“Selamat pagi. Saya Bambang Hendrawan akan menemani Anda
tiga puluh menit ke depan dengan berita-berita yang bagus, menginspirasi, dan
menyedihkan. Berita kali ini berasal
dari salah satu sekolah ternama di kota ini. Satu orang siswa ditemukan
meninggal karena bunuh diri. Diduga
siswa bernama Adam hermawan bunuh diri karena gagal dalam mengikutis tes ujian
akhir nasional. Sampai saat ini belum
ada konfirmasi dari pihak keluarga ataupun sekolah. Kita beralih ke kasus yang lain. Di sebuah kos, telah ditemukan mayat seorang
pria. Dia meninggal karena gantung
diri. Menurut informasi dari keluarga
dan teman-teman kosnya, Budiaman telah menerima pengumuman bahwa dia gagal
mengikuti tes cpns. ” Berita tersebut
mengalihkan fokus seorang wanita muda yang sedang makan mie instan di kamar. Sementara serius menonton dan makan mie
instan, handphone berbunyi. “ selamat
pagi ibu Novi, saya wakil kepala sekolah dari sekolah Pelita Bangsa. Saya ingin menyampaikan kalau Anda diterima
sebagai guru di tempat kami. ” Demikian
Novi membaca email yang baru saja masuk ke handphonenya. Secara spontan dia berteriak sehingga
mengganggu tetangga kamarnya.
Dengan bersemangat Novi
masuk ke gerbang sekolah. Pelita Bangsa
adalah sekolah yang menerimannya setelah dia ditolak di beberapa sekolah. Maklum saja, Novi baru menyelesaikan program
sarjananya. Dia lulus dari sebuah kampus
biasa dan belum memiliki pengalaman mengajar. Itulah alasan mengapa beberapa sekolah menolaknya. Dia disambut baik oleh kepala sekolah dan
pengajar yang lain. Hari pertama, Novi
mengajar di kelas enam SD. “ perkenalkan
nama saya Novi. Saya akan mengajar Bahasa Indonesia. ” Novi memperkenalkan diri, dan meminta murid
untuk memperkenalkan diri juga. Setelah
itu, Novi mengajar satu materi “ sekarang
anak-anak boleh mengerjakan latihan yang ke tiga. Ibu akan
ke toilet dulu. ” Novi meminta ijin
untuk ke toilet. “ iya bu. ” Murid-murid
menjawab perintahnya. Novi berjalan
menuju toilet. Dia melihat seorang murid
laki-laki sedang berdiri di tengah lapangan dengan tangan menghormat
bendera. Novi tidak memperdulikan apa
yang dia lihat, dia kembali melanjutkan langkahnya.
Keesokan harinya, Novi
melihat kejadian yang sama seperti sebelumnya. Seorang anak laki-laki berdiri di
tengah lapangan dengan tangan menghormat bendera. Sudah sebulan Novi mengajar, setiap hari dia
melihat anak tersebut dihukum oleh guru. Jenis hukuman yang dia terimapun
berbeda-beda.
Novi duduk di sebuah bangku dan melihat anak-anak
sedang bermain di tengah lapangan. Dia
seperti memikirkan sesuatu. “ hei…
jangan melamun! Nanti ayam tetangga
mati! ” salah satu guru menepuk pundaknya. Mendengar itu Novi tertawa. “ apa
hubungannya melamun dengan ayam tetangga mati? ” Novi memberikan pertanyaan. “ aku juga tidak tahu sih. ” Sambil menggaruk kepalanya. “oh iya bu, apa itu tahu tentang anak itu?”
Novi menunjuk salah satu murid yang sedang duduk di bawah pohon. Itu adalah anak yang telah mencuri
perhatiannya selama sebulan. “ namanya
Lewi. Dia anak pindahan, dan baru
beberapa bulan di sini. Anak baru sih, tetapi
dia sudah memecahkan rekor sebagai murid ternakal dan terbodoh di sekolah ini. ” salah satu rekan kerjanya memberi
informasi. “ maksudnya? ” Novi semakin ingin tahu. “ semua guru mengeluh. Anak itu belum bisa membaca, berhitung,
bahkan dia tidak tahu huruf dan angka. Sementara dia sudah kelas dua SD. Tiga bulan lagi anak-anak akan ujian kenaikan kelas. Saya yakin, dia akan gagal di ujian ini. ” guru tersebut menjelaskan.
Siang ini akan diadakan
rapat di sekolah. Semua guru, staff, dan
kepala sekolah masuk ke dalam ruangan. “
selamat siang bapak dan ibu. Hari ini
saya ingin memberikan pengumuman. Ibu
Santi wali kelas dua harus ikut suaminya pindah ke luar kota. Setelah saya berunding dengan beberapa guru
dan pemilik sekolah ini, kami memutuskan jika ibu novi akan menjadi wali kelas
dua. Ibu Novi akan menggantikan ibu
Santi. Kabar tersebut membuat Novi
kaget. Dia tidak pernah menyangka jika
hanya dalam waktu sebulan, dia telah menjadi wali kelas
Sebelum masuk kelas, Novi
telah mempersiapkan diri. Hatinya
bercampur aduk. Meskipun yang dia hadapi
adalah anak anak kelas dua SD, namun hal itu adalah pengalaman pertamanya sebagai
wali kelas. “ selamat pagi anak-anak! ”
Novi menyapa murid-muridnya. Semua murid
membalas sapaan darinya. Novi melihat ke
arah anak laki-laki yang sudah mencuri perhatiannya selama beberapa
minggu. Novi memanggil nama anak satu
persatu sebagai perkenalan singkat. “
okei anak-anak, kita akan mulai membuka buku tematik halaman tiga puluh bagian
dua. ” Mendengar perintah Novi, Lewi
kebingungan dan melihat apa yang dibuka oleh teman semejanya. Novi masih terus
memperhatikannya. “ anak-anak adakah
yang mau membantu ibu untuk membacakan ceritanya? ” spontan anak-anak mengacungkan tangan
berharap mereka akan dipilih. Novi
memperhatikan semua anak. semua
mengangkat tangan kecuali Lewi. “ Lewi,
bisa tolong ibu untuk membacakan ceritanya? ” Novi meminta kesediaan Lewi. “ dia
tidak akan bisa bu! diakan aneh! Huruf
dibilang menari, o dibilang mata, A dibilang pesawat. ” Seorang murid berkomentar. Mendengar itu semua tertawa. Lewi tertunduk malu. Novi melihat semua muridnya. “ mulai hari ini ibu memberikan satu
peraturan. Jika ada yang mengejek
temannya, maka dia wajib menulis semua isi buku ke dalam buku catatan. ” Peraturan baru itu membuat murid-murid diam
dan saling melihat. Ada yang mengangkat
bahu, ada yang menganggab gurunya galak, dan bahkan ada yang merasa senang
dengan peraturan baru itu. ” Bel
istirahat berbunyi. Anak-anak bergegas
keluar kelas. Novi masih duduk di
kursinya. Dia melihat Lewi tidak
beranjak dari kursinya. “ Lew, kamu
tidak istirahat? ” Novi bertanya dan Lewi
tidak menjawab apa-apa. Novi
menghampirinya. “ Lew, kamu baik-baik
saja? ” Novi mengusap rambutnya. Lewi tidak menjawab apa-apa. Lewi berdiri meninggalkannya tanpa berpamitan. Novi melihat sebuah jar di atas meja Lewi. Jar tersebut berisi air keruh, dan di dalamnya ada ikan-ikan kecil. Novi melihat buku catatan milik Lewi. Tidak ada tulisan sedikitpun. Semua bukunya penuh dengan gambar pesawat,
burung, ikan, dan masih banyak lagi.
Novi sedang berbaring di
kamar kosnya. Dia mengambil handphone
dan menghubungi ibunya. Setelah
berbicara dengan ibunya, Novi mengambil keputusan untuk menolong Lewi. Keesokan
harinya dia membongkar loker dan mencari data Lewi. “ cari apa bu? ” seorang guru bertanya. “ saya lagi cari data Lewi. Saya ingin menghubungi orang tuanya. ” Novi menjawab pertanyaan rekannya. “ anak itu bikin masalah lagi ya? ” temannya bertanya. “ absolutely
no! justru anak itu sangat spesial. Dia sudah berhasil menarik perhatian banyak
guru, termasuk saya. ” Novi menjawab dengan
tersenyum, dan melanjutkan pekerjaannya. Senyuman tersirat di wajahnya, ketika dia menemukan nomor handphone
orang tua Lewi.
Di gerbang sekolah, Novi
menunggu Lewi. Orang tua Lewi memberi
ijin kepadanya untuk membawa Lewi. “ lew,
hari ini kita akan bertemu dengan orang yang paling istimewa dalam hidup ibu. Tapi kita makan dulu ya! ibu lapar. ” Novi membawa Lewi makan siang di
sebuah restoran mewah. Di pintu masuk
Lewi berhenti. “ kenapa berhenti? ” Novi bertanya. “ kata papa, Lewi tidak boleh makan di tempat
mahal. Tempat mahal itu hanya untuk
orang pintar saja. Lewikan bodoh. ” Novi
sangat terkejut mendengar ungkapan Lewi. Novi menyamakan posisi kepalanya dengan Lewi. “ siapa yang bilang kamu bodoh? ” dengan
prihatin Novi melihat wajahnya. “ semua
orang bilang Lewi bodoh. Mama, papa,
teman-teman, dan guru-guru di sekolah. Bahkan mama dan papa sering berantam karena Lewi. Kakakku sangat pintar, sementara aku sangat
bodoh. Mereka selalu bilang seperti itu.
” Lewi mengungkapkan isi hatinya “ you’re
not stupid. You’re special boy. ” Novi memeluknya, mengusap kepalanya. Novi mengajak Lewi masuk dan mengijinkan Lewi
memesan apa saja yang dia suka.
Novi membawa Lewi ke
Rumah Sakit. Novi lahir dari seorang
wanita yang berprofesi sebagai psikolog klinis. Setelah diperiksa, Lewi bermain di ruangan yang telah disediakan untuk
anak-anak. Novi memperhatikan Lewi yang
sedang bermain. “ Nov, dia positif disleksia. Mama sudah melakukan beberapa tes. Kamu harus menolongnya sebelum
terlambat. Dia tidak bodoh! dia memiliki
kecerdasan di atas normal. Kondisinya
sedang parah. Dia depresi, dia merasa
tertolak, dia merasa tidak berguna, kamu harus menolongnya!” Hari itu Novi memutuskan untuk belajar banyak
hal tentang disleksia. Dia memberi kelas
tambahan kepada Lewi. Novi mengajar Lewi
dengan menggunakan gambar, suara, benda, pasir, dan cara-cara kreatif
lainnya. Perlahan-laham Lewi mulai
mengenal huruf dan angka.
Ujian telah usai. Orang tua menerima raport hasil belajar
anak-anak. Orang tua Lewi melihat hasil
dari seluruh mata pelajaran yang tertulis di buku raport. Dia hanya melihat satu tinta merah. Tidak ada kalimat peringatan dari
guru-guru. Ibunya memeluk Lewi. “ maafin mama nak! Mama janji tidak akan memaksakan kehendak
mama lagi. Kamu tidak harus jadi seperti
mama dan papa. Kamu bisa jadi apapun
yang kamu mau. Maafin mama sayang! ” Awalnya, Orang tua Lewi memiliki ambisi jika
anak-anak mereka harus menjadi seperti mereka. Itulah alasan mengapa Lewi dan kakaknya
dipaksa belajar keras untuk mendapatkan nilai bagus. Menurut kedua orang tuanya, dengan nilai
bagus mereka bisa masuk ke universitas yang bagus juga.
Hari demi hari Lewi
mengalami peningkatan. Wajahnya tidak
lagi bersedih. Dia menjadi anak yang
bersemangat dan tidak gampang menyerah. Hari ini Lewi sudah berusia enam belas tahun. dia memenangkan sebuah perlombaan tingkat
nasional. Dia menjadi programmer
cilik. Dia membantu para petani,
nelayan, dan pebisnis yang masih kecil untuk meningkatkan pendapatan yang layak,
melalui applikasi yang dia ciptakan. Dia
meminta kedua orang tuanya untuk naik ke panggung. “ hari ini, jika saya ada itu semua karena
Tuhan. Sempat terlintas di pikiran saya
untuk mengakhiri hidup. Tetapi Tuhan
baik. Tuhan telah mengijinkan saya memiliki orang tua yang hebat. Tuhan juga telah mengirimkan tawa, senyum,
semangat, dan kebahagiaan, melalui seorang peri. Peri itu adalah guru saya. Namanya Ibu Novi. Dia satu-satunya orang yang percaya bahwa
saya tidak bodoh. Dialah yang
mengajarkan saya bahwa tempat makan mahal terbuka untuk siapa saja. I’m not stupid. I’m special boy.” SEKIAN
THIS IS ME
Sepasang bola mata
memandang sebuah kotak pensil berwarna ungu yang terletak di atas meja
temannya. “ tettttt…..tettttt…..tettttt…..
” bel berbunyi pertanda siswa sudah boleh pulang. Semua anak langsung keluar kelas dengan
perasaan lega dan wajah bahagia. Tetapi,
tidak dengan aku. Namaku adalah Fanya. Aku adalah Siswa kelas delapan. Setelah tiba di rumah aku bertemu dengan
nenekku. “ hari hari ini di sekolah? ” Aku mendapat pertanyaan dari nenekku. “ baik oma. ” aku menjawab dengan
singkat dan langsung masuk kamar. Aku
adalah siswa baru di sekolah Harapan Bangsa Bandung. Sudah sebulan aku bersekolah di sana. Aku akan menemani nenek selama di
Bandung. Tepatnya bukan menemani, tetapi
orangtuaku membuangku ke kota ini karena mereka malu dengan perbuatanku.
Sudah sebulan aku di
sini. Seperti biasa aku dan
teman-temanku duduk rapi di kelas hanya untuk menunggu guru yang akan
mengajar. Ada yang senang, tetapi tidak
sedikit juga yang terpaksa melakukannya. Seorang guru masuk ke kelas. Dia
seorang wanita, wajahnya biasa saja, usianya sekitar dua puluh enam tahun. namanya adalah Mellisa. Dia adalah wali kelasku. “hari ini ibu
mendapat kabar kalau salah satu dari teman kalian kehilangan sebuah kotak
pensil.” Mendengar itu semua siswa
saling melihat satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang mencurigakan. “ ibu
tidak akan menggeledah tas kalian karena kejadiannya kemaren. Ibu juga tidak akan menuduh kalian
melakukannya. Ibu berharap kalau ini
hanyalah sebuah kecerobohan saja. ”
Jam istirahat, Chaca
masuk ke ruangan guru dan ingin berbicara dengan Mellisa. “ bu, saya yakin kalau kotak pensil saya beneran hilang. Saya yakin salah satu dari teman-teman ada
yang mengambilnya. ” Chaca protes kepada
wali kelasnya. “ Cha, ibu tahu apa yang
ada di pikiran kamu. Ibu kenal kamu udah
lama. Ibu tahu kalau kamu sangat
detail. Ibu tahu kalau kamu nggak akan
ceroboh dengan barang. Tapi kita nggak
bisa menuduh seseorang tanpa bukti. ” Chaca membalas ucapan Mellisa “ semua
anak yang ada di kelas saya berasal dari keluarga kaya. Mereka pasti mampu membeli kotak pensil
seperti milik saya bu. kecuali
Tina. Dia hanyalah anak satpam sekolah
yang kebetulan dapat beasiswa dan sekolah di sini. ” ibu Mellisa berdiri dan mengelus pundak
Chaca. “ cha, tidak baik menuduh orang
hanya karena kondisi. Kita juga belum
ada bukti. ” Ibu Mellisa menjawab dengan
bijak. “ tapi sampai kapan bu? kejadian seperti ini sudah beberapa kali
terjadi. Bahkan bukan hanya kita yang
kehilangan. ” Chaca tetap ingin
mendapatkan pembelaan. “ ibu janji kalau
ibu akan menyelidiki masalah ini. ibu
percaya sama kamu. Kamu adalah anak yang
baik. Kamu tidak akan mempermalukan
siapapun. Ibu hanya minta kerja sama
dari kamu. ”
Hampir setiap hari kepala
sekolah mendapat kabar kalau siswa kehilangan barang. Bukan hanya barang-barang mahal. Tetapi barang-barang yang tidak memiliki
nilai jualpun bisa hilang. Semua guru
mengadakan rapat. “ sudah banyak siswa
yang melapor kepada saya kalau barang mereka banyak yang hilang. Bahkan ada orang tua yang menghubungi saya, jika hadiah yang mereka
berikan untuk anaknya hilang. Masalah ini harus segera diselesaikan. Jika pelakunya adalah guru, staff, satpam, atau
siapapun itu, maka akan kami keluarkan dari sekolah ini. Jika pelakunya adalah siswa maka kami
akan memanggil orang tua siswa yang
bersangkutan.”
Tina duduk di
sebelahku. Dia siswa yang rajin. Seringkali di jam istirahat, dia lebih memilih ke perpustakaan atau belajar
di kelas. Dia tidak memiliki uang yang
cukup untuk jajan di kantin. Jika dia
memiliki uang, dia lebih memilih untuk menabung. Dia mengambil buku dari tas dan membacanya. Bel berbunyi dan teman-teman masuk. Aku duduk di sebelahnya. Seorang anak mengangkat tangan. “ iya Vian. ” Mellisa merespon Vian. Menurutku dia adalah siswa paling tampan di
kelas. “ buku saya hilang bu ” Chaca langsung mengangkat tangan dan
berbicara. “ bu, di kelas ini yang senang membaca
hanya Tina. ” Secara tidak langsung, Chaca menuduh Tina yang mengambilnya. “ Apa kamu sudah memeriksanya dengan
baik? kamu yakin bukunya tidak
tertinggal di rumah? ” Mellisa
meyakinkan Vian. “ saya yakin bukunya
ada dalam tas saya bu. ”
Di Rumah, Mellisa sedang
menonton bersama suaminya. Menurut cerita dari teman-teman, mereka
adalah pasangan termanis dan baru menikah tahun lalu. “ hei, kamu kenapa? ” Mike mengelus rambut istrinya yang sedang
melamun. “ ada sedikit masalah di
sekolah ” jawab Mellisa. “ tentang anak-anak yang kehilangan barang? ” Mike langsung menebak apa yang ada di pikiran
istrinya. “ Iya. Aku takut, jika sebenarnya pelakunya tidak
ingin melakukan hal itu. Tetapi ada faktor
lain yang membuatnya harus melakukan hal itu. Ini aneh. Kalau dia butuh uang,
dia tidak akan mengambil barang yang
tidak ada nilai jualnya. ”
Mike dan istrinya sedang
berbelanja di super market. Mike melihat
seorang ibu tua sedang kesusahan membawa barang belanjaan. Ibu tua itu adalah
nenekku. Dengan sigab, Mike langsung
menawarkan bantuan. “ biar saya bantu
tante. ” Tidak hanya membantu bahkan pasangan
inipun mengantar nenek pulang. Ketika
tiba di rumah, nenek memaksa mereka untuk masuk ke rumah. Sebagai ucapan terima kasih, nenek akan
memasak untuk mereka. “ nek, saya bantu
ya!” Mellisa menawarkan bantuan. Dengan
senang hati nenek menyetujuinya. Mellisa
membuka kulkas. Dia melihat sebuah
coklat dengan hiasan pita. Dia tahu coklat itu milik siapa. “ tante, saya haus. Bolehkah saya minta segelas air? ” “ oh iya silahkan! Gelasnya ada di atas ya! ” sambil menunjuk lemari piring. Ketika ingin mengambil gelas, Mellisa melihat
sebuah botol minum. Melihat Itu Mellisa
seperti memikirkan sesuatu. Mereka
menyiapkan makan malam di meja. “ tante
tinggal sendiri? ” Mike bertanya. “ anak saya tinggal di blok sebelah. Setelah menikah mereka sengaja beli rumah di
kompleks ini. Katanya, agar bisa
mengunjungi saya setiap waktu. Di sini saya tinggal bersama dengan
cucu. Dia baru saja pindah dari
Jakarta.” “ jika saya boleh tahu nama
cucu tante siapa? ” Melissa sangat
penasaran “ nama cucu saya Fanya
Estherina.” Jawab nenek “ dia sekolah di mana ya tante? ” Mellisa
semakin penasaran. “ dia sekolah di Harapan Bangsa. ” Mike melihat istrinya sedang memikirkan
sesuatu. “ istri saya mengajar di
sekolah Harapan Bangsa tante. ” Mike memberitahu
nenek hanya untuk memecahkan suasana yang serius.
Keesokan harinya Mellisa
duduk di ruang makan siang. Harapan
Bangsa adalah sekolah yang menyediakan makan siang untuk semua siswa dan
guru. Dia mengirim pesan kepada Mike
melalui applikasi Whatsapp yang ada di handphonenya. “ Mel, aku yakin kalau kamu bisa melakukan ini
dengan bijak. ” Mellisa tersenyum membaca pesan dari suaminya. Mellisa memperhatikan anak-anak yang sedang
makan siang. Tina dan Fanya duduk
berhadapan. Mellisa menghampiri
mereka. “ ibu bisa makan siang dengan
kalian? ” mereka mengangguk. Tina menghabiskan makan siangnya dan meminta
ijin masuk ke kelas. Rasanya aku sangat
takut untuk melihat wajah wali kelasku. “ Fanya, sepulang sekolah ibu ingin mengajak kamu ke suatu tempat. ”
Sepulang sekolah, aku
bertemu dengan Ibu Mellisa di depan sekolah. Dia membawaku ke tempat yang tidak kuduga. “ ibu kok tahu rumahku? ” aku bertanya. “ ibu bukan hanya tahu rumah kamu, tapi ibu
juga kenal baik dengan oma kamu.” darahku seperti mendidih, jantungku berdetak
kencang, dan aku seperti kehabisan kata-kata. Kami masuk. Aku melihat banyak
barang di atas meja. Coklat berhiaskan
pita, botol minum teddy bear, kotak pensil ungu, buku biografi, jepitan rambut,
cermin, dompet, dan masih banyak lagi. “ kamu tenang ya! oma kamu sedang makan siang bersama dengan
Mike. ” Ibu Mellisa menjelaskan
keberadaan nenekku. Ibu Mellisa
mengambil coklat. “ ibu sangat kenal dengan
coklat ini. Mike menghiasnya dan
memberikannya sebelum aku masuk ke kelas. Hampir semua barang-barang yang di atas meja ini ibu tahu siapa
pemiliknya. ” Tiba-tiba aku menangis
tanpa henti. Ibu Mellisa membiarkan aku
sampai akhirnya aku tenang. “ apa kamu
mau cerita? ” dengan lembut ibu Mellisa
bertanya. “ sebenarnya orang tuaku
mengirimku ke sini karena mereka tidak tahu lagi cara mendisiplinku. Semua hukuman sudah mereka lakukan. Aku sudah berusaha menahan hasratku. Tetapi setiap aku melihat barang orang lain,
ada hal yang mendorongku untuk mengambilnya. Aku tidak bisa mengontrolnya bu. Aku sudah berusaha. Tetapi aku
tidak bisa. ” Aku menjelaskan dengan air
mata yang tidak berhenti mengalir Di pipiku. “ aku tahu apa yang kamu rasakan. Ibu pernah mengalami itu. Itu
adalah penyakit kleptomania. ” Aku kaget
ketika ibu Mellisa mengakui masa lalunya. “ jika kamu mau, ibu bisa bantu kamu untuk sembuh. Kamu tidak perlu malu. Karena jika kamu malu, kamu akan selalu
bersembunyi dan penyakit kamu tidak akan sembuh.”
Ibu Mellisa membantuku
untuk menjelaskan kepada guru dan teman-teman. Aku meminta maaf kepada teman-teman termasuk Tina. Tina telah dijauhi oleh teman-teman, karena
perbuatanku. Ibu Mellisa meyakinkanku
jika aku bisa sembuh. Dia menemani aku bertemu
dengan psikolog dan psikiater. Setiap
kali ada keinginan untuk mengambil barang orang lain, aku selalu menghubunginya
dan langsung menceritakan keinginanku. Dia tidak menghakimiku, tetapi dia mengalihkan perhatianku. Perlahan-lahan aku bisa mengontrol
keinginanku. Tiga tahun telah
berlalu. Dan sekarang aku sudah sembuh. Hubunganku dengan orang tua juga semakin
membaik. Mencuri adalah tindakan yang
melanggar hukum manusia ataupun Tuhan. Setiap
pelanggaran pasti ada konsekuensinya. Tetapi jangan terburu-buru untuk menghakimi. Menghakimi bukanlah solusi untuk membantu
orang lain. Menerima orang lain apa
adanya akan membantu mereka merasakan bahwa mereka dicintai. Terima kasih Ibu Mellisa, engkau adalah
guruku dan juga pahlawanku.
SELESAI
AKU INGIN BEBAS
Pulau Sumba adalah
sebuah pulau di
Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Luas wilayahnya 10.710 km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti (1.225 m). Pulau ini sendiri terdiri dari empat kabupaten yaitu, Kabupaten Sumba
Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba
Timur. Kota terbesarnya adalah waingapu ibukota kabupaten Sumba
Timur. Kota tersebut juga terdapat
bandara dan pelabuhan laut yang menghubungkan Pulau Sumba dengan pulau-pulau
lainnya di Indonesia seperti Pulau Sumbawa, Pulau Flores, dan Pulau Timor. Sebelum dikunjungi bangsa Eropa pada 1522, Sumba tidak pernah dikuasai oleh bangsa manapun. Sejak 1866, pulau ini dikuasai oleh Hindia Belanda, dan selanjutnya menjadi bagian
dari Indonesia.
Suara gaduh terdengar dari sebuah sekolah di Waingapu. Dua orang siswa sedang bergulat di
lapangan. Dua orang guru datang dan
berusaha memisahkan mereka. “ Samuel,
Elia, ke ruang guru sekarang! ” seorang
guru membentak kedua murid dan meminta mereka segara ikut ke ruangan guru. “ kalian ini selalu saja bikin masalah! Kalian mau jadi apa jika setiap hari berkelahi
terus? ” “ maaf ibu. ” mereka meminta maaf. “ setiap hari kalian minta maaf tetapi setiap
hari juga kalian buat masalah. Ingat! Orang tua kalian banting
tulang supaya kalian bisa sekolah dan capai cita-cita. Belajar yang keras! Bukan berkelahi terus. ”
Sebuah pesawat domestik berhenti di bandara Umbu Mehang Kunda kota
Waingapu Sumba. Joel dan Ella turun dari
pesawat. Joel dan Ella melakukan
perjalanan dan tiba di sebuah rumah. Dipastikan bahwa rumah tersebut tidak semewah rumah mereka di
Jakarta. Joel melihat rumah itu “ huft ” Joel merasa kurang puas dengan tempat tinggal
barunya. Ayah Joel meminta mereka untuk
pergi ke Sumba. Tepatnya kota Waingapu.
“ kita pasti bisa melewati ini. pasti
ada jalan.” Sebagai istri, Ella selalu mendukungnya.
Terdengar suara berisik dari satu
kelas. Samuel memukul Elia tanpa ampun. Wajah Elia berdarah dan penuh dengan memar. Bajunya berantakan. Tidak ada satupun yang berani menolong Elia. Samuel dikenal sebagai anak yang suka
berkelahi. Seorang murid berlari ke
ruangan guru. Tanpa mengetuk pintu,
murid tersebut masuk. Joel dan para
guru, membalikkan badan. Setelah
mendengar laporan dari murid, Mereka segera berjalan menuju ruangan kelas. “ Samuel!!! Ikut ibu sekarang! ” seorang guru wanita menarik tangan Samuel dan
membiarkan Elia tetap di posisinya.. “ Sudah
berapa kali ibu bilang, jangan cari masalah dengan Elia. Kamu tahu betul kita akan berhadapan dengan
siapa jika dia sampai terluka. Sekarang
kamu harus dihukum. Selama seminggu kamu
tidak diijinkan masuk sekolah. Kamu
boleh keluar sekarang!” Sebelum keluar
pintu, Samuel melirik ke arah Joel. David
sudah menunggunya di luar. Samuel sangat
bahagia karena dia tidak perlu ke sekolah selama seminggu. Tetapi dia bingung harus kemana. Orang tuanya pasti mempertanyakan hal
tersebut. “ sebagai sahabat, saya juga
tidak akan ke sekolah. Siapa suruh
mereka menghukum kamu. ” David merangkul
sahabatnya. Mereka berdua tertawa. Mereka berjalan menuju warung dan akan
menghabiskan waktu mereka dengan merokok dan bermain judi.
Di dalam ruangan Joel melihat semua guru yang duduk di kursi
masing-masing. Joel sangat kaget melihat
kejadian tersebut. Joel penasaran dan langsung
bertanya kepada para guru. “ maaf kalau
saya menanyakan ini. kenapa yang dihukum
hanya anak itu? Sementara yang satu bisa
belajar dengan tenang. ” tanya Joel. “ maaf
pak Joel, bapak dari Elia itu adalah kepala suku. Dan dia salah satu donator di sekolah
ini. kita tidak mau bapaknya berhenti
jadi donator di sekolah ini. ” mendengar itu Joel kaget. “ tunggu
sebentar! Kenapa kalian harus melakukan
hal yang tidak adil karena seorang donatur?” Joel menahan dirinya dari kemarahan. “ kalau donatur berkurang kami tidak bisa makan pak. ” salah seorang guru menjawab. “ setahu saya, asisten pribadi papa selalu
mentransfer uang untuk gaji para guru dan biaya operasional sekolah. Uang itu tidak sedikit karena itu dikumpulkan
dari teman-teman papa yang mau jadi donatur. ” Joel adalah anak kedua dari
pemilik yayasan. “ benar, kami selalu
mendapat uang gaji. Tetapi itu tidak
cukup pak Joel. Kami hanya menerima lima
ratus ribu setiap bulan.” Hal tersebut
membuat Joel kaget.
Setelah beberapa bulan di Sumba, pikiran Joel berubah. Kondisi kota ini membuat hatinya
tersentuh. Sekarang dia tahu bagaimana
hati ayahnya ketika membuka sekolah Pelita Bangsa. Dia bertekad jika sekolah yang didirikan oleh
ayahnya tidak boleh tutup. Sabtu sore,
Joel mengunjungi rumah David. Sudah tiga
hari David tidak datang ke sekolah. “
David, apa kabar?” Joel menyapa
David yang sedang duduk di depan
rumah. “ bapak Joel sedang apa di
sini?” “saya dengar kamu sakit. Bapak ke sini ingin melihat kondisi kamu
saja.” Joel menjawab pertanyaan
David. “silahkan masuk pak!” David mengajak Joel masuk ke rumah. Kedua mata Joel teralihkan kepada benda-benda
yang ada di rumah David. Joel adalah
lulusan seni rupa. Melihat itu jiwa
seninya muncul dan dia sangat tertarik dengan benda-benda tersebut. “ ini siapa yang ukir? ” Joel memegang salah satu benda dan
bertanya. “ Itu semua David yang
ukir. Dari satu benda, dia bisa mendapat
upah sepuluh ribu? ” ibunya
menjelaskan. “ what? ukiran sebagus ini hanya dinilai sepuluh
ribu? ” Joel protes dalam hati.
Joel membuat beberapa perubahan di sekolah Pelita Bangsa. Masalah pertama sudah terselesaikan. Catatan keuangan ada yang tidak beres. Asisten ayahnya, dan kepala sekolah telah
bersekongkol untuk membuat laporan keuangan yang palsu. Hal itu membuat guru-guru tidak mendapat gaji
yang layak, dan fasilitas sekolah tidak lengkap. Atas persetujuan ayahnya, kepala sekolah
dipecat. Sementara ayahnya berurusan
langsung dengan asistennya. Dia meminta
bantuan para guru dan murid untuk mengubah beberapa ruangan. Dia menyediakan ruangan buat murid belajar
seni, dia menyediakan ruangan buat murid bisa bereksperimen di laboratorium,
dan perlahan-lahan dia mulai membuka kelas yang lain. Seperti biasa Elia dan
Samuel berkelahi di tengah lapangan. Kejadian ini lebih parah dari sebelumnya karena Elia mengalami luka
parah. semua panik dan dua orang guru
langsung membawa Elia ke Rumah Sakit. Joel langsung menarik tangan Samuel. Samuel yang ketakutan hanya bisa mengikuti kemana Joel pergi. Joel dan Samuel duduk di atas perahu dan
melihat lautan yang indah. “ bapak tidak marah sama saya? ” Samuel bertanya. “ untuk apa saya marah? Ini hidup kamu Sam. Kamu bukan anak kecil lagi. kamu sudah bisa ambil keputusan sendiri. Saya tahu kalian punya masa depan. Awalnya saya bingung harus seperti apa. Karena saya bukan sarjana pendidikan. Lalu saya melihat bakat David dalam
mengukir. Saya melakukan beberapa
perubahan di sekolah. Bahkan saya sampai
lupa akan mimpi saya sendiri karena tertalu tertarik dengan kalian. Sekarang impian saya hanya satu. Melihat kalian sukses dan bisa memajukan
pulau ini.” Joel mengungkapkan isi
hatinya. “ tapi pak, saya sudah berusaha belajar. Tetapi otak saya pas pasan. Mengenai Elia, saya minta maaf. Saya hanya tidak mau dia menghina keluarga
saya terus.” Joel mendengar cerita
Samuel. Dia baru tahu tentang kehidupan pribadi
Samuel. Samuel lahir tanpa mengenal
siapa ayahnya. Ibunya hamil di luar
nikah. Dari kecil dia sudah terbiasa
dengan hinaan teman-teman dan tetangganya. “ bakat bisa membuat kita sukses atau membuat kita hancur. Kamu punya bakat. Tapi jangan gunakan bakat kamu untuk
menghancurkan kamu. Kamu hidup bukan
atas dasar apa kata orang. Kita tidak
bisa memilih kita lahir di mana, dari siapa, suku apa. Tapi kita bisa memilih mau jadi orang yang
seperti apa.”
Satu persatu murid-murid mulai menunjukkan bakat aslinya. Ruangan laboratorium menjadi hidup karena
beberapa anak senang dengan ilmu pengetahuan alam. Lapangan jadi ramai karena Joel mendatangkan
seorang guru sepak bola. Hasil karya
David selalu membuatnya kagum. Joel menggunakan
ilmu menggambarnya untuk mengajar anak-anak bagaimana cara menggambar yang
baik. Di sisi lain, Joel mengerti bahwa
dia adalah guru yang terbatas. Dia
mengirim Samuel ke Jakarta untuk belajar kick boxing. Olah raga yang mirip muay thai ini menjadi pilihan yang tepat untuk
Samuel. Joel sadar jika setiap anak
memiliki bakat masing-masing. Tidak baik
memaksa anak untuk belajar sesuatu yang dia tidak bisa lakukan sama sekali suatu kali ibu Samuel datang ke sekolah hanya
untuk bertemu dengan Joel. “ saya sangat
senang sekali. Saya melihat Samuel
sangat berubah. Impiannya untuk bisa ke
Jakarta juga terpenuhi. Dia juga
berhenti merokok. Tetapi saya takut jika
dia tidak akan sukses. Nilai
pelajarannya selalu jelek. Dan sekarang
dia di Jakarta. Saya takut hidupnya akan
sama seperti saya. Karena kebodohan jadi
miskin seperti sekarang.” Orang tua Samuel menceritakan ketakutannya. “ Seorang ibu pasti ingin yang terbaik untuk
anaknya. Tetapi berikanlah Samuel
kepercayaan. Doa dan dukungan ibunyalah
yang akan membuat dia berhasil. ” Joel
menanggapi keluhan dari orang tua Samuel. Suatu hari Joel mendapat surat. Dia mendapat sebuah undangan untuk menghadiri sebuah pertandingan kick boxing. Samuel menjadi salah satu peserta di
pertandingan ini. Joel mengajak David,
orangtua David, dan orang tua Samuel ke Jakarta.
Sebuah pertandingan tingkat nasional dimulai. Dengan bangga Samuel masuk ke ring
pertandingan. Hari itu Samuel berhasil
membuktikan bakatnya. Bakatnya dalam
bela diri bisa menjadi sebuah profesi. Bukan untuk menunjukkan siapa yang paling hebat. Tetapi dengan bangga dia akan memperbaiki
nama baik ibunya.
Sabtu pagi, Samuel dan ibunya,
David dan kedua orang tuanya menghadiri sebuah acara. David kaget ketika melihat sebagian benda yang
ada di acara tersebut adalah patung kayu hasil ukirannya. Sebagian adalah lukisan dari Joel, dan
photo-photo keindahan pulau Sumba. David
menyaksikan sebuah transaksi jual beli. Di depan matanya dia melihat patung kayu ukirannya dibeli dengan harga
yang sangat mahal. Kedua orang tuanya
juga melihat hal yang sama. dia langsung
mendapat pelukan dari kedua orang tuanya. SEORANG GURU YANG BAIK TAHU BAGAIMANA MENGELUARKAN MUTIARA DARI SETIAP
MURIDNYA.”
SELESAI
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!