Menceritakan seorang Mahasiswi yang terkenal memiliki sifat yang kejam dan jago bela diri.
Aira Putri seorang anak yatim piatu saat masih berusia 5 tahun Aira tinggal bersama kakeknya yang berada di desa. Kakek Aira berprofesi sebagai mantan TNI di sanalah Aira di ajari kakek semua jurus bela diri.
Saat Aira beranjak dewasa umurnya 20 tahun sikapnya yang dulu anggun berubah menjadi gadis tomboi.
Aira juga gadis jenius yang dengan mudahnya mendapatkan Beasiswa terbaik di Kampus Entertainment yang terkenal akan kemewahan fasilitasnya. Dengan sifatnya yang selalu cuek dan dingin orang - orang tak berani mengusiknya bahkan menatapnya pun mereka tidak berani.
Selain memiliki sifat yang cuek Aira di kenali dengan Mahasiswi terpopuler di Kampusnya karena kejeniusan inilah membuat ia di kagumi.
Sampai akhirnya Aira mendapat kabar bahwa sang kakek telah meninggal dunia kabar duka ini sangat mengguncangkan hati dan pikirannya. Di mana hanya kakeknya lah yang selalu ada untuknya. Aira berusaha ikhlas menerima semua yang terjadi.
Sikap Aira pun berubah drastis menjadi pribadi yang lebih pendiam tidak seceria dulu ketika sang kakek masih hidup, senyum cantiknya seakan lenyap bersama sang kakek.
Suatu ketika Aira pulang dari Kampusnya Aira merasakan perasaan yang tidak nyaman.
"Perasaanku hari ini sangat mengusikku. Aku tidak mengerti apa yang akan terjadi hari ini. Semoga saja tidak terjadi apa-apa saat diperjalanan, Amin! " hiburnya yang tidak ingin perasaannya semakin memburuk.
Aira pun melangkah mencari motor kesayangannya. Setelah mengeluarkan motor dari parkiran Aira mencarter motornya bergegas untuk pulang.
"Brumm... brumm"
"Let's go" ucapnya semangat 45
Saat Aira keasyikan dengan alunan musik yang di dengarnya tanpa Aira sadari seekor kucing menyeberang.Terkejutnya Aira melihat itupun refleks Aira membanting motornya.
Tiba - tiba dari arah yang berlawanan sebuah mobil menabrak dirinya.
"Braaakkk" suara hantaman mobil dan motor itu.
Orang - orang yang tak jauh dari tempat kejadian berteriak histeris melihat peristiwa tak menyenangkan itu di hadapan mereka.
Lalu berbondong - bondong mereka menghampirinya dan ada pula yang menelepon Ambulan. Tak selang berapa lama Ambulan pun datang dan terlihat Aira telah penuh dengan darah yang keluar dari hidung dan kepalanya.
Tapi sungguh malang nasibnya di perjalanan menuju Rumah Sakit Aira menghembuskan napas terakhirnya.
Di tempat lain Aira terbangun mendapati dirinya di dalam ruangan yang gelap. Aira menoleh kesana-kemari mencari sesuatu terlihatlah cahaya putih menyilaukan penglihatannya itu.
Muncul seseorang yang berpakaian serba putih.
"Hai...Aira Putri. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanyanya ramah.
Aira bukannya menjawab tetapi Aira balik bertanya kepada seseorang itu.
"Ini di mana? Bagaimana kau tau jika namaku Aira Putri?"
"Hohoho...gadis manis jangan buru - buru begitu. Baiklah aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Namaku Liang Yan aku adalah Dewa reinkarnasi, aku di sini ingin memberikanmu tugas menggantikan jiwa seorang Putri dari Kaisar Zhang Yong dan Permaisuri May Yin yaitu Putri Aira Zhang Yong" jelas Dewa Reinkarnasi
"Mengapa harus aku, mengapa tidak yang lain saja ?" tolak Aira jutek.
"Kami telah berunding bahwa kamu pantas menggantikan jiwa Putri Aira. Karena putri Aira terkenal memiliki sifat lemah lembut, baik, dan tidak memiliki kekuatan untuk melindungi dirinya sendiri. Maka kami telah sepakat menjemput dirimu di sini."
"Ohh jadi kalian yang sudah bikin aku meninggal, kalian keterlaluan!!" ujar Aira marah saat mengetahui dirinya meninggal karena masalah yang sangat tidak penting.
Aira pun teringat dengan sebuah novel yang selalu ia baca..
"Ehhh..aku baru ingat dehh, kalau Putri Aira Zhang Yong itukan Putri yang selalu di tindas Putri lemah. Ohh jadi ini alasannya. Baiklah...aku setuju dan aku suka dengan drama seperti ini. Hahahhahaha"
"..."
Tak ada sahutan dari Dewa Reinkarnasi. Aira pun tidak memperdulikan itu melihat ada cahaya yang muncul tak jauh darinya ia menatap bingung.
Dewa Reinkarnasi mendekat kepadanya lalu mengeluarkan sebuah kalung giok dari sakunya dan memberikan kepada Aira.
" Berjalanlah...menuju cahaya itu dan terimalah kalung giok ini. Semoga kehidupan barumu lebih menyenangkan"
setelah memberikan kalung giok itu Dewa Reinkarnasi pun menghilang.
"Apaan ini, bikin aku kesal aja" sungut Aira tidak terima di perlakukan seperti itu.
Aira berjalan menghampiri cahaya itu lalu masuk ke dalamnya tiba - tiba dirinya tersedot.
Tampak seorang Putri yang di ketahui bernama Putri Aira Zhang Yong terbaring kaku di peraduan di temani pelayan pribadinya yang menangisinya. Tak seorang pun yang menjenguknya selain pelayan pribadinya itu.
Aira terbangun karena terusik oleh suara seseorang yang menangis.
Aira membuka matanya perlahan. Dengan sisa tenaganya dia bertanya. "Ini di mana?" bingung dengan pemandangan yang ia lihat.
"Putri!! Ini sungguh sebuah keajaiban. Terima kasih Dewa Agung telah mengabulkan do'a hamba hiks hiks.."
"Apaan yang keajaiban, aku kan memang belum mati" ucap Aira kesal dengan kelakuan gadis yang nampak lebih tua darinya.
"Mohon ampun, Putri. Hamba yang hina ini memohon ampunan! " ucap pelayan itu sembari bersujud dan membentur - benturkan kepalanya ke lantai.
"Astaga ! zaman old memang bikin aku puyeng aja"
"Maksud...Putri ?"tanya pelayan itu kebingungan.
"Lupakan! Berikan aku air..."
"Bangun dari kematian bukannya dikasih minum dan makanan kek, eh malahan kepala yang dibenturkan, zaman sekarang otaknya di dengkul..." ujar Aira kesal.
" Baik Putri, tunggu sebentar Hamba akan ambilkan air minum dan beberapa makanan... " ucap Pelayan langsung bergegas keluar dari kamar.
Tak lama datang kembali Pelayan tadi tak lupa membawa air minum dan beberapa makanan di tangannya.
" Silahkan Putri! "
Dia hanya diam menerima makanan dan minuman yang di bawa pelayan. Kemudian menatap pelayan dengan saksama.
" Siapa nama kamu? " ucap Aira to the point.
"Hamba menjawab, Putri. Nama saya Shia saya pelayan pribadi Putri." Shia memperkenalkan diri.
"Baiklah Shia, aku ingin kamu memanggilku Aira saja. Karena aku tidak ingin mendengar sebutan PUTRI" dengan menekan kata Putri di kalimat Akhirnya, karena menurut Aira ini sangat tidak cocok dengan karakternya.
"Maafkan Hamba, Putri. Hamba tidak berani" tolak Shia tidak berani melewati batas.
"Aku tidak menerima bantahan!! " ucap Aira tegas.
"Baik...Put.. Ehh..Aira" Shia gugup.
"Nah begitu kan baik, aku akan memanggil kamu dengan sebutan kakak. Aku tidak terima bantahan sedikitpun" ucapnya melirik tajam menatap Shia, yang di tatap seakan nyawanya berkurang lima.
Shia merasakan perubahan sikap yang sangat besar terhadap majikannya, Shia bersyukur atas perubahan ini.
"𝘚𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢..." ujar Shia dalam hati dia seakan tidak percaya bahwa semua yang dia lihat adalah kenyataan.
" Kak Shia, aku ingin mandi tolong siapkan air hangat untukku. Jangan lupa pewanginya melati" perintah Aira yang merasa seluruh tubuhnya lengket dan bau.
"Baik Putri" Shia bergegas menyiapkan keperluan majikannya itu.
Setelah Shia pergi, Aira penasaran dengan wajahnya Aira pun mencari cermin tiba - tiba
"Akkkhhh.... Astaga!!! Mukaku kek Mak Complang" jerit Aira terkejut melihat wajahnya yang buruk rupa di penuhi dengan jerawat yang telah bernanah.
Shia mendengar Aira berteriak pun mencari keberadaan Aira. Karena khawatir, Shia tidak menyadari jika ada air di lantai dan sesaat kemudian terdengar
"Bruukkk"
"Aww..." rintih Shia kesakitan karena pantatnya lebih dulu mencium lantai.
Aira terkejut mendengar suara seseorang jatuh Aira pun mendapati Shia terduduk di lantai.
"Astaga!! Kakak kenapa duduk di lantai ?" tanya Aira bingung sambil membantu Shia berdiri.
"Maaf Aira mengagetkanmu, kakak tidak tahu kalau ada air di lantai" ucapnya cengengesan.
"Hahahahaha" seketika tawa mereka pecah..
"Lain kali hati-hati "
"Iya Aira lain kali kakak pastikan tidak mengulangi lagi"
"Baiklah... Aku pergi mandi dulu"
*BERSAMBUNG***♧♧♧**
Thanks ya udah mampir di karya aku...
Mohon kritik dan sarannya yah, supaya aku tahu di mana letak kesalahan dalam penulisanku ini. Tks❤❤
Jangan lupa Like, Coment dan vote yahh sahabat novel..muaaahhh😚
Aira beranjak ke tempat pemandian tersebut, Shia menyiapkan pakaian ganti Aira. Selesai mandi Aira mengganti pakaiannya lalu berpikir akan keluar malam ini.
Menatap cermin yang menampakkan wajah buruk rupanya.
" Shia..." ucap Aira.
" Iya Nona apa ada yang bisa saya bantu ?"
" Malam ini siapkan keperluanku, aku akan ke pasar, "
" Tapi Nona, jika Nona pergi malam ini Anda tidak akan dibiarkan meninggal istana. Dan Pasar tempat yang berbahaya untuk Anda, di sana juga banyak pencopet dan ada orang-orang yang melakukan kejahatan dalam kegelapan, "
" Lebih baik keluar mencari suasana baru, daripada duduk diam dalam istana yang membosankan, "
" Baiklah, jika itu yang Anda inginkan saya akan menyiapkan keperluan Anda "
Shia menyiapkan pakaian yang biasa Aira gunakan, tetapi semua pakaian ini tidak layak pakai.
" Apa seorang Putri memang semiskin ini? Baru kali ini aku mengetahui bahwa ada juga seorang putri kerajaan yang miskin hahaha miris sekali hidup ini, " Aira merasa lucu, bagaimana bisa Raja hanya peduli dengan benda bawahnya saja tapi setelah membuahkan hasil dia membuangnya.
" Maafkan saya Nona, saya tidak dapat menahan saat Selir Agung merampas harta mendiang permaisuri, " ucap Shia, ada kesedihan yang terpatri diwajahnya.
" Untuk sekarang, apa masih ada sisa uang yang aku miliki? "
Shia mengeluarkan sebuah kantong yang dibungkus dengan rapi dari balik bajunya, " Ini saja sisa uang yang secara diam-diam saya sembunyikan dari pelayan Selir Agung Nona " ucap Shia lalu menyerah kantong itu.
" Baiklah, ini cukup.. "
" Kalau begitu saya undur diri, "
"... "
................
Malam harinya Aira menyelinap, banyak sekali prajurit berpatroli malam ini. Dengan mengendap-endap ia sampai dihadapan tembok besar, namun bukan Aira namanya jika ia tidak bisa mengatasi ini.
Aira melompat tinggi melangkahi tombok besar itu.
Huuupppss..
" Akhirnya, untung saja tembok ini tidak terlalu tinggi, " setelah itu ia menghilang dalam kegelapan malam.
Setibanya di pasar, banyak orang-orang yang bercanda gurau dengan orang tua ataupun kekasih mereka. " Wah, pasar ini sama persis seperti di kampungku, " ucap Aira
Ada yang menjual manisan dan banyak lagi.
" Umm, Aku harus mencari sesuatu dulu... " ucap Aira, ia melihat ada sebuah kedai yang terlihat sepi hanya pemiliknya saja yang ada di sana.
Membuka pintu kedai itu lalu masuk melihat sekeliling, ia menghampiri seorang wanita yang duduk termenung di depan kasir.
" Permisi, apa kedai ini masih beroperasi? " tanya Aira, walaupun ia melihat sendiri kondisi kedai ini tetap saja ia ingin mengetahuinya kenapa kedai ini begitu sepi pelanggan.
" Ah, Nona selamat datang di kedai kami. Mohon maaf saya tidak menyadari kehadiran Anda karena kedai kami jarang ada pembeli, " jelas pemilik kedai.
" Tidak apa, apa ada sesuatu yang bisa saya makan? "
" Mohon tunggu sebentar Nona segera saya siapkan makanan Anda, " ucap pemilik kedai.
Aira mencari tempat duduk yang dekat dengan jendela, pantas saja kedai ini sepi cara mereka menempatkan struktur kedai ini tampak membosankan.
" Silahkan, ini menu spesial keluarga kami, " ucapnya dengan senyum yang mengembangkan diwajahnya.
Aira menatap makanan dihadapannya, melihat dari warnanya saja ini makanan yang hambar dan tidak menggugah selera sama sekali.
Tapi tetap saja ia akan memakannya karena ia juga sudah kelaparan, dengan perlahan makanan itupun habis.
" Berapa harga makanan saya? "
" 2 koin tembaga saja nona.. "
Aira mengeluarkan uang kertas 2 koin tembaga, " Bibi saya ingin bertanya, jika ada yang ingin membeli kedai Bibi apakah Bibi akan menjual kedai ini? "
" Jika ada yang bermurah hati membeli kedai ini saya akan menjualnya, "
" Kalau begitu berapa Anda akan menjualnya? Saya ingin membeli kedai Bibi... "
Wanita tua terhenyak mendengar gadis muda ini mau membeli kedainya.
" Apakah Nona serius ingin membeli kedai saya? "
" Iya.. "
" Baiklah, karena kedai ini sudah tua saya menjualnya 1 koin emas saja Nona dan terimakasih Anda mau membeli kedai tua ini, " ucap wanita tua itu penuh syukur.
Memberikan 2 koin emas, " Nah, ini uangnya Bibi "
" Terimakasih Non, kalau begitu saya akan pulang. Di lantai atas ada beberapa kamar untuk menginap, biasanya saya akan menginap hari ini namun karena Anda telah membelinya saya akan kembali, " ucap Bibi.
" Ah, tidak apa Bibi jika Bibi ingin menginap, malam ini Bibi disini saja, "
" Apa tidak apa-apa jika saya menginap disini non? " tanya Bibi memastikan.
" Panggil saya Aira Bi, saya tidak keberatan jika Anda ingin menginap hitung-hitung ini sebagai hari terakhir Bibi melepaskan kenangan Bibi terhadap kedai ini, "
" Baiklah, jika itu yang non inginkan. Panggil saja saya Bibi Nan.. " ucap Bibi Nan.
" Kalau begitu, saya melanjutkan perjalanan saya, "
" Baik, Hati-hati diperjalanan, " ucap Bibi Nan.
Setelah membeli kedai milik Bibi Nan, di gang sempit tak jauh dari sana keluar pemuda berlari kearahnya bukannya bersiap menghindar ia hanya diam menatap pemuda itu.
Sampai dihadapan Aira, pemuda itu tiba-tiba saja berlutut, " Nona tolong bantu adik saya sedang sakit parah, saya tidak ada biaya untuk mengobatinya, " ucap pemuda itu sambil bersujud.
" Bangunlah, tunjukkan padaku di mana adikmu berada! "
Pemuda itu mendongak seakan tidak percaya bahwa gadis ini akan membantunya karena setiap kali orang dari gang ini meminta bantuan pada orang di luar gang mereka akan di acuhkan bahkan lebih parahnya lagi akan disiksa karena merasa jijik pada mereka.
" Tunggu apa lagi, tunjukkan padaku...! " ucap Airi lagi.
" Mohon maafkan saya Nona, mari saya antar, " pemuda itu bangkit dan membawa Airi kesebuah bangunan reot.
Tampak seorang anak kecil terbaring lemas di atas dipan yang telah lapuk, " Adikmu lebih baik pindahkan ke tempat yang layak, " ucap Aira.
" Tapi Nona saya tidak ada tempat selain disini.. " ucapnya sedikit bergetar.
" Aku baru saja membeli kedai, di sana ada cukup kamar untuk kalian tempati, ayo ikut denganku..!"
" Baiklah, terima kasih Nona.. " selepas mengatakan itu segera pemuda itu menggendong adiknya dan mengikuti Aira.
Sesampainya di sana, beruntung Bibi Nan baru saja ingin naik ke lantai atas berhenti saat melihat Aira datang dengan seorang pemuda.
" Apa ada yang bisa saya bantu Non? "
" Bibi tolong bantu pemuda ini mengurus adiknya dan kamu cepat cari tabib... "
" Baik Nona... "
Dengan cepat pemuda itu menghilang mencari tabib, tak lama pemuda itu kembali lagi bersama pria tua menjinjing tas kain di tangannya.
" Tabib tolong periksa anak ini, biayanya saya yang tanggung, " tunjuk Aira.
" Baik Nona.. " ucap tabib, segera ia memeriksa anak lemah yang sudah sangat pucat dan kesakitan.
" Anak ini menderita penyakit demam berdarah untung saja masih dapat ditangani jika terlambat saja anak ini akan meninggal, " jelas tabib, tabib menulis beberapa kata di kertas lalu menyerahkan kepada pemuda itu, " Ini resep obat yang harus dibeli, minumkan adikmu 3 kali sehari, " ucap tabib lagi.
" Terima kasih tabib,"
" Baiklah, karena pekerjaan saya sudah selesai saya undur diri Nona, " ucap tabib, ia paham bahwa sosok gadis buruk rupa ini pasti seorang yang kaya dan dermawan.
Aira mengangguk merespon tabib ini, ia menatap pemuda itu, " Kamu siapa namamu? "
" Maafkan saya Nona, saya melupakan memperkenalkan diri. Nama saya Juan Nona "
" Juan kamu antar tabib pulang, ini sudah larut malam penglihatan orang tua tidak terlalu bagus dimalam hari, " ucap Aira.
" Baik Nona, mari tabib Saya akan mengantar anda kembali... "
" Baiklah, saya akan menerima kebaikan ini," ucap tabib, dia tersenyum senang memang benar matanya kurang baik jika di malam hari, dengan di antar Juan perjalanan pulang ini berjalan lancar.
Saat Juan sampai di kedai dia tidak menemukan Aira.
Bibi Nan berada di kamar adik Juan berkata, " Nona baru saja pergi besok Nona akan kembali lagi, " ucap Bibi Nan.
" Ah, baiklah...terimakasih Bibi telah membantu saya merawat adik saya, " ucap Juan sopan.
" Tidak masalah nak, jangan sungkan panggil saja Bibi Nan " jawab Bibi Nan tersenyum kepada Juan.
" Baik Bibi Nan " ucap Juan.
" Sekarang istirahat lah dikamar sebelah adikmu telah meminum obatnya besok dia akan membaik, "
" Terimakasih Bibi Nan " ucap Juan langsung beranjak pergi ke kamar yang barusan disebut oleh Bibi Nan.
Setelah menyelesaikan tugasnya merawat anak kecil itu Bibi Nan juga pergi beristirahat karena semua tampak lelah hari ini mereka tertidur dengan pulas.
****************
Keesokan harinya Aira kembali lagi ke kedai bersama Shia sebelumnya Aira sudah mengatakan semua yang ia alami di pasar kemarin malam alhasil hari ini Shia juga ingin membantu.
" Bagaimana keadaan adikmu hari ini? " tanya Aira tanpa basa basi.
" Keadaan adik saya telah membaik Nona terima kasih atas kemurahan hati Nona " ucap Juan penuh syukur.
" Sebelum itu aku ingin memperkenalkan diriku yang sebenarnya. Perkenalkan namaku Aira Shang dan ini Shia pelayan pribadiku " ucap Aira.
Mata Juan membulat sedangkan Bibi Nan yang baru saja ingin menyapa berhenti ditempat buru-buru mereka memberikan hormat.
" Maafkan atas ketidak kesopanan saya Yang Mulia Putri..." ucap Juan dan Bibi Nan.
" Tidak perlu terlalu formal diantara kita aku disini tidak datang untuk menerima penghormatan, " ucap Aira.
Juan dan Bibi Nan terdiam mereka baru menyadari bahwa Putri Aira yang dirumorkan tidak seperti yang ada di hadapan mereka Putri Aira dihadapan mereka adalah sosok putri yang baik.
"Aku tahu apa yang kalian pikirkan tentangku " Ucap Aira.
" Maaf atas tindakan saya ini Yang Mulia Putri " ucap Juan.
" Tidak apa aku memahami apa yang kalian pikiran tentang ku aku putri buruk rupa, bodoh dan mudah dianiaya ini tidak seperti yang kalian pikirkan, "
" Baiklah, aku tidak ingin berlama-lama disini karena ada banyak hal lain yang harus aku urus, ini ada koin perak untuk keperluan kamu dan adikmu selama tinggal disini dalam waktu seminggu aku akan datang untuk mengecek kesehatan Adikmu " ucap Aira.
" Baik Yang Mulia, sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kemurahan hati anda " ucap Juan membungkuk hormat.
" Ketika aku diluar istana panggil aku Nona itu lebih baik dan nyaman untukku aku tidak terlalu suka dengan sebutan Yang Mulia " ucap Aira.
" Baik Yang Mulia, saya akan memanggil sesuai perintah Yang Mulia " jawab Juan.
Aira tersenyum kemudian ia dan Shia pergi meninggalkan kedai itu.
Tidak terasa seminggu telah berlalu di kedai yang ia beli Aira sedang memantau perkembangan kesehatan Adik Juan yang semakin hari semakin membaik bahkan telah sembuh total.
"Terima kasih Nona jika tidak ada Nona saya tidak tahu harus bagaimana dengan nasib saya kedepannya atas bantuan Nona saya selamat dari kematian. Perkenalkan nama saya Jian dan karena kebaikan hati Anda saya dapat beraktivitas kembali " ujar Jian bersyukur atas bantuan Aira seminggu yang lalu.
" Itu sudah seharusnya "
" Terimalah saya sebagai pelayan Anda Nona " ucap Jian dan Juan bersamaan berlutut di depan Aira.
" Tidak aku hanya cuma butuh Shia jadi aku tidak ingin menambahkan pelayanan disamping ku lagi tapi Aku sekarang membutuhkan seorang pengawal "
"Benarkah Nona?" tanya Juan.
" Benar " Ucap Aira.
"Saya bersedia Nona..." ucap Juan
" Saya juga bersedia mengabdi kepada Anda, " ucap Jian.
" Baiklah, karena kalian setuju menjadi pengawalku aku yang secara pribadi melatih kalian " ucap Aira menyeringai.
Melihat seringai di wajah Aira membuat mereka saling pandang dan tiba-tiba menggigil.
Rencana Aira di dunia ini membangun sebuah organisasi yang bernama Folksy yang akan membantu orang-orang membalas dendam atas penindasan dan membunuh orang-orang yang melanggar aturan.
Organisasi ini tidak akan tunduk pada siapapun karena dalam hidup Aira mereka yang harus tunduk padanya.
Di Istana Mawar kediaman Aira di sana dia duduk termenung memikirkan sesuatu ia merasa bahwa telah melupakan sesuatu.
Saat berperang dengan pikirannya ia baru teringat dengan kalung giok yang masih setia berada di lehernya. Saat ingin menyentuh kalung giok jarinya tergores sesuatu lalu darahnya menetes tepat mengenai batu zamrud dan bersinar terang tanpa sadar matanya terpejam.
Saat membuka mata ia terkejut dengan pemandangan yang sangat indah.
" Wah..pemandangannya indah sekali coba saja ada kamera pasti banyak gambar yang aku ambil. Apa ini yang disebut dimensi? " ucap Aira.
Aira terus berjalan menikmati pemandangan yang ada di sekitarnya angin yang bertiup sepoi-sepoi menambah sensasi yang menyejukkan.
Aira berjalan dengan semangat didepannya ada sebuah air terjun yang terjun dengan tenang ada pula sebuah rumah yang tak jauh dari sana.
" Wow, ada rumah juga. Aku ingin tahu apa yang ada dibalik pintu ini " membuka pintu.
Muncul seekor kucing oren yang sangat imut berbulu lebat.
" Selamat datang Nona" ucap kucing itu membungkuk memberi hormat.
Dia terkejut sampai latah " Astaga naga...oyen kamu mengagetkanku"
Kucing oren menatap Aira bingung, " Apakah Anda baik-baik saja Nona? "
Bukannya menjawab Aira membungkuk lalu memeluk gemas, "Aigooo...Oyenku sangat menggemaskan " seru Aira.
" Nona saya harap Anda tidak berlebihan karena saya bukan peliharaan " ucapnya kesal tetapi di mata Aira kucing ini semakin imut.
" Baiklah...apakah ini berhubungan dengan kalung giok? " tanya Aira.
" Benar Nona, kalung giok yang memiliki akses ruang dimensi ini tuan sebelumnya banyak meninggalkan sesuatu yang penting disini saya harap Nona menggunakan peninggalan mereka dengan bijak " jelas Oyen.
" Apa saja yang mereka tinggalkan dalam dimensi ini? "
" Banyak yang perlu Anda lihat Nona, jadi saya akan mengantarkan Anda pada suatu tempat... "
Mengikuti kucing imut dengan gaya jalannya yang begitu keren hampir saja Aira tidak dapat menahan godaan ini.
" Ehhemm, Oyen berapa lama lagi kita akan berjalan? "
" Sebentar lagi kita akan sampai Nona "
" Nah, inilah tempat yang harus Nona ketahui karena ini kebun tanaman obat langka " jelas Oyen.
Mata Aira melotot, luasnya kebun ini sekitar 3 hektar penuh dengan tanaman obat langka yang dipisahkan sesuai dengan nama, manfaat, warna, bahkan kelangkaannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!