NovelToon NovelToon

Bintang

Perkenalan

"Doooor." Suara nyaring yang memekakkan telinga siapa saja yang mendengarnya membuat seorang gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang terlonjak kaget.

"Ya ampun, Sha! Kamu ngagetin aku aja, sih! Kalo jantungku bermasalah mungkin bisa-bisa langsung loncat keluar ni," saut Neena yang benar-benar merasa kesal dengan adik sepupunya, Shasha.

"Kodok kali kak loncat-loncat ... Kak Neena ngapain sih lagian bengong dijendela gitu? Cepet tua loh nanti. Aku gak mau yaa kalo jalan nanti, barengan sama Neena Neena eeh Nenek Nenek," saut Shasha sambil cekikikan.

Dalam keseharian, Vishaka Neena Tavisha atau yang lebih sering dipanggil dengan Neena memang lebih dekat dengan adik sepupunya, Natasha Enzi Hirawan. Meskipun terpaut usia enam tahun tak membuat jarak diantara mereka untuk menghabiskan waktu bersama. Neena yang merupakan anak bungsu hanya mempunyai satu orang kakak laki-laki, Bayanaka Ishan. Meskipun Bang Naka (panggilan untuk kakak laki-lakinya) sangat menyayangi Neena dan bersedia menemani Neena untuk kemanapun dan bermain apapun, namun ada beberapa hal yang memang tidak bisa dilakukan bersama dengan Naka, dan lebih nyaman jika Neena lakukan bersama dengan sesama perempuan, oleh karena itu dia sangat dekat dengan Shasha.

"Kenapa kamu kesini, Sha? Sudah selesai sesi webinarmu di sekolah?" tanya Neena sambil melangkah ke arah Shasha yang sedang berbaring di tempat tidur Neena dan duduk di sebelahnya.

"Belom selesai Kak, hihi.. Aku masih ikut nih," kata Shasha sambil menunjuk layar handphonenya.

"Ih kamu bandel yaa! Selesein dulu laaah, dengerin baik-baik penjelasan gurumu. Kalo kamu keluyuran gini gimana bisa konsen dengerin gurunya?"

"Bosen ah Kak, pelajaran Matematika kan harusnya dikasih penjelasan dan nyoret-nyoret di kertas. Bukan cuma penjelasan yang ujungnya cuma nyeritain kisah kasih si ibu waktu sekolah dulu. Yang penting aku tetep hadir dikelas tambahan ini," saut Shasha sambil menaikkan dan memainkan kedua alisnya dengan tersenyum.

"Terserah kamu lah Sha," jawab Neena sambil membuka handphonenya. "Ya ampuuuuuun, akhirnya lolos review juga setelah dari kemaren nyangkut," teriak Neena.

"Segitunya banget sih, Kak! Nah nah nah untungnya Kak Neena ingetin aku. Ayolah Kak traktir aku makan, sayang loh kak uang tabungannya kalo gak dimanfaatkan dengan baik," saut Shasha dengan semangat.

"Ya pasti dong nanti kumanfaatkan tabunganku dengan baik, lumayan lah buat beli tahu bulet."

"Jangankan tahu bulet, mau beli pabriknya juga bisa pake tabungannya Kak Neena," sahut Shasha dengan tertawa. "So, kita pergi sekarang aja yuk, Kak!" ajak Shasha.

"Hmmm gimana yaaa? Tapi bantu baca, vote dan komen karyaku juga yaa," pinta Neena.

"Ashiaaaaap," saut Shasha.

...----------------...

Salah satu Mall besar di pusat Jakarta menjadi tujuan kedua gadis cantik tersebut. Selama di perjalanan, mata Neena tidak berhenti memandangi gedung-gedung pencakar langit, ingatan akan seseorang yang begitu ia rindukan kembali datang. Seseorang yang sudah mengisi hatinya selama sepuluh tahun belakangan ini. Tiap kali mengingatnya, rasa sesak di dada selalu Neena rasakan, tanpa terasa air mata jatuh di pipinya. Tidak ingin mengganggu waktu bersenangnya dengan Shasha, dengan segera Neena hapus airmatanya dan berusaha untuk tidak memikirkan segala hal yang bisa merusak harinya.

Sesampainya mereka di tempat tujuan, Shasha segera mengajak Neena untuk pergi ke lantai dua, tempat yang sudah beberapa hari ini ingin Shasha kunjungi.

"Kak, kita makan di sana, yaaa! aku kepingin makan sashimi," ucap Shasha sambil menunjuk ke salah satu restoran Jepang favoritnya.

"Oke."

Setelah mendapat tempat duduk, Neena meminta Shasha memesankan makanan untuk mereka berdua. Getaran handphone di tasnya membuat Neena segera mengambil handphonenya dan membaca pesan yang ia dapatkan.

Abang Naka♥️ : Neena dimana?

Neena : Aku sama Shasha makan di luar bang, Shasha lagi kepingin sashimi. Kenapa Bang?

Abang Naka♥️ : oh ya sudah, pulangnya jangan terlalu sore ya. Abang tunggu dirumah, kita makan malam diluar.

Neena : oke deh bang.

Selesai membalas pesan untuk kakaknya, Neena membuka platform tempat ia menyalurkan hobi menulisnya, dan tanpa ia sangka, beberapa episode yang ia update kemarin sudah mendapat ribuan vote dari para pembacanya dan itu membuat hatinya sangat senang. Bisa menyalurkan hobi dan mendapat apresiasi dari banyak orang adalah kebanggaan sendiri untuk Neena, terlebih lagi hobinya tersebut juga membuat Neena memiliki tabungan yang terbilang besar bagi gadis seusianya.

"Heeeey Kak Neena, senyum-senyum sendiri gitu deh. Aku jadi takut liat Kak Neena kayak gitu," kata Shasha sambil bergidik ngeri.

"Alah kamu Sha, aku bengong salah, senyum juga salah."

Shasha tertawa. "Ya gak gitu juga Kak Neena Sayang! Aku seneng ko kalo Kak Neena seneng. Tapi cerita-cerita juga dong apa yg ngebuat Kak Neena senyum senyum gitu. Habis dichat cowo ganteng ya?" ledek Shasha.

"Iyaa bener banget Sha, aku habis chatan sama cowok ganteng."

"Siapa-siapa Kak?" tanya Shasha antusias. "Kenalin dong ke aku! Siapa tau doi juga punya temen yg bisa ngedate sama aku. Kita jadi bisa double date deeh," desak Shasha.

"Namanya Bayanaka Ishan."

"Ih itu mah Bang Naka. Ya kali aku kenalan sama temennya Bang Naka. Jalan sama om-om dong aku nanti!" kata Shasha sambil menaikkan bahunya.

"Udahlah Sha, gak usah mikirin cowo. Kamu sekolah dulu aja, lulus trus masuk dulu ke Universitas yang mami kamu mau, setelah itu mau bawa cowo kedepan mamimu juga gak akan diprotes mamimu," jelas Neena

"Permisi," kata pelayan yang datang membawakan pesanan mereka.

"Terima kasih, Mbak," jawab Neena.

"Oia Sha, habis makan langsung pulang aja yaa. Bang Naka nunggu kakak di rumah. Kakak gak enak kalo pulang terlalu sore. Jarang-jarang kan Bang Naka sesiang ini udah pulang, ada yang mau Kak Neena diskusiin sama Bang Naka tentang matkul semester depan."

"Oke Kak Neena, yang penting kepinginnya aku sudah terbayarkan. Makasiii ya Kak Neena sudah mewujudkan mimpi beberapa hariku ini. Mami masih sibuk ngebantuin Papi makanya belom sempet ajak aku kesini," jelas Shasha dengan binar mata yang bahagia.

Neena tersenyum sambil menganggukkan kepala. Neena akan ikut senang bila adik sepupunya itu juga merasa senang. Sejak tiga tahun lalu, Tante Ina dan Om Hisyam yang merupakan orangtua Shasha-lah yang menjadi orangtua pengganti Neena dan Naka di Jakarta. Orangtua Neena, Bunda Sekar dan Ayah Bara sudah menetap di Singapura sejak sembilan tahun lalu, tuntutan pekerjaan ayah Bara mengharuskan ia meninggalkan negara tercintanya ini.

Awalnya Neena dan Naka juga ikut kedua orangtuanya menetap di Kota Singa tersebut, namun setelah menyelesaikan Junior Collegenya di Singapura (setara dengan SMA di Indonesia), Naka memutuskan untuk kembali dan melanjutkan kuliahnya di Indonesia. Memiliki rumah yang masih berada dalam satu kawasan dengan tantenya, membuat kedua orangtua Naka mengizinkan Naka untuk kembali ke Indonesia. Begitupun dengan Neena yang mengikuti jejak abangnya tiga tahun lalu untuk kembali ke Indonesia dan melanjutkan kuliahnya di sini.

🌸🌸

jangan lupa dukungannya yaa, vote dan komentarnya thorthor tunggu😊

Keputusan

Benar saja, setelah selesai makan, Shasha dan Neena langsung pulang tanpa berkeliling atau menghabiskan waktu mereka di Mall tersebut.

Setibanya di depan rumahnya, Neena membayar taksi dan segera turun setelah sebelumnya mengantar Shasha terlebih dahulu ke rumahnya. Neena melihat mobil Naka di carport rumah dan segera masuk ke dalam untuk menemui kakak laki-lakinya itu.

"Assalamua'laikum. Tumben Bang jam segini udah sampe rumah?" tanya Neena sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa seberang sofa yang diduduki kakaknya.

"Walaikum salam, iya nih. Abang habis urus sesuatu dan gak balik ke kantor lagi. Oia Neena, ada yang Abang mau omongin sama kamu. Tapi mungkin sekalian kita makan malam di luar aja ya, kamu istirahat dulu sekarang dan nanti Abang tunggu setelah salat magrib," jawab Naka yang hanya sesekali melirik ke arah Neena.

"Apa yang mau diomongin Bang Naka ya? Biasanya juga kalo ada yang mau didiskusiin langsung ngomong tanpa ngajak keluar gitu dulu," batin Neena. Meskipun masih penasaran tapi Neena berusaha untuk membuang segala terkaannya.

"Ya sudah iya, Bang. Neena ke kamar dulu, ya."

Naka hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh ke arah Neena yang sudah berjalan kearah kamarnya di lantai dua.

...----------------...

Setelah selesai bersiap diri, Neena turun ke lantai bawah rumahnya untuk pergi makan malam bersama Naka. Ia melihat kakaknya yang juga sudah siap sedang membaca buku di tangannya. Neena pun segera menyapa sang kakak dan tidak lama setelah itu mereka pergi ke suatu rumah makan yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

"Wah, terakhir kali aku ke sini sebelum kita berangkat ke Spore, Bang! Padahal rumah kita gak terlalu jauh dari sini, tapi aku belom ke sini lagi semenjak balik tiga tahun lalu. Enggak banyak yang berubah yaa!" ucap Neena yang begitu senang dan takjub dengan rumah makan yang baru saja mereka datangi. Rumah makan tersebut memang rumah makan favorit keluarga Neena, ayah dan bundanya sering sekali mengajak kedua anaknya untuk makan di rumah makan itu ketika mereka masih kecil. Selain jarak yang tidak terlalu jauh, makanan yang enak, dan suasana alami yang terdapat dir rumah makan itu membuat ayah bunda selalu nyaman dan sering menghabiskan waktu mereka di sana bersama dengan kedua anaknya. Tidak lupa dengan konsep gazebo yang bisa menjaga privasi antar pengunjung membuat rumah makan itu semakin dijadikan tempat favorit.

Naka hanya tersenyum menanggapi perkataan adiknya dan segera mengajak adik tersayangnya itu untuk segera masuk. Sebelumnya, Naka sudah membooking sebuah tempat untuk mereka berdua, karena rumah makan itu selalu saja penuh meskipun bukan hari libur. Kepenatan hidup di kota besar banyak membuat orang untuk menyegarkan otak mereka dengan sekedar menghabiskan waktu di tempat yang sekiranya nyaman, salah satunya di rumah makan tersebut.

"Na, Bang Naka mau lanjutin S2," ucap Naka setelah mereka menduduki tempat yang sudah dibooking.

"Serius, Bang?" tanya Neena yang langsung melihat ke arah kakaknya, saat itu ia sedang membolak-balikan daftar menu untuk memesan makanan.

"Insead."

"Gitu doong bang! Dari awal Bang Naka lulus S1 kan Ayah Bunda udah langsung nanya dan nawarin Abang untuk lanjut Magisternya..Eh bentar-bentar. Dimana, Bang? Insead?" tanya Neena terlonjak kaget sesaat setelah menyadari kampus tujuan kakaknya untuk melanjutkan studynya.

"Bang Naka mau balik ke Spore lagi?"

Kampus tujuan Naka untuk melanjutkan S2nya memang terdapat di beberapa negara, salah satunya adalah Singapore. Neena tau Insead karena Universitas yang terkenal dengan tema utama "The School of Business in the World" itu memang menjadi salah satu Universitas dengan Ilmu Bisnis terbaik.

"Bang Naka mau ambil di pusatnya Na, Paris. Bukan gak mau ambil tawaran dari Ayah Bunda untuk langsung lanjut S2 waktu itu, tapi Bang Naka mau membuktikan ke diri Abang sendiri kalo Abang mampu untuk ngelanjutin study tanpa bantuan Ayah Bunda. Makanya Bang Naka mutusin kerja dan nabung dulu untuk bekal kuliah Abang."

Naka dan Neena memang terlahir bukan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, bahkan bisa dibilang ekonomi keluarganya berada di kalangan atas. Bunda Sekar selalu menanamkan kemandirian dan kerendahan hati kepada kedua anaknya sejak kecil. Terbukti ketika mereka sudah besar, mereka hanya menggunakan fasilitas yang diberikan kedua orang tuanya seperlunya saja. Tidak pernah meminta jika tidak benar-benar mereka butuhkan.

"Paris?" ulang Neena.

"Iya, Bang Naka coba apply beasiswa di sana. Alhamdulillah, untuk tahun ini Bang Naka keterima. Sebenernya tahun lalu juga bang Naka coba apply yang di Singapore, tapi belom rezeki makanya baru tahun ini keterimanya."

Mendengar itu, Neena beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri kakaknya. Neena merasa terharu dengan apa yang sudah kakaknya peroleh saat ini.

"Neena bangga banget sama Bang Naka, meskipun ayah bunda ngasih full support untuk lanjutin study Bang Naka, tapi Abang malah milih untuk ngelanjutin study Bang Naka dengan uang Bang Naka sendiri, dapet beasiswa pula," ungkap Neena sambil memeluk kakaknya dari belakang, tidak terasa air mata menetes dari netranya menandakan kebahagiaan dan rasa terharu untuk kakak tercintanya itu.

"Bang Naka emang matahari yang luar biasa, sama kayak makna nama Bang Naka."

"Bang Naka malah malu sama kamu! Sejak kamu masih sekolah kamu udah bisa menghasilkan penghasilan sendiri. Malah sekarang mungkin tabungan Abang kalah dengan tabunganmu. Kamu juga sekarang kuliah dengan beasiswa prestasi. Sejujurnya kamu yang menjadi motivasi Abang untuk jadi seperti ini. Kamu sudah menjadi bintang yang memberikan sinar di keluarga kita, juga seperti makna nama yang Bunda berikan ke kamu, Tavisha yang berarti bintang," kata Naka sambil mengusap dan mengecup kepala adiknya.

Neena kembali duduk di tempatnya dan Naka memanggil pelayan untuk memesan makanan. Mereka menghabiskan makan malam itu dengan berdiskusi banyak hal, tidak lupa Neena menanyakan mengenai beberapa mata kuliah yang akan diambilnya di semester depan.

"Apa Shasha sudah ngomong sama kamu?" tanya Naka setelah selesai dengan makan malamnya.

"Tentang?"

"Kakek Mulya menyerahkan perkebunannya untuk diurus oleh Om Hisyam. Ada beberapa hal pula yang harus mereka selesaikan dengan notaris yang berkaitan dengan perkebunannya. Berhubung Tante Ina mengerti dengan itu, Om Hisyam memintanya untuk membantunya. Makanya kamu jarang melihat mereka dirumah kan? Mereka bolak balik Jakarta-Yogya," jelas Naka.

Neena menanggapi hanya dengan menganggukkan kepala. Ia memang belum mendengar hal itu, karena Shasha pun tidak berbicara dengannya ketika mereka bertemu tadi. Tapi yang ia tahu, om dan tantenya memang belakangan ini jarang ada di rumah, begitu yang dikeluhkan adik sepupunya, Shasha.

"Mungkin mereka akan menetap di Yogyakarta. Keputusan itu diambil juga setelah Kakek Mulya meminta mereka untuk menemani masa tuanya, Kakek Mulya tidak ingin tinggal di Jakarta sehingga keluarga Om Hisyam-lah yang akhirnya mengalah dan akan tinggal di sana."

"Shasha belom ngomong apa-apake Neena, Bang. Kapan mereka akan pindah?"

"Mungkin karena Shasha masih mempertimbangkan kamu. Om Hisyam kemarin mengajak bertemu Abang dan membicarakan mengenai masalah ini. Dia bilang kalo Shasha masih mempertimbangkan beberapa hal mengenai kepindahannya, terutama kamu."

"Neena, Bang?" tanya Neena tidak mengerti.

"Iya, Shasha sudah tau Abang akan melanjutkan study di Paris. Sebelum Bang Naka apply beasiswa itu, bang Naka sempat konsultasi dengan Om Hisyam. Jadi setelah ada pengumuman, Bang Naka langsung kasih tau ke keluarga Om Hisyam."

Neena hanya terdiam mendengarkan semua yang dikatakan kakaknya sambil mengaduk minuman dengan sedotan miliknya. Melihat itu, Naka mencoba memaklumi karena beberapa hal yang baru ia sampaikan mungkin saja terdengar mengejutkan bagi Neena.

Sampai pada akhirnya Naka pun memanggil nama adiknya itu, namun beberapa kali panggilan, adiknya itu belum juga menanggapi dan membuat Naka segera duduk di samping adiknya, menyentuh bahu dan membuyarkan semua lamunan Neena.

"Neena, Bang Naka sudah menjelaskan semua ke Ayah Bunda. Mereka memintamu untuk kembali dan tinggal bersama lagi dengan mereka di Singapore."

"Kuliahku tinggal satu tahun lagi Bang. Kalo Neena ke sana, Neena harus beradaptasi lagi dengan yang baru. Neena sudah terlalu nyaman disini," sahut Neena dengan menatap kosong ke depannya.

"Kamu tidak perlu khawatir, Bang Naka akan mengurus semuanya. Kamu bisa menyelesaikan kuliahmu di sana tanpa harus mengulang dari awal."

"Kalo Neena tetap di sini aja bagaimana, Bang?" tanya Neena dengan sedikit takut.

Naka sudah menebak jawaban apa yang akan diberikan oleh Neena ketika ia memintanya untuk tinggal bersama lagi dengan orangtuanya. Ia pun memikirkan cara lain untuk membuatnya tenang meninggalkan adiknya di negara ini tanpa merasa sendirian.

"Hmm ... Ya sudah kalo kamu mau tetap di sini. Masa tugas Ayah akan berakhir dua tahun lagi. Selama dua tahun itu, Bang Naka gak mau kamu sendirian, jadi Abang sudah meminta tolong seseorang untuk menemani dan mengawasimu."

"Mengawasiku? Siapa Bang?" tanya Neena penasaran. Ia tidak keberatan dengan seseorang yang mengawasinya, karena ia tahu orangtua dan kakaknya tidak akan membiarkan dia tinggal sendirian, meskipun di negaranya sendiri.

"Reya," jawab Naka.

🌸🌸

Jangan lupa dukungannya yaaa, vote dan komentarnya thorthor tunggu

terima kasih☺️

Abang Hero

Tidak lama setelah menyelesaikan makan malamnya, Naka segera mengajak pulang adik tersayangnya itu. Selama di perjalanan, bayangan akan seseorang terlintas di benak Neena.

"Bang Reya," gumam Neena sambil tersenyum. Sosok seorang anak laki-laki yang selalu ada bersama dengannya dan sang kakak tidak pernah hilang dari ingatannya meskipun hampir selama 10 tahun ini tidak pernah bertemu.

Tidak adanya saudara perempuan yang dimiliki Neena, membuatnya selalu mengikuti kemanapun dan apapun yang dimainkan oleh Naka sejak kecil. Sang kakak pun tidak pernah keberatan, bahkan ia yang meminta izin kepada bunda untuk selalu mengajak Neena bermain bersamanya. Sifat dewasa dan kasih sayang yang besar untuk Neena, membuatnya tidak tenang jika membiarkan Neena bermain jauh dari pandangannya. Jika Neena ikut bersamanya, ia akan lebih mudah mengawasi dan menjaga sang adik.

Teman-teman Naka juga tidak pernah keberatan dengan adanya bonus seorang anak perempuan yang ikut bersama mereka jika ingin bermain dengan Naka, termasuk Atreya Kiran Radeva atau Reya. Reya merupakan sahabat sekaligus tetangga keluarga Naka. Kedua orangtua mereka saling mengenal dengan baik. Rumah yang bersebelahan, membuat mereka sering menghabiskan waktu bersama sampai larut malam, bahkan sampai menginap.

Jika Reya dan Naka sering menghabiskan waktu bersama, maka akan ada Neena diantara mereka. Reya juga sama seperti Naka, selalu ada untuk Neena. Naka seringkali diberikan pelajaran tambahan oleh sang bunda, dan Reya-lah yang akan menemani Neena. Reya tidak pernah keberatan untuk menemani Neena yang ingin bermain di taman, dan menolongnya bila ada teman yang meledek atau mengganggu gadis kecil itu. Reya juga selalu menuruti apapun yang sedang diinginkan Neena. Semua perlakuan Reya kepada Neena membuat kesan sendiri untuknya sehingga ia pun mempunyai panggilan tersendiri untuk teman kakaknya itu, 'Abang Hero'.

Suara ketukan di jendela mobil menyadarkan Neena dari lamunannya. Ia menoleh ke sebelah kanan tetapi tidak menemukan kakaknya di balik kemudi. Kemudian ia berbalik menoleh ke sebelah kiri dan menemukan kakaknya sudah berada di luar mobil. Ia baru tersadar jika sudah sampai depan rumahnya dan dengan segera ia turun dari mobil.

"Kamu tuh mikirin apa sih, Na? Sepanjang jalan bengong sendiri sambil senyum-senyum gitu. Abang heromu itu ya?" tanya Naka sambil mengacak rambut Neena sang adik. "Tenang aja bentar lagi juga bakal ketemu, dia sekarang sudah jadi pria sungguhan loh, Na," ucap Naka sambil berjalan masuk.

Neena tidak menanggapi perkataan sang kakak dan mengikutinya masuk ke dalam rumah.

...----------------...

Suara deringan ponsel membangunkan Neena pagi ini. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya, Neena langsung menggeser tombol hijau di ponselnya. Suara yang tidak asing bagi Neena terdengar di seberang, membuat ia bisa langsung menebak siapa yang menghubunginya. Meskipun terpisah jarak, tak seharipun yang terlewat tanpa Neena dan Naka menghubungi kedua orangtuanya untuk sekedar memberi kabar. Berbeda dengan Neena yang selalu melakukan video call dengan ayah bunda tiap harinya, Naka hanya melakukan video call jika ia memiliki waktu senggang, tetapi tetap memberikan kabar kepada kedua orangtuanya meskipun hanya mengirimkan pesan.

"Pagi Bintangku cantik," sapa sang bunda di sebrang sana.

"Pagi Bunda, sayang."

"Loh loh loh, kamu belom bangun ya?" tebak sang bunda yang mendengar suara khas seseorang yang baru saja bangun tidur.

"Aduuuh gimana nasib calon menantu Bunda nantinya, ya? Istrinya selalu bangun siang kayak gini! Ayolah sayangku, belajar bangun pagi, ya!"

Neena tersenyum, "Bunda, calon suami aku nanti kan milih aku jadi istrinya karena sayang plus cinta sama aku, salah satu tanda dia cinta itu ya harus nerima aku dengan sifat, sikap dan kebiasaan-ku dong, Bun!"

"Kamu itu selalu aja bisa membalas apa yang bunda katakan. Ya sudahlah terserah kamu. Oia, Bang Naka sudah bilang ke kamu kan kalo dia mau lanjut studynya di Paris?"

"Iya Bunda, semalam Bang Naka bilang ke Neena."

"Tante Ina dan Om Hisyam kan juga mau menetap di Yogya, kamu balik dan tinggal disini lagi aja ya sayang sama Ayah Bunda!" pinta Bunda Sekar.

"Kuliahku sudah masuk tingkat akhir, Bun. Semester depan aku tinggal ambil beberapa matkul lagi, aku juga sudah mengajukan judul untuk tugas akhirku. Kalo aku pindah, aku harus mengulang dan penyesuaian lagi. Neena disini aja ya, Bunda."

"Sebenarnya Bunda berat banget untuk mengizinkan kamu tinggal sendiri, Bunda sampe minta Ayah untuk mengizinkan Bunda pulang ke Indonesia."

"Engga engga, Bunda! Kasian Ayah kalo Bunda jauh dari Ayah. Ayah kan gak pernah jauh lama dari Bunda. Neena sudah besar Bunda, gak akan tersesat juga kalopun disuruh keliling Jakarta," ucap Neena sambil tersenyum, yang ia sadari bunda juga tidak akan bisa melihat senyumannya itu.

"Bunda khawatir dengan kamu sayang, tapi jujur Bunda sedikit tenang karena akan ada Reya yang menemani dan menjagamu selama di sana."

Neena hanya mengangguk mendengar perkataan bunda. Terdengar panggilan seseorang yang memanggil nama bunda diseberang sana yang Neena yakini itu adalah ayahnya. Obrolan mereka pun harus terhenti karena Ayah Bara meminta Bunda Sekar untuk segera pergi bersamanya menemui rekan bisnisnya.

Setelah mematikan telepon, Neena mencoba untuk melanjutkan tidurnya. Namun, ia hanya membolak-balikkan tubuhnya ke kanan dan kiri tanpa bisa tidur dengan pulas. Akhirnya, ia memutuskan untuk segera bangun dan mandi.

Selesai bersiap, Neena mengambil laptopnya dan duduk di depan jendela yang menjadi salah satu spot favorit dikamarnya itu selain tempat tidurnya tentunya. Memiliki jendela besar adalah salah satu syarat wajib Neena untuk kamarnya. Ia segera duduk dan membuka platform tempat ia menuliskan karya. Sudah tiga hari ini, ia tidak melanjutkan menulis, padahal ia sedang libur semester yang artinya banyak waktu luang yang ia miliki. Ketika membuka platform itu, ia tidak terkejut dengan banyaknya komentar yang menanyakan dimana dirinya dan meminta alasan kenapa tidak update kelanjutan cerita fiksi yang ia buat. Ia sudah terbiasa mendapat komentar-komentar itu meskipun hanya satu hari saja ia tidak hadir di sana.

Sejam berlalu sejak ia mulai melanjutkan menulis. Suara panggilan dan pintu yang diketuk membuat Neena tersadar dari dunia khayalannya. Ia segera memberi jawaban untuk segera turun dan sarapan bersama dengan sang kakak. Sebenarnya ia malas jika harus sarapan ke bawah, ia sudah terbiasa membawa dan makan sarapan yang telah dibuat sebelumnya oleh Bi Miah ke kamarnya.

Neena jarang sarapan bersama dengan Naka karena ketika ia bangun tidur sang kakak sudah pergi bekerja. Hanya di hari libur-lah mereka bisa sarapan bersama seperti hari ini.

Dengan langkah gontai, Neena menuruni anak tangga. Baru sampai di pertengahan tangga, ia terkejut dengan seseorang yang sedang berbincang dengan sang kakak di meja makan.

"Abaaaaaang!" teriak Neena.

🌸🌸

Terima kasih sudah membacaa

Komentar dan votenya thorthor tunggu yaa

semangaat membaca☺️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!