NovelToon NovelToon

Sakit! Paman, Duke

Dunia Asing

#Jika kalian suka, silahkan tekan tombol like ya kakak..

Sekalian mau promo, mungkin ada yang minat novel cetak, bisa COD di Shopee. Dengan judul Putri Yang Terbuang

Di ruangan luas, yang tampak elegan, bersih dan wangi. Terlihat semua perlengkapan ruangan itu bernuansa biru langit, termasuk sofa, meja rias dan lemari dengan ber intieor Eropa.

Di kasur empuk dan putih, terlihat seorang gadis terbaring lemah dan berwajah pucat. Gadis itu sudah seminggu tak sadarkan diri. Hingga semua pelayan yang melayaninya merasakan kesedihan amat dalam. Gadis itu bernama Caroline, anak dari Baron Betrigh dengan Barones Arabella yang meninggal 2 tahun lalu. Caroline, satu-satunya penerus keluarga Baron.

Caroline, gadis itu tak sadarkan diri karna sebuah insiden kecelakaan kereta, gadis itu bermaksud ingin membatalkan pertunangan Duke Elios, paman dari Caroline, Orang yang di cintainya.

Caroline yang di tinggalkan oleh kedua ornag tuanya, ia di urus oleh Duke Elios hingga membuat gadis itu jatuh cinta. Setelah Caroline mengungkapkan perasaanya. Duke Elios menolaknya mentah-mentah karna dirinya sudah mencintai Nona Adriana.

Setelah seminggu lebih Caroline masih menutup matanya, akhirnya dia membuka matanya. Caroline mengedarkan pandangannya, aneh, itu lah yang ia rasakan. Tempat itu bukan rumah sakit atau rumah kostnya.

"Sebenarnya Aku dimana?" Caroline beranjak duduk. Ia melihat kasur empuk putih, semua barang yang berada di sana bernuansa kuno.

"Bukankah aku tadi kecelakaan."

Caroline meraba tubuhnya, ia mengkerutkan dahinya, baju putih polos itu bukan bajunya. Ia tidak pernah memiliki baju yang aneh menurutnya.

Caroline menyingkapi selimutnya, ia turun dari ranjangnya, matanya masih menerawang semua barang yang tak pernah ia lihat.

Aneh, itulah yang ia rasakan dalam tubuhnya. Tubuh yang awalnya gemuk kini kelihatan kurus. Karna merasakan ke anehan Caroline menuju ke arah cermin. Ia meraba wajahnya, wajah itu tidak sama dengan wajahnya. Ia menepuk kedua pipinya, namun merasakan sakit.

Caroline memaksa mengingat kejadian yang menimpanya, awalnya dia pulang dari kantor pada malam hari dan mengalami sebuah kecelakaan. Ya, kecelakaan itu.

Satu per satu ingatan masuk ke dalam otaknya.

"Paman, Aku mencintai Paman." ucap seorang gadis seraya menangis terisak-isak.

"Hentikan Caroline, Paman tidak pernah mencintai Mu. Paman hanya menganggap mu sebagai saudara Paman. Karna Ayah mu, saudara tiri dengan Ayah paman. Paman hanya menghargai mu Caroline, Paman hanya mencintai Nona Adriana." ucapnya dengan suara meninggi dan menatap tajam.

Gadis itu menggeleng, "Aku tidak suka paman, Aku hanya mencintai Paman. Apapun akan Aku lakukan untuk memisahkan kalian berdua. Dan Aku tidak terima memiliki bibi Nona Adriana." teriaknya sambil berlari dengan geraian air mata.

Caroline langsung terjatuh ke tanah, tanpa sadar air matanya turun tanpa seijinnya.

"Aku Cyra, Aku bukan Caroline." gumamnya pelan, namun ia masih merasakan sesak di dadanya.

"Nona," teriak seorang wanita yang tiba-tiba masuk dan berlari menghampirinya.

"Nona, apa yang Nona lakukan? Syukurlah Nona sudah sudah sadar." ucap wanita di sampingnya seraya menangis.

"Mari Nona istirahat. Hamba akan memanggil kan Dokter."

Wanita itu memapah tubuh Caroline yang masih membeku duduk di atas kasurnya. Segera pelayan itu keluar dengan tergesa-gesa.

Caroline atau Cyra masih diam, ia masih mencerna semuanya. Ingatan orang lain itu terus berputar di kepalanya. Ya, semua itu adalah mimpi. Jika ia tidur mungkin semuanya akan berubah.

Caroline menghela nafas, ia membaringkan tubuhnya. Lalu memejamkan matanya kembali. Berharap sesudah bangun semuanya yang ia alami akan menghilang.

Caroline

Ke esokan harinya..

Matahari kini telah menyilaukan mata, langit yang cerah telah memperlihatkan keindahannya. Di sebuah ruangan elegen, bersih dan harum dengan intieor eropa. Terlihat seorang gadis yang masih tidur dengan nyamannya. Di tempat tidur yang empuk itu membuat gadis itu enggan untuk beranjak dari tempat peraduannya.

Gadis itu mendengus kesal, saat silau matahari mengganggu mimpi indahnya. Caroline atau Cyra membuka matanya. Ia kembali mengedarkan pandangannya. Dalam benaknya masih sama, apa dia di surga? hingga Tuhan dengan baiknya memberikan rumah yang bagus.

"Nona." sapa seorang wanita memakai baju putih, atasannya hitam dan berenda putih.

Apakah dia pelayan dari surga? batin Caroline yang menerka-nerka.

"Nona." sapanya lagi seraya mengerutkan keningnya saat melihat majikannya menatapnya dari bawah ke atas.

"Nona, apa ada sesuatu yang membuat Nona sakit lagi? Saya akan memanggilkan Dokter." Wanita itu pun berlari, ia keluar dari kamar Caroline dengan langkah tergesa-gesa.

Cyra yang masih nampak bingung, ia kembali melihat sebuah lukisan seorang wanita yang ia lihat kemarin. Ia kembali mengingat apa yang terjadi kemarin. Namun nihil, hasilnya ia hanya ingat seorang laki-laki dengan mata tajam.

"Sebenarnya ini ada di mana sih?" gerutunya. Ia berdecih lalu turun dari kamar tidurnya.

"Nona, kenapa anda turun? apakah nona membutuhkan sesuatu?" tanya salah satu wanita yang tiba-tiba masuk.

Cyra kembali melihat wanita di depannya itu, masih muda dengan rambut di kuncir dua dan memakai kaca mata. Hidung mancung dengan kulit putih seperti bule.

"Kami siapa?" tanya Cyra menatap lekat wanita di depannya. "Apakah kamu bidadari?" sambungnya lagi.

"Hah," wanita itu melongo, sepertinya dia kebingungan dengan pertanyaan majikannya.

"Nona, apa nona tidak ingat nama saya? saya Keren, nona."

"Dan lagi, ini bukan di surga. Nona belum meninggal. Ini rumah nona." ucap Keren membuat Cyra semakin kebingungan.

Selang beberapa saat datanglah seorang pria paruh baya, dengan memakai jas putih bersama seorang wanita.

"Dokter, secepatnya periksa nona." seru Keren dengan mata berkaca-kaca.

Keren pun menggiring Cyra ke tempat tidur, dengan sigap pria paruh baya itu memeriksa detak jantung Cyra dan denyut nadi Cyra di pergelangan tangannya.

"Nona apa anda ingat dengan mereka?" tanya pria paruh baya itu.

Cyra menatap kedua wanita di sampingnya silih berganti, ia hanya menggeleng pelan.

"Apa kepala nona sering sakit atau nona mengingat sesuatu?" tanya nya lagi, ia harus memastikan lebih dulu.

"Terkadang saya merasakan sakit, tapi saya hanya mengingat wajah galak." jawabnya membuat ketiga orang saling pandang.

"Apa nona ingat dengan namanya?"

"Tidak," singkat Cyra.

Pria itu menghela nafas, "Sepertinya kecelakaan itu membuat Nona kehilangan ingatannya. Saya akan memberikan resepnya, silahkan kalian menebusnya." ucap pria paruh baya itu seraya menulis sesuatu dengan tulisan latin lalu memberikannya ke salah satu dari wanita yang berdiri di sampingnya.

"Baik Dokter, terimakasih." ucap Keren tersenyum.

Setelah kepergian Dokter itu, salah satu wanita itu menghampiri Cyra.

"Nona, apa nona benar tidak ingat kami? kami pelayan nona. Nama saya Mia." tuturnya dan mengeluarkan air bening di matanya.

"Benar nona, cobalah ingat kami. Apa nona juga ingat dengan Duke Elios, paman nona?"

"Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tapi aku tidak tau siapa dia." seru Cyra mengkerutkan dahinya. Karna sekarang dirinya memang tidak tau siapa pun.

Kedua wanita itu tersenyum, jika nonanya lupa ingatan berarti dia tidak akan mengingat siapa Duke Elios. Namun yang membuatnya sedih adalah nonanya tidak ingat sama sekali nama mereka.

"Sebenarnya ini dimana?"

"Nona anak dari Baron Bright dan Nyonya Baroness Berlin." tutur Mia.

Pelayan Mia menarik nafasnya, kemudian ia bercerita panjang lebar. Hingga membuat Cyra mengerti. Sekarang ini dirinya berada di dunia asing.

Berarti nama tubuh ini adalah Caroline

apa pernah aku menyukai seseorang?

Setelah mendengarkan penjelasan Mia. Caroline hanya berdiam diri di dalam kamarnya seraya mondar mandir. Sesekali ia mengusap wajahnya, menggigit bibir bawahnya. Entah apa yang ia harus lakukan di dunia aneh ini.

"Aku Caroline dan memiliki seorang paman, tapi aneh kenapa Mia dan Kenan seperti menyembunyikan sesuatu. Dan lebih parahnya aku tidak ingat sama sekali kecuali wajah tampan dan matanya yang tajam." ucapnya sambil duduk di tepi ranjang.

"Nona," sapa Mia seraya membawa sebuah keranjang baju. Ia menuju ke arah lemari yang bercat warna cokelat.

"Nona tidak ingin keluar," ujar Mia seraya menaruh baju Caroline di gantungan itu.

Caroline menggaruk kepalanya yang tidak gatal, hatinya merasa berat menerima semua ini. Caroline beranjak berdiri, ia melangkah kan kakinya menuju balkom.

Mia pun yang melihat wajah murung majikannya, ia mengambil baju penghangat tubuh dan segera memakaikan ke tubuh Caroline.

Saat Caroline merasakan sesuatu di tubuhnya, ia menoleh dan mendapati Mia yang tersenyum.

Caroline hanya berderhem, ia kembali melihat ke arah pemandangan di bawah sekitar kastil.

"Mia apa aku pernah menyukai seseorang?" tanya Caroline seraya menoleh.

Mia menelan ludahnya susah payah, ia ingin mengatakan semuanya, tapi ia takut majikannya akan kembali bersedih. Mia menunduk, ia tidak ingin melihat kegugupannya.

"Nona tidak menyukai siapa pun. Saya bisa pastikan itu." ucapnya seraya melirik ke arah Caroline.

Caroline mengkerutkan dahinya, ia belum percaya ketika melihat kegugupan di wajah Mia.

"Nona buburnya sudah siap," seru Kenan sambil membawa nampan menuju ke arahnya dan semangkok bubur di atas nampan itu serta segelas air putih. Kenan menaruh di atas meja yang tak jauh dari jangkauan Caroline.

Caroline menuju ke meja itu. Ia melihat bubur putih dan halus serta mendengus kesal, "Kenapa hanya bubur? aku lapar Kenan. Ganti dengan nasi."

Kenan dan Mia saling menatap, tidak biasanya Caroline meminta nasi, biasanya ia akan sarapan dengan Roti jika tidak ingin memakan bubur saat sakit.

"Nona kan lagi sakit, mana mungkin makan yang kasar dulu." Seru Mia.

"Justru yang seperti ini aku tidak mau. Cepatlah aku lapar. Hidangkan semua makanan yang enak." Gerutunya sambil mengkerucutkan bibirnya.

"Baiklah Nona." Ucap Kenan, ia membawa kembali semangkuk bubur itu di ikuti Mia.

Selang beberapa saat, Kenan dan Mia tiga pelayan masuk dan membawa beberapa hidangan lezat.

Caroline yang sedari tadi hanya mondar-mandir dan mengelus perutnya, ia langsung duduk dengan santai. Bersiap menyantap hidangan di depannya itu.

Tanpa basa basi Caroline mencicipi sup kaldu ayam di depannya itu. Matanya berbinar, ternyata dirinya tidak sia-sia terdampar ke Negeri asing yang tak kalah enaknya dengan makanan di zamannya.

Caroline menyendok sup kaldu itu kepiringnya, tanpa basa basi ia langsung menyantapnya.

"Enak sekali." ucapnya dengan semangat.

Ekor matanya beralih ke daging panggang dengan warna kehitaman. Dihiasi tomat dan sayuran.

Caroline mengambil pisau di samping tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang garpu.

"Emmm enak sekali." Ucapnya membuat Mia dan Kenan tersenyum melihat tingkah konyol Caroline. Karna baru kali ini Caroline makan dengan lahap tanpa memperhatikan berat tubuhnya. Biasanya dulu Caroline menjaga tubuhnya dengan bagus, karna sebuah perasaan cintanya pada sang Paman.

"Kenan, Mia kamu tidak mencobanya. Enak lho." Ucap Caroline sambil mengacungkan jempolnya.

"Saya sudah selesai sarapan Nona. Sebaiknya Nona makan yang lahap. Jika Nona ingin menambah, pasti saya ambilkan." Balas Mia.

"Baiklah,"

"Caroline," sapa seorang laki-laki.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!