NovelToon NovelToon

TUKANG PIJAT

EPISODE 1 PERKENALAN

Perkenalkan namaku Lisa (25), aku sudah berkeluarga, nama suamiku Riyan (26).

Kami sudah menikah hampir satu tahun, karena kesibukan kami berdua, kami belum berencana untuk memiliki anak.

Suamiku bekerja di jasa transportasi online, sedangkan aku sendiri bekerja di perusahaan ekspor udang di daerahku.

Aku dan suamiku tinggal di sebuah kontrakan kecil di dekat tempatku bekerja.

Aktifitas kami cukup padat dan melelahkan, apalagi aku yang di haruskan berdiri dari pagi sampai sore untuk mengupas kepala udang.

Maka dari itu aku dan suamiku setiap minggu pergi ke tukang pijat untuk mengembalikan kebugaran tubuh kami.

Sampai pada akhirnya, tetangga kami menginformasikan bahwa ada tukang pijat yang pijatannya enak di daerah kami.

Aku coba browsing di internet ternyata benar tukang pijat itu ramai dan ahli dalam memijat, kenapa kami baru menyadarinya kalau ada tukang pijat terkenal di daerah kami, kebetulan tukang pijat itu menyertakan nomor Handphone di media sosialnya, aku pun menyimpannya.

Saat aku tiduran di kamar bersama suamiku, aku mengatakannya...

"Mas, katanya ada tukang pijat yang pijatannya enak, bisa di panggil ke rumah lagi Mas," ujar ku.

"Bisa nggak di panggil ke rumah malam minggu ini, Dik ?" tanya suamiku.

"Coba aku tanyakan dulu ya mas, aku sudah simpan nomor HP nya," ujar ku sembari mengambil HP ku di atas meja.

"Iya, coba di telepon Dik," pinta suamiku untuk menelepon tukang pijat tersebut.

Kemudian aku menelepon tukang pijat.

Aku : Halo, selamat sore.

Tukang pijat : Iya selamat sore.

Aku : Apa benar ini jasa tukang pijat?

Tukang pijat : Iya benar, ada yang bisa saya bantu Bu ?

Aku : Bisa tidak Pak, malam minggu ini datang ke rumah?

Tukang pijat : Oh iya bisa, Bu.

Aku pun memberikan alamatku kepada tukang pijat tersebut.

"Bisa katanya, Mas," ucapku sedikit senang.

"Ya syukurlah, kita tidak perlu capek-capek lagi datang ke tukang pijat Dik," ucap suamiku.

"Iya Mas." ucapku.

Sampai waktu yang di tentukan, Malam minggu, tukang pijat itu menepati janjinya datang ke rumah, sekitar pukul 20.00 Malam, terdengar suara motor di depan rumahku.

"Ini sudah datang Dik," ujar suamiku yang mendengar suara motor di depan rumah.

Kemudian suamiku membukakan pintu.

"Silahkan masuk, Pak," ujar suamiku mempersilahkan masuk.

"Iya, permisi Pak," kata bapak tukang pijat itu sembari masuk ke dalam rumahku.

Kemudian Suamiku dan bapak tukang pijat duduk di ruang tamu.

"Saya Bapak Gunawan, panggil saja Pak Gun," ujar bapak tukang pijat memperkenalkan diri.

Nama tukang pijat itu adalah Pak Gunawan (40). orangnya bersih, ganteng dan gagah.

"Oh iya, saya Riyan dan ini istri saya Lisa Pak," ujar suamiku seraya melihat ke arahku.

Kemudian pak Gun dan suamiku mengobrol, sampai beberapa saat pak Gun dan suamiku mengobrol sambil bercanda.

Pak Gun bercerita bahwa dia adalah seorang duda anak tiga, kebetulan semua anaknya ikut mantan istrinya, katanya.

Sehingga baru saja kenal, suamiku sudah akrab dengan pak Gun, aku duduk di dekat suamiku, kemudian suamiku menyuruhku merapikan kamar depan.

"Dik, rapikan kamar depan ya," pinta suamiku menyuruhku untuk merapikan kamar depan.

"Iya, Mas," ucapku sembari berlalu pergi ke kamar depan.

Setelah merapikan kamar depan yang akan dipakai tempat untuk memijat, aku kembali ke ruang tamu.

"Sudah Mas," ujar ku kepada suamiku.

"Mari Pak," ajak suamiku kepada pak Gun untuk memulai memijat.

Mulailah suamiku di pijat, sedangkan aku tiduran di depan Tv.

Sampai tidak terasa aku sampai ketiduran, entah berapa lama aku tertidur, setelah pak Gun pulang, suamiku membangunkan aku.

"Dik....Dik....Dik...." Suamiku membangunkan aku.

"Sudah selesai, Mas?" tanyaku kepada suamiku dengan mata masih mengantuk.

"Iya, Dik," jawab suamiku.

"Bagaimana Mas, enak nggak pijatannya?" tanyaku kepada suamiku.

"Enak sekali Dik, lebih enak dari langganan kita, sekarang aku mau langganan sama dia saja Dik," ujar suamiku.

"Iya, sudah mas," ucapku.

"Kamu coba saja minggu depan Dik," ujar suamiku menawarkan aku.

"Aku mau mas, tapi aku malu," ucapku lirih.

"Kenapa harus malu," ujar suamiku melihat ke arahku.

"Iya, soalnya yang pijat laki-laki mas," ucapku sembari menatap suamiku.

"Nggak masalah, dari pada badanmu sakit semua Dik," kata suamiku.

Hatiku berdebar tidak karuan, membayangkan bermacam-macam, dan juga takut karena aku tidak pernah di pijat oleh seorang laki-laki, biasanya aku selalu di pijat oleh tukang pijat perempuan.

Hari demi hari aku beraktifitas seperti biasa, pekerjaanku memang menguras banyak tenaga, aku harus berdiri dari jam 07.00 pagi sampai jam 17.00 Sore.

Untuk itulah kenapa aku dan suamiku rutin setiap akhir pekan pergi ke tukang pijat.

Sampai tiba saatnya malam Minggu tiba...

Jam menunjukkan pukul 19.00 Malam, tidak lama kemudian pak Gun datang.

Tok....Tok....Tok.

Suamiku membuka pintu....

"Pak Gun, silahkan masuk Pak," ujar suamiku mempersilahkan pak Gun masuk.

"Iya, permisi Pak," kata pak Gun dengan sopan sembari masuk ke dalam rumahku.

Setelah itu kami duduk di ruang tamu.

"Pak istri saya juga mau di pijat, bisa ya, Pak?" tanya suamiku sembari menatap pak Gun.

"Oh iya bisa, Pak," jawab Pak Gun dengan tegas.

"Nanti setelah saya ya, Pak," ujar suamiku.

"Iya Pak," ucap pak Gun.

"Mari Pak," ajak suamiku kepada pak Gun untuk memulai memijatnya.

Kemudian suamiku mulai di pijat di dalam kamar.

Kurang lebih pukul 20.00 Malam, suamiku selesai di pijat, setelah suamiku selesai, sekarang giliran ku yang akan dipijat.

Kemudian aku pakai kain sarung dan masuk ke dalam kamar, sedangkan suamiku tiduran di depan Tv.

Aku mulai tengkurap di atas tempat tidur sedangkan pak Gun duduk di sampingku.

Hatiku berdebar ketika pak Gun mulai menyikap kain sarung yang menutupi tubuhku.

"Maaf Bu, kainnya di buka ya," ujar pak Gun dengan sopan.

"Iya Pak," ucapku yang sudah tengkurap di atas tempat tidur.

Kemudian pak Gun memulai memijat ku.

"Leher sama pundak yang sakit Pak," ujar ku kepada pak Gun.

"Iya, saya kasih minyak dulu ya Bu," kata pak Gun sembari mengambil minyak urut dari sakunya.

"Iya, Pak." ucapku.

Kemudian pak Gun mengolesi tubuhku dengan minyak urut dan mulai memijat ku.

"Aduh, pelan-pelan Pak," jeritku ketika pak Gun menekan bagian pundak ku yang sakit.

"Kalau pelan-pelan bukan di pijat Bu, tapi di raba," canda pak Gun kepadaku.

Setelah 15 menit pak Gun memijat pundak dan leherku, kemudian pak Gun menyuruhku untuk telentang.

"Telentang ya, Bu," pinta pak Gun kepadaku supaya aku telentang.

"Sebentar ya Pak, saya mau ke kamar mandi dulu," kataku kepada pak Gun.

"Oh iya, silahkan Bu," ucap pak Gun mempersilahkan aku untuk ke kamar mandi.

Kemudian aku beranjak dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi.

Ketika aku ke kamar mandi, aku lihat suamiku tertidur pulas di depan Tv, mungkin karena dia lelah seharian bekerja dan habis di pijat.

Setelah dari kamar mandi, aku kembali ke kamar, pak Gun masih duduk di pinggiran ranjang menungguku dari kamar mandi.

Kemudian aku naik ke atas tempat tidur, kini aku telentang di hadapan Pak Gun.

Pak Gun menyikap sedikit kain sarungku dan mulai memijat ku, berbeda dengan tadi, kali ini pijatannya sungguh lembut dan nyaman, mataku sampai terpejam menikmatinya, aku begitu rileks di buatnya.

Pijatan pak Gun kini pindah ke kaki ku, kemudian meratakan minyak ke pahaku, aku benar-benar menikmati pijatannya.

Tangannya benar-benar lincah dan merilekskan otot-otot ku yang tegang setelah seminggu penuh sibuk dengan aktifitas keseharian ku.

Sekarang giliran perutku, katanya dengan pijatan ini lemak-lemak di perut akan berkurang, aku mengiyakan saja apa yang pak Gun katakan.

"Bu, saya pijat perutnya ya, biar lemak-lemak di perut ibu hilang," kata pak Gun sembari mengolesi minyak di perutku.

"Iya, Pak." ucapku.

Kemudian pak Gun memberikan minyak yang banyak sekali di area perutku, aku mengeluh saat pak Gun mulai memijat di area perutku, setelah memijat perutku, pak Gun kemudian memberikan minyak di area pahaku.

Aku yang masih terpejam menikmati pijatannya tidak sadar kalau pak Gun sudah memijat terlampau jauh.

Aku membiarkannya, karena aku bingung antara menikmati pijatannya atau fokus menahan kehormatan ku.

Akhirnya aku tidak bisa menahan gelombang serangan dari pak Gun, pertahanan ku runtuh juga, aku pasrah apa yang di lakukan pak Gun kepadaku, karena aku sangat menikmatinya.

Tidak terasa hampir satu jam lebih aku di pijat, setelah itu pak Gun menghentikannya.

"Sudah ya, Bu?" ucap Pak Gun.

Aku hanya diam, terkulai lemas di atas ranjang, setelah itu pak Gun keluar dari kamarku dan duduk di ruang tamu.

Aku pun beranjak dari tempat tidur, kemudian aku membangunkan suamiku.

"Mas....Mas...." Aku mencoba membangunkan suamiku.

"Biar Bu, tidak usah di bangunkan, saya langsung pulang saja," ujar pak Gun berpamitan kepadaku.

"Oh iya Pak," ucapku sembari aku mengantarkan pak Gun sampai di depan pintu rumah.

Inilah pengalaman pertamaku di pijat oleh seorang laki-laki yang ganteng dan gagah.

EPISODE 2 PIJAT ATAS BAWAH

Hari-hariku kini hidup dalam bayangan, bayangan dari pak Gunawan, setiap hari aku selalu memikirkan dia, memikirkan pijatannya yang membuat diriku terbang melayang melintasi awan.

Aku jadi tidak sabar ingin cepat-cepat akhir pekan, dimana hari itu pak Gun akan datang ke rumahku untuk memijat ku.

Sampai pada akhirnya waktu yang aku tunggu-tunggu datang juga, kini malam minggu datang, hatiku berdebar sangat kencang.

Tepat pukul 19.00 Malam, saat itu aku dan suamiku lagi menonton Tv.

Tok....Tok....Tok.

"Mas itu pak Gun sudah datang," ujar ku kepada suamiku.

"Iya Dik," ucap sembari beranjak dari tempat duduknya.

Kemudian suamiku membuka pintu rumah.

"Silahkan masuk Pak," ujar suamiku menyuruh pak Gun masuk.

"Iya Pak," kata pak Gun seraya masuk ke dalam rumahku.

"Dik, buatkan kopi," ujar suamiku kepadaku.

"Iya mas," ucapku sembari pergi ke dapur untuk membuat kopi.

Setelah aku membuatkan kopi, aku segera menghidangkannya ke ruang tamu, dimana suamiku dan pak Gun lagi asik mengobrol.

Dan entah kenapa pak Gun malam itu nampak gagah dan ganteng, aku sampai tidak bosan melihatnya.

Begitu juga dengan pak Gun, saat mengobrol dengan suamiku dia terus memandangiku, dengan tatapan penuh makna, sesekali dia tersenyum kepadaku.

Suamiku tidak menyadari hal ini, suamiku tetap saja fokus mengobrol dengan pak Gun.

Ketika suamiku mengobrol dengan pak Gun, tiba-tiba Handphone suamiku berdering.

"Aduh Dik, aku ada orderan nih," ujar suamiku sambil memperlihatkan HP nya kepadaku.

Ternyata suamiku menerima orderan online.

"Ya sudah mas, aku nggak usah di pijat," ujar ku menatap wajah suamiku.

"Kasihan pak Gun jauh-jauh datang kesini Dik," ucap suamiku seraya memandangku.

"Iya sudah, jangan lama-lama ya mas," pintaku kepada suamiku.

"Iya, kalau sudah selesai aku langsung pulang Dik," kata suamiku seraya beranjak dari tempat duduknya.

Tanpa ada rasa curiga sedikitpun, suamiku tetap menyuruhku untuk di pijat, memang pak Gun terlihat pendiam dan baik.

"Pak, saya tinggal dulu ya," ucap suamiku berpamitan kepada pak Gun.

"Oh iya, silahkan pak," jawab pak Gun seraya menganggukkan kepalanya.

Setelah itu suamiku berangkat, aku pun mengantarnya sampai pintu gerbang.

"Mas, hati-hati ya," ujar ku seraya mencium tangan suamiku.

"Iya, aku berangkat Dek," ucap suamiku.

"Iya mas." ucapku.

Begitu suamiku berangkat, aku menghampiri pak Gun di ruang tamu dan duduk di dekatnya.

"Sudah mau di pijat Bu?" tanya pak Gun seraya tersenyum.

"Tunggu ya Pak, saya ganti baju dulu," ucapku sembari beranjak dari tempat dudukku.

"Iya Bu," jawab pak Gun dengan lembut dan sopan.

Aku pun menuju ke kamar untuk berganti baju, kurang lebih 5 menit aku berada di dalam kamar, setelah berganti baju aku kembali ke ruang tamu untuk menemui pak Gun.

"Mari Pak," ajak ku kepada pak Gun untuk segera memijat ku.

Kamipun berjalan menuju ke kamar, setelah sampai di kamar, aku segera tengkurap di atas ranjang, sengaja aku tidak menutup pintu rumah dan pintu kamar agar tidak ada kesan negatif dari tetangga.

"Pelan-pelan ya Pak," pintaku kepada pak Gun supaya memijat ku dengan pelan.

"Iya Bu," ucap pak Gun dengan tegas.

Lalu, pak Gun mulai membuka kain yang menutupi tubuhku dan mengolesi minyak urut di punggungku.

"Permisi ya Bu," ucap pak Gun dengan sopan kepadaku saat dia membuka kain yang menutupi punggungku.

Setelah mengolesi minyak urut, kemudian pak Gun mulai memijat punggungku dengan lembut.

Pijatannya sungguh enak dari enaknya membuatku merasakan kantuk dan benar-benar ingin terpejam, mungkin karena pijatannya dari seorang laki-laki jadi terasa pijatannya di tubuhku.

Setelah hampir 15 menit memijat leher dan punggungku kemudian pak Gun berpindah memijat kaki dan pahaku, aku membenamkan kepalaku di bantal menikmati pijatannya.

Kurang lebih 10 menit memijat kaki dan pahaku, kemudian pak Gun memintaku untuk telentang,

"Telentang ya Bu," kata pak Gun.

"Oh iya Pak," ucapku seraya membalikkan tubuhku.

Saat itu pak Gun membantuku untuk telentang, saat tubuhku di balikkan, aku masih berusaha untuk terpejam karena aku sudah terbuai dengan pijatan pak Gun.

Aku mencoba masih terlelap, bahkan sekarang ketika tubuh depanku di pijat aku masih terlelap, saat pak Gun akan memijat area sensitif ku, aku sebenarnya ingin menolaknya tapi lagi-lagi aku lepas kendali, aku hanya bisa diam dan menikmati pijatannya.

Aku pun lagi-lagi menurut karena tidak tahu harus bagaimana, aku seperti terhipnotis oleh pak Gun, apa yang akan dia lakukan terhadapku, aku hanya bisa pasrah.

Pijatannya sungguh enak dan lembut, membuat kenikmatan ini tidak bisa lagi aku lukis kan dengan kata-kata.

Hingga beberapa menit kemudian aku mengatakan kepada pak Gun.

"Pak, nanti suamiku datang," ujar ku kepada pak Gun.

Mendengar perkataan ku lantas pak Gun segera beranjak dari atas tempat tidur kemudian keluar dari kamarku.

Aku mendengar pak Gun menutup pintu rumah dan menguncinya, setelah itu dia kembali masuk ke dalam kamarku.

Tanpa banyak bicara pak Gun kembali melanjutkan pijatannya, dia terus membuatku melayang-layang, sampai pak Gun akan melakukan pijatan di luar batas kewajaran.

"Bapak mau apa?" tanyaku kepada pak Gun.

"Maaf Bu, ini akan membuat ibu semakin sehat dan bugar, percayalah Bu," ujar pak Gun menjelaskan kepadaku.

Sampai pada akhirnya aku melakukannya dengan pak Gun.

Aku diam seperti terhipnotis, pikiranku kacau, kenapa aku sampai mau melakukannya, apa karena aku jarang melakukannya dengan suamiku atau karena melihat pak Gun yang ganteng dan gagah, entahlah, yang jelas sekarang aku terjerat cinta pak Gun.

Setelah beberapa menit istirahat, kamipun sudah rapi kembali seperti semula dan kami kembali duduk di ruang tamu, tidak lupa aku membuka kembali pintu rumahku.

"Pak, tolong jangan ceritakan ini kepada suamiku," pintaku kepada pak Gun.

"Iya Bu, maafkan saya Bu," ucap pak Gun.

"Sudah pak, jangan di bahas," pintaku dengan tegas seraya menatap pak Gun.

Belum 10 menit kami duduk, terdengar suara motor suamiku, kemudian suamiku masuk ke dalam rumah.

"Sudah di pijat Dik?" tanya suamiku.

"Sudah mas, di pijat disini," jawabku mengatakan kepada suamiku kalau aku di pijat di ruang tamu.

"Kenapa nggak di kamar Dik?" tanya suamiku sembari duduk di sampingku.

"Nggak enak sama tetangga mas," jawabku sambil melihat ke arah pak Gun.

"Oh iya Dik," kata suamiku.

Aku berharap pak Gun tidak berbicara kepada suamiku dan mengatakan yang sebenarnya kalau tadi aku di pijat di kamar.

Tapi pak Gun sepertinya paham dengan maksudku, dia hanya diam mendengarkan aku dan suamiku berbicara.

Kemudian suamiku mengajak pak Gun untuk memijatnya.

"Mari Pak," ajak suamiku kepada pak Gun.

"Iya Pak," ucap pak Gun.

Setelah itu suamiku dan pak Gun beranjak dari tempat duduknya kemudian menuju ke kamar, sedangkan aku yang sudah kelelahan karena aktifitas ku dengan pak Gun tiduran di depan Televisi.

Sampai tidak terasa aku pun tertidur.

EPISODE 3 DI MABUK CINTA

Semenjak kejadian itu, aku semakin berani untuk melangkah lebih jauh, karena pak Gun sudah membuatku di mabuk cinta.

Seperti biasanya pada hari Sabtu Malam pak Gun datang ke rumahku, aku selalu minta giliran di pijat setelah suamiku, karena setelah di pijat, suamiku pasti akan tertidur pulas.

"Mas kamu duluan saja," pintaku kepada suamiku.

"Iya Dik," jawab suamiku tanpa ada rasa curiga sedikitpun.

Setelah suamiku selesai di pijat, entah kenapa pada waktu itu dia tidak tidur, suamiku masih menonton Tv sembari memainkan HP nya.

Aku pun mempunyai ide untuk menyuruh dia membeli makan.

"Mas aku lapar, belikan nasi goreng ya," pintaku kepada suamiku.

"Oh iya Dik," jawab suamiku tanpa ada rasa curiga sedikitpun suamiku pergi membelikan aku nasi goreng.

Pada saat suamiku pergi membeli makan, inilah waktu yang aku manfaatkan bersama pak Gun, walau hanya sebentar tapi sangat berarti buatku.

Hampir satu bulan aku lakukan bersama pak Gun, dan suamiku tidak menyadarinya, aku benar-benar sudah terjerat cinta pak Gunawan.

Sampai pada hari kamis pagi, aku akan berangkat kerja, kalau aku berangkat kerja selalu di antar oleh suamiku sampai di depan tempat kerjaku.

Tetapi pagi itu aku ingin sekali bertemu dengan pak Gun di tempat praktek pijatnya, jika pagi pak Gun membuka praktek pijat di rumahnya yang buka dari jam 08.00 Pagi sampai jam 17.00 Sore.

Sekitar pukul 06.30 Pagi, aku di antar suamiku.

Setelah suamiku pulang....

Aku tidak langsung masuk ke tempat kerjaku, tapi aku mencari angkot untuk pergi kerumahnya pak Gun.

Sekitar 30 menit perjalanan dari tempat kerjaku ke rumah pak Gun.

Setelah sampai di rumah pak Gun....

Aku lihat dia sibuk dengan pasiennya yang sudah antri untuk di pijat.

Pak Gun kaget melihat kedatanganku, karena ini yang pertama kalinya bagiku datang kerumahnya.

"Ibu Lisa," ujar pak Gun kaget melihatku di tengah-tengah pasiennya yang antri.

Aku hanya tersenyum melihat pak Gun, kemudian pak Gun datang menghampiriku.

"Tunggu ya Bu," ucap pak Gun berbisik di dekatku.

"Iya, lanjutkan dulu Pak, saya tunggu disini," kataku sembari menatap wajah pak Gun.

Kemudian pak Gun melanjutkan aktifitasnya memijat pasiennya, hampir 30 menit aku menunggu, kemudian pak Gun datang lagi menghampiriku.

"Kenapa ibu tidak bilang kalau mau kesini," ujar pak Gun seraya berdiri di depanku.

"Saya sengaja Pak, saya hanya ingin lihat Pak Gun," ucapku sambil tersenyum.

"Oh begitu ya, iya tunggu sebentar ya Bu, saya selesaikan dulu," ujar pak Gun kemudian masuk ke dalam ruangannya.

"Iya pak, saya juga ikut antri ini pak," ucapku tersenyum.

Beberapa saat kemudian, kini giliran ku untuk di pijat.

Aku masuk ke dalam kamar yang memang di sediakan untuk para pasiennya.

Di dalam ruangan pijat pak Gun....

"Oh ini ruangan pijatnya ya Pak," tanyaku kepadaku pak Gun sembari melihat isi di dalam kamar itu.

"Iya seperti inilah tempat kerja saya Bu," ujar pak Gun.

Kami pun duduk di tempat tidur yang ada di dalam ruangan itu.

"Ibu tidak kerja hari ini?" tanya pak Gun melihat ke arahku.

"Libur Pak," jawabku sambil tersenyum.

"Meliburkan diri ya Bu," canda pak Gun di ikuti senyumannya.

"Iya, Pak," jawabku tersipu malu.

"Tidak enak kalau panggil bapak?" kata pak Gun.

"Mau panggil apa?" tanyaku.

"Mas atau sayang juga boleh," ujar pak Gun.

"Saya takut kalau di rumah lupa panggil sayang," kataku kepada pak Gun.

"Ya sudah panggil Bapak saja," ujar pak Gun.

"Saya tidak apa-apa lama disini, di luar masih banyak yang antri Pak," ucapku kepada pak Gun.

"Nggak masalah biar saja mereka antri Bu," kata pak Gun dengan tenang.

Kami pun terdiam sejenak, pak Gun memandang ku aku pun juga memandang wajah pak Gun, ada rasa bergetar di hati ketika saling bertatapan mata.

"Ibu mau di pijat hari ini?" tanya pak Gun kepadaku.

"Boleh Pak," ucapku senang.

"Pijat biasa apa yang spesial?" tanya pak Gun seraya sedikit tersenyum kepadaku.

"Terserah Bapak saja," ucapku pasrah.

"Ya sudah, berbaring Bu," pinta pak Gun.

Aku pun menuruti perintahnya, aku berbaring di tempat tidur, kemudian pak Gun mulai mengolesi tubuhku dengan minyak urut dan mulai memijat ku.

Awalnya pijatan biasa lalu berganti ke pijatan yang spesial yang membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Hampir 2 jam aku di dalam ruangan kerja pak Gun, sampai akhirnya pak Gun menyelesaikan pijatannya, kami berdua bermandikan keringat bercampur dengan minyak urut yang membasahi tubuhku.

Setelah itu kami duduk di pinggiran ranjang...

"Bayar nggak pak pijatannya?" tanyaku tersenyum kepada pak Gun sembari aku merapikan pakaianku.

"Biasanya yang harus bayar saya Bu," canda pak Gun seraya tersenyum.

"Bapak bisa saja," ucapku sambil tersipu malu.

"Terima kasih ya Bu?" ucap pak Gun kepadaku.

"Saya yang harus berterima kasih sama Bapak, karena Bapak sudah memijat saya gratis," ujar ku kepada pak Gun.

Pak Gun hanya tersenyum mendengar aku berkata seperti itu.

"Ya sudah, saya langsung pulang ya Pak," kataku kepada pak Gun.

"Nggak mau nunggu Bu?" tanya pak Gun sembari memegang tanganku dengan mesra.

"Takut malam Pak, nanti saya di cari suami saya," ujar ku sembari aku beranjak dari tempat tidur.

"Oh iya, malam minggu saya ke rumah ibu ya?" tanya pak Gun.

"Iya Pak, memangnya Bapak tidak bisa malam minggu ini datang ke rumah?" tanyaku kepada pak Gun.

"Masalahnya Bu Lisa kan sudah di pijat hari ini," ujar pak Gun kepadaku.

"Iya saya sudah, tapi suami saya kan belum Pak," kataku kepada pak Gun.

"Iya Bu." ucap pak Gun singkat.

"Tapi malam minggu ini saya di pijat lagi ya Pak," pintaku sambil tersenyum kepada pak Gun.

"Siap Bu," ucap pak Gun tegas.

"Pak saya mau tanya," kataku kepada pak Gun.

"Tanya apa Bu?" ucap pak Gun memandang wajahku yang penuh keringat.

"Bapak jawab jujur ya, apa Bapak juga memijat seperti saya ke pasien yang lain?" tanyaku melihat ke arah pak Gun.

"Kenapa ibu tanya seperti itu," ucap pak Gun sembari mengerutkan dahinya.

"Jawab saja Pak, tapi jujur ya," pintaku agar pak Gun berkata jujur.

"Hanya sama Bu Lisa saya memijat seperti itu," jawab pak Gun dengan tatapan penuh keyakinan.

"Serius Pak?" tanyaku memastikan jawaban pak Gun.

"Iya serius," ucap pak Gun yakin.

"Kalau pasiennya cewek cantik?" tanyaku sedikit tersenyum ke arah pak Gun.

"Tidak ngaruh Bu, saya bekerja secara profesional," kata pak Gun.

"Tapi sama saya?" cetus ku melihat wajah pak Gun.

"Pertama lihat Bu Lisa, saya langsung jatuh cinta, cinta pada pandangan pertama Bu," ujar pak Gun seraya memandangi wajahku.

"Begitu ya Pak," ucapku.

"Iya Bu, Bu Lisa bagaimana?" tanya pak Gun menatapku tajam.

"Bapak tidak bisa menebak saya datang kesini karena apa?" kataku.

"Karena minta di pijat?" ujar pak Gun.

"Karena saya juga cinta sama Bapak," jawabku melihat ke arah pak Gun.

"Ibu bisa saja, saya jadi malu Bu." Pak Gun menundukkan wajahnya yang memerah.

"Tolong sebisa mungkin rahasiakan ini ya Pak," pintaku kepada pak Gun.

"Iya Bu, saya janji," sahut pak Gun dengan tegas.

"Ya sudah saya pulang dulu Pak," ujar ku seraya beranjak dari tempat tidur di ruangan itu.

"Cium dulu Bu?" pinta pak Gun seraya mencegahku yang akan pergi dari ruangannya.

"Bapak ini banyak yang nunggu itu Pak," ucapku sembari aku berbalik ke arah pak Gun yang duduk di pinggiran tempat tidur.

Aku pun mencium pak Gun, kemudian aku keluar dari ruangan itu, aku lihat orang yang sudah antri memandangiku dengan tatapan yang penuh tanda tanya, ada sedikit raut emosi di wajah mereka.

Sampai salah satu orang yang antri bertanya kepadaku...

"Kok lama Bu?" tanya orang itu sedikit kesal.

Belum sempat aku jawab pak Gun keluar dari ruangannya.

"Iya ibu itu keluhannya banyak sekali, itu saja masih belum selesai" jawab pak Gun.

Aku pun berlalu pergi dari rumah pak Gun, karena aku lihat jam masih pukul tiga sore, aku berkeliling belanja keperluan kosmetik ku sampai waktu jam kerja pulang.

Aku lakukan agar suamiku tidak curiga.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!