Bismillah
Assalamu'alaikum, semangat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Terima kasih sudah berkenan mampir di cerita 69 "The Delayed Of Love Stories" Ella cuma berpesan ambil yang baik dan buang yang buruk dalam cerita ini. Cerita ini murni imajinasi dan hanya secuil dari potongan kisah nyata, jadi kalau baper jangan langsung Unfav ya🤣🤣🤣. Sekian terima kasih, Semoga corona segera berlalu dan kita senantiasa dilindungi Allah.
JANGAN LUPA TEKAN ♥️
JANGAN LUPA RATE BINTANG 5
JANGAN LUPA TINGGALKAN LIKE, KOMENTAR DAN VOTENYA.
Wassalamu'alaikum. 😍😍😍
❣️
❣️
❣️
BLURB
ERIELLA Putri Ramones, putri pertama dari pasangan Erik Ramones dan Rehuella Zipora. Gadis yang baru saja menginjak usia 25 tahun, tapi sudah banyak amanat yang harus ia tanggung, salah satunya mengurus rumah sakit yang sudah turun temurun berpindah tangan.
Setelah ia lulus SMA papanya justru meminta Riella untuk duduk menemaninya di perusahaan. Meminta Riella untuk belajar langsung darinya, ia diajari bisnis langsung oleh erik. Membuat Riella harus menunda kuliah kedokterannya selama satu tahun.
Saat ini Riella tengah berjuang untuk mendapatkan gelar dokternya di rumah sakit yang ia pimpin. Meski bisa saja ia dengan mudah mendapatkan gelar itu, tapi ia tidak ingin menggunakan cara kotor. Riella memilih menikmati prosesnya, hingga gelar dokter tersemat di namanya.
Romansa kisah cinta Riella tidak seindah kisah cerita dongeng, dia berulang kali jatuh bangun untuk mendapatkan cinta sejatinya. Dikhianati, kejadian yang membawanya ke dalam pernikahan yang tidak ia inginkan. Menikah dengan Kenzo orang yang ia benci sejak lelaki itu mengecewakannya. Bagaikan menggenggam pecahan kaca yang diam diam menyiksanya. Berpura-pura baik-baik saja, demi menyiksa lelaki yang sudah mengkhianatinya. Tapi semua terasa percuma, membuat Riella menyesal atas keputusannya sendiri.
Rumah tangganya semakin rumit, dengan hadirnya bayi kecil di tengah mereka. Riella semakin menyesali pernikahannya ketika Emil menyapanya kembali. Beberapa kali bertemu di waktu yang tepat, membuatnya kembali memupuk rasa cinta yang belum sedikit pun berkurang.
Hingga suatu ketika, kehamilannya diragukan oleh suaminya sendiri, dari situlah satu persatu rahasia Kenzo terbuka. Mulai dia yang mau menerima Riella apa adanya. Dia mampu menutupi dengan kehadirannya di samping Riella. Hingga keyakinan Kenzo meyakini jika anak itu adalah anaknya.
Hubungannya dengan Riella perlahan membaik. Kenzo mulai bisa menikmati manisnya rumah tangga, tanpa ia tahu isi hati Riella yang sesungguhnya. Hingga pertengkaran besar terjadi, membuat Kenzo mengerti bahwa Riella tidak mencintainya, dia selama ini hanya pura-pura mencintainya bertahan demi anak yang tidak Riella inginkan. Hingga kejadian itu, membuat Kenzo harus memutuskan keputusan besar, melepaskan untuk kebahagian istrinya. Bagaimana hubungan mereka selanjutnya? Benarkah Riella tidak mencintai Kenzo? Ataukah, ada perasaan yang sengaja Riella sembunyikan untuk menutupi rasa yang sebenarnya.
❣️
❣️
❣️
VISUAL
Mookda Narinnrak As Eriella Putri Ramones.
Biasa dipanggil Riella ada juga yang memanggilnya La. Sifatnya ini nyebelin, pokoknya suka buat patah semangat.
Kem Hussawee As Kenzo Abiyan Pratama
Tampan banget cowok ini, aku aja naksir loh 🤣🤣🤣papa Erik saja wushhh dilewati🤣🤣. Sedikit kisah kelurga Kenzo, dia punya saudara perempuan satu, tapi meninggal saat kecelakaan. Membuatnya harus menjadi pewaris tunggal keluarga Pratama. Termasuk membantu mengurus anak panti.
Baiyu As Emilyan Caesar Handoko
Peran antagonis fotonya dua saja, takutnya malah pada suka🤭🤭🤭
BONUSAN FOTO
Nih wajahnya yang jelas, tapi jangan salfok sama sarung dan sandal jepitnya ya,🤭
Cinta dalam hati itu, berani nyium kalau Si doi lagi terlelap. "Hati-hati bang Ken nanti bangun istrinya!"
🤣🤣😂
🚑
🚑
🚑
🚑
🚑
🚑
DAH HABIS KALAU MAU LAGI CEK IG ELLA YA🤭
Rehuella1
Matahari semakin tenggelam di ujung barat, cahaya terang yang terpancarkan kian meredup, perlahan berganti dengan kegelapan, membuat bohlam lampu berenergi tata surya mulai memancarkan cahayanya, menyinari jalanan kota Jakarta petang itu, turut memberi petunjuk, mobil keluarga Erik yang melaju pelan menuju hotel di daerah Kemayoran.
Jarak yang sebenarnya cukup dekat, terpaksa harus ditempuh 50 menit, karena padatnya arus kendaraan saat jam pulang kerja. Tidak lama kemudian mobil sudah berhenti tepat di depan pintu masuk hotel mewah. Dua orang valet parking membuka pintu mobil Toyota Vellfire bewarna hitam yang ditumpangi keluarga besar Erik.
Di gedung ini. Tepat malam nanti, akan ada penyerahan jabatan. Erik akan menyerahkan semua urusan rumah sakit, pada putri pertamanya Eriella Putri Ramones. Gadis 25 tahun yang belum menyelesaikan gelar spesialisnya.
Keriwuhan terjadi, pada Nara dan Rara yang lebih dulu turun dari mobil. Mereka berdua disibukkan dengan tangan yang terulur memperbaiki dandananya. Saling bertukar pendapat mematutkan diri. Berbeda dengan Riella yang masa bodoh dengan penampilannya malam ini, dia tampil ala kadarnya, seperti hari biasa ketika ia menghadiri acara resmi.
Mata yang tidak terlalu bulat, dengan bulu mata hitam lentik, alis hitam pekat yang melengkung tebal tanpa perlu ukiran khusus, hidung yang bangir seperti mendiang kakeknya, dan warna kulit yang tidak terlalu putih dan juga tidak terlalu coklat, seperti kuning gading, membuat semua wanita iri melihat kesempurnaan tubuh Riella. Apalagi dengan tubuhnya yang dibalut baju warna merah maroon, tampak wanita ciptaan Tuhan paling sempurna di bumi, yang patut dijadikan kriteria wanita idaman, di hati pria yang mengenalnya. Rambut panjangnya ia biarkan menjuntai rapi menutupi lehernya yang lurus. Riella berjalan masuk, mengekor di belakang pasangan yang sudah tidak lagi muda.
Semua tamu yang hadir menatap penuh kekaguman pada keluarga Ramones, saat mereka berjalan di atas karpet merah, yang akan menunjukkannya ke tempat duduk. Bisik-bisik sumbang dan pujian terdengar jelas, mereka sengaja menulikan pendengaran ketika terdengar suara-suara ejekkan. Meski sebenarnya, terdengar lebih banyak pujian. Di usianya yang tidak lagi muda, sesepuh Ramones itu sangat bersyukur, karena segala kebutuhan materi berlimpah ruah, dan kini, ia hanya ingin menikmati masa tua bersama istrinya, menyerahkan apa yang ia miliki selama ini kepada anak-anaknya.
Para tamu undangan mulai duduk di kursi yang sudah disediakan. Jamuan malam sudah tersusun rapi di atas meja panjang mengiringi jalan menuju taman hotel. Tepat pukul 7 malam acara dimulai. Banyak penanam modal yang hadir menyaksikan penyerahan jabatan tersebut. Semua tampak antusias mengikuti alur acara, berbeda dengan Riella yang terus membuat lengkungan bibirnya lurus ke bawah. Menurutnya, kesibukkan sebagai dokter umum saja sudah cukup menyita waktunya. Apalagi nanti ditambah dengan mengurus rumah sakit, ia akan semakin tidak punya waktu untuk mengurus kehidupannya sendiri.
Acara berlalu begitu saja, menyisakan tamu yang hadir membicarakan bisnisnya masing-masing. Sedangkan Riella duduk termangu, menanti lelaki yang berjanji akan datang ke acaranya malam ini.
“Selamat Riella.” Terdengar dua warna suara, dari belakang punggungnya. Membuat gadis yang mengenakan high heels 7 cm di telapak kakinya, segera menoleh ke sumber suara, ia menatap malas ke dua wanita yang baru saja tiba. Melengos ke sembarang arah, berusaha menghindari tatapan dari para sahabatnya. Niatnya merahasiakan sia-sia.
“Siapa yang meminta kalian datang?” tanya Riella setelah kedua sahabatnya berada di depannya.
Chika menepuk bahu Riella dengan tangan kanan, “apa kamu mau menyembunyikan ini dari kita?” Chika membulatkan matanya, marah, jika Riella benar akan melakukan hal itu padanya.
“Dasar!” umpat Riella, lalu berjalan menuju di mana orangtuanya berada, membawa kedua sehabatnya untuk menyapa lebih dulu keluarganya.
Chika dan Eva sudah mengenal baik keluarga Riella, mereka disambut ramah oleh kedua Erik dan Ella. Meski beberapa bulan ini intensitas bertemunya semakin sedikit. Setelah menyalami kedua orangtuanya, Riella membawa sahabatnya untuk menikmati jamuan malam yang berada di samping gedung hotel.
Chika, wanita yang hampir 7 tahun berada di sisi Riella. Gadis manis berkulit eksotic itu menggunakan baju kebaya dusty purple malam ini. Ia terlihat cantik meski dengan alas kaki yang tidak seperti menghadiri acara resmi, tapi bolehlah untuk wanita seusia 23 tahun, yang sudah menyandang sebagai istri seorang pilot. Sedangkan Eva yang memiliki nama lengkap Silvana, terus tersenyum ramah ke arah tamu yang hadir, menyapa ramah semua para dokter yang memperhatikannya, berharap akan ada dokter muda yang kepincut dengan senyuman manis yang ia tunjukkan.
“Kak Kalun datang nggak?” tanya Eva, saat tidak melihat kehadiran kakak lelaki sahabatnya.
“Sebentar lagi pasti datang,” jawab Riella, “jangan macam-macam ya! Dia sudah punya Kayra!” lanjutnya mendelik menatap Eva penuh ancaman.
“Iya, mana mungkin juga keluarga konglomerat melirik wanita kelas bawah seperti aku,” canda Eva sambil mengambil minuman bewarna merah yang ada di depannya. Riella memilih tidak menanggapi ocehan Eva yang sebenarnya tajir mlintir, tapi lebih ingin berpura-pura kismin.
Saat ini ketiganya sudah duduk manis di kursi. Menikmati jamuan malam yang baru saja disiapkan oleh pelayan. Sambil bersendau-gurau, membahas kesibukkannya masing-masing, meski didominasi suara Chika yang menyandang status istri baru tapi belum pernah dibelai.
“Kak Emil!” panggil Riella, memotong cerita Chika. Ia melambaikan tangan, meminta Emil untuk mendekat ke arah kursinya.
Lelaki yang memiliki tinggi 183 cm, dengan rambut yang terlihat jelas jika dia baru saja keluar dari barber shop, berjalan mendekat ke arah Riella. Senyuman manisnya keluar mengeringi langkah yang semakin dekat. Tiba di depan Riella. Emil memeluk gadisnya, lalu mendaratkan bibirnya di pipi Riella ketika pelukan itu terurai.
“Kamu cantik malam ini,” pujinya membuat rona warna wajah Riella seketika berubah menjadi senada dengan baju merah yang ia kenakan.
Emil lalu beralih menatap kedua sahabat Riella yang duduk mengelilingi meja bundar di sampingnya. Senyuman ramah Emil keluar, ia berikan untuk menyapa kedua sahabat pacarnya itu. Mereka sudah saling dekat semenjak mereka berdua menjalin hubungan. Bahkan sahabatnya itu turut merahasiakan hubungannya dari kakak lelaki Riella, karena mereka tahu jika Kalun tidak begitu menyukai Emil.
“To night?!” ucap Emil berbisik-bisik di samping telinga Riella. Membuat Riella memukul lengan Emil, karena mengerti maksud dari ucapan kekasihnya. Riella menatap kedua sahabatnya, bersyukur karena kedua sahabatnya itu tidak mendengar perkataan Emil.
“Aku akan meminta izin dulu dengan papa. Kakak tunggu di sini dulu!” kata Riella yang beranjak meninggalkan ketiga manusia yang kini tengah duduk mengelilingi meja.
Riella berjalan menghampiri papanya, meminta izin untuk mengadakan pesta kecil dengan para sahabatnya. Ia ingin menjadikan malam ini, malam yang tidak terlupakan untuknya.
“Hanya sebentar! Papa tidak mau kamu macam-macam di luar sana!” peringat Erik menatap tajam ke arah anak perempuannya.
“Oke Papah.” Sahutnya sambil mencium pipi kanan Erik, lalu beranjak pergi meninggalkan lokasi Erik.
Ketika hendak menghampiri sahabatnya, dia berpapasan dengan Kalun yang baru saja tiba, langkahnya dihentikan oleh Kalun yang mencekal lengannya.
“Mau ke mana?” tanya Kalun menatap curiga ke arah Riella.
“Pesta kecil-kecilan dengan Chika dan Eva,” jawabnya sambil mencoba melepas tangan Kalun.
“Ingat pesan kakak!” peringat Kalun sambil menatap Riella.
“Siap.”
“Apa coba?” tanya Kalun memastikan ulang, ingatan adiknya.
“No drugs, no alkohol, no smoking!” jawab Riella sambil tersenyum tipis.
“Satu lagi! Simpan harta berhargamu untuk lelaki yang kamu cintai, persembahkan itu untuk malam special kalian! Kakak tahu kamu akan pergi dengan siapa!” peringat Kalun penuh penekanan. Riella mengangkat tangannya, menautkan jari telunjuk ke ujung ibu jari, menyetujui peringatan Kalun, tapi dengan mata yang tidak berani menatap kakak lelakinya.
Setelah terbebas dari cekalan Kalun, ia segera menghampiri kedua sahabat dan pacar yang masih duduk manis menunggunya. Ia lalu pergi meninggalkan aula hotel bersama Emil, mendahului kedua sahabat yang mengekor jauh darinya. Dia berjalan keluar hotel, dengan menggandeng erat lengan Emil, menuju mobil yang berjajar rapi dengan mobil mewah lainnya. Emil membawa Riella masuk ke mobil, tanpa mengedarkan tatapannya lebih dahulu, memperhatikan situasi memastikan jika tidak akan ada yang mengikutinya.
Dari kejauhan terlihat lelaki yang menatap kepergian mereka berdua dengan senyuman masam. Setelah mobil itu menghilang pandanganya beralih menatap kotak dengan warna merah hati berhias pita merah jambu di atasnya. Stetoscop special yang sebenarnya sudah diukir namanya itu ia buang begitu saja ke tempat sampah, hari ini dia berniat menemui Riella mengucapkan selamat ulang tahun yang sudah satu minggu berlalu, dan meminta maaf karena dia baru bisa menemuinya, bukan karena ia lupa dengan hari special Riella. Tapi karena pekerjaan, membuat Kenzo harus menunda, untuk menemui ratu hatinya.
🚑
Jangan lupa untuk Like, vote dan komentarnya.
Emil menatap lembut wajah Riella yang berada di samping kursi kemudi. Wajahnya tampak semakin ayu ketika ia terlelap. Perpaduan yang pas antara Erik dan Ella, terkadang rasa takut akan kehilangan Riella mencuat, ia takut jika pacarnya akan bosan, lalu berpaling darinya. Dan ia akan kehilangan Riella untuk selamanya.
“Sayang bangun, sudah sampai.” Emil mengusap lembut pipi Riella. Membuat Riella yang merasakan usapan tangan Emil segera membuka mata. Ia terbangun dari tidur nyenyak yang hampir 2 jam ia rasakan.
Riella hanya berdehem sambil mengumpulkan kesadarannya, lalu menoleh ke arah Emil, membalas senyuman lelaki yang ia cintai.
“Mau aku gendong?” tawar Emil sambil melepaskan seatbelt yang melingkar di tubuhnya.
“Nggak perlu Kak,” jawab Riella. Tangannya terulur membuka pintu mobil. Ia lalu keluar menghampiri bangunan mewah minimalis milik Emil.
“Selamat datang My Queen. Siapkah dirimu untuk malam ini?” goda Emil sambil mengedipkan satu matanya ke arah Riella. Sedetik kemudian Riella menjerit kencang karena Emil tiba-tiba mengangkat tubuhnya.
“Lepas Kak!” seru Riella diiringi suara kekehan kecil, Emil membawanya masuk ke villa sambil mengayunkan tubuhnya berputar, membuat dress merah yang ia kenakan menyumbul ke atas, memperlihatkan paha putih tanpa noda kepunyaanya.
Emil menghiraukan ucapan Riella membuat gadis itu segera melingkarkan kedua tangan ke lehernya, karena takut akan terjatuh.
“Pantang berhenti sebelum berhasil!” ucap Emil, menendang kasar pintu kamar yang ada di lantai dua. Rona bahagia terpancar dari wajah keduanya, ketika mereka memasuki kamar termewah dengan aroma citrus di villa tersebut.
“Bullshit! Kamu pasti sudah sering kan, melakukan dengan wanita di luar sana, secara, setiap hari Kakak selalu bertemu dengan wanita sexy!” gerutu Riella, memanyunkan bibirnya.
“Kamu berpikir begitu?” tanya Emil sambil menghempaskan tubuh Riella ke atas ranjang. Ia tidak terima dicap buruk oleh kekasihnya.
“Lantas?” tanya Riella meminta penjelasan.
“Jika malam ini benar terjadi. Kamulah yang pertama dalam hidupku, Honey.” Emil memperhatikan wajah Riella lekat, “kamu yang pertama, percayalah, aku benar-benar bersih! But … kalau hanya memegang dan menghisapnya mungkin kamu wanita yang ketiga yang akan merasakan itu.” Selesai berbicara Emil menerima pukulan bantal bertubi-tubi dari Riella. Membuatnya semakin terbahak karena melihat wajah marah Riella yang telihat menggemaskan.
“Kamu merusak anak gadis orang tahu nggak!” maki Riella, masih dengan pukulannya.
“Gadis yang akan menjadi istriku itu adalah kamu, bukan orang lain!”
“Terserah, yang penting kamu buktikan dulu dengan kak Kalun, restunya penting untuk hubungan kita, dia lelaki kedua yang berhak atasku sebelum aku menikah nanti,” kata Riella menjelaskan.
“Bukan masalah besar, Sayang.” Tangan Emil mulai membuka satu-persatu kancing kemeja warna merah yang masih menempel di tubuhnya, matanya mengarah ke terus Riella yang tersenyum manis padanya.
Dada putih, sedikit bulu halus kini terlihat jelas di depan mata Riella. Gadis itu diam-diam mengeratkan genggamannya di seprei membuat kusut tak beraturan karena tarikan eratnya. Perasaanya bersatu padu, antara cinta, sayang, dan khawatir.
“Kamu janji akan bertanggung jawab kan, Kak?” tanya Riella lirih, memastikan lagi janji Emil.
“Setelah kakakmu bilang oke, aku akan datang menemui papa mertua,” kata Emil yang kini sudah melepaskan bajunya, menyisakan celana pendek warna hijau botol. Ia lalu mengukung tubuh Riella, menatap penuh gairah pada gadis yang masih tertutupi kain merah. Tatapannya teduh, penuh keyakinan, merayu gadis di depannya dengan janji-janji manis.
Kedua tangan Riella mencoba menahan dada Emil yang semakin dekat dengannya, jantungnya sudah seperti suara genderang yang ditabuh cepat, saat sentuhan kulit dan kedua manik mata mereka bertemu. Pori-pori kulitnya terbuka lebar, siap mengeluarkan keringat yang akan membasahi tubuhnya.
Mengerti hal itu, Emil meraih tangan Riella, meletakkan kedua tangan Riella di tengkuk lehernya, dia mulai lagi mendekati tubuh Riella, kekasih yang baru ia pacari 6 bulan. Dia mencintai Riella, semenjak mereka sering bertemu. Dia tak pernah mengira, jika gadis yang kini di bawah kukungan tubuhnya, ternyata juga mencintainya, hatinya bahagia ketika itu. Ketika mereka memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius.
Namun, ada penghalang diantara mereka berdua, Kalun tidak mengizinkan mereka untuk bersama. Alasannya satu, karena Emil suka bergonta-ganti pacar selama ini. Kalun khawatir jika adiknya yang baik akan dilukai oleh Emil, karena ia mengenal luar dan dalam sisi Emil.
“Are you ready?” Emil menjeda ucapannya sambil menatap Riella penuh cinta, “hanya dengan cara ini kakakmu yang keras kepala itu, bisa mengizinkan kita untuk bersama,” lanjut Emil diiringi kecupan lembut di dahi Riella. Tangannya mulai bergerilya, membelai lembut di benda kembar milik Riella, yang masih tertutup kain, tangan kekar itu mer*emas, memainkannya dengan lembut berusaha menaikkan gairah wanita cantik dibawahnya.
“Pasti akan menyakitkan?!” kata Riella di tengah suara merdunya.
“Hanya 5 menit sakitnya, setelah itu aku akan membawamu menuju kenikmatan syurga dunia,” lirih Emil sambil menurunkan ciumannya di leher jenjang Riella, membuat Riella semakin gelonjotan karena tidak bisa menahan rasa geli akut yang baru pertama kali ia rasakan.
“Rilex Sayang. Semua akan baik-baik saja! Kamu bisa melakukan apapun padaku, saat kamu tidak kuat merasakan sakitnya. Atau aku bisa menghentikan sejenak ketika melihatmu mengangkat tangan, tanda menyerah!” pesan Emil, tangannya mulai membuka kancing baju Riella satu persatu yang ada di punggung. Matanya menatap penuh kekaguman, melihat tubuh sempurna Riella yang kini sudah terlepas dari kain.
Riella memejamkan matanya, ketika benda keras itu perlahan mulai melesak masuk, merusak selaput dara yang selama 25 tahun ini ia lindungi, rasa sakit, panas, mengiringi darah yang menetes di atas seprei kasur bewarna putih. Malam ini dia menyerahkan apa yang ia miliki, kehormatan, kesucian, dan tubuhnya pada orang yang ia cintai. Ia tidak peduli lagi dengan janjinya terhadap papa dan kakaknya, dia melupakan dosa apa yang akan ia terima setelah dia melakukan perzinahan ini. Hati dan matanya sudah tertutup oleh cinta. Cinta yang begitu besar pada kekasihnya.
Setelah selesai melakukan pergumulan hebat, keduanya kelelahan dan ambruk di atas ranjang. Masih saling berpelukan sambil mengatur nafas yang masih memburu, keduanya terjaga sambil menghirup aroma parfum yang masih tersisa.
“Aku mencintaimu, Sayang. Terima kasih atas segalanya.” Emil berucap sambil mengusap keringat yang membasahi wajah Riella. Ia lalu mengecup singkat bibir Riella, yang masih terlihat membengkak karena ulahnya yang kasar.
“Jangan tinggalkan aku, atau aku akan benar-benar hancur saat kamu pergi nanti,” kata Riella sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Emil.
“Kamu separuh nyawaku, mana bisa aku meninggalkanmu. Kecuali ….”
“Kecuali, apa?” tanya Riella menatap curiga ke arah Emil.
“Kecuali kamu tidak bisa memuaskan aku.” Emil berucap diiringi suara tawanya yang menggelegar. Membuat Riella mencubit lembut pinggang Emil.
Tanpa terasa mereka bersendau gurau hingga pukul 5 pagi. Tidak menyadari seberapa lama permainan Emil tadi, hingga waktu terasa cepat berlalu. Mereka berdua yang kelelahan terlelap saat sang fajar mulai hadir.
***
Gelap sudah berganti menjadi terang, memancarkan cahaya yang menyengat di luar villa. Namun, Riella masih terlelap di dekapan Emil. Tidak peduli jarum jam di angka berapa, keduanya melewatkan jam sarapan pagi. Tubuhnya terasa sakit dan tidak bertenaga setelah aktivitasnya beberapa jam yang lalu, membuatnya tidak ingin beranjak dari kasur, meski matanya sudah terbuka sekalipun.
🚑
Jangan lupa untuk like, komentar, dan vote ya.😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!