NovelToon NovelToon

CERITA CINTA

I AM NOT STUPID

“Selamat pagi.  Saya Bambang Hendrawan akan menemani Anda

tiga puluh menit ke depan dengan berita-berita yang bagus, menginspirasi, dan

menyedihkan.  Berita kali ini berasal

dari salah satu sekolah ternama di kota ini.  Satu  orang siswa ditemukan

meninggal karena bunuh diri.  Diduga

siswa bernama Adam hermawan bunuh diri karena gagal dalam mengikutis tes ujian

akhir nasional.  Sampai saat ini belum

ada konfirmasi dari pihak keluarga ataupun sekolah.  Kita beralih ke kasus yang lain.  Di sebuah kos, telah ditemukan mayat seorang

pria.  Dia meninggal karena gantung

diri.  Menurut informasi dari keluarga

dan teman-teman kosnya, Budiaman telah menerima pengumuman bahwa dia gagal

mengikuti tes cpns. ”  Berita tersebut

mengalihkan fokus seorang wanita muda yang sedang makan mie instan di kamar.  Sementara serius menonton dan makan mie

instan, handphone berbunyi.  “ selamat

pagi ibu Novi, saya wakil kepala sekolah dari sekolah Pelita Bangsa.  Saya ingin menyampaikan kalau Anda diterima

sebagai guru di tempat kami. ”  Demikian

Novi membaca email yang baru saja masuk ke handphonenya.  Secara spontan dia berteriak sehingga

mengganggu tetangga kamarnya.

Dengan bersemangat Novi

masuk ke gerbang sekolah.  Pelita Bangsa

adalah sekolah yang menerimannya setelah dia ditolak di beberapa sekolah.  Maklum saja, Novi baru menyelesaikan program

sarjananya.  Dia lulus dari sebuah kampus

biasa dan belum memiliki pengalaman mengajar.  Itulah alasan mengapa beberapa sekolah menolaknya.  Dia disambut baik oleh kepala sekolah dan

pengajar yang lain.  Hari pertama, Novi

mengajar di kelas enam SD.  “ perkenalkan

nama saya  Novi.  Saya akan mengajar Bahasa Indonesia. ”  Novi memperkenalkan diri, dan meminta murid

untuk memperkenalkan diri juga.  Setelah

itu, Novi mengajar satu materi  “ sekarang

anak-anak boleh mengerjakan latihan yang ke tiga.   Ibu akan

ke toilet dulu. ”  Novi meminta ijin

untuk ke toilet.  “ iya bu. ” Murid-murid

menjawab perintahnya.  Novi berjalan

menuju toilet.  Dia melihat seorang murid

laki-laki sedang berdiri di tengah lapangan dengan tangan menghormat

bendera.  Novi tidak memperdulikan apa

yang dia lihat, dia kembali melanjutkan langkahnya.

Keesokan harinya, Novi

melihat kejadian yang sama seperti sebelumnya.  Seorang anak  laki-laki berdiri di

tengah lapangan dengan tangan menghormat bendera.   Sudah sebulan Novi mengajar, setiap hari dia

melihat anak tersebut dihukum oleh guru.   Jenis hukuman yang dia terimapun

berbeda-beda.

 Novi duduk di sebuah bangku dan melihat anak-anak

sedang bermain di tengah lapangan.  Dia

seperti memikirkan sesuatu.  “ hei…

jangan melamun!  Nanti ayam tetangga

mati! ” salah satu guru menepuk pundaknya.   Mendengar itu Novi tertawa.  “ apa

hubungannya melamun dengan ayam tetangga mati? ”  Novi memberikan pertanyaan.  “ aku juga tidak tahu sih. ”  Sambil menggaruk kepalanya.  “oh iya bu, apa itu tahu tentang anak itu?”

Novi menunjuk salah satu murid yang sedang duduk di bawah pohon.  Itu adalah anak yang telah mencuri

perhatiannya selama sebulan.   “ namanya

Lewi.  Dia anak pindahan, dan baru

beberapa bulan di sini.  Anak baru sih, tetapi

dia sudah memecahkan rekor sebagai murid ternakal dan terbodoh di sekolah ini. ”  salah satu rekan kerjanya memberi

informasi.             “ maksudnya? ”  Novi semakin ingin tahu.  “ semua guru mengeluh.  Anak itu belum bisa membaca, berhitung,

bahkan dia tidak tahu huruf dan angka.  Sementara dia sudah kelas dua SD.  Tiga bulan lagi anak-anak akan ujian kenaikan kelas.  Saya yakin, dia akan gagal di ujian ini. ”  guru tersebut menjelaskan.

Siang ini akan diadakan

rapat di sekolah.  Semua guru, staff, dan

kepala sekolah masuk ke dalam ruangan.  “

selamat siang bapak dan ibu.  Hari ini

saya ingin memberikan pengumuman.  Ibu

Santi wali kelas dua harus ikut suaminya pindah ke luar kota.  Setelah saya berunding dengan beberapa guru

dan pemilik sekolah ini, kami memutuskan jika ibu novi akan menjadi wali kelas

dua.  Ibu Novi akan menggantikan ibu

Santi.  Kabar tersebut membuat Novi

kaget.  Dia tidak pernah menyangka jika

hanya dalam waktu sebulan, dia telah menjadi wali kelas

Sebelum masuk kelas, Novi

telah mempersiapkan diri.  Hatinya

bercampur aduk.  Meskipun yang dia hadapi

adalah anak anak kelas dua SD, namun hal itu adalah pengalaman pertamanya sebagai

wali kelas.  “ selamat pagi anak-anak! ”

Novi menyapa murid-muridnya.  Semua murid

membalas sapaan darinya.  Novi melihat ke

arah anak laki-laki yang sudah mencuri perhatiannya selama beberapa

minggu.  Novi memanggil nama anak satu

persatu sebagai perkenalan singkat.  “

okei anak-anak, kita akan mulai membuka buku tematik halaman tiga puluh bagian

dua. ”  Mendengar perintah Novi, Lewi

kebingungan dan melihat apa yang dibuka oleh teman semejanya. Novi masih terus

memperhatikannya.  “ anak-anak adakah

yang mau membantu ibu untuk membacakan ceritanya? ”  spontan anak-anak mengacungkan tangan

berharap mereka akan dipilih.  Novi

memperhatikan semua anak.  semua

mengangkat tangan kecuali Lewi.  “ Lewi,

bisa tolong ibu untuk membacakan ceritanya? ”  Novi meminta kesediaan Lewi.  “ dia

tidak akan bisa bu! diakan aneh!  Huruf

dibilang menari, o dibilang mata, A dibilang pesawat. ”  Seorang murid berkomentar.  Mendengar itu semua tertawa.  Lewi tertunduk malu.  Novi melihat semua muridnya.  “ mulai hari ini ibu memberikan satu

peraturan.  Jika ada yang mengejek

temannya, maka dia wajib menulis semua isi buku ke dalam buku catatan. ”  Peraturan baru itu membuat murid-murid diam

dan saling melihat.  Ada yang mengangkat

bahu, ada yang menganggab gurunya galak, dan bahkan ada yang merasa senang

dengan peraturan baru itu. ”  Bel

istirahat berbunyi.  Anak-anak bergegas

keluar kelas.  Novi masih duduk di

kursinya.  Dia melihat Lewi tidak

beranjak dari kursinya.  “ Lew, kamu

tidak istirahat? ”  Novi bertanya dan Lewi

tidak menjawab apa-apa.  Novi

menghampirinya.  “ Lew, kamu baik-baik

saja? ”  Novi mengusap rambutnya.  Lewi tidak menjawab apa-apa.  Lewi berdiri meninggalkannya tanpa berpamitan.  Novi melihat sebuah  jar di atas meja Lewi.  Jar tersebut berisi air  keruh, dan di dalamnya ada ikan-ikan kecil.  Novi melihat buku catatan milik Lewi.  Tidak ada tulisan sedikitpun.  Semua bukunya penuh dengan gambar pesawat,

burung, ikan, dan masih banyak lagi.

Novi sedang berbaring di

kamar kosnya.  Dia mengambil handphone

dan menghubungi ibunya.  Setelah

berbicara dengan ibunya, Novi mengambil keputusan untuk menolong Lewi. Keesokan

harinya dia membongkar loker dan mencari data Lewi.  “ cari apa bu? ”  seorang guru bertanya.  “ saya lagi cari data Lewi.  Saya ingin menghubungi orang tuanya. ”  Novi menjawab pertanyaan rekannya.  “ anak itu bikin masalah lagi ya? ”  temannya bertanya.       “ absolutely

no!  justru anak itu sangat spesial.  Dia sudah berhasil menarik perhatian banyak

guru, termasuk saya. ”  Novi menjawab dengan

tersenyum, dan melanjutkan pekerjaannya.  Senyuman tersirat di wajahnya, ketika dia menemukan nomor handphone

orang tua Lewi.

Di gerbang sekolah, Novi

menunggu Lewi.  Orang tua Lewi memberi

ijin kepadanya untuk membawa Lewi.  “ lew,

hari ini kita akan bertemu dengan orang yang paling istimewa dalam hidup ibu.  Tapi kita makan dulu ya!  ibu lapar. ” Novi membawa Lewi makan siang di

sebuah restoran mewah.  Di pintu masuk

Lewi berhenti.  “ kenapa berhenti? ”  Novi bertanya.  “ kata papa, Lewi tidak boleh makan di tempat

mahal.  Tempat mahal itu hanya untuk

orang pintar saja. Lewikan bodoh. ”  Novi

sangat terkejut mendengar ungkapan Lewi.  Novi menyamakan posisi kepalanya dengan Lewi.  “ siapa yang bilang kamu bodoh? ” dengan

prihatin Novi melihat wajahnya.  “ semua

orang bilang Lewi bodoh.  Mama, papa,

teman-teman, dan guru-guru di sekolah.  Bahkan mama dan papa sering berantam karena Lewi.  Kakakku sangat pintar, sementara aku sangat

bodoh.  Mereka selalu bilang seperti itu.

”  Lewi mengungkapkan isi hatinya   “ you’re

not stupid.  You’re special boy. ”  Novi memeluknya, mengusap kepalanya.  Novi mengajak Lewi masuk dan mengijinkan Lewi

memesan apa saja yang dia suka.

Novi membawa Lewi ke

Rumah Sakit.  Novi lahir dari seorang

wanita yang berprofesi sebagai psikolog klinis.  Setelah diperiksa, Lewi bermain di ruangan yang telah disediakan untuk

anak-anak.  Novi memperhatikan Lewi yang

sedang bermain.  “ Nov, dia positif disleksia.  Mama sudah melakukan beberapa tes.  Kamu harus menolongnya sebelum

terlambat.  Dia tidak bodoh! dia memiliki

kecerdasan di atas normal.  Kondisinya

sedang parah.  Dia depresi, dia merasa

tertolak, dia merasa tidak berguna, kamu harus menolongnya!”  Hari itu Novi memutuskan untuk belajar banyak

hal tentang disleksia.  Dia memberi kelas

tambahan kepada Lewi.  Novi mengajar Lewi

dengan menggunakan gambar, suara, benda, pasir, dan cara-cara kreatif

lainnya.  Perlahan-laham Lewi mulai

mengenal huruf dan angka.

Ujian telah usai.  Orang tua menerima raport hasil belajar

anak-anak.   Orang tua Lewi melihat hasil

dari seluruh mata pelajaran yang tertulis di buku raport.  Dia hanya melihat satu tinta merah.  Tidak ada kalimat peringatan dari

guru-guru.  Ibunya memeluk Lewi.  “ maafin mama nak!  Mama janji tidak akan memaksakan kehendak

mama lagi.  Kamu tidak harus jadi seperti

mama dan papa.  Kamu bisa jadi apapun

yang kamu mau.  Maafin mama sayang! ”  Awalnya, Orang tua Lewi memiliki ambisi jika

anak-anak mereka harus menjadi seperti mereka.  Itulah alasan  mengapa Lewi dan kakaknya

dipaksa belajar keras untuk mendapatkan nilai bagus.  Menurut kedua orang tuanya, dengan nilai

bagus mereka bisa masuk ke universitas yang bagus juga.

Hari demi hari Lewi

mengalami peningkatan.  Wajahnya tidak

lagi bersedih.  Dia menjadi anak yang

bersemangat dan tidak gampang menyerah.  Hari ini Lewi sudah berusia enam belas tahun.  dia memenangkan sebuah perlombaan tingkat

nasional.  Dia menjadi programmer

cilik.  Dia membantu para petani,

nelayan, dan pebisnis yang masih kecil untuk meningkatkan pendapatan yang layak,

melalui applikasi yang dia ciptakan.  Dia

meminta kedua orang tuanya untuk naik ke panggung.  “ hari ini, jika saya ada itu semua karena

Tuhan.  Sempat terlintas di pikiran saya

untuk mengakhiri hidup.  Tetapi Tuhan

baik. Tuhan telah mengijinkan saya memiliki orang tua yang hebat.  Tuhan juga telah mengirimkan tawa, senyum,

semangat, dan kebahagiaan, melalui seorang peri.  Peri itu adalah guru saya.  Namanya Ibu Novi.  Dia satu-satunya orang yang percaya bahwa

saya tidak bodoh.  Dialah yang

mengajarkan saya bahwa tempat makan mahal terbuka untuk siapa saja.  I’m not stupid.  I’m special boy.”  SEKIAN

THIS IS ME

THIS IS ME

Sepasang bola mata

memandang sebuah kotak pensil berwarna ungu yang terletak di atas meja

temannya.  “ tettttt…..tettttt…..tettttt…..

” bel berbunyi pertanda siswa sudah boleh pulang.  Semua anak langsung keluar kelas dengan

perasaan lega dan wajah bahagia.  Tetapi,

tidak dengan  aku.  Namaku adalah Fanya.  Aku adalah Siswa kelas delapan.  Setelah tiba di rumah aku bertemu dengan

nenekku.  “  hari hari ini  di sekolah? ”  Aku mendapat pertanyaan dari nenekku.  “ baik oma. ”  aku menjawab dengan

singkat dan langsung masuk kamar.  Aku

adalah siswa baru di sekolah Harapan Bangsa Bandung.  Sudah sebulan aku bersekolah di sana.  Aku akan menemani nenek selama di

Bandung.  Tepatnya bukan menemani, tetapi

orangtuaku membuangku ke kota ini karena mereka malu dengan perbuatanku.

Sudah sebulan aku di

sini.  Seperti biasa aku dan

teman-temanku duduk rapi di kelas hanya untuk menunggu guru yang akan

mengajar.  Ada yang senang, tetapi tidak

sedikit juga yang terpaksa melakukannya.  Seorang guru masuk ke kelas.  Dia

seorang wanita, wajahnya biasa saja, usianya sekitar dua puluh enam tahun.  namanya adalah Mellisa.  Dia adalah wali kelasku. “hari ini ibu

mendapat kabar kalau salah satu dari teman kalian kehilangan sebuah kotak

pensil.”  Mendengar itu semua siswa

saling melihat satu dengan yang lainnya.  Tidak ada yang mencurigakan.  “ ibu

tidak akan menggeledah tas kalian karena kejadiannya kemaren.  Ibu juga tidak akan menuduh kalian

melakukannya.  Ibu berharap kalau ini

hanyalah sebuah kecerobohan saja. ”

Jam istirahat, Chaca

masuk ke ruangan guru dan ingin berbicara dengan  Mellisa.  “ bu, saya yakin kalau kotak pensil saya beneran hilang.  Saya yakin salah satu dari teman-teman ada

yang mengambilnya. ”  Chaca protes kepada

wali kelasnya.  “ Cha, ibu tahu apa yang

ada di pikiran kamu.  Ibu kenal kamu udah

lama.  Ibu tahu kalau kamu sangat

detail.  Ibu tahu kalau kamu nggak akan

ceroboh dengan barang.  Tapi kita nggak

bisa menuduh seseorang tanpa bukti. ” Chaca membalas ucapan Mellisa   “ semua

anak yang ada di kelas saya berasal dari keluarga kaya.  Mereka pasti mampu membeli kotak pensil

seperti milik saya bu.  kecuali

Tina.  Dia hanyalah anak satpam sekolah

yang kebetulan dapat beasiswa dan sekolah di sini. ”  ibu Mellisa berdiri dan mengelus pundak

Chaca.  “ cha, tidak baik menuduh orang

hanya karena kondisi.  Kita juga belum

ada bukti. ”  Ibu Mellisa menjawab dengan

bijak.  “ tapi sampai kapan bu?  kejadian seperti ini sudah beberapa kali

terjadi.  Bahkan bukan hanya kita yang

kehilangan. ”  Chaca tetap ingin

mendapatkan pembelaan.  “ ibu janji kalau

ibu akan menyelidiki masalah ini.  ibu

percaya sama kamu.  Kamu adalah anak yang

baik.  Kamu tidak akan mempermalukan

siapapun.    Ibu hanya minta kerja sama

dari kamu. ”

Hampir setiap hari kepala

sekolah mendapat kabar kalau siswa kehilangan barang.  Bukan hanya barang-barang mahal.  Tetapi barang-barang yang tidak memiliki

nilai jualpun bisa hilang.  Semua guru

mengadakan rapat.  “ sudah banyak siswa

yang melapor kepada saya kalau barang mereka banyak yang  hilang.  Bahkan ada orang tua yang menghubungi saya, jika hadiah yang mereka

berikan untuk anaknya  hilang.  Masalah  ini harus segera diselesaikan.  Jika  pelakunya adalah guru, staff, satpam, atau

siapapun itu, maka akan kami keluarkan dari sekolah ini.      Jika  pelakunya adalah siswa maka kami

akan  memanggil orang tua siswa yang

bersangkutan.”

Tina duduk di

sebelahku.  Dia siswa yang rajin.  Seringkali di jam istirahat,  dia lebih memilih ke perpustakaan atau belajar

di kelas.  Dia tidak memiliki uang yang

cukup untuk jajan di kantin.  Jika dia

memiliki uang, dia lebih memilih untuk menabung.  Dia mengambil buku dari tas dan membacanya.  Bel berbunyi dan teman-teman masuk.   Aku duduk di sebelahnya.  Seorang anak mengangkat tangan.  “ iya Vian. ”  Mellisa merespon Vian.  Menurutku dia adalah siswa paling tampan di

kelas.  “ buku saya hilang bu ”  Chaca langsung mengangkat tangan dan

berbicara.      “ bu, di kelas ini yang senang membaca

hanya Tina. ”  Secara tidak langsung,  Chaca menuduh Tina yang mengambilnya.  “ Apa kamu sudah memeriksanya dengan

baik?  kamu yakin bukunya tidak

tertinggal di rumah? ”  Mellisa

meyakinkan Vian.  “ saya yakin bukunya

ada dalam tas saya bu. ”

Di Rumah, Mellisa sedang

menonton  bersama suaminya.  Menurut cerita dari teman-teman, mereka

adalah pasangan termanis dan baru menikah tahun lalu.  “ hei, kamu kenapa? ”  Mike mengelus rambut istrinya yang sedang

melamun.  “ ada sedikit masalah di

sekolah  ” jawab Mellisa.  “ tentang anak-anak yang kehilangan barang? ”  Mike langsung menebak apa yang ada di pikiran

istrinya.  “ Iya.  Aku takut, jika sebenarnya pelakunya tidak

ingin melakukan hal itu.  Tetapi ada faktor

lain yang membuatnya harus melakukan hal itu.  Ini aneh.  Kalau dia butuh uang,

dia tidak  akan mengambil barang yang

tidak ada nilai jualnya. ”

Mike dan istrinya sedang

berbelanja di super market.  Mike melihat

seorang ibu tua sedang kesusahan membawa barang belanjaan. Ibu tua itu adalah

nenekku.  Dengan sigab, Mike langsung

menawarkan bantuan.  “ biar saya bantu

tante. ”  Tidak hanya membantu bahkan pasangan

inipun mengantar nenek pulang.  Ketika

tiba di rumah, nenek memaksa mereka untuk masuk ke rumah.  Sebagai ucapan terima kasih, nenek akan

memasak untuk mereka.  “ nek, saya bantu

ya!” Mellisa menawarkan bantuan.  Dengan

senang hati nenek menyetujuinya.  Mellisa

membuka kulkas.  Dia melihat sebuah

coklat dengan hiasan pita. Dia tahu coklat itu milik siapa.  “ tante, saya haus.  Bolehkah saya minta segelas air? ”  “ oh iya silahkan!  Gelasnya ada di atas ya! ”  sambil menunjuk lemari piring.  Ketika ingin mengambil gelas, Mellisa melihat

sebuah botol minum.  Melihat Itu Mellisa

seperti memikirkan sesuatu.  Mereka

menyiapkan makan malam di meja.  “ tante

tinggal sendiri? ”  Mike bertanya.  “ anak saya tinggal di blok sebelah.  Setelah menikah mereka sengaja beli rumah di

kompleks ini.  Katanya, agar bisa

mengunjungi  saya setiap waktu.  Di sini saya tinggal bersama dengan

cucu.  Dia baru saja pindah dari

Jakarta.”  “ jika saya boleh tahu nama

cucu tante siapa? ”  Melissa sangat

penasaran  “ nama cucu saya Fanya

Estherina.”  Jawab nenek  “ dia sekolah di mana ya tante? ” Mellisa

semakin penasaran.   “ dia sekolah di Harapan Bangsa. ”  Mike melihat istrinya sedang memikirkan

sesuatu.  “ istri saya mengajar di

sekolah Harapan Bangsa  tante. ” Mike memberitahu

nenek hanya untuk memecahkan suasana yang serius.

Keesokan harinya Mellisa

duduk di ruang makan siang.   Harapan

Bangsa adalah sekolah yang menyediakan makan siang untuk semua siswa dan

guru.   Dia mengirim pesan kepada Mike

melalui applikasi Whatsapp yang ada di handphonenya.  “ Mel, aku yakin kalau kamu bisa melakukan ini

dengan bijak. ” Mellisa tersenyum membaca pesan dari suaminya.  Mellisa memperhatikan anak-anak yang sedang

makan siang.  Tina dan Fanya duduk

berhadapan.  Mellisa menghampiri

mereka.  “ ibu bisa makan siang dengan

kalian? ”  mereka mengangguk.  Tina menghabiskan makan siangnya dan meminta

ijin masuk ke kelas.  Rasanya aku sangat

takut untuk melihat wajah wali kelasku.  “ Fanya, sepulang sekolah ibu ingin mengajak kamu ke suatu tempat. ”

Sepulang sekolah, aku

bertemu dengan Ibu Mellisa di depan sekolah.  Dia membawaku ke tempat yang tidak kuduga.  “ ibu kok tahu rumahku? ” aku bertanya.  “ ibu bukan hanya tahu rumah kamu, tapi ibu

juga kenal baik dengan oma kamu.” darahku seperti mendidih, jantungku berdetak

kencang, dan aku seperti kehabisan kata-kata.  Kami masuk.  Aku melihat banyak

barang di atas meja.  Coklat berhiaskan

pita, botol minum teddy bear, kotak pensil ungu, buku biografi, jepitan rambut,

cermin, dompet, dan masih banyak lagi.   “ kamu tenang ya!  oma kamu sedang makan siang bersama dengan

Mike. ”  Ibu Mellisa menjelaskan

keberadaan nenekku.  Ibu Mellisa

mengambil coklat.  “ ibu sangat kenal dengan

coklat ini.  Mike menghiasnya dan

memberikannya sebelum aku masuk ke kelas.  Hampir semua barang-barang yang di atas meja ini ibu tahu siapa

pemiliknya. ”  Tiba-tiba aku menangis

tanpa henti.  Ibu Mellisa membiarkan aku

sampai akhirnya aku tenang.  “ apa kamu

mau cerita? ”  dengan lembut ibu Mellisa

bertanya.  “ sebenarnya orang tuaku

mengirimku ke sini karena mereka tidak tahu lagi cara mendisiplinku.  Semua hukuman sudah mereka lakukan.  Aku sudah berusaha menahan hasratku.  Tetapi setiap aku melihat barang orang lain,

ada hal yang mendorongku untuk mengambilnya.  Aku tidak bisa mengontrolnya bu.  Aku sudah berusaha.  Tetapi aku

tidak bisa. ”  Aku menjelaskan dengan air

mata yang tidak berhenti mengalir Di pipiku.  “ aku tahu apa yang kamu rasakan.  Ibu pernah mengalami itu.  Itu

adalah penyakit kleptomania. ”  Aku kaget

ketika ibu Mellisa mengakui masa lalunya.  “ jika kamu mau, ibu bisa bantu kamu untuk sembuh.  Kamu tidak perlu malu.  Karena jika kamu malu, kamu akan selalu

bersembunyi dan penyakit kamu tidak akan sembuh.”

Ibu Mellisa membantuku

untuk menjelaskan kepada guru dan teman-teman.  Aku meminta maaf kepada teman-teman termasuk Tina.  Tina telah dijauhi oleh teman-teman, karena

perbuatanku.  Ibu Mellisa meyakinkanku

jika aku bisa sembuh.  Dia menemani aku bertemu

dengan psikolog dan psikiater.  Setiap

kali ada keinginan untuk mengambil barang orang lain, aku selalu menghubunginya

dan langsung menceritakan keinginanku.  Dia tidak menghakimiku, tetapi dia mengalihkan perhatianku.  Perlahan-lahan aku bisa mengontrol

keinginanku.   Tiga tahun telah

berlalu.  Dan sekarang aku sudah sembuh.  Hubunganku dengan orang tua juga semakin

membaik.  Mencuri adalah tindakan yang

melanggar hukum manusia ataupun Tuhan.  Setiap

pelanggaran pasti ada konsekuensinya.  Tetapi jangan terburu-buru untuk menghakimi.  Menghakimi bukanlah solusi untuk membantu

orang lain.  Menerima orang lain apa

adanya akan membantu mereka merasakan bahwa mereka dicintai.  Terima kasih Ibu Mellisa, engkau adalah

guruku dan juga pahlawanku.

SELESAI

AKU INGIN BEBAS

AKU INGIN BEBAS

Pulau Sumba adalah

sebuah pulau di

Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.  Luas wilayahnya 10.710 km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti (1.225 m).  Pulau ini sendiri terdiri dari empat kabupaten yaitu, Kabupaten Sumba

Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba

Timur.  Kota terbesarnya adalah waingapu ibukota kabupaten Sumba

Timur.  Kota tersebut juga terdapat

bandara dan pelabuhan laut yang menghubungkan Pulau Sumba dengan pulau-pulau

lainnya di Indonesia seperti Pulau Sumbawa, Pulau Flores, dan Pulau Timor.  Sebelum dikunjungi bangsa Eropa pada 1522, Sumba tidak pernah dikuasai oleh bangsa manapun.  Sejak 1866, pulau ini dikuasai oleh Hindia Belanda, dan selanjutnya menjadi bagian

dari Indonesia.

Suara gaduh terdengar dari sebuah sekolah di Waingapu.  Dua orang siswa sedang bergulat di

lapangan.  Dua orang guru datang dan

berusaha memisahkan mereka.  “ Samuel,

Elia, ke ruang guru sekarang! ”  seorang

guru membentak kedua murid dan meminta mereka segara ikut ke ruangan guru.  “ kalian ini selalu saja bikin masalah!  Kalian mau jadi apa jika setiap hari berkelahi

terus? ”  “ maaf ibu. ”  mereka meminta maaf.  “ setiap hari kalian minta maaf tetapi setiap

hari juga kalian buat masalah.  Ingat!  Orang tua kalian banting

tulang supaya kalian bisa sekolah dan capai cita-cita.  Belajar yang keras!  Bukan berkelahi terus. ”

Sebuah pesawat domestik berhenti di bandara Umbu Mehang Kunda kota

Waingapu Sumba.  Joel dan Ella turun dari

pesawat.  Joel dan Ella melakukan

perjalanan dan tiba di sebuah rumah.  Dipastikan bahwa rumah tersebut tidak semewah rumah mereka di

Jakarta.  Joel melihat rumah itu “ huft ”  Joel merasa kurang puas dengan tempat tinggal

barunya.  Ayah Joel meminta mereka untuk

pergi ke Sumba.  Tepatnya kota Waingapu.

“ kita pasti bisa melewati ini.  pasti

ada jalan.” Sebagai istri, Ella selalu mendukungnya.

 Terdengar suara berisik dari satu

kelas. Samuel memukul Elia tanpa ampun.  Wajah Elia berdarah dan penuh dengan memar.  Bajunya berantakan.  Tidak ada satupun yang berani menolong Elia.  Samuel dikenal sebagai anak yang suka

berkelahi.  Seorang murid berlari ke

ruangan guru.  Tanpa mengetuk pintu,

murid tersebut masuk.  Joel dan para

guru, membalikkan badan.  Setelah

mendengar laporan dari murid, Mereka segera berjalan menuju ruangan kelas.    “ Samuel!!!  Ikut ibu sekarang! ”  seorang guru wanita menarik tangan Samuel dan

membiarkan Elia tetap di posisinya..  “ Sudah

berapa kali ibu bilang, jangan cari masalah dengan Elia.  Kamu tahu betul kita akan berhadapan dengan

siapa jika dia sampai terluka.  Sekarang

kamu harus dihukum.  Selama seminggu kamu

tidak diijinkan masuk sekolah.  Kamu

boleh keluar sekarang!”  Sebelum keluar

pintu, Samuel melirik ke arah Joel.  David

sudah menunggunya di luar.  Samuel sangat

bahagia karena dia tidak perlu ke sekolah selama seminggu.  Tetapi dia bingung harus kemana.  Orang tuanya pasti mempertanyakan hal

tersebut.  “ sebagai sahabat, saya juga

tidak akan ke sekolah.  Siapa suruh

mereka menghukum kamu. ”  David merangkul

sahabatnya.  Mereka berdua tertawa.  Mereka berjalan menuju warung dan akan

menghabiskan waktu mereka dengan merokok dan bermain judi.

Di dalam ruangan Joel melihat semua guru yang duduk di kursi

masing-masing.  Joel sangat kaget melihat

kejadian tersebut.  Joel penasaran dan langsung

bertanya kepada para guru.  “ maaf kalau

saya menanyakan ini.  kenapa yang dihukum

hanya anak itu?  Sementara yang satu bisa

belajar dengan tenang. ” tanya Joel.  “ maaf

pak Joel, bapak dari Elia itu adalah kepala suku.  Dan dia salah satu donator di sekolah

ini.  kita tidak mau bapaknya berhenti

jadi donator di sekolah ini. ” mendengar itu Joel kaget.   “ tunggu

sebentar!  Kenapa kalian harus melakukan

hal yang tidak adil karena seorang donatur?”  Joel menahan dirinya dari kemarahan.  “ kalau donatur berkurang kami tidak bisa makan pak. ”  salah seorang guru menjawab.  “ setahu saya, asisten pribadi papa selalu

mentransfer uang untuk gaji para guru dan biaya operasional sekolah.  Uang itu tidak sedikit karena itu dikumpulkan

dari teman-teman papa yang mau jadi donatur. ” Joel adalah anak kedua dari

pemilik yayasan.  “ benar, kami selalu

mendapat uang gaji.  Tetapi itu tidak

cukup pak Joel.  Kami hanya menerima lima

ratus ribu setiap bulan.”  Hal tersebut

membuat Joel kaget.

Setelah beberapa bulan di Sumba, pikiran Joel berubah.  Kondisi kota ini membuat hatinya

tersentuh.  Sekarang dia tahu bagaimana

hati ayahnya ketika membuka sekolah Pelita Bangsa.  Dia bertekad jika sekolah yang didirikan oleh

ayahnya tidak boleh tutup.   Sabtu sore,

Joel mengunjungi rumah David.  Sudah tiga

hari David tidak datang ke sekolah.  “

David, apa kabar?”  Joel menyapa

David  yang sedang duduk di depan

rumah.  “ bapak Joel sedang apa di

sini?”  “saya dengar kamu sakit.  Bapak ke sini ingin melihat kondisi kamu

saja.”  Joel menjawab pertanyaan

David.  “silahkan masuk pak!”  David mengajak Joel masuk ke rumah.  Kedua mata Joel teralihkan kepada benda-benda

yang ada di rumah David.  Joel adalah

lulusan seni rupa.  Melihat itu jiwa

seninya muncul dan dia sangat tertarik dengan benda-benda tersebut.  “ ini siapa yang ukir? ”  Joel memegang salah satu benda dan

bertanya.  “ Itu semua David yang

ukir.  Dari satu benda, dia bisa mendapat

upah sepuluh ribu? ”  ibunya

menjelaskan.  “ what?  ukiran sebagus ini hanya dinilai sepuluh

ribu? ”  Joel protes dalam hati.

Joel membuat beberapa perubahan di sekolah Pelita Bangsa.  Masalah pertama sudah terselesaikan.  Catatan keuangan ada yang tidak beres.  Asisten ayahnya, dan kepala sekolah telah

bersekongkol untuk membuat laporan keuangan yang palsu.  Hal itu membuat guru-guru tidak mendapat gaji

yang layak, dan fasilitas sekolah tidak lengkap.  Atas persetujuan ayahnya, kepala sekolah

dipecat.   Sementara ayahnya berurusan

langsung dengan asistennya.  Dia meminta

bantuan para guru dan murid untuk mengubah beberapa ruangan.  Dia menyediakan ruangan buat murid belajar

seni, dia menyediakan ruangan buat murid bisa bereksperimen di laboratorium,

dan perlahan-lahan dia mulai membuka kelas yang lain. Seperti biasa Elia dan

Samuel berkelahi di tengah lapangan.  Kejadian ini lebih parah dari sebelumnya karena Elia mengalami luka

parah.  semua panik dan dua orang guru

langsung membawa Elia ke Rumah Sakit.  Joel langsung menarik tangan Samuel.  Samuel yang ketakutan hanya bisa mengikuti kemana Joel pergi.  Joel dan Samuel duduk di atas perahu dan

melihat lautan yang indah.             “ bapak tidak marah sama saya? ”  Samuel bertanya.  “ untuk apa saya marah?  Ini hidup kamu Sam.  Kamu bukan anak kecil lagi.  kamu sudah bisa ambil keputusan sendiri.  Saya tahu kalian punya masa depan.  Awalnya saya bingung harus seperti apa.  Karena saya bukan sarjana pendidikan.  Lalu saya melihat bakat David dalam

mengukir.  Saya melakukan beberapa

perubahan di sekolah.  Bahkan saya sampai

lupa akan mimpi saya sendiri karena tertalu tertarik dengan kalian.  Sekarang impian saya hanya satu.  Melihat kalian sukses dan bisa memajukan

pulau ini.”  Joel mengungkapkan isi

hatinya.   “ tapi pak, saya sudah berusaha belajar.   Tetapi otak saya pas pasan.  Mengenai Elia, saya minta maaf.  Saya hanya tidak mau dia menghina keluarga

saya terus.”  Joel mendengar cerita

Samuel.  Dia baru tahu tentang kehidupan pribadi

Samuel.  Samuel lahir tanpa mengenal

siapa ayahnya.  Ibunya hamil di luar

nikah.  Dari kecil dia sudah terbiasa

dengan hinaan teman-teman dan tetangganya.  “ bakat bisa membuat kita sukses atau membuat kita hancur.  Kamu punya bakat.  Tapi jangan gunakan bakat kamu untuk

menghancurkan kamu.  Kamu hidup bukan

atas dasar apa kata orang.  Kita tidak

bisa memilih kita lahir di mana, dari siapa, suku apa.  Tapi kita bisa memilih mau jadi orang yang

seperti apa.”

Satu persatu murid-murid mulai menunjukkan bakat aslinya.  Ruangan laboratorium menjadi hidup karena

beberapa anak senang dengan ilmu pengetahuan alam.  Lapangan jadi ramai karena Joel mendatangkan

seorang guru sepak bola.  Hasil karya

David selalu membuatnya kagum.  Joel menggunakan

ilmu menggambarnya untuk mengajar anak-anak bagaimana cara menggambar yang

baik.  Di sisi lain, Joel mengerti bahwa

dia adalah guru yang terbatas.  Dia

mengirim Samuel ke Jakarta untuk belajar kick boxing.  Olah raga yang mirip muay thai  ini menjadi pilihan yang tepat untuk

Samuel.  Joel sadar jika setiap anak

memiliki bakat masing-masing.  Tidak baik

memaksa anak untuk belajar sesuatu yang dia tidak bisa lakukan sama sekali  suatu kali ibu Samuel datang ke sekolah hanya

untuk bertemu dengan Joel.  “ saya sangat

senang sekali.  Saya melihat Samuel

sangat berubah.  Impiannya untuk bisa ke

Jakarta juga terpenuhi.  Dia juga

berhenti merokok.  Tetapi saya takut jika

dia tidak akan sukses.  Nilai

pelajarannya selalu jelek.  Dan sekarang

dia di Jakarta.  Saya takut hidupnya akan

sama seperti saya.  Karena kebodohan jadi

miskin seperti sekarang.” Orang tua Samuel menceritakan ketakutannya.             “ Seorang ibu pasti ingin yang terbaik untuk

anaknya.  Tetapi berikanlah Samuel

kepercayaan.  Doa dan dukungan ibunyalah

yang akan membuat dia berhasil. ”  Joel

menanggapi keluhan dari orang tua Samuel.  Suatu hari Joel mendapat surat.  Dia mendapat sebuah undangan untuk menghadiri sebuah pertandingan kick boxing.  Samuel menjadi salah satu peserta di

pertandingan ini.  Joel mengajak David,

orangtua David, dan orang tua Samuel ke Jakarta.

Sebuah pertandingan tingkat nasional dimulai.  Dengan bangga Samuel masuk ke ring

pertandingan.  Hari itu Samuel berhasil

membuktikan bakatnya.  Bakatnya dalam

bela diri bisa menjadi sebuah profesi.  Bukan untuk menunjukkan siapa yang paling hebat.  Tetapi dengan bangga dia akan memperbaiki

nama baik ibunya.

Sabtu pagi,  Samuel dan ibunya,

David dan kedua orang tuanya menghadiri sebuah acara.  David kaget ketika melihat sebagian benda yang

ada di acara tersebut adalah patung kayu hasil ukirannya.  Sebagian adalah lukisan dari Joel, dan

photo-photo keindahan pulau Sumba.  David

menyaksikan sebuah transaksi jual beli.  Di depan matanya dia melihat patung kayu ukirannya dibeli dengan harga

yang sangat mahal.  Kedua orang tuanya

juga melihat hal yang sama.  dia langsung

mendapat pelukan dari kedua orang tuanya.  SEORANG GURU YANG BAIK TAHU BAGAIMANA MENGELUARKAN MUTIARA DARI SETIAP

MURIDNYA.”

SELESAI

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!