Namaku Cilla, aku sekarang sedang kerja di sebuah perusahaan swasta dikota A. Karena himpitan ekonomi dan juga setumpuk hutang, aku memutuskan untuk berhenti kuliah dan bekerja.
Karena hasil kinerjaku yang bagus, akhirnya pihak perusahaan memutuskan memberiku beasiswa untuk melanjutkan kuliah kembali. Dan hari ini adalah hari dimana aku memulai dari awal kembali
Ketika aku sampai dikampusku, tiba-tiba...
“Bruk..” Tanpa sengaja aku menabrak seorang laki-laki
“Maaf...” ucapku
“Iya ga apa-apa.” Sahutnya
“Kamu mahasiswa baru ya?” tanyanya
“Iya, aku baru aja masuk dan ini adalah hari pertamaku.” Jelasku
“Oh pantas. Klo begitu kenalkan, namaku Rifan. Nama kamu siapa?” tanyanya
“Aku Cilla.” Ucapku memperkenalkan diri
“Oh.. Kamu terlihat buru-buru sekali. Memang ada apa?” tanyanya
“Iya ini aku udah telat karena tadi ada pekerjaan kantor yang harus segera di selesaikan.” Jelasku
“Jadi kamu juga kerja?” tanyanya
“Iya. Demi menyambung hidup.” Sahutku
“Kamu bisa aja.” Ucapnya
“Ya udah sana masuk dulu. Nanti kamu benar-benar telat.” Ucapnya dan akupun mengangguk lalu langsung meninggalkannya
“Perempuan yang unik..” gumamnya
***********************************
Setelah jam kuliah selesai, akupun langsung pulang. Dirumah, ibuku sedang sakit keras. Sementara ayahku sudah lama meninggal
“Bu, bagaimana keadaan ibu? Apakah ada yang ibu rasakan?” tanyaku
“Ibu tidak apa-apa sayang. Kamu ga usah khawatir.” Sahutnya
“Oh begitu syukurlah. Ibu sudah makan?” tanyaku lagi
“Sudah tadi. Sekarang kamu beres beres ya. Cepat mandi dan juga makan.” Ucap ibu
“Baiklah bu.” Sahutku
Setelah mengetahui keadaan ibu baik-baik saja, aku pun pergi ke kamarku untuk mandi dan juga makan.
Setelah semuanya sudah selesai, akupun langsung beristirahat.
Keesokan paginya, sebelum berangkat kerja, aku masak terlebih dahulu dan menitipkan ibu kepada tetangga.
Sesampainya ditempat kerja, akupun langsung mengerjakan pekerjaanku.
Setelah jam kantor selesai, akupun langsung berangkat kuliah.
Sesampainya aku dikampus, ternyata ada seseorang yang telah menungguku
“Cilla, kamu lagi-lagi terburu-buru ya?!” Ucap mas Rifan
“Eh mas Rifan. Iya. Ntahlah. Aku sepertinya selalu dikejar waktu.” Sahutku
“Memang kamu kerja dimana?” tanyanya
“Aku bekerja di perusahaan swasta dikota A.” Sahutku
“Oh lumayan jauh juga ya?” ucapnya
“Ya mau gimana lagi. Ya udah ya mas, aku ke kelas dulu. Sudah hampir telat.” Ucapku
“Ya udah sana. Awas jangan buru-buru. Nanti kesandung.” Godanya dan akupun tersenyum
Ketika kelas sudah selesai, akupun langsung pulang. Namun,entah mengapa, mas Rifan menungguku
“Cilla, aku antar kamu pulang ya?” ucapnya
“Tapi mas?!” ucapku
“Ga apa-apa. Aku Cuma ingin jadi temen kamu.” Ucapnya
“Ya baiklah.” Sahutku
Setelah mengatakan itu, akupun langsung mengikutinya masuk kedalam mobil
“Kamu mau mampir makan Cill?” tanyanya di perjalanan
“Ga usah mas. Tadi sebelum berangkat kerja aku sudah masak dulu.” Ucapku
“Memangnya saat ini kamu tinggal dengan siapa?” tanyanya
“Saat ini aku tinggal dengan ibuku.” Sahutku
“Oh begitu.” Ucapnya
Sesampainya dirumah, aku mempersilahkan dia masuk. Dan diapun langsung masuk
“Maaf klo rumahnya berantakan.” Ucapku
“Iya ga apa-apa.” Sahutnya
“Cill, kamu udah pulang nak?” tanya ibu dari dalam kamar
“Iya bu. Aku barusan sampai.” Sahutku
“Sebentar ya mas. Aku ke ibuku dulu.” Ucapku
“Iya.” Sahutnya singkat
“Oh iya, mas mau minum apa? Kopi, susu kopi, teh atau air putih?” tanyaku sebelum pergi ke kamar ibuku
“Oh ga usah repot-repot, Air putih aja. Terimakasih.” Sahutnya
“Baiklah, aku ambilkan dulu.” Ucapku dan diapun mengangguk
.
.
.
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa like dan comentnya..🙏
Setelah aku menanyakan apa yang mau di minum oleh mas Rifan, akhirnya aku pergi ke dapur. Tapi sebelum itu aku ke kamar ibuku dulu.
Setelah aku masuk kedalam kamar ibu, aku melihat ibu yang terlihat seperti sedang tertidur. Namun entah mengapa, firasatku tidak enak. Lalu aku putuskan untuk mencoba membangunkannya. Betapa terkejutnya aku ternyata ibuku sudah tiada
Seketika aku menangis histeris dan membuat mas Rifan menjadi sangat terkejut.
“Ada apa Cilla?” tanyanya
“Mas, ibuku sudah tiada.” Sahutku sambil menangis
“Inalillahi wa innailahi roji’un. Kamu yang sabar ya. Sekarang kamu tenang dulu. Biar aku yang ngurus semuanya.” Ucap mas Rifan dan akupun mengangguk
“Ibu, kenapa ibu tiba-tiba pergi seperti ini? Aku belum siap bu.” Ucapku sambil sesenggukan
Setelah beberapa saat, para pelayatpun berdatangan. Aku hanya diam dan menangis.
Sementara mas Rifan mempersiapkan semuanya.
Keesokan harinya, ibuku sudah dimakamkan. Aku masih berdiam diri. Tak ingin makan ataupun minum.
“Cilla, makanlah sedikit-sedikit. Kamu belum makan lho dari semalam.” Ucap mas Rifan
“Aku ga lapar mas. Mas aja yang makan.” Ucapku yang memang benar-benar tidak ingin makan sama sekali.
“Tapi kamu harus tetap makan. Klo tidak, kamu akan sakit.” Ucapnya
“Aku ga mau mas. Aku ga mau makan.” Ucapku
“Cilla, klo kamu seperti ini, ibumu pastilah sangat sedih. Kamu mau ibumu sedih?” tanyanya dan akupun menggeleng
“Klo kamu ga mau, kamu makan ya?!” ucapnya
“Baiklah mas. Aku makan. Tapi sedikit aja ya.” Ucapku
“Iya. Ga apa-apa. Makanlah.” Sahutnya
Setelah itu, akupun mencoba makan sedikit.
Beberapa saat setelah aku selesai makan, tiba-tiba ada orang datang menagih hutang.
“Cil, kapan kamu akan membayar hutangmu? Ini sudah jatuh temponya lho.” Ucap ibu itu
“Iya nanti pasti saya akan cicil. Tapi sekarang, tolong beri saya waktu. Ibu saya baru saja meninggal. Jadi saya harus mengurus semuanya dulu.” Ucapku
“Ga. Kamu udah menunggak terlalu lama. Klo kamu, saya kasih waktu lagi, bisa-bisa uang saya ga bisa memutar lagi.” Ucapnya
“Tapi bu. Aku mohon, mengertilah.” Ucapku memohon
“Sekali tidak ya tidak.” Ucapnya ketus
“Aku akan membantu membayar semua hutang-hutangmu, Cilla” ucap mas Rifan serius
“Tapi mas, aku perlu waktu yang sangat lama untuk membayar utangku kepada mas. Apa mas tidak apa-apa?” ucapku
“Kamu tak usah khawatir masalah itu.” Ucap mas Rifan
“Tapi mas, aku ga bisa menerima kebaikan mas begitu saja. Karena kita baru saja kenal beberapa hari.” Ucapku
“Ya sudah, jika kamu bersih keras untuk memaksa membayarnya, maka bayarlah dengan cara membantuku.” Ucap mas Rifan
“Bantu bagaimana mas?” tanyaku bingung
“Bersandiwaralah menjadi istriku? Bagaimana?” ucapnya
“Apa?” tanyaku terkejut
“Iya. Jadilah istriku. Apa kau mau?” tanya mas Rifan
Setelah mendengar ucapannya, akupun terdiam beberapa saat.
“Baiklah mas. Tapi apakah pernikahan ini sejenis dengan nikah kontrak?” tanyaku memastikan
“Tidak. Nikah kontrak ada batas waktunya, sedangkan ini tidak ada batas waktunya.” Ucapnya
“Maksudnya?” tanyaku
“Pernikahan ini akan selamanya berlaku, jika kamu belum menemukan orang yang cocok untukmi.” Jelas mas Rifan
“Jadi misal sehari setelah menikah, ternyata ada yang menyukaiku, maka seketika itu mas akan menceraikan aku?” tanyaku
“Iya, asal cowok itu harus melewati beberapa syarat dari aku.” Ucap mas Rifan
“Syarat?” tanyaku
“Iya, syaratnya gampang kok.” Ucap mas Rifan
“Apa itu?” tanyaku
“Jawabannya di episode selanjutnnya ya..” ucap mas Rifan
“Ya mas...” sahutku
“Sabar...” ucap mas Rifan
.
.
.
.
.
Bersambung....
Jangan lupa like dan comen serta vote nya ya...🙏
“Apa mas syaratnya?” tanyaku
“Syaratnya adalah, Dia harus mengenal siapa kamu yang sebenarnya dan mau terima kondisi kamu yang sebenarnya. Dan dia juga harus menunjukkan bahwa dia jauh lebih baik dan juga pantas untuk kamu dibandingkan aku.” Jelasku
“Bagaimana?” tanya mas Rifan
“Apa tidak ada cara lain selain bersandiwara untuk menjadi istri mas. Itu karena aku berfikir tidak etis untukku. Aku seperti menjual diriku.” Ucapku
“Ya udah. Kamu pikirkan dulu bagaimana cara kamu untuk membayarnya ke aku. Tapi untuk saat ini aku akan tetap membayarkan semua hutang-hutangmu ini dulu.” Ucap mas Rifan
Akupun terdiam mendengar ucapan mas Rifan
“Hai kalian, bagaimana? Mau bayar atau tidak?” tanya ibu itu
“Iya. Kami akan membayarnya. Tapi kami ga bisa Cash. Kami bisanya transfer.” Ucap mas Rifan
“Ya udah ga apa.” Sahut ibu itu
“Ya udah bu. Ini nomer hp saya. Nanti ibu kirim aja nomer rekening ibu dan juga jumlah nominal yang menjadi hutangnya.” Ucap mas Rifan
“Total semua hutangnya plus bunganya?!” tanya ibu itu memastikan
“Iya, semuanya. Dan juga plus bunganya.” Sahut mas Rifan
“Oh baiklah klo begitu.” Ucap ibu itu dan kemudian pergi meninggalkan kami
Setelah ibu itu pergi, aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi mas Rifan.
“Kamu kenapa Cilla?” tanya Cilla
“Aku ga apa-apa mas.” Sahutku sambil menunduk
“Kamu masih kepikiran dengan omonganku tadi?” tanya mas Rifan
“Iya mas. Aku hanya ga habis fikir kenapa mas semudah itu membantuku membayarkan semua hutangku. Padahal kita baru saja kenal. Apa mas tidak takut klo aku kabur dan ga bayar?” ucapku
“Ga. Aku ga takut. Karena aku yakin klo kamu bukanlah orang yang seperti itu.” Sahutnya
“Kenapa mas begitu yakin?!” tanyaku
“Karena hatiku yang bisa merasakannya.” Sahutnya lagi
“Oh begitu. Tapi klo suara hati mas salah bagaimana?” tanyaku lagi
“Ya udah ga apa-apa. Aku ga keberatan kok. Karena aku ikhlas.” Sahutnya ringan
“Mas...” ucapku
“Ya..” sahutnya singkat
“Kasih aku waktu untuk memikirkannya ya.” Ucapku
“Memikirkan masalah apa?” tanyanya
“Masalah bagaimana cara membayarnya.” Ucapku
“Oh.. Masalah itu. Ya udah. Santai aja. Ga usah buru-buru.” Sahutnya ringan
***********************************
Tiga hari setelah kejadian itu, aku bertemu dengan pacarku di perjalanan. Dia sedang bersama dengan perempuan lain. Tapi aku tidak mau berfikiran buruk dulu tentang dia.
“Don, kamu kemana aja. Aku telponin kok ga diangkat. Kamu tau ga klo ibuku sudah meninggal?” tanyaku
“Aku ga kemana-mana. Aku sudah tahu kok klo ibumu sudah ga ada dan aku juga memang malas ngangkat telpon dari kamu.” Sahutnya
“Kok kamu begitu sih? Trus perempuan ini siapa?” tanyaku
“Oh iya, aku lupa kenalin. Ini Nita, pacarku.” Ucapnya
“Apa? Ini pacar kamu? Trus aku?” ucapku
“Oh.. Kamu itu masa lalu. Aku ga mau sama cewe’ miskin dan banyak hutang kaya kamu. Masih mending dia. Dia kaya dan juga ga punya hutang.” Sahutnya
“Apa kamu bilang? Kamu tega ya?!” ucapku
“Ayo sayang, kita pergi. Ga usah hiraukan perempuan miskin ini.” Ucap Doni yang pergi meninggalkanku yang sedang termenung
“Tega kamu Don.” Gumamku sambil berjalan menuju kantor
Setelah kejadian itu, rasanya aku sudah tidak ada semangat kuliah lagi. Aku akhirnya memutuskan pulang saja dqn memikirkan bagaimana caranya membayar hutang kepada mas Rifan.
.
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa like dan comen nya ya...🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!