai menyuguhkan minuman kepada penumpang yang duduk di sebelah Morin

Setelah perkenalan itu Morin dan Uli sering bertukar kabar melalui pesan chat. Rupanya mereka saling memberi nomor kontak. Awalnya hanya sebagai teman, Morin merasa cocok dengan Uli yang sabar dan bersikap lembut, pekerjaannya membentuk Uli menjadi pribadi yang ramah dan ceria.

Lima tahun mereka menjalani hubungan, dari teman biasa hingga suatu hari Morin memberanikan diri mengutarakan isi hatinya kepada Uli.

Tidak disangka Uli menyambut baik maksud hati Morin, karena Uli juga mengagumi Morin, sosok yang berwibawa dan tegas.

Akhirnya setelah menjalani masa perkenalan yang cukup lama, merekapun sepakat untuk melanjutkannya dalam ikatan pernikahan dan sekarang mereka di karunia putra putri yang cantik dan tampan Silvi, Indah, dan Reyhan.

Kediaman Uli dan M****orin

Sosok perempuan itu memasuki rumah yang sudah sedikit gelap, dengan mengendap-endap ia pelan-pelan melangkah, agar suara langkah kakinya tidak kedengaran.

Silvi. Dia senang pergi club hanya sekedar bertemu dan bersenang-senang dengan temannya, bersama sang pacar yang juga suka berkunjung ke club itu.

Dengan pelan ia menyalakan lampu kamarnya, takut Indah akan terjaga dari tidurnya.

Tapi...

" Dari mana saja kamu?" bariton Morin hampir membuat Silvi pingsan.Wajahnya pucat pasi.

" Papa ! Hmm..hmm anu ..pa..Silvi..." Suara Silvi sedikit gemetar, Ia melihat sorot mata papanya yang sedang marah.

" Jawab yang jelas ! Masih ke club lagi ?"Morin menginterogasi putrinya. Silvi hanya tertunduk malu dan takut. Berkali-kali dilarang papanya tapi Silvi tidak pernah nurut.

"Mau jadi apa kau ha? seorang wanita pulang larut malam begini. Apa kau nga punya pikiran? Ntah harus apa yang akan papa lakukan agar kau tidak ke club lagi." Morin sejenak berhenti. Matanya memandang putri sulungnya dengan sangat marah.

" Mulai besok kau ikut papa ke kantor. Kau mulai bekerja! Dan uang sakumu tidak akan diberikan lagi. Semua kartu debit dan kredit letakkan disini." lanjut Morin.

" Papa... Sabar. Jangan seperti itu. Kita bisa memberi pengertian pada putri kita." Uli yang mendengar ribut-ribut di kamar Silvi bergegas meninggalkan kamarnya.

Malam itu Uli sudah istirahat di kamarnya lebih awal, Morin masih menyelesaikan beberapa file yang perlu ditandatangani besok di ruang kerjanya.

Tapi ketika Morin mengetahui putri sulungnya belum berada di kamarnya, alias belum pulang, Ia memilih untuk menunggunya.

" Silvi ! Cobalah kamu nurut sama mama dan papa ! Kau wanita. Tidak baik pulang selarut ini." Uli mencoba menasehati putrinya yang masih diam dan tertunduk.

" Keputusan papa sudah bulat. Besok kau harus bekerja dengan Papa ." Morin mengambil kartu debet dan kredit yang baru saja diletakkan Silvi di atas nakas, kemudian ia meninggalkan Silvi dan Uli begitu saja.

Uli melihat kepergian suaminya, sepertinya Ia sangat marah guman Uli. Ia menatap Silvi yang masih diam dan tertunduk, setelah mengelus kepala putrinya dengan lembut, Uli menyusul suaminya.

💐💐💐

Bersambung

Medan

ROI

👍👍

Atas perintah orangtuanya, Roi harus mengawasi proyek pembangunan perumahan yang sedang dibangun di kota Medan, proyek ini ditangani oleh anak perusahaan PT. Dosroha yang dipimpin oleh Roi.

Michel merasa ada kejanggalan tentang keuangan di anak perusahaan tersebut. Ia memberi mandat agar Roi mengawasi perusahaan itu. Togar asisten Roi ikut serta.

Pesan Michel kepada Roi, agar Ia pergi mengunjungi kakak iparnya yaitu Morin.

Tret..tret..

Ponsel ditangan Roi bergetar.

" Ada apa kau meneleponku ? " Roi masih sibuk memeriksa laptopnya, sebab semua laporan perusahaan ada di emailnya.

" Tiket tuan jam 2 siang ini." suara dari seberang.

" Bukankah kau juga ikut, Togar ?" Roi menatap layar ponselnya yang disana terpangpang wajah Togar.

" Hmm. Maksud saya tiket kita Tuan." jawab Togar menatap wajah Roi di layar ponselnya.

" Kau jemput setelah makan siang." Roi mengakhiri sambungan teleponnya. Ia merapikan beberapa berkas yang baru ditanda tanganinya.

" Tuan semua surat-surat proyek perumahan yang diperlukan sudah saya siapkan." Ester sang sekretaris menyerahkan berkas yang dipegangnya kepada Roi.

Roi menerima berkasnya dan pergi begitu saja.

dasar manusia kaku guman Ester pelan.

Ester sudah berusaha bersikap semanis mungkin di hadapan Roi, tetapi sering sekali diabaikan oleh Roi.

" Jangan bicara sendiri, Ester! Aku mendengarmu." Roi membuka pintu dihadapannya, kemudian meninggalkan Ester.

Ester masih terdiam sambil menutup mulutnya dengan tangannya. Argghhh....Ia tidak menyangka tuannya mendengar ucapannya.

Roi sampai di parkiran, Togar sudah bersiap membukakan pintu untuk sang bos.

" Rumah utama." suara Roi menegaskan tujuan perjalanan kepada Togar sang asisten pribadinya.

" Secepatnya bereskan perlengkapan kita, setelah bertemu mami, kita lansung berangkat ke Medan." lanjut Roi sambil memainkan ponselnya.

Tret..Tret...telepon berbunyi.

" Rima siapkan hotel untuk saya dan Togar malam ini." ucap Roi kepada asisten papanya di Medan

Setelah menutup teleponnya, Roi merebahkan kepalanya di jok mobil, Ia merasa lelah.

" Tuan kita sudah sampai." Suara Togar membangunkan tuannya.

" Hmmm. Cepatlah kita segera berangkat !" Roi berjalan masuk ke rumah. Mamih Nita sudah menunggunya di depan pintu.

" Semua keperluanmu sudah mamih siapkan." ucap Nita sambil memeluk putranya.

" Hmm. " Roi membalas pelukkan mamihnya kemudian bergegas meninggalkan Nita

" Roi ! Dasar anak ini." Nita mengikuti langkah Roi memasuki kamar putranya itu

" Oh mamih. Lihat sudah jam berapa. Kalau aku masih harus mendengar ceramah mamih, aku bisa terlambat ke bandara." Roi memasukkan beberapa file proyek perumahaan yang di Medan ke dalam tasnya.

" Dimana papih ? " tanya Roi kemudian

" Ada di kamar." jawab Nita ketus.

Roi mengerti mamihnya dalam mode ngambek, lagi merajuk, masalahnya sikap Roi yang terburu - buru meninggalkannya.

Roi memeluk mamihnya. " Maafkan Roi mih ! Roi sayang sama mamih." ucap Roi sambil mengelus punggung wanita paruh baya itu.

Nita tersenyum, Ia tahu putranya pasti seperti itu, meminta maaf. "Jangan lupa ke rumah tulang mu ! Ingat pesan mamih!" Roi menatap mamihya kemudian ia mengangguk dan tersenyum.

" Aku berangkat ! Aku mau pamit sama papih." Roi berjalan beriringan dengan mamihnya.

" Papih ! Roi berangkat sekarang." Lelaki tua yang sedang asyik dengan laptopnya menatap Roi, kemudian ia merangkul putranya.

" Segera kabarin papih hasil pemeriksaanmu, Semoga kau berhasil, Nak." Michel menepuk nepuk punggung putranya, kemudian ia melepas rangkulannya.

Roi bergegas meninggalkan kamar orang tuanya.

Semua perlengkapannya selama di Medan telah di masukkan Togar ke mobil.

" Suruh sopir kantor menjemput mobil ini dari bandara. " ucap Roi.

" Baik tuan. Aku sudah memberitahu Johan." jawab Togar.

Dalam waktu tiga puluh menit Togar dan Roi telah sampai di bandara, setelah mengurus administrasi keberangkatan, akhirnya mereka masuk ke dalam pesawat.

Bersambung

💐💐💐💐

Hai ketemu lagi dengan aku....

😀😀😀

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!