Kisah dimulai di sebuah kota kecil bernama 'Bloody Grass'. Atau yang artinya 'Rumput Berdarah'. Walaupun nama kota itu terdengar mengerikan, tapi kenyataannya kota ini adalah kota yang sangat indah. Kota yang sangat maju dan sangat sedikit angka kejahatannya di kota ini. Memang kota Bloody Grass tidak memiliki banyak populasi. Jumlah penduduknya hanya tiga puluh lima ribu jiwa.
Dengan jumlah penduduk yang minim, kota ini mampu mengembangkan bisnisnya hingga sampai ke kota yang lain. Bahkan hingga jaringan internasional. Penduduk kota ini begitu damai dan bersahabat antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang namanya permusuhan antar warga yang lain, kecuali hanyalah sekelompok bocah bengal yang jumlahnya tidak seberapa. Dan hal itu dapat ditangani dengan sangat baik oleh pihak hukum.
Bloody Grass sangat terkenal dengan ciri khas masyarakatnya yang suka mengadakan sebuah pesta dan juga berbagai kegiatan perlombaan. Yang kebanyakan pesertanya berasal dari kota lain. Hampir semua hal dapat ditemukan di tempat ini. Sampai hal ini terdengar oleh Jimmy. Jimmy adalah seorang sejarawan, arkeolog, sekaligus juga seorang paranormal. Sepak terjangnya sudah tak dapat diragukan lagi. Buku-bukunya pun banyak dipelajari oleh para mahasiswa yang ingin menjadi petualang seperti Jimmy.
Kisahnya begitu melegenda. Hingga suatu hari dia tertarik dengan Kota Bloody Grass. Dia ingin mengetahui semua hal tentang kota tersebut. Jarak yang begitu jauh dari tempat tinggalnya tidak menyurutkan sedikit pun tekadnya untuk sampai ke Kota Bloody Grass. Memang, keindahan Kota Bloody Grass membuat semua orang menjadi penasaran dengan kisah dibalik nama kota itu.
Jimmy mencoba mencari berbagai informasi. Mulai dari koran tahun 1941 hingga mencari rekaman siaran televisi pada tahun itu tentang Kota Bloody Grass. Tapi hasilnya nihil. Hingga dia meminta bantuan temannya, Morgan. Morgan adalah sahabat kecil Jimmy yang sekarang berprofesi sebagai detektif. Walaupun hanya seorang detektif swasta, Morgan sudah melalui banyak hal. Dan selalu berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
Karena mereka berteman sejak kecil, Morgan mau membantu Jimmy tanpa sebuah bayaran. Walau Jimmy sudah menyiapkan uang jutaan, tapi Morgan menolak. Dia ingin membalas budi kepada Jimmy yang dulu selalu melindunginya. Sampai mereka di dunia militer pun, Jimmylah yang selalu melindungi Morgan. Ketika anak dan istri Morgan hampir dibunuh, Jimmylah orang yang berhasil menyelamatkannya. Tanpa sebuah kendala.
Jimmy adalah orang yang cerdas. Namun, untuk satu hal ini dia ingin memberi kesempatan sahabatnya untuk ikut berperan dalam profesinya. Karena kemampuan Morgan akan sangat berguna. Morgan sebenarnya khawatir dengan misi Jimmy kali ini. Dari sebuah surat kabar yang didapat oleh Morgan, tertulis disurat kabar itu bahwa Bloody Grass dulunya adalah tempat pembantaian para pasukan pemberontak. Para pasukan itu dibiarkan tergelak begitu saja mayatnya setelah dihabisi oleh tentara pemerintah.
Mayat mereka dibiarkan membusuk hingga lebur dengan tanah. Dulu nama tempat itu adalah Green Grass, atau Rumpu Hijau. Karena tempat itu begitu damai, indah dan sangat nyaman untuk ditinggali. Namun sejak pemberontakan terjadi, tempat itu menjadi markas besar para pemberontak. Banyak terjadi hal-hal mengerikan di tempat itu. Mulai dari penyiksaan ringan hingga kelas berat. Sampai hal itu membuat para tawanan menjadi gila.
Akhirnya para pemberontak itu membunuh semua tawanan mereka. Tertulis di surat kabar tersebut, ada sebuah surat yang ditemukan di tempat itu. Bahwa seharusnya pada malam itu para tawanan sudah dibebaskan. Tapi karena mereka gila, maka mereka dibantai. Otak dari pembantaian tersebut adalah seorang jendral yang paling ditakuti, namun mengkhianati pemerintahnya sendiri. Dengan mendoktrin semua anak muda pada masa itu untuk melakukan pemberontakan.
Masa itu adalah masa-masa paling sulit. Angka kemiskinan meningkat. Banyak sekali pengangguran dimana-mana. Tidak ada yang bisa benar-benar dipercaya. Hampir semua diisi oleh para pengkhianat. Negara dan sistem pemerintahannya kacau balau. Orang-orang bersikap anarkis. Siapa yang kuat, dia yang berkuasa. Pada waktu itu, uang bukanlah segalanya. Tapi segalanya adalah makanan. Siapa yang punya banyak makanan, maka dia akan menjadi seorang raja.
Setelah membaca surat kabar itu, Jimmy bukannya khawatir. Justru dia semakin bersemangat untuk menjalankan misinya kali ini. Morgan hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tekad sahabatnya yang begitu kuat untuk menuju Bloody Grass.
Morgan masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Buru-buru sahabatnya itu berkemas dan mempersiapkan segala sesuatunya. Dengan terpaksa, Morgan membantu sahabatnya itu.
Jimmy yang tidak mau melihat sahabatnya kahawatir, terus berusaha menasehatinya. Mengatakan kepada Morgan bahwa semua akan baik-baik saja. Jimmy berusaha membuang keraguan pada diri sahabatnya itu. Dia ingin sahabatnya berperan penting dalam misi Jimmy. Kemampuan Morgan dalam mengusut sesuatu sudah tidak diragukan lagi.
Memang, semua itu juga Jimmy yang mengajarinya. Tapi Jimmy selalu merendah dihadapan sahabatnya itu. Mereka benar-benar seperti kakak beradik. Padahal, mereka berasal dari keluarga yang berbeda. Mereka juga bukan berasal dari negara yang sama. Hanya satu hal yang sama, yaitu mereka sama-sama memiliki tekad yang kuat dalam melakukan sesuatu. Dan mereka juga memiliki agama yang sama.
"Morgan, tenang saja. Semuanya akan baik-baik saja."
"Iya. Semoga saja begitu."
"Hey! Kita harus yakin. Kita harus terus berusaha untuk mendapatkan apa yang kita inginkan."
Jimmy mengatakannya kepada Morgan dengan penuh keyakinan. Sembari menunjuk jarinya ke dada Morgan. Dia berusaha dengan keras agar mencapai keinginannya untuk sampai ke Kota Bloody Grass. Meskipun banyak hal yang harus disiapkan, tapi Jimmy mengerjakannya tanpa lelah. Begitu juga dengan Morgan. Dia mendapatkan tugas untuk membuat sebuah pasport palsu. Dan juga mendapatkan tiket pesawat dengan meretas sistem bandara.
Hal ini memang sering Jimmy lakukan agar ia bisa keliling dunia tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Bukan hanya itu, Jimmy juga menghapus semua data tentang dirinya. Sosok Jimmy dikenal hanya dari mulut ke mulut. Tidak ada bukti pasti siapa Jimmy sebenarnya. Begitu juga dengan Morgan. Maka dari itu, mereka bisa masuk ke dunia militer bersama-sama. Mereka cukup lama melakukan pengabdian kepada negara mereka. Dirasa cukup, mereka lalu menggunakan keahliannya masing-masing untuk bertahan hidup.
Jabatan detektif swasta yang dipegang oleh Morgan pun hanyalah sebuah kedok. Nama yang tertera dimejanya adalah nama palsu. Dia dikenal dengan nama Sam Martino. Tentu saja nama itu hanyalah nama karangan Morgan. Nama sebenarnya ialah Sam Morgan Julian. Morgan awalnya adalah anak teman ayahnya Jimmy. Mereka dulu tidak mau saling mengenal. Karena Jimmy anak yang aktif, sedangkan Morgan anak yang pasif. Namun siapa sangka kalau mereka dipertemukan kembali menjadi sepasang sahabat setia.
Selama menjalin persahabatan, mereka tidak pernah bertengkar sekali pun. Sungguh luar biasa. Jarang sekali orang diluar sana yang sama seperti mereka. Jimmy kini sudah menginjak usia 37 tahun. Dan Morgan berusia 41 tahun. Meskipun usia Morgan jauh lebih tua, tapi dia tidak pernah bisa lepas dari campur tangan Jimmy. Selama ini Jimmylah yang selalu membantu Morgan setiap dia menghadapi masalah yang menyangkut keluarganya.
"Jim? Apa kau sudah yakin dengan keputusan yang kau ambil? Aku yakin ini bukan lelucon Jim."
"Hey Morgan. Tenang saja, kau tidak perlu khawatir. Kita harus membuat masa tua kita menjadi berarti. Jangan disia-siakan."
"Kau menyia-nyiakannya. Sekarang kau bahkan belum memikirkan untuk pernikahan."
"Ooh... Ayolah Morgan. Siapa yang mau dengan orang macam ini. Suka berpindah-pindah tempat."
Sebenarnya Morgan ingin menjodohkan Jimmy dengan adik istrinya yang bernama Sarah. Tapi dia masih ragu. Jimmy pasti akan. menolaknya. Karena Sarah adalah seorang janda. Apalagi sekarang Sarah sudah tidak secantik dulu. Dia belum tahu seperti apa selera Jimmy. Sepanjang perjalanan mereka, Morgan tak pernah melihat kalau Jimmy ada niat untuk menikah. Dia suka berganti-ganti pasangan. Karena kemampuannya menghilangkan jejak layaknya manusia super, Jimmy akan meninggalkan pasangannya ketika dia sudah merasa bosan.
Walaupun Jimmy orang seperti itu, tapi dia juga orang yang dermawan. Dia menghamburkan uangnya untuk membiayai kehidupan orang diluar sana yang masih merasakan kesengsaraan. Jimmy juga memiliki sebuah panti asuhan yang diurus oleh karyawannya. Tapi Jimmy jarang sekali berkunjung, dia sibuk dengan dunianya. Juga sibuk menimbun uang.
Jimmy bukanlah orang mata duitan. Dia berusaha mengumpulkan uang untuk menghidupi orang-orang miskin dan anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya. Kehidupan Jimmy biasa saja, seperti orang lain pada umumnya. Dia seperti bunglon. Dimana dia berada, Jimmy selalu bisa menyatu dengan keadaan. Ketiak berada di kawasan elite, dia akan menggunakan setelan yang mahal. Tapi ketika di tempat yang sederhana, dia juga akan melakukan hal yang sama.
Bagi Jimmy, uang memang bisa membeli apa pun yang dia suka. Tapi kemanusiaan adalah segala-galanya. Sikap itu sudah tertanam sejak Jimmy kecil. Ayahnya sering mengajak Jimmy ke sebuah tempat yang kumuh dan juga tempat-tempat yang dipenuhi dengan gelandangan. Agar dia bisa menyadari makna kehidupan yang sebenarnya.
Lepas dari itu semua, Morgan yang sudah bosan menunggu Jimmy terlalu lama mempersiapkan barang bawaannya, memutuskan untuk mengambil sebotol minuman sembari menghisap rokoknya. Jimmy hanya menghela nafas melihat sikap sahabatnya yang tidak biasa itu.
"Kenapa kau tidak sekaligus mengangkut apartemen mu ini Jim?"
"Jangan cerewet. Cukup ibuku saja yang seperti itu."
"Jim. Aku sangat yakin bahwa aku bisa mengumpulkan semua informasi itu dalam waktu beberapa jam saja."
"Iya, aku tahu Morgan. Tapi ini bukan hanya soal mengumpulkan informasi."
"Lalu?"
Jimmy yang sudah selesai dengan semua persiapannya kemudian duduk disamping Morgan. Dia mengambil minuman dan juga rokoknya. Lalu menjelaskan semuanya kepada Morgan.
"Begini. Aku sudah membaca surat kabar yang kau berikan. Dan aku mencari semua informasi tentang perusahaan yang mencetak surat kabar itu."
"Ya? Dan apa hubungannya dengan Kota Bloody Grass?"
"Perusahaan itu bangkrut karena mengalami kebakaran hebat. Dan pada bulan depannya, semua orang yang bekerja di tempat itu menghilang secara misterius. Sampai sekarang belum ada kabar tentang keberadaan mereka. Dari barang-barang mereka, semuanya masih lengkap. Begitu juga dengan pakaian mereka."
"Aku tidak paham apa yang kau katakan Jim."
"Pakaian yang mereka kenakan dihari itu ada disina, Morgan. Begitu juga dengan barang-barang mereka. Jadi, kemana para karyawannya?"
"Tunggu sebentar Jim. Aku harus berfikir sejenak."
"Oke."
Jimmy dan Morgan menuang kembali minuman mereka. Sembari berbicara, sedikit demi sedikit mereka menikmati minuman dan rokoknya.
"Kita akan menuju ke Bloody Grass. Ya kan?"
"Iya."
"Lalu apa hubungannya Bloody Grass dengan perusahaan percetakan surat kabar itu?"
"Surat kabar itu terbit tiga jam sebelum kebakaran terjadi. Dan semua karyawannya menghilang setelah mereka diketahui mendatangi Bloody Grass, untuk meliput kembali berita pembantaiannya. Karena berita itu masih sangat hangat dalam kurun waktu bertahun-tahun. Itulah yang membuatku semakin tertarik."
"Hmmm... Jujur saja Jim. Awalnya aku sama sekali tidak suka dengan apa yang kau lakukan Tapi sekarang, aku menjadi tertarik."
"Nah! Begitulah harusnya sikap seorang kakak kepada adiknya."
Setelah semua persiapan mereka selesai. Mereka langsung ke bandara untuk segera berangkat ke Kota Bloody Grass. Mereka membawa beberapa orang membantu membawakan barang-barang mereka. Tanpa diketahui oleh Morgan, Jimmy ternyata sudah memiliki jet pribadi.
"Kau kemanakan barang-barang kita?"
"Tenang Morgan. Kita bisa bersantai terlebih dahulu di bandara ini."
"Apa kau sudah tidak waras?"
"Apa maksudmu Morgan?"
"Sebentar lagi pesawatnya akan berangkat Jim. Dan kau malah membuat masalah sebelum sampai. Huffftt.... kau memang yang terbaik."
"Morgan, kita bisa makan dan minum di tempat ini terlebih dahulu. Karena tanpa kau ketahui, aku sudah memiliki sebuah jet pribadi untuk aku bertamasya."
"Oh sial! Kau memang licik."
"Santai Morgan. Ayolah, minum dulu. Soal mengisi perut, itu kita urus nanti di dalam jet."
"Terserah kau saja Jim."
Morgan terlihat sedikit kesal dengan ulah Jimmy. Tetapi hal itu sudah lumrah mereka lakukan. Kadang bergantian Morgan yang mengerjai Jimmy. Semua itu dilakukan agar mereka tetap bisa bersenang-senang dan tertawa bersama ketika bertemu. Itu seperti sebuah ritual khusus yang wajib dilakukan untuk menyambut tamu.
Disaat mereka sedang menikmati minuman mereka, tiba-tiba ada seorang pria yang menghampiri mereka untuk meminta pertolongan.
"Apa yang bisa kami bantu?"
"Kau bisa membantuku menjaga tas ini? Aku tidak sanggup jika harus membawa tas ini ke toilet. Aku sudah tua."
Jimmy sedikit curiga dengan tingkah pria tua itu. Juga tas yang ia bawa. Seperti tercium sesuatu yang busuk. Morgan sudah tahu gelagat Jimmy, dan mencegah Jimmy membuka tas pria tua itu. Tapi Jimmy tetap ingin membukanya. Bahkan mereka sampai adu mulut karena menurut Jimmy, pria itu bukan orang yang baik-baik.
Sampai akhirnya salah satu petugas mencoba melerai mereka. Tingkah pria itu semakin membuat Jimmy curiga. Pria itu juga memaafkan Jimmy atas perbuatannya. Jimmy tahu, kalau hal itu hanya untuk membuatnya aman dari pengawasan petugas.
Ternyata bukan hanya Jimmy saja yang penasaran dengan pria tua itu. Tapi juga Morgan. Morgan bahkan sampai tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Ia melihat ada sebuah potongan tangan disaku belakang pria tersebut.
Morgan ingin sekali mengejarnya saat itu. Namun mengingat kalau mereka sudah diawasi oleh petugas, akhirnya ia diam saja dan tidak memberitahukannya kepada Jimmy. Jimmy yang masih kesal akhirnya memutuskan untuk segera berangkat menggunakan jet pribadinya.
Sambil mengomel karena masalah tadi, Jimmy dan Morgan kemudian masuk ke dalam jet. Dan menemui dua pilot kesayangannya.
"Hey kawan-kawan. Buat penerbangan kami nyaman."
"Kami? Tuan membawa seseorang?"
"Yah... Dia sahabatku dari jauh. Sekarang terbangkanlah jet ini. Aku sudah tidak sabar melihat tempat ini dari ketinggian."
"Baik Tuan. Duduklah dan pasang sabuk pengaman anda."
Perlu diketahui, bahwa pilot yang mengendalikan jetnya adalah dua orang wanita. Mereka hanyalah pramugari, tapi mereka juga memiliki kemampuan yang baik seperti pilot yang lainnya. Merekalah yang selalu menemani Jimmy kemana pun dia pergi. Jimmy juga mengenal semua teman-teman dan keluarga mereka.
Saat jet itu sedang dalam persiapan terbang, Morgan tiba-tiba lari menuju ruangan para pilot.
"Hentikan! Jangan terbangkan jetnya!"
Jimmy yang melihat hal itu sontak ikut berlari ke dalam dan menanyakan apa yang terjadi. Ternyata Morgan menemukan sesuatu dibawah tempat duduk Jimmy. Benda itu adalah sebuah tas milik pria tua yang baru saja menghampiri mereka sewaktu duduk diluar tadi. Jimmy dengan cepat membuka isi tas itu, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat sebuah plastik tebal dengan isinya. Isi plastik tebal itu adalah potongan mayat seseorang.
Jimmy, Morgan, dan kedua pilot wanita itu keluar dari jet pribadi Jimmy. Salah seorang dari pilot itu memanggil petugas bandara, dan tak lama kemudian petugas pun datang. Mereka semua lalu melaporkan semua kejadian itu kepada polisi. Untungnya, polisi tidak memeriksa isi tas Jimmy yang dimana didalamnya terdapat sebuah senjata api.
Jimmy memang selalu membawa senjata-senjata kesayangannya untuk mengantisipasi jika ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi. Awalnya Jimmy kebingungan. Entah bagaimana nantinya jika para polisi ini melihat ada senjata api ilegal didalam tasnya. Untunglah, semua itu tidak terjadi. Polisi hanya memeriksa isi plastik itu, dan mengintrogasi Jimmy dengan beberapa pertanyaan ringan.
Jimmy juga diperbolehkan melanjutkan kembali perjalanannya karena dia menunjukkan kartu identitasnya. jelas saja, kalau kartu identitas itu palsu. Suasana didalam jet benar-benar menjadi sunyi. Tidak ada yang membuka pembicaraan sedikit pun, baik Jimmy maupun Morgan. Mereka terlihat masih kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi. Hingga sesuatu memecahkan keheningan mereka.
Jet yang Jimmy dan Morgan naiki mengalami sedikit masalah. Padahal, kedua pilot ini sudah memanggil para teknisi untuk memeriksanya sebelum berangkat. Dan semuanya pun baik-baik saja. Mereka mulai merasakan hal-hal aneh. Seperti ada sesuatu yang mengahalangi perjalanan mereka. Jimmy dan Morgan sebelumnya tidak pernah menghadapi masalah semacam ini.
Jimmy yang juga berprofesi sebagai seorang paranormal, bisa mengetahui apa yang sedang terjadi. Jimmy mencoba menceritakan semua yang ia lihat. Sayang, Morgan tidak percaya terhadap hal-hal semacam itu.
Sepeti biasanya, Jimmy tetap berusaha keras untuk membuat sahabatnya ini percaya kepadanya. Mau tidak mau Morgan berusaha mempercayai sahabatnya itu. Walaupun dia masih kesal karena masalah terus berdatangan, padahal mereka belum sampai ke Bloody Grass.
"Sudahlah Morgan. Kau tidak perlu menyembunyikan kekesalanmu itu kepadaku. Aku tahu ini membosankan untukmu. Tapi, inilah yang terjadi. Dan kita harus menghadapinya dengan sabar. Ayahku pernah mengatakan, kalau kita menghadapi masalah...."
"Hadapilah dengan senyuman! Iyakan?"
"Nah... itu kau sudah paham. Sebentar lagi para teknisi akan datang. Mereka akan memeriksanya kembali."
Jimmy tersenyum-senyum melihat sahabatnya yang mulai kesal dengan tingkahnya itu. Jimmy mencoba sahabatnya itu tertawa dengan mencolek pinggangnya berkali-kali. Sampai Morgan menjadi sangat kesal, dan Jimmy pun lari sembari tertawa terbahak-bahak. Morgan mengambil kedua sepatunya untuk melempari Jimmy. Walaupun usia mereka sudah semakin tua, tapi ketika bertemu mereka masih seperti anak-anak.
"Hey! Coba lihat dua orang aneh itu. Mereka seperti orang gila."
"Jangan bicara sembarangan. Mereka bos kita. Salah satunya pemilik jet pribadi ini. Kau tidak akan dibayar kalau mereka sampai dengar apa yang baru saja kau katakan."
Dua orang teknisi jet itu terheran-heran melihat tingkah Jimmy dan Morgan yang kekanak-kanakan. Mereka berdua lebih pantas dilihat sebagai dua orang gila. Karena perilaku mereka yang sama sekali tidak mencerminkan masa tua. Jiwa mereka bukan lagi jiwa muda, tapi jiwa anak-anak. Mereka sering bertingkah konyol. Tapi hal itu tidak mereka berdua pedulikan. Yang terpenting bagi Jimmy dan Morgan adalah, hubungan persahabatan mereka bisa abadi untuk selama-lamanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!