NovelToon NovelToon

SINFUL OBSESSION

SO 1

Elina, gadis biasa yang memiliki tekad bekerja di Luar Negeri seperti gadis sebayanya yang berhasil di Negeri orang lain, menjadi mimpinya untuk membantu keluarganya. Bukan tanpa usaha, ia pernah bekerja di Negerinya sendiri, namun semua orang menutup diri enggan untuk sekedar bertutur sapa Hidup didalam dunia yang membosankan, tak ada yang bisa lepas dari jerat kemunafikan dan kesedihan. Segala sesuatu menjadi sebuah tantangan baru, menerima begitu saja segala sesuatu untuk dipersembahkan bagi masa depan yang penuh rasa takut. Lika liku kehidupan yang panjang hanyalah sebuah kengerian dan kebosanan. Untuk menemukan sedikit hidup mungkin kita harus bertindak bodoh.

Apalagi mereka pengecut dan sangat buruk, hanya berlindung pada sebuah ikatan yang sudah rusak dan menggelikan sejak awal. Dia harus bertahan ditengah tengah orang baik yang hanya sebagai kedok untuk menipu bahkan menjadikannya tumbal keserakahan dan rasa takut yang di miliki mereka. Dunia ini tak lebih dari mimpi buruk yang panjang, bahkan sangat aneh bukan?

Kehidupan ini mirip sebuah lorong kegelapan dimana tak ada cahaya untuk sekedar penerangan. Supaya tidak tersesat ada kalanya mungkin kita harus menyalakan lentera itu sendiri yang akhirnya tetap saja tersesat pada jalan yang di anggap benar.

Setidaknya kegilaan memberi banyak ruang bagi kehidupan yang semu ini dan harus dirayakan dengan rasa sakit dan permasalahan hidup yang pelik.

Ada kalanya sedikit menjadi jahat, dan kejam memang harus dilakukan saat ppa yang tersisa dari hari hari yang dijalani? atau kita hanya butuh menjadi masa bodoh dan keunikan, dari semua keluhan dan pengulangan. Meskipun pada akhirnya tersesat jauh lebih dalam untuk sekedar mempercayai diri sendiri. Tidak ada salahnya mencoba bukan?

Mungkin bukan hanya satu atau dua orang saja yang mengalami hal seperti ini. Banyak manusia mendesah setiap detik, selalu terjaga dalam kebimbangan, atau sekedar untuk menghibur diri berpura pura bahagia, mungkin akan lebih baik mencoba untuk mengosongkan fikiran dari semua peristiwa yang tiap hari mencekik.

Berharap, berkhayal akan indah pada waktunya hanyalah ilusi. kadang kala apa yang kita harapkan jauh dari kenyataan yang harus menelan kekecewaaan, patah hati hampir setiap hari, hanya kamar kecil yang menyelamatkan dari keterpurukan yang paling dalam.Tersiksa dengan sesuatu yang sulit di mengerti. Sering kita berfikir bahwa aku telah gagal, namun aku masih disini? apa yang harus aku lakukan? Gagal dengan diri sendiri. Tetapi masih mempertahankan hidup, sebuah pekerjaan tanpa jeda, begitu erat dan mengoyak. Saat hujan datang sedikit memberi perasaan yang coba menguatkan kita kembali, kehampaan memunculkan rasa takut yang menyayat.

Rasa sakit yang mulai menyebar mengingatkan pada sosok ibu yang tak bisa di peluk. Tangis yang hanya diri sendiri yang tahu, mengingat Ibu menyeruak menjadi sebuah tangis. Dan kelelahan di kegelapan yang tak berujung.

Untuk sedikit menemukan hidup, mungkin harus memuja kegelapan itu sendiri.

Apa yang masih layak untuk dipertahankan oleh kedua tangan yang tak mampu lagi menggenggam?"

"Mereka tidak boleh tahu apa yang terjadi padaku disini, aku tidak mau membuat mereka khawatir..Pak..Bu..do'a kan saja."

Kehidupan di kota dan di desa tentu jauh berbeda. Rasa empati masih tinggi di terapkan di desa dari pada di kota. Mata mata penuh rasa tidak percaya dan tatap saling curiga satu sama lain, apalagi terhadap orang asing kerap terjadi setiap menit di kehidupan sehari hari.

Elina namanya, gadis lugu berusia 20 tahun berasal dari keluarga tak mampu. Memberanikan diri bekerja menjadi TKW di kota Hongkong untuk memperpaiki perekonomian keluarganya di kampung.

Elina bekerja di sebuah mansion milik seorang pria bernama Rayden. Setahun lebih lima bulan, Elina bekerja dengan tekun. Tidak banyak pekerjaan dia, hanya mempersiapkan keperluan Rayden. Apalagi pria tersebut jarang ada di rumah, apalagi kalau malam hari. Elina hanya berdua dengan salah satu TKW lainnya.

Terkadang ia penasaran, mengapa di mansion itu terdapat banyak penjagaan, sedangkan penghuni mansion itu hanya satu orang saja. Tidak banyak yang Elina ketahui tentang pria yang bernama Rayden yang selama ini menjadi majikannya.

Selain kendala bahasa, pria tersebut bisa di hitung dengan jari apabila bicara dengan Asisten Rumah Tangga. Pria dingin dan sering pulang dalam keadaan mabuk, di rumahnya pun tersedia berbagai macam minuman beralkohol.

Tidak hanya itu, Elina sering memergoki beberapa pria mendatangi rumah Rayden. Terbersit ingin pulang saja ke Indonesia, tapi ia mencoba bertahan demi keluarganya di kampung.

Yang membuat Elina takut, seringkali Rayden pulang dalam keadaan terluka. Namun semua ketakutannya ia tepis. Elina sama sekali tidak tahu apa pekerjaan dan siapa sebenarnya Rayden yang selama ini menjadi majikannya.

Hingga suatu malam, telah merubah hidup Elina seperti di dalam neraka. Hari harinya menjadi ancaman untuk nyawanya sendiri. Elina hanya punya satu pilihan di antara dua pilihan yang sama sama tidak menguntungkan untuk dirinya.

"Pilih dan tentukan hidupmu mulai detik ini. Ikut bergabung bersamaku, atau kau kulenyapkan saat ini juga." Pria itu tertawa menyeringai menatap raut wajah ketakutan Elina.

SO 2

Semua di awali dengan kata.

"Elinaaaa!!

Seorang gadis bertubuh mungil berlari cepat menuruni tangga dari lantai dua menuju lantai dasar. Menghampiri majikannya yang bernama Rayden. Ia lupa menyiapkan sarapan untuk Rayden karena kesiangan.

Dengan napas terengah engah, tenggorokannya terasa kering hinnga untuk menelan saliva saja Elina kesulitan saking takutnya bila Rayden kembali memarahinya karena sering kesiangan bangun di pagi hari.

" I, iyya tuan." Suaranya tercekat di tenggorokan.

"Kalau kau setiap hari seperti ini, aku bisa memecatmu." Rayden menarik napas dalam dalam menatap tajam gadis bertubuh mungil, berambut panjang yang di ikat sembarangan berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk.

Sesaat Elina terdiam coba mencerna ucapan Rayden, lalu menganggukkan kepalanya sesaat.

"Maaf tuan."

"Mana sarapanku?" Rayden mengetuk ngetuk meja dengan jarinya, dengan tatapan terus ke arah Elina yang masih diam terpaku.

"Elina!"

"Ba, baik tuan."

Buru buru gadis kecil itu mempersiapkan sarapan pagi Rayden sesuai permintaannya. Setelah selesai Elina berdiri di belakang Rayden, menunggu pria itu selesai sarapan.

Dari ruangan lain terdengar suara langkah, Elina menatap ke arah pintu ruangan yang terbuka. Nampak seorang wanita cantik, berambut panjang terurai. Berjalan dengan langkag gemulai mendekati Rayden mencium pipi pria itu sekilas.

"Pagi sayang."

"Hem!" sahut Rayden terus menikmati sarapannya tanpa melihat sedikitpun ke arah wanita itu.

"Aku mau mengajakmu bertemu Papa."

Wanita itu duduk di kursi meja makan berhadapan dengan Rayden.

"Mei Shin, aku sibuk."

Rayden menoleh ke belakang meminta Elina menyiapkan sarapan untuk wanita yang bernama Mei Shin. Namun wanita itu menolak, Elina kembali berdiri di belakang Rayden. Mendengarkan semua percakapan mereka, meski tidak terlalu banyak bahasa yang mereka ucapkan mampu Elina mengerti.

"Ray, kau sudah berjanji untuk menemui Papa! ucap Mei Shin dengan nada sedikit di naikkan satu level.

" Tidak sekarang, aku sibuk!"

Rayden berdiri, lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan di susul Mei Shin. Sementara Elina membereskan bekas sarapan Rayden. Meski jarak mereka berada di ruang tengah. Namun pembicaraan di antara mereka masih bisa Elina dengar. Sekilas Elina memahami, kalau wanita yang bernama Mei Shin itu adalah kekasih Rayden. Wanita itu meminta Rayden untuk segera menikahinya. Namun Rayden menolak untuk menikahi Mei Shin karena Rayden hanya sebatas kekasih tidak ingin lebih dari itu untuk menjalin hubungan dengan Mei Shin.

Tak lama Elina tidak lagi mendengar suara perdebatan di antara mereka. Rupanya Rayden mengikuti permintaan Mei Shin untuk menemui Papanya. Elina membereskan semuanya dengan tenang. Setelah pekerjaannya selesai, ia menemui teman sejawatnya sesama TKW yang berasal dari daerah Jawa.

"Mbak Lastri belum selesai? biar kubantu." Elina bertanya pada Lastri yang tengah membereskan sofa dan bekas minuman yang berjajar di atas meja. Lastri menoleh ke arah Elina yang tengah menegang sapu.

"Ndak perlu El, biar mbak yang selesaikan. Kau istirahat saja." Lastri menjawab, sembari terus merapikan meja.

"Tidak apa apa mbak, pekerjaanku sudah selesai." Sahut Elina tersenyum.

"Terserah kalau kau tidak keberatan." Lastri berdiri tegap sesaat menatap Elina. Kemudian kembali membungkukkan badan membersihkan meja.

"Iya Mbak."

***

Sementara itu Rayden sudah berada di kediaman Kim Tan. Ayah dari Mei Shin, salah satu milyuner dari daratan Cina yang mengendalikan peeusahaan terbesar dalam bidang Telekomunikasi.

Kim Tan merentangkan kedua tangannya saat melihat putri semata wayangnya menghampiri dan memeluknya dengan manja.

"Papa!"

Rayden sendiri hanya diam berdiri mematung memperhatikan dengan kedua tangannya ia masukkan ke dalan saku celana. Raut wajah pria itu terlihat datar dan cuek melihat kemanjaan Mei Shin tengah berbicara dengab Papanya.

"Rayden, apa kabarmu." Sapa Kim Tan, melepaskan pelukan putrinya berjalan menghampiri Rayden.

"Baik."

"Duduklah, kita bicara sebentar."

Kim Tan mempersilahkan Rayden untuk duduk, namun pria itu menolaknya. Ia sangat tidak menyukai hal yang formal apalagi kalau menyangkut masalah perasaan.

Penolakan Rayden membuat Kim Tan sedikit tersinggung, tapi cepat cepat pria paruh baya itu bersikap tenang seperti semula. Sekilas ia menoleh ke arah putrinya, terbatuk kecil lalu tersenyum pada Rayden.

"Oke."

"Cepat katakan, aku tidak punya waktu banyak." Rayden tetap dalan posisinya tadi, menatap datar Kim Tan.

"Kapan kau akan menikahi putriku?" tanya Kim Tan. Hatinya mulai merasakan tidak enak, ia sangat tahu siapa pria yang di cintai putrinya itu. Meski berkali kali ia melarangnya.

"Menikah?"

Rayden tertawa kecil, mengeluarkan tangannya dari saku celana menutup mulutnya yang terbatuk kecil. Merasa geli dengan pertanyaan Kim Tan. Membuat pria paruh baya itu wajahnya sedikit merah padam.

"Aku tidak pernah menjanjikan putrimu untuk menikahinya, kau harus tahu itu Tuan."

"Ray!" seru Mei Shin berjalan menghampiri mereka berdua. "Selama ini hubungan kita kau anggap apa?" tanya Mei Shin.

Gejolak amarah dalam dada wanita itu seakan meledak, tapi ia harus berusaha menenangkan dirinya. Jika tidak, maka Rayden akan meninggalkannya.

"Ray aku-?"

"Jika kau bermimpi untuk menikah denganku, teruslah bermimpi. Jika kau ingin bahagia, maka cari pria lain yang mau menikahimu. Aku tidak bisa."

Potong Rayden tanpa mau mendengarkan apa yang akan di katakan Mei Shin. Sikap acuh dan ucapan Rayden jelas membuat Mei Shin patah hati begitu pula dengan Sanga Ayah yang merasa terhina dengan ucapan pria di hadapannya. Putrinya seorang wanita cantik, terhormat dan putri seorang milyuner. Banyak pria yang ingin menikahinya. Tapi mengapa pria di hadapannya bisa begitu merendahkan putri tunggalnya itu.

"Kalau hanya itu yang ingin kalian katakan, cukup jelas bukan? apa keputusanku?"

Rayden tersenyum sinis, lalu memutar tubuhnya meninggalkan ruangan. Tidak perduli dengan isak tangis Mei Shin , terluka karena ucapan Rayden.

"Papa.." ucap Mei Shin lirih.

"Tenanglah Nak, kau bisa mencari pria lain yang lebih dari pria brengsek itu."

Kim Tan coba menenangkan, meski hatinya ikut merasa terhina dan di rendahkan Rayden. Namun putrinya tetap bersikeras, bahwa ia hanya akan menikahi satu pria saja yaitu Rayden.

SO 3

Setelah menemui Kim Tan di kediamannya, Raydeng langsung memenuhi undangan dua pria yang sangat berpengaruh di dunia kriminal.

"Ray, selamat datang. Mari duduk!" ucap pria yang menggunakan kemeja putih dengan kancing terbuka hingga dadanya terlihat.

"Alan apa kabar?" sapa Ray pada pria yang bernama Alan Darling yang baru saja menyambut dan mempersilahkannya duduk.

Alan Darling salah satu kaki tangan dari kelompok Mara Salavatuchra. Kelompok paling kejam di dunia. Kelompok ini berdiri tahun 1980 di California yang berisi orang orang Salvador.

Rayden duduk di sebelah pria lain. Salah satu kaki tangan kelompok La Cosa Nostra. Yang lahir pada abad 19, dianggap sebagai kelompok termuda namun tidak butuh waktu lama bagi kelompok asal Sisilia menjadi besar. La Cosa Nostra dengan basis kekeluargaan dan hirarki. Upacara penerimaan ini di kenal rumit dan hanya terbuka bagi orang Sisilia. Selain itu mereka punya kode etik yang harus di taati salah satunya wajib menjaga rahasia. Jika gagal melakukannya berarti sama dengan eksekusi mati. Pria itu bernama Antonio Belucci.

"Lama kita tidak jumpa, Ray," sapa Antonio pada Rayden.

Rayden hanya tersenyum, lalu ia mengeluarkan kotak rokok dari balik saku jaketnya.

"Ada apa kalian mengundangku datang ke sini?" tanya Rayden sembari mengeluarkan sebatang rokok, lalu menyalakannya. Sesaat ia mainkan rokoknya sebelum menghisapnya dalam dalam.

"Tenang Ray, nikmati saja dulu minumannya." Sela Antonio.

"Ini." Alan menyodorkan sebuah dokumen ke hadapan Rayden.

Sesaat Rayden hanya diam memperhatikan dokumen itu, perlahan ia matikan rokoknya di asbak. Lalu mengambil dokumen yang ada di atas meja dan membukanya. Terdapat dua buah foto pria yang cukup seluruh kota itu tahu siapa dua pria dalam foto itu. Rayden menatap tajam Alan dan Antonio cukup lama. Lalu menutup kembali dokumen itu, menatap kedua sahabatnya yang tertawa kecil lalu tertawa terbahak bahak. Awalnya Rayden hanya diam, kemudian ia ikut tertawa terbahak bahak. Entah apa yang ada di kepala mereka saat ini.

***

Satu jam berlalu, Rayden sudah kembali dari pertemuan itu. Ia langsung masuk ke dalam rumahnya. Lagi lagi ia melihat Elina tengah tertidur pulas di sofa. Kebiasaan gadis itu selain telat bangun pagi, juga pelupa dan sering tidur di sembarang tempat kalau sudah tidak bisa menahan kantuknya. Rayden tersenyum, menggelengkan kepalanya menatap sesaat Elina. Lalu ia kembali berjalan menuju kamar pribadinya.

Lastri yang memperhatikan arah dapur, jantungnya berdegup kencang karena Elina ketahuan Rayden tidur di sofa. Sepeninggal Rayden, sahabat Elina itu langsung membangunkan Elina dengan cara menepuk pipinya kencang. Hingga gadis kecil itu terkejut bukan main.

"Elina bangun!"

"A, appa?"

Elina terbangun mengucek matanya menatap Lastri sahabatnya.

"Tuan sudah-?"

"Apa? aku di panggil?" potong Elina langsung bangun dan berlari tanpa menunggu ucapan Lastri selanjutnya. Membuat Lastri menepuk keningnya sendiri.

"Ya ampun, Elina!" seru Lastri menatap Elina yang berlari menaiki tangga menuju lantai dua kamar Rayden.

"Mati kau Elina.." guman Lastri pelan.

Sementara Rayden yang baru saja selesai mandi hanya menggunakan balutan handuk, terkejut melihat pintu kamarnya terbuka. Nampak Elina yang masih kacau karena kaget, berjalan menghampirinya.

"Tuan memanggilku?" tanya Elina menundukkan kepala.

"Siapa bilang aku memanggilmu?" tanya Rayden balik.

"Yang bilang siapa ya tadi?" gumam Elina pelan.

Rayden hanya menggelengkan kepalanya, baginya sudah tidak aneh dengan sikap Elina yang teledor. Sudah lebih dari setahun ia bekerja, tentu Rayden tahu bagaimana kedua asisten rumah tangganya.

"Kembali ke tempatmu, tidak ada yang memintamu datang kesini."

"Ba, baik tuan." Elina membungkukkan badannya sesaat lalu putar badan meninggalkan kamar Rayden dengan tergesa gesa.

"Ada ada saja." Gumam Rayden.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!