NovelToon NovelToon

BAD GIRL VS ICE MAN

Malina kundang

"Stella, kamu yah saya bilangin bandal bangat. Gak capek apa kamu keluar masuk ruang bk terus?" Suara teriakan menggelegar di ruangan itu. Menusuk tepat di indra pendengaran seorang gadis yang tengah duduk di sofa dengan santainya.

"Gak lah bu, ngapain saya capek, kan cuman duduk dengerin ceramah dari ibu aja. Seharusnya saya yang bertanya sama, Ibu. Gak capek apa Ibu marahin saya terus? Ntar kalau darah tinggi ibu kumat bagaimana? Kalau wajah ibu jadi berkerut gimana?" Jawabnya dengan cuek. Bahkan Ia memasang wajah tanpa dosa saat mengucapkan itu. Seolah perbuatannya adalah sesuatu yang dapat di benarkan.

"Stella ... Kurang ajar sekali kamu." Bu Handoko–sang guru bk melotot garang ke arah-nya. Tak tahan dengan tingkah laku gadis remaja yang kini sedang Ia hadapi.

"Kamu punya sopan santun gak sih?" Suaranya semakin keras saat tak kunjung mendapati respon gadis itu.

"Maaf buk, saya sudah lancang." Stella bangkit dari tempat duduknya setelah mengucapkan permintaan maaf

"Stella mau kemana kamu saya belum selesai bicara."

Terdengar teriakan bu Handoko yang memanggil-manggil Stella. Namun, anak itu tak menghiraukannya dan justru malah membalas dengan meneriakinya kembali.

" Pulang bu, bye-bye ...." ucapnya sambil berjalan meninggalkan ruangan tersebut. Tapi, sebelum memasuki koridor sekolah, dia membalikkan badan dan memutar arah kembali ke ruangan yang dianggap keramat bagi sebagian siswa-siswi di setiap sekolah.

" Bu ... jangan marah-marah terus, ntar darah tinggi ibu kumat ." Dia langsung lari ngibrit sebelum bu Handoko kembali meneriakinya, namun hitungan ketiga teriakan itu kembali terdengar

" Stella!! kembali kamu ...." Dia hanya tersenyum mendengar teriakan yang memanggil namanya itu, dia tau siapa pemiliki suara itu, siapa lagi kalau bukan guru bk yang selalu membuatnya puyeng setengah mati.

****

Stella melenggang pergi meninggalkan sekolahnya, banyak anak yang menatapnya dengan sinis namun tak satupun dihiraukannya,

" Enak yah ... jadi Stella, udah cantik, anak orang kaya lagi, punya hidup bebas, sekolah juga bebas, kapan dia mau pulang bisa langsung pulang, gak kayak kita," ucap salah satu siswi yang melihatnya membolos lagi dijam mata pelajaran.

****

"Mommy ... where are you mom, anakmu Stella yang imut-imut ini telah comeback"

Stella melemparkan tasnya dan mendaratkan bokongnya di atas sofa yang sangat empuk, tak lama kemudian tampaklah seorang wanita yang masih muda dan kelihatan cantik berjalan dari arah dapur.

"Stella kalau masuk itu ucapin salam, bukan teriak-teriak gak jelas gitu." Stella hanya membalas ucapan Ibunya dengan cengiran.

"Lah ni anak dikasih tau malah nyengir, gak usah cengar-cengir kamu, kamu jelek kalau nyengir tau gak? "

"Oh mom ... ucapanmu bagaikan anak panah yang menusuk tepat di hatiku," ucap Stella dengan wajah sedih yang dibuat-buat sambil memegang dadanya.

"Gak usah lebay and gak usah sok dramatis,

nih ambil," ucap Kirana–sang momy sambil menyodorkan segelas air putih, kemudian diterima oleh Stella dengan cengiran tak berdosanya.

" Makasih mom, eh btw ... momy rambut baru lagi ye? " ucap Stella yang memang sedari tadi memperhatikan ada yang baru dari tampilan mamanya sekarang.

" Hehe iya dunds, bagus kan rambut momy yang baru, btw kamu tau gak harganya berapa? "

" Gak dan gak mau tau," ucapnya acuh, dan ....

Tuk ....

Sebuah tangan mendarat mulus di atas kepala gadis itu.

"Aduuhh," ringis gadis itu kala merasakan sebuah jitakan mengenai kepalanya.

"Ih mom ... apa-apaan sih, kok kepala Stella di pentong, sakit tau ... kalau incess jadi jelek mom mau tanggung jawab?" Stella memanyunkan bibirnya, menekuk mukanya dan mengelus-elus kepalanya yang habis di pukul oleh mamanya itu.

" Habisnya kamu itu jadi anak kok durhaka bangat, mau kamu momy kutuk jadi malina kundang?" Kening Stella berkerut. "Kok Malina?" tanya gadis itu.

"Iyalah, kalau malin itukan cowok kalau kamu cewek, jadi ambil versi ceweknya-lah. Yaitu Malina, ada yang salah emang?" Kirana bersidekap dada memperhatikan anak gadisnya itu. Namun, ada yang aneh. Kenapa putrinya pulang lebih awal dari biasanya?

"Bay the way ... kamu kok pulang lebih cepat dari biasanya?" Akhirnya pertanyaan yang sedari tadi bersarang di otaknya kini terlontarkan.

" Hehe, biasa mom cabut .... " Stella nyengir dengan watadosnya.

"Ha ... kamu cabut lagi?" Kirana terbelalak kaget mendengar penuturan anaknya, dan Stella hanya mengangguk membenarkan ucapan sang momy.

"Oh yah mom ini ada surat dari sekolah, seperti biasa mom diundang ke sekolah."

Iyah ... sebelum Stella tadi benar-benar meninggalkan ruang bk, bu Handoko sempat memberikannya surat panggilan orang tua kepadanya.

"Diundang ndasmu, buat masalah apa lagi kamu di sekolah." Kirana mengambil surat yang diberikan oleh Stella tadi dan membukanya, membacanya satu persatu. Kirana membelalakkan matanya betapa terkejutnya ia ketika membaca alasan mengapa ia dipanggil lagi ke sekolah.

" Stel, kamu mukul anak orang lagi?"

"Hehe iya mom, habis dia gangguin Stella mulu, momy kan tau Stella anaknya paling gak suka di injak-injak, harga diri Stella itu tinggi mom, lagian kan momy yang ngajarin Stella untuk melawan saat Stella digangguin orang lain. " Dia memberikan penjelasan atas prilakunya di sekolah tadi, karena menurutnya kali ini dia tidak bersalah.

Toh bukan dia yang memulainya terlebih dahulu, begitu pikirnya

"Huft .... " Kirana menghela napas berat.

" Iyah sayang, momy memang mengajarkanmu untuk tidak mudah di injak- injak, tapi kamu cukup memberikannya pelajaran yang setimpal dan tidak berbahaya, jangan sampai melukainya seperti ini." Kali ini Kirana berusaha bersikap bijak dalam menasehati putrinya.

Kirana memang seorg ibu yang bisa disebut gaul dan mudah berbaur tapi untuk masalah yang menyangkut putrinya, ia akan berusaha untuk bisa bersikap lebih bijak dari yang biasanya.

"Mom, bagi Stella ini udah hukuman yang paling setimpal, siapapun yang berani memfitnah stella dan menghina keluarga Stella maka dia akan mendapatkan hukuman yang seperti itu," ucap Stella lalu pergi meninggalkan mamanya sendiri.

.

.

Kirana duduk di sofa, menyenderkan kepalanya dan memejamkan matanya, kedua tangannya saling berpautan dan jari-jarinya saling menyatu.

" Mas ... anak kita sudah tumbuh jadi dewasa, dia bukan Stella yang dulu sering bermain kuda-kudaan bersamamu, dia sudah dewasa bahkan sangat dewasa, dia tumbuh menjadi anak yang kuat dan susah diatur, aku tidak bisa mengurus Stella sendirian lagi, mas aku kangen kamu, kamu kapan pulang mas? Kamu gak pengen lihat Stella yang sekarang? Stella yang dulu sangat kau sayangi, kamu selalu melarangku menyusulmu, tapi kau tak pernah pulang lagi sejak 8 tahun lalu."

Kirana bangkit dari duduknya dan berjalan kearah kamar.

******

"Pagi mom." Stella menuruni anak tangga dan mencium pipi kanan Kirana, kemudian menarik bangku dan duduk di samping Kirana.

"Pagi sayang, oh iya momy aja yah yang ngantar kamu ke sekolah sekalian bertemu bu Handoko membicarakan masalah kamu yang semalam," ucap Kirana sambil memberikan sepotong roti yangg telah ia siapkan untuk Stella.

"Okey mom, eh tapi mom kok tumben- tumbenan mom bisa ngomong lembut gini, biasanya juga ceplas-ceplos," ucap Stella sambil memakan roti yang diberikan oleh momy Kirana.

"Suka-suka momy dong, kan momy yang ngomong."

" Hedeh ... dasar mak-mak gaul," ucap Stella sambil memutar bola matanya malas.

"Udah cepat habisin sarapan kamu, ntar kamu telat lagi. "

****

" Pagi bu Handoko," ucap Kirana setelah masuk ke dalam ruang bk SMA Sentosa.

"Eh bu Kirana, pagi bu ... duduk-duduk. "

Kirana hanya tersenyum kikuk kearah bu Handoko, perlahan ia jalan kearah yang ditunjuk oleh buk Handoko tadi.

" Maaf bu, saya ganggu waktu ibu, tapi sebelumnya apa Stella sudah memberikan surat panggilan orang tua itu kepada ibu? "

Kirana menganggukkan kepalanya, pertanda bahwa ia telah menerima surat itu.

"Oke kita langsung ke intinya saja yah bu, jadi gini dengan berat hati saya menyatakan bahwa Stella di keluarkan dari sekolah ini dengan kata lain Stella di D. O"

****

~NB:JGN LUPA LIKE, KOMEN DAN RATING.

TENGKYU GUYS:) ~

D.O?

"Oke kita langsung ke intinya saja yah bu, jadi gini dengan berat hati saya menyatakan bahwa Stella di keluarkan dari sekolah ini dengan kata lain Stella di D.O"

.

.

Bu Handoko mulai memasang wajah seriusnya, sementara Kirana sudah mampu menebak apa yang akan terjadi pada putrinya itu.

"Oke baiklah bu, saya terima keputusan ibu, Stella memang pantas mendapatkan itu semua. Dia bakalan saya carikan sekolah yang mungkin bisa merubah sikapnya, tapi sebelum itu saya ucapkan terimakasih Ibu sudah mau mengurus Stella selama ini." Kirana berdiri ingin beranjak pergi namun tangannya ditahan oleh bu Handoko.

"Bu ... Ibu yang sabar yah ngadapain Stella, saya yakin dia pasti bisa berubah dan saya yakin ayahnya pasti kembali lagi, dan membuat Stella jadi anak yang baik kembali. "

"Saya minta maaf bangat karena sudah membuat keputusan seperti ini, mengingat kelakuan Stella yang sudah tidak bisa saya toleransi lagi." Kirana hanya tersenyum mendengar penuturan dari bu Handoko. Tampak sekali raut penyesalan di wajah guru itu. Tapi, Bu Handoko juga tidak bersalah. Ia membuat keputusan seperti itu juga karena ulah putrinya, jadi Kirana hanya bisa tersenyum untuk mengisyaratkan bahwa Ia baik-baik saja. Setelah berpamitan, Kiranapun berjalan keluar meninggalkan ruangan itu.

***

..."Mom ... stella pulang." Seperti biasa Stella selalu berteriak ketika ia memasuki rumah....

"Stella berapa kali momy harus bilang sama kamu, kalau masuk rumah itu ucapin salam bukan teriak-teriak gitu. " Kirana menegur putrinya yang selalu saja kebiasaan berteriak saat memasuki rumah. Kedua tangannya bertengger manis di pinggul rampingnya, menatap putrinya itu dengan tajam. Tapi, yang di tatap justru nyengir tak berdosa.

"Iyah mom, tapi mom lagi ngenakan outfit macam apa ini? " Stella memperhatiakn outfit yang dikenakan mamanya dari atas sampai bawah.

" Bagus kan," ucap Kirana sambil berputar- putar di hadapan Stella.

Stella memperhatikan mamanya terus, dia sadar outfit yang dikenakan mamanya bukan outfit untuk bekerja ataupun di rumah, mamanya pasti ingin keluar

"Stel, kamu dengerin momy gak?" Kirana menjentikkan tangannya dan membuat kesadaran Stella kembali.

"Eh iyah tadi momy bilang ini outfit apa namanya? "

"Ini namanya outfit ala-ala korea," ucap kirana sambil memainkan pakaiannya.

"Momy mau keluar yah? " tanya Stella curiga.

"Iyah momy mau keluar bareng teman-teman momy, sekalian nyari tiket pesawat ke Amerika"

"Ngapain nyari tiket ke Amerika?" Stella memicingkan sebelah matanya menatap momynya itu dengan curiga.

"Momy mau nemuin papa kamu, kemarin dia ngirimin momy email, sekarang momy sudah tau keberadaan papa kamu, jadi momy memutuskan untuk menemuinya dan melepaskan rasa rindu momy selama delapan tahun ini."

"Oh ... ternyata dia masih ingat punya keluarga di sini." Seketika wajah Stella berubah sangat datar ketika membahas sang ayah.

"Hust ... kamu jangan gitu, gimanapun dia tetap papi kandungmu." Kirana mencoba mengusir pikiran buruk anaknya itu.

"Okey terserah momy, tapi Stella sama siapa dong di sini?" Stella menekuk mukanya dan memanyunkan bibirnya, bersikap manja agar mamanya tidak jadi pergi.

"Yah kamu ke Jakartalah tempat kakak kamu, mana mungkin momy tega ninggalin anak perawan momy sendiri di sini," ucap Kirana sambil membayangkan seperti apa pertemuannya nanti dengan suaminya setelah delapan tahun berlalu.

" Terus sekolah Stella gimana?"

"Yah kamu pindah sekolah lah, lagian kamu di sekolah yang lama sudah di D.O" Kirana menjawab dengan acuh dan melenggang pergi menuju mobilnya.

"Ha ...? Di D.O? Kok momy gak bilang dari tadi sih?"

"Kan sekarang momy udah bilang, yaudah momy mau pergi dulu, udah mau telat bye.... "

***

NB: JGN LUPA LIKE, KOMEN, AND RATING

Goes to Jakarta

Jakarta...

.

.

.

" Hua ... akhirnya sampai juga." Stella merentangkan kedua tangannya ke atas sambil menikmati udara ibu kota yang cukup terkenal dengan polusinya.

Gadis itu mengambil ponselnya dari dalam saku celana jeansnya, kemudian mendial nomor kakaknya untuk mengetahui keberadaan kakaknya itu. Perlahan deringan memanggil berubah menjadi suara seorang gadis yang sangat Stella hapal.

"Hal–"

" Kak Lo dimana sih? Gue udah sampai nih." Sembur Stella, bahkan sebelum orang di sebrang sana menyelesaikan ucapannya. Stella celingak-celinguk melihat keadan sekitar Jakarta lebih tepatnya di tempat ia berdiri sekarang.

" Sorry dek, kayaknya gue gak bisa jemput Lo deh dek, gue udah ada janji sama pacar gue, Lo pulang naik taksi aja, ntar bilang kesopirnya perumahan Pondok Indah, jalan Cempaka no 24, dia pasti tau kok. Ntar kalau udah sampai Lo cari aja rumah yang warna merah dengan pagar warna hitam bermotif bunga-bunga emas di pagarnyaa," ucap Renata dari sebrang sana yang tak lain adalah kakaknya Stella.

" Renata!! Lo tega amat sih sama adek sendiri jugaan, masak Lo lebih mentingin pacar dari pada gue yang jelas-jelas adek Lo." Gadis itu memaki kakaknya. Wajahnya sangat kentara sekali, bahwa Ia sangat kesal pada orang di sebrang sana. Padahal ini adalah hari pertamanya di Jakarta, tapi kakaknya justru malah memilih pacarnya ketimbang menjemput dirinya.

" Ya jelas dunds gue lebih mentingin pacar gue dari pada Lo. Secara dia itu pacar gue yang guanteng ... sangat. Jadi tak elok untuk gue abaikan, sementara Lo kan cewe bar-bar jadi gue yakin lah Lo gak mungkin gak bisa ngelindungi diri Lo sendiri. Bye adekku tersayang." Renata mematikan sambungannya secara sepihak membuat Stella naik pitam dan ingin memaki-maki kakaknya sekarang juga.

" Awas aja lo Renata, kalau gue ketemu lo di rumah gue bikin Lo jadi sambal belacan dah. " Dengan emosi yang masih membara Dia memutuskan pergi mencari taxi untuk menuju rumah sang kakak laknat.

"Taxi ...." Stella melambaikan tangannya saat sebuah mobil melintas di depannya.

Di saat ia ingin membuka pintu mobil, tiba- tiba saja ada sebuah tangan yang memegang gagang pintu bersamanya. Hal itu membuatnya menoleh dan menatap sang pemilik tangan.

"Maaf Mas, saya deluan tadi yang memanggil taxi ini." Stella berkata seramah mungkin kepada si pemilik tangan tadi, sementara yang diajak bicara hanya memasang wajah datar.

"Mas, Mas dengar saya gak?" Stella melambaikan tangannya di depan wajah datar itu

Ntah apa yang sedang dilakukan si pemuda itu yang pasti ia mengeluarkan selembaran uang seratus ribu, kemudian menyodorkannya ke arah Stella.

"Apa ini?" Stella menatap bingung sosok pemuda yang ada di hadapannya itu.

"Ambil uang itu, dan cari taxi lain." Pemuda itu berjalan memasuki taxi yang tadi di panggil Stella, sementara Stella hanya mematung sambil menatapi uang yang ia pegang, sebelum suara pemuda itu mengagetkannya kembali.

"Dan satu lagi, jangan panggil saya mas, saya bukan mas kamu." Kemudian taxi itu berjalan meninggalkan Stella yang ingin protes terhadap si pemuda.

"Woy kampret, songong amat Lo. Lihat aja kalau kita ketemu lagi, bakalan gue bikin Lo menyesal dan memohon maaf dari gue," ucap Stella yang menggebu-gebu saat taxi itu perlahan menjauhinya.

"Ganteng-ganteng songong." Stella terdiam, ia tampak berfikir sejenak, "Ganteng? gue bicara apa sih, muka datar kayak triplek gitu gue bilang ganteng, udah gak waras kali gue yah." Stella mengedikkan bahunya kemudian kembali mencari taxi lain.

****

"Non kita sudah sampai di perumahan pondok Indah, rumah non yang mana yah?" ucap seorang sopir taxi yang di tumpangi oleh Stella.

"Oh iyah pak rumah no 24, warna merah, pagar hitam bermotif bunga emas." Stella memberitahukan alamat kepada sang sopir sesuai dengan yang diberitahukan oleh kakaknya tadi.

Setelah berjalan mengelilingi perumahan tersebut, ternyata rumah Renata berada diblok B, yang tak jauh dari tempat pertama mereka berhenti, Stella turun dan membayar taxi tersebut kemudian berjalan menuju rumah sang kakak.

" Lah, ini rumah kok gelap bangat yak? Kayak gak ada hawa-hawa kehidupan gitu. Itu si Renata ngapain aja sih di rumahnya, rumah gedek gini tapi kok kayak gak ada kehidupan."

Stella melenggang masuk setelah puas mengomentari rumah yang memang sedikit terlihat tidak berwana dan sedikit menyeramkan.

Betapa terkejutnya Stella melihat keadaan rumah kakaknya saat ia memasuki rumah dan menghidupkan lampu.

" Astaga ... Renata!! ini rumah atau kapal pecah sih, berantakan banget. Dasar Renata kerjaannya pacaran mulu." Mata gadis itu membulat, saat melihat kondisi rumah kakaknya tampak seperti bukan sebuah rumah berpenghuni.

Hadeh rumah ini udah bukan seperti rumah lagi, mending gue bersih-bersih aja deh dari pada harus tinggal di rumah yang kotor gini. Batin Stella. Tangannya terangkat mengelus dada. Terus mengucap agar tidak kelepasan menyumpah sarapahi pemilik rumah tersebut.

Kemudian Stella pergi mencari sapu dan pel untuk membersihkan rumahnya Renata.

****

Akhirnya selesai, tinggal nunggu Renata pulang terus maki maki dia deh. Batin Stella.

Kemudian Stella duduk bersender di sofa yang lumayan empuk untuk beristirahat sejenak sambil menunggu kakak nya itu pulang.

"Rumah ... i'm come back." Renata belum sadar dengan kehadiran Stella, namun dia merasa heran mengapa rumahnya jauh lebih bersih dari sebelumnya.

" Uwah ... rumah gue kok jadi lebih kinclong yah, snak yang berserak di situ tadi, juga sudah bersih, siapa yang bersihin? Perasaan tadi sebelum pergi rumah gue berantakan deh." Gumam Renata sambil memperhatikan lantai yang sudah kinclong dan meja makan yang sudah beres.

"Apa jangan-jangan ada malaikat atau peri tadi yah? Secara kan gue anak yang baik, mungkin dia iba ngelihat gue hidup sendirian seperti ini dan mengerjakan banyak pekerjaan rumah, jadi mereka datang untuk membantu gue beresin rumah. " Renata mulai ngelantur dan membayangkan hal hal yang tidak masuk akal, sampai ia tidak tau bahwa Stella dari tadi berdiri di belakangnya dan mendegarkan seluruh ucapannya.

"Malaikat ndasmu, gue yang bersihin rumah lo, enak bat yah lo ... pergi pacaran pulangnya rumah udah beres." Renata membalikkan badannya karena mendengar suara yang dikenali oleh sang empunya, ia melihat Stella yang sudah berdiri di belakangnya dengan berkacak pinggang.

" Hehe, kapan datangnya adekku tersayang?" Renata merangkul pundak Stella dengan cengirannya yang tak henti henti.

" Kamu pasti capek yh ... ayo duduk dulu." Renata menarik lengan Stella sebelum Stella mengamuk padanya, tapi naas belum sempat Renata memujuk Stella, Stella sudah lebih dulu mengamuk padanya.

" Renata ... lo ini yah ... lo benar-benar klewatan tau gak sih? Adek lo sendiri dibiarkan di tengah jalan sendirian di kota yang belum dikenalnya sama sekali, kalau gue hilang, diculik atau dirampok gimana? Lo tau sendirikan gue baru di sini, gue belum tau jalan-jalan di sini, gue juga gak punya kenalan selain lo, lo malah sibuk pacaran, gue aduin nyokap lo baru tau rasa. " Stella berbicara

panjang x lebar dengan kecepatan tinggi sekitar 8km/jam tanpa berhenti sedikit pun, sehingga Renata dibuat punyeng olehnya.

" Stop ...." Renata memajukan lengannya dengan telapak tangan yang terbuka seperti seseorang yang sedang menghentikan sesuatu.

" Stop Stel!! Pusing gue dengarnya, lo gak capek apa ngomong kayak gitu, gue aja yang dengarnya capek, masak lo nggak. Oke gue akui gue salah, gue minta maaf." Renata pergi dari hadapan Stella, karena ia memang merasa lelah ditambah lagi dengan suara Stella yang membuatnya pusing 7 keliling.

" Idih ... kakak songong, adeknya bicara bukan didengarin malah pergi. " Stella sedikit berteriak agar kakaknya tersebut bisa mendengar perkataannya.

"Terserah lo dah capek gue." Balas Renata yang juga sedikit berteriak.

****

~NB: JGN LUPA LIKE, KOMEN AND RATING,

THANK YOU GUYS:)~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!