Naura Aurelia Azura yang biasa dipanggil Naura pada saat ini dia berusia 20 tahun. Naura seorang gadis sederhana, ramah, sopan dan tidaklah terlalu cantik.
Kekasih Naura bernama Raymond Kalandra Madava biasa Naura akan memanggil kekasihnya dengan sebutan Ray kini berusia 24 tahun. Mereka telah berpacaran 2 tahunan, saat ini Naura bekerja disebuah kantor kecil yang bergerak di bidang pengiriman barang sebagai adminitrasi.
Raymond bekerja di kantor keluarganya. Keluarga Raymond mempunyai perusahaan turun temurun.
Selama dua tahun mereka berpacaran Raymond belum sama sekali membawa Naura bertemu mamanya, karena Raymond sendiri memang takut jika mamanya menolak kondisi Naura yang hanya perempuan biasa. Raymond sudah terbiasa datang kerumah Naura sekedar mengobrol dengan mama Naura yang memang orangnya ramah.
Sebelumnya mama Raymond berpesan ingin Raymond mempunyai wanita yang bisa membantu mendompleng perusahaan keluarganya agar bisa lebih besar.
Tetapi apa mau dikata, Ramond telah jatuh cinta kepada seorang gadis sederhana, gadis biasa yaitu Naura. Mereka sungguh saling mencintai tanpa memandang status, hanya ingin saling melengkapi satu sama lainnya.
Raymond tinggal bersama mama dan seorang kakak perempuan.
Sedangkan Naura hanya tinggal bersama mamanya. Mereka berdua sama-sama tidak mempunyai papa lagi.
*****
"Sayang" panggil Raymond kepada kekasihnya.
"Hmm" gumam Naura.
"Ada apa?" Tanya Naura yang melihat wajah tampak serius dari Raymond.
Kini mereka sedang berada disebuah cafe untuk menikmati hari pulang kerja mereka.
"Aku akan membawa mu besok untuk menemui orang tua ku, kita akan berbicara tentang pernikahan kita" ucap Raymond dengan yakin karena kebetulan besok adalah hari minggu, dia sungguh ingin menikahi Naura.
Raymond dan Naura sebenarnya memang sudah memikirkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, untuk membangun sebuah rumah tangga.
"Aku takut!" Jawab Naura memang masih merasa ragu.
"Jangan pernah ragu akan niat baik ku untuk mempersunting mu" ucap Raymond yang tidak ingin mendapatkan jawaban keraguan dari kekasihnya ini.
"Kamu harus percaya padaku!" Ucap Raymond untuk menyakinkan Naura, sambil mengenggam tangan Naura.
"Aku tidak ingin mengumbar janji-janji, aku hanya ingin membuktikan perkataan ku"
"Iya, baiklah!" Jawab Naura yang sebenarnya masih ragu didalam batinnya. Sebenarnya mama Naura sangat setuju jika Naura segera menikah, untuk menghindari pandangan orang-orang terhadap hubungan mereka.
"Tapi, ada satu syarat yang aku minta dari mu!" Jelas Raymond.
Naura terlihat binggung dengan kalimat yang barusan dikatakan oleh Raymond.
"Apa yang mau dia katakan" batin Naura.
"Apa?" Tanya Naura sedikit ragu.
"Aku mau kamu berhenti bekerja mulai dari senin nanti buatlah surat pengunduran dirimu!" Tegas Raymond.
"Tapi!" Ucap Naura terputus, dia berpikir sejenak mau melanjutkan perkataannya atau tidak.
"Tapi apa?" Tanya Raymond.
"Tapi bagaimana dengan mamaku?"
"Siapa yang akan membiayai hidup mama ku jika bukan aku?" Tanya Naura dengan menatap dalam mata Raymond yang berwarna coklat.
"Kalau aku tidak bekerja, tentu tidak akan ada uang untuk mama ku pegang!"
"Kamu tau kan, selama ini gaji bulanan ku hanya pas-pasan untuk biaya hidup, padahal kami sudah sangat berhemat" ucap Naura yang memikirkan beban hidupnya selama ini.
Naura selama ini yang membiayai hidup dia bersama sang mama, semenjak kepergian papanya untuk selamanya.
"Aku" jawab Raymond.
"Aku akan membantu mama mu, karena mama mu juga sama seperti mama ku!"
"Tapi bagaimana jika keluargamu tidak mengizinkan hal itu terjadi?" Tanya Naura.
"Aku juga tidak mau, mama ku menjadi beban mu!"
"Aku sanggup untuk itu semua Naura, hidup mu akan menjadi tanggung jawab ku sebagai suami mu. Begitu juga mama mu!" Ucap Raymond dengan yakin.
"Sudah kamu jangan berpikiran untuk hal yang lebih jauh" bujuk Raymond melihat Naura yang terdiam, menatap kosong kearahnya.
"Besok kamu persiapkan diri, aku akan menjemput mu!" Ucap Raymond.
Naura hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon dari apa yang dikatakan Raymond.
Selesai mereka berbicara, mereka memutuskan untuk pulang kerumah.
Tentunya Raymond yang akan mengantar Naura pulang.
*****
Dirumah Naura.
Setelah selesai mandi, Naura menemui ibunya yang tengah asik menonton sineteron disalah satu stasiun tv.
"Ma" panggil Naura.
"Apa sih, membuat mama terkejut saja!" Jawab mamanya Naura.
Mamanya Naura bernama Ayu Nindira.
"Mama sih seru banget nontonnya" celetus Naura.
"Itu kamu lihat lagi konflik berat mereka, mertuanya enggak suka sama menantunya yang jahat!" Terang mama Ayu.
"Kamu kalau menikah jangan jahat ya sama mertuamu!" Ucap mama Ayu.
"Agh, mama ada-ada saja! Ya tentu tidak ma"
"Bagus, kamu harus menganggap mertuamu itu juga sama seperti mamamu ini, jadi kamu harus menghormati dan menyayanginya"
"Tetapi ingat juga, jika suamimu adalah milik ibunya, jadi jangan membantahnya"
"Mama bicara begini seperti" ucap Mona berpikir.
"Kamu dilamarkan sama nak Ray!"
"Kog mama tau?" Tanya penasaran Naura.
"Tentu tau, karena sebelum berbicara padamu, Raymond terlebih dahulu meminta izin mama, mama tentu mengizinkannya" jawab mama Ayu dengan wajah bahagianya, membayangkan anaknya menikah, diusia mama Ayu yang sudah 45 tahun, dia juga takut kelak usianya tidak lama, tidak dapat mendampingin anaknya menikah.
"Yaahhh! Padahal aku baru mau cerita sama mama" ucap Naura yang sedikit kecewa seperti bukan menjadi kejutan buat mamanya.
"Mama senang kamu akan segera menikah!"
"Tapi aku akan berpisah dengan mama!"
"Tidak, kamu kan bisa sering-sering kesini. Rumah ini akan selalu terbuka untuk mu!"
"Mama bakal sendiri bagaimana" ucap Naura dengan wajah sedihnya sambil memeluk lengan mamanya.
"Sudah tugas mama melepas mu, kamu harus ikut suami mu! Mama baik-baik saja kog" ucap sang mama.
"Mama juga dulu begitu, meninggalkan kakek nenek mu, untuk mengikuti papa mu!"
"Pas saat itu aku pasti akan selalu merindukan mama" ucap Naura dengan nada manjanya.
"Yang terpenting kamu bahagia, itu yang selalu menjadi doanya mama!" Mama ayu sangat menyayangi Naura yang memang menjadi tulang punggung dalam kehidupan mereka.
"Besok akan menjadi hari pertama aku berjumpa dengan mamanya Raymond, aku takut sebenarnya ma, karena aku hanya gadis biasa yang tidaklah pintar ataupun cantik!"
"Bersikap baiklah didepan keluarga mereka, hargai mereka, maka mereka akan menghargai mu!"
"Iya ma, pasti akan Naura ikuti apa yang mama katakan!"
"Ya sudah ayo tidur" ajak mama Ayu.
"Baik ma!"
Mama Ayu pun masuk kekamarnya dan Naura menuju kamarnya.
Sesampainya dikamar, Naura membaringkan tubuhnya diatas kasur hanya untuk meluruskan tulang punggungnya yang sudah lelah.
Sambil menatap langit-langit dikamarnya yang dilangitnya kamar dihiasi bintang-bintang kecil, bulan dan beberapa ekor kupu-kupu sepertinya terbuat dari plastik, hanya saja mempunyai keunikan jika lampu didalam kamar dimatikan, maka benda-benda kecil itu akan berkilauan seperti lampu kecil menempel dilangit-langit kamar.
"Bagaimana besok ya" batin Naura sambil memikirkan kembali niat yang di inginkan oleh Raymond. Sesungguhnya Naura sangat bahagia, Raymond mau menikahinya dalam waktu dekat ini. Tetapi sebelum menikah tentu banyak pikiran yang menyangkut dikepalanya.
Sebenarnya Naura sudah sedikit tau mengenai keluarga Raymond hanya saja karena cinta mereka tetap bersama. Memutuskan menjalan cinta tanpa harus diketahui keluarga Raymond, entah apa yang membuat Raymond sungguh mencintai Naura. Mungkin hanya karena kesederhanaan Naura.
Naura masih membayangkan bagaimana reaksi muka mama Raymond ketika bertemu dengannya nanti.
Sungguh ini membuat Naura merasa deg-degan, jantungnya pun terasa berdetak cepat, sedikit sesak nafas.
Raymond ini pacar pertamanya, begitu juga bagi Raymond, Naura ini orang pertama yang memasuki hidupnya. Mereka bertemu disaat Naura hendak melamar kerja diperusahaan keluarga Raymond hanya saja pada saat itu perusahaannya tidak membutuhkan karyawan, jika membutuhkan Naura juga tidak masuk dalam kriterianya.
Naura sungguh merasa gelisah, dia terus membolak balikkan badannya, mencari posisi untuk dia enak buat tertidur, tetapi tetap saja hal itu susah baginya.
Ke kanan, ke kiri posisi badannya hingga membuat dia merasa risih sendiri.
"Aku harus tidur, biar tidak ada mata panda ku ini dan sekarang juga sudah jam 11 malam" batin Naura, setidaknya dia mau sedikit terlihat cantik didepan keluarga Raymond untuk mengambil kesan baiknya.
Naura memejamkan matanya, tetapi telingganya masih saja mendengar suara jangkrik, katak diluar sana yang sedang bernyanyi dihalaman belakang rumahnya.
Terkadang jika ada kendaraan lewat pun terdengar oleh telingganya.
Naura memiringkan badannya ke posisi kiri, memeluk guling dengan erat, mengerai rambut panjangnya dan fokus untuk bisa tertidur.
Butuh waktu setengah jam hingga Naura benar-benar tertidur.
Mentari pagi menjemput dengan cara masuk melalui celah-celah jendela. Membuat silaunya membangunkan Naura. Bunyi jangkrik dan katak sudah berubah menjadi nyanyian burung-burung yang sedang hinggap diatas dahan-dahan pohon. Burung-burung itu juga menyambut pagi yang cerah ini.
"Hooaamm" Naura masih menguap, rasa kantuknya belum sepenuhnya lenyap, karena semalam dia sangat sulit tertidur.
"Jam berapa ini?" Tanya Naura pada dirinya sendiri. Sambil melihat kearah jam dindingnya yang terletak tepat didepannya.
Baru jam 6 pagi, tetapi matahari terasa sangat terik, panasnya menusuk.
"Aku harus segera mandi dan bersiap!" Batin Naura.
Tok! Tok! Tok!
Suara pintu kamar Naura diketuk oleh mamanya.
"Dekkkk!" Panggil mamanya diluar pintu kamarnya.
Adek atau dek adalah panggilan sayang mama ayu untuk Naura sejak Naura kecil, hanya mamanya saja yang memanggilnya adek atau pun dek, almarhum papa Naura saja tidak memanggilnya adek, tetapi dengan nama Naura.
"Iya ma, Naura sudah bangun dan mau mandi kog!" Teriak Naura dari dalam kamar.
Kebiasaan dikeluarga Naura mereka memang selalu bangun pagi untuk melaksanakan semua aktifitas.
Selesai mandi Naura bersiap untuk sarapan karena pasti sarapannya saat ini sudah tersedia oleh mamanya, yang memang sangat rajin sekali untuk bangun pagi, bukan rajin saja, tetapi itu memang sudah kebiasaan mama Ayu untuk bangun pagi seperti pukul 5 pagi.
"Ma" sapa Naura, melihat mamanya sedang meletakan semangkok sayur soup yang hanya berisi kentang, wortel dan 2 potong ceker ayam untuk menjadi kaldu kuahnya.
Dimeja makan Naura terletak 2 telur ceplok biasa dikatakan telur mata sapi, entah dari manalah telur yang menampakkan kuning ditengahnya, diselimuti putihnya diluar dinamakan begitu. Hanya itu saja lauk-pauk Naura bersama mamanya. Tetapi bagi Naura ini sangatlah nikmat, apalagi mamanya membuatkan sambal tumis.
"Ayo makan, jangan sampai perutmu keroncongan didepan keluarga Raymond, bisa malu kamu" ucap mama Ayu bercanda dengan Naura.
Biasanya juga Naura pergi kerja pagi tidak sarapan, hanya membawa bekal ke kantornya.
"Agh, mama ada-ada saja, ya tidak begitu lah ma!" Ucap Naura kemudian menyendok nasinya untuk diletakkan di piring dia.
"Jaga-jaga sayang" ucap mamanya.
"Mama mau sayur soupnya enggak ma?" Tanya Naura.
"Mau" kemudian Naura bangun dari kursinya dan mengambilkan soup untuk mamanya.
"Terima kasih dek"
"Sudah tugas Naura ma!" Ucap Naura sambil tersenyum kearah mamanya.
Kemudian mereka pun memulai untuk melanjutkan makan, dimeja makan jika sudah mulai makan, mereka tidak akan berbicara sampai isi piring mereka habis.
Setelah selesai makan, maka Naura akan membawa piring-piringnya dan mencucinya diwastafel berukuran kecil, terkadang sangat risih buat Naura jika piring yang mereka pakai sudah banyak, karena wastafel yang kecil sangat tidak leluasa bergerak.
"Dek" panggil Mama Ayu.
"Iya ma!" Teriak Naura yang sedang didapur mencuci piringnya.
"Tu Raymond sudah datang, kamu siap-siap gih, biar mama yang teruskan!"
"Iya ma!" Jawab Naura sambil berjalan keruang tamu melihat kehadiran Raymond.
"Wait" ucap Naura sambil mengedipkan mata sebelah kanannya.
"Centil" ucap sang mama.
"Anak mama juga" celetus Naura.
Naura pun berlari kecil ke kamarnya, untuk menganti pakaiannya dengan dress berwarna biru tua, dress selutut. Juga berdandan sedikit memberikan bedak diwajah putih halusnya, agar tidak terlihat kumal atau pun pucat. Dia juga memberi sedikit lipstik dibibirnya, memoleskan sedikit pensil alis di alisnya agar terlihat lebih rapi dan memberi maskara dibulu matanya, agar terlihat lentik. Memperhatikan mukanya dicermin apakah ini sudah pas baginya atau belum.
"Harus siap" batin Naura menyemangati dirinya sendiri.
Dia pun segera berjalan keluar dengan santainya, memakai sepatu wedges dengan tinggi sekitar 5 cm, sedikit membuat Raymond terpesona karena kecantikkan naturalnya dan juga sangat jarang sekali Naura berdandan, hanya untuk hari atau acara khusus.
"Siap?" Tanya Raymond
"Siap bos" ucap Naura.
"Ma, aku pergi dulu ya!" Pamit Naura kepada mamanya.
"Iya, ingat pesan mama" mama Ayu mengingatkan lagi.
"Pasti ma!"
"Tante saya dan Naura pergi dulu ya"
"Iya nak Ray" jawab mama Naura.
Sedari tadi sambil menunggu Naura keluar dari kamar, Raymond dan mama Ayu berbicara, Raymond orangnya terbuka kepada mama Ayu.
*****
Dihalaman depan rumah Naura motor matic milik Raymond terparkir sempurna, motor matic berwarna biru bercampur putih terlihat cantik.
Raymond sudah memakai helmnya dan sedang menunggu Naura memakai helmnya.
Naura duduk menyamping dengan tangan kanan menyelip kesamping kanan Raymond seperti setengah memeluk.
Ramond melajukan motornya dengan kecepatan 50-60/km, kecepatan sedang.
Didalam perjalanan jantung Naura bergerak sangat kecang, dia merasa sangat deg-degan, dia takut jika dia tidak bisa diterima dikeluarga Raymond.
Butuh waktu 1 jam menempuh perjalanan untuk kerumah keluarga Raymond. Didalam perjalanan Naura hanya dapat terdiam, membayang-bayangkan apa yang akan terjadi nanti.
Tiba-tiba saja motor matic yang dikendarain Raymond berhenti disebuah rumah terdiri dari 2 lantai berwarna putih terdapat taman kecil dihalaman depan rumahnya, kebetulan pagar terbuka jadi motor Raymond langsung menuju teras rumah.
"Ayo turun" ucap Raymond ketika suara bunyi motor telah berhenti.
"Ah, iya" jawab Naura sudah mulai gugup melihat rumah dia saja sudah jauh beda dengan rumah Raymond, bagai langit bumi itu perumpamannya.
"Jangan takut" ucap Raymond kemudian membuka pintu rumahnya, langsung berjalan masuk kedalam dengan diikuti Naura dari belakang tubuh Raymond.
"Ma, kak" Sapa Raymond yang melihat kedua orang yang dia sayangin tengah menonton tv.
Mama dan kakak Raymond pun melihat kearah Raymond dan Naura.
"Ma, kak! Ini perkenalkan Naura, dia kekasih ku" ucap Raymond tanpa ragu.
"Naura ini perkenalkan mama dan kakak ku!" Raymond memperkenalkan mama dan kakaknya ke Naura.
"Tante, kak! Saya Naura" sapa Naura, terdengar suara yang bergetar, dia sangat gugup untuk pertama kalinya dalam hidup seperti ini. Naura menyalim tangan mamanya Raymond dan kakak Raymond.
"Nama mama itu Vina dan nama kakak ku itu Rini" ucap Raymond memberitahu Naura.
Kakaknya Raymond pun hanya tersenyum.
"Silakan duduk" ucap mamanya Raymond dengan expresi datar, sang kakak hanya diam saja.
Tentu hal itu menambah kegugupan dari Naura karena melihat expresi yang bukan diharapnya.
"Sudah berapa lama kalian berpacaran?" Tanya mamanya Raymond.
"Sudah 2 tahun lebih ma!"
"Sudah 2 tahun lebih tante" ucap Naura dan Raymond hampir bersamaan.
"Kamu 1 kuliahkah dengan Ray? Kerja dimana?" Tanya mama Vina ingin tau lebih jelas soal Naura.
"Tidak tan, saya hanya lulusan sekolah menengah kejuruan saja!" Ucap Naura sambil tertunduk, menatap lantai dibawah.
"Saya hanya bekerja di tempat jasa pengiriman barang tan, sebagai adminitrasinya saja!"
"Oh" mama Vina berdecak.
"Ma, aku bawa Naura kesini memperkenalkan calon menantu mama!" Ucap Raymond dengan santai.
"Apa?!" Mama Vina dan kak Rini terkejut bersamaan.
"Apa ini tidak terlalu cepat Ray?" Tanya kak Rini.
"Enggak kak, ini sudah keputusan ku, kakak taukan kalau aku sudah ambil keputusan bagaimana dan ini niat baik ku!" Ucap Raymond dengan tegas menatap mata kakaknya.
"Mama setujukan!" Tanya Raymond.
Mama Vina terdiam sesaat mencerna apa yang dikatakan oleh anak bungsunya ini.
"Kamu sudah pikirkan Ray?" Tanya mamanya meminta kepastian Raymond.
"Kamu umur berapa?" Tanya mama Vina kepada Naura yang sedang terdiam.
"Saya baru 20 tahun tante!" Ucap Naura menatap sendu ke arah mama Vina.
"Baru 20 tahun sudah mau menikah! Lihat itu Rini saja berumur 26 tahun belum menikah, bahkan cowok saja tidak ada!" Entah itu mama Vani ucapkan bermaksud menyindir Naura atau anak perempuannya Rini.
"Mama" seru Rini, yang merasa mamanya menyindir dia.
"Tidak salahnya kami menikah muda ma! Aku tentu akan bertanggung jawab sebagai suaminya!" Ucap Raymond.
"Jadi mama setuju?" Tanya Raymond lagi.
"Mama tidak setuju, mama maunya kamu mendapatkan yang lebih pantas untuk mu!" Ucap mama Vina yang tidak perduli dengan perasaan Naura. Mama Vina sebenarnya sangat keberatan dengan kehadiran Naura dikeluarga mereka.
Deg! Serasa berhenti saat itu juga ketika mama Vina memgucapkan penolakkannya, padahal Naura mengira mama Vina akan segera menyetujuinya karena sudah tanya ini dan itu.
"Aku tidak perduli mama setuju apa tidak, aku akan tetap menikahi Naura, mau dengan persetujuan mama ataupun tidak!" Cetus Raymond.
"Raymond" tegur kak Rini. Raymond menatap mata kak Rini tanpa merasa takut.
"Maaf ma, kak" ucap Raymond tanpa rasa bersalah, sedangkan Naura sudah sangat menunduk kebawah kepalanya.
"Mama dan kakak tau jika aku orangnya tidak akan putus asa, mendapatkan apa yang aku inginkan, bahkan untuk melawan keluarga ini!" Ucap Raymond dengan tegas.
"Selama ini aku sudah menurut semua apa yang kalian inginkan jika memang itu baik untuk ku, saat inilah pertama kali untuk ku, kalian menurut apa yang aku inginkan!" Ucap Raymond.
"Terserah kamu!" Ucap mama Vina yang akhirnya memilih untuk tidak mau tau, jika Raymond sudah berkeinginan semuanya tidak akan mudah ditentang.
"Terserah juga lah, aku enggak mau terlibat!" Ucap kak Rini seakan angkat tangan.
"Semua sudah ku atur ma, dari bridal, undangan dan hari pernikahan!" Ucap Raymond.
"Hmm" hembus nafas mama Vina.
"Baguslah, mama tidak mau repot mengurus pernikahan kalian yang tidak ada manfaatnya buat mama!" Ucap mama Vina mulai ketus.
"Ma" ucap Raymond.
"Iya, iya, mama tau" jawab mama Vina yang tau jika Raymond tidak ingin mamanya bersikap begitu, mamanya memang sangat tidak mau kehilangan Raymond karena Raymond itu pewaris perusahan papanya, walau perusahaan yang tidak besar.
"Terima kasih ma!" Ucap Raymond yang bahagia, dia mengenggam tangan dingin milik Naura, nyawa Naura seakan tidak berada dalam tubuhnya.
"Terima kasih tante, sudah mengizinkan saya masuk dalam keluarga anda!" Ucap Naura dengan sangat sopan, dengan lembut hingga suaranya nyaris tidak terdengar karena dia sendiri sungguh gugup.
"Asal kamu sadar akan dirimu!" Ucap mama Vina.
"Baik tante" Naura merasa dunia dia hampir runtuh kalimat yang diucapkan mama Vina sungguh berat jika di artikan.
Naura seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Tetapi Naura selalu bersikap sopan kepada mama Vina, bahkan menatapnya secara langsung saja, Naura sungguh tidak berani.
Dalam waktu sebulan Raymond mempersiapkan semuanya, hingga saat ini dia mengajak Naura untuk fitting baju pengantin.
"Bagaimana yang ini pak?" Tanya pelayan yang berjaga di bridal tempat Raymond memesan semua paket pernikahan disana.
"Boleh, dicobakan ke calon istri saya!"
"Baik pak!" Ucap pelayan tersebut.
"Yang ini Ray?" Tanya Naura.
"Iya, coba sana" usir Raymond halus.
Kemudian Naura dan pelayan bridal itu masuk kedalam sebuah kamar ganti yang kira-kira ukurannya 3*3 jadi lumayan luas.
"Bagaimana?" Tanya Naura.
Naura yang sudah rapi dalam gaun pengantin berwarna putih bertata cristal-cristal kecil dibagian dada depannya berbentuk love dan cristal kecil itu itu juga tertata rapi melingkar dibagian pinggang, menampakan pinggang ramping milik Naura.
Gaun ini bagian atasnya tertutup dengan jaring-jaring halus. Ketika mengangkat gaun tersebut Naura merasakan beratnya, gaun dengan ekor yang sangat panjang kira-kira 2 meter tersebut.
"Wah, aku suka! Kamu cantik sekali" ucap Raymond yang melihat penampilan yang berubah dari Naura.
Membuat Naura tersipu malu karena pujian dari Raymond, bagi Naura dia itu jelek, tidak lah cantik, dia hanya beruntung Raymond memilihnya.
Raymond pun memilih menggunakan jas berwarna senada, warna putih.
*****
Waktu dan tempat sudah dipersiapkan semua.
Hari ini adalah hari bahagia milik Naura dan Raymond.
Mereka tidak lagi mengadakan pertunangan melainkan langsung ke pernikahan.
Pernikahan ini diadakan disebuah hotel, mereka mengundang sanak saudara mereka, teman kerja dan beberapa tetangga mereka.
Naura terlihat cantik dengan dandanan yang diberikan oleh perias bridal yang sudah dilakukan dari jam 3 subuh tadi pagi.
Keluarga Naura dan keluarga Raymond telah saling mengenal dan berkumpul saling menyapa.
Mama Ayu dan Mama Vina juga sebenarnya tidak menyangka mereka akan menjadi besan, karena ternyata mereka ada teman di jaman mereka masih bersekolah SD.
Saat ini sesi melempar bunga, Naura sudah bersiap melempar bunga dari balik badannya. Dia dan Raymond memunggungi para hadirin.
Mc mengarahkan ke Naura kapan boleh dilempar dan tidak.
"Lempar" teriak Mc.
"Naura pun melemparnya!"
"Yaaahhh kog, botol kosong" teriak salah satu orang yang mendapat botol kosong kecil sebagai tipuan melempar.
"Hahaha" beberapa orang tertawa melihat hal tersebut termasuk pasangan pengantin.
"Satu, dua, ti-ga! Lempar" teriak Mc lagi.
Dan seketika Naura melemparkan bunga yang ditangannya.
"Aku dapat" teriak salah seorang pemuda yang sekitaran berusia 24 tahun juga.
"Selamat!" Ucap sanak keluarga kepada pasangan pengantin.
"Selamat kepada yang mendapat bunga silakan naik kepanggung" ucap sang Mc.
"Apa pesan anda" ucap sang Mc lalu berpamitan untuk mengundurkan diri, karena merasa perutnya sakit.
"Lagi membawa acara saja bisa sakit perut" batin pemuda yang mendapat bunga tersebut.
"Selamat ya bro" ucap pemuda itu, ternyata dia adalah salah satu sahabat terbaik milik Raymond.
"Nyusul ya!" Ucap Raymond dengan senyum merekahnya.
"Pasangan saja belum ada gimana nyusul?" Tanya sahabat Raymond.
"Jangan lah begitu Ton, nanti kalau sudah jodoh pasti ada, kamu harus berusaha dan berdoa!" Ucap Raymond.
Naura hanya tersenyum melihat percakapan kedua sahabat tersebut.
Sahabat Raymond ini bernama Toni, dia adalah teman kuliah Raymond, tetapi mereka sangat akrab, hingga saat ini.
"Foto ya!" Ucap Raymond.
Kemudian mereka foto bertiga dan menggunakan handphone milik Toni. Karena sang foto grafernya entah sedang berada dimana, mungkin ke toilet.
"Kirim nanti!" Ucap Raymond.
"Iya" jawab Toni, memperhatikan Foto barusan yang dia dapat.
Setelah itu Toni pun berpamitan untuk pulang, menyusul yang lainnya.
Tidak terasa waktu yang mereka gunakan untuk acara pernikahan ini, sudah hampir habis, jadilah tinggal keluarga intinya.
"Ma" sapa Naura kemudian memeluk erat mamanya.
"Jaga diri, nurut sama suami mu ya, karena sekarang dia ada kepala rumah tangga mu!" Ucap mama Ayu.
"Iya ma!" Jawab Naura sambil meneteskan air mata harunya.
Sebenarnya mama Ayu ingin menangis karena berpisah dengan Naura setelah Naura menikah ini, hanya saja dia berusaha tidak untuk menangis.
Naura dan Raymond memilih langsung pulang kerumah yang memang khusus Raymond belikan untuk Naura atas pernikahan mereka ini.
"Ma" sapa Naura pada mama Vina.
"Naura pamit" ucap Naura ketika mobil yang menjemput mereka untuk kerumah baru sudah datang.
"Iya" jawab mama Vina datar.
"Kak" ucap Naura.
"Iya" jawab kak Rini.
"Ma, Raymond pamit ya sama Naura" ucap Raymond pada mama Vina.
"Ma pamit" ucap Raymond pada mama Ayu.
Semuanya melambaikan tangan kepada Raymond dan Ayu, seperti mereka akan pergi jauh saja dan lama kembali. Padahal Raymond dan Naura hanya menempati rumah baru mereka yang jaraknya juga tidak begitu jauh, dari rumah mama Vina hanya 1 jam dan dari rumah mama Ayu 1,5 jam.
*****
Sesampainya dirumah baru mereka.
Raymond segera memasuki kamar mandi, untuk segera membersihkan badannya, dia merasa gerah karena dari pagi tidak mandi.
Begitu juga Naura yang sudah merasa gerah.
Naura sebenarnya masih sangat merasa asing dirumah baru ini, hanya dia bersyukur bisa hidup berdua saja dengan Raymond, tidak perlu tinggal bersama orang tua Raymond.
Bagi Raymond tinggal jauh dari mamanya lebih baik, daripada harus satu rumah. Karena kalau satu rumah akan mudah memunculkan pertengkaran dalam rumah tangga mereka, mamanya akan mudah ikut campur.
Jika berjauhan ketika mereka bertandang kerumah orang tuanya, mereka tentu akan lebih menyambut baik. Lagipula Raymond ingin mandiri membangun rumah tangganya sendiri, tanpa campur tangan orang lain atau pun keluarganya.
*****
Selesai keduanya membersihkan diri, Raymond dan Naura pun masing-masing naik keatas kasur. Dengan malu-malu Naura menatap Raymond yang sedang mengenggam tangannya, Naura merasa sangat risih karena saat ini dia harus satu ranjang dengan orang lain, dulu dia hanya tidur sendiri, leluasa mengexpresikam diri di atas ranjangnya sendiri, mau tidur macam mana pun tidak ada yang melihat kecuali mamanya yang tiba-tiba masuk dalam kamarnya.
"Sayang, apa kamu bahagia hari ini?" Tanya Raymond, sesuatu pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan.
"Sangat bahagia" ucap Naura tersenyum, bahkan sekarang jantungnya berdetak lebih kencang, seperti nafas yang berat, sesak nafas, Naura sendiri binggung harus memberi respon yang bagaimana didepan Raymond saat ini.
"Apa kamu siap?" Tanya Raymond yang sudah mulai ingin mendapat haknya sebagai suami.
"Buat apa?" Tanya Naura yang memang polos atau pura-pura polos.
Raymond tersenyum penuh arti, memandang tubuh Naura dari atas hingga ujung kepala.
"Buat ini" langsung saja Raymond mencium bibir ranum milik istrinya.
Lalu keduanya berbaring, Naura yang sudah mengerti pun pasrah karena bagi dia ini juga kewajiban seorang istri untuk suami tercintanya.
"Aku mencintai mu" ucap Raymond disela-sela kegiatannya.
"Aku juga" ucap Naura sangat malu, ini pertama kali baginya. Dia hanya mampu menutup matanya tidak melihat kearah mata Raymond.
Naura dan Raymond menikmati malam pertama mereka dengan penuh bahagia.
*****
"Kapan kamu bisa hamil?" Tanya Mama Vina, karena saat ini Naura dan Raymond sedang berada di kediaman mama Vina.
"Maaf ma, mungkin Tuhan belum mempercayakan kami monongan!" Ucap Naura.
"Mama sabar ya" bujuk Raymond.
"Kami sudah berusaha ma dan kata dokter kondisi kami berdua sangat bagus" terang Raymond.
"Apa buktinya, lihat istri kamu saja belum bisa hamil sampai sekarang, kapan mama bisa punya cucu?" Tanya mama Vina.
Saat ini usia pernikahan Naura dan Raymond sudah menginjak tahun kedua, tetapi Naura memang belum menampakan kehamilannya.
Padahal Naura sudah melakukan saran apa pun dari yang mamanya sendiri berikan, atau pun dokter berikan.
Dia juga belajar dari saudara dia yang lain, bagaimana cara agar mudah hamil, hingga menjaga makannya. Memakan-makanan bergizi, rajin mengonsumsi sayur, ikan, semua sudah Naura usahakan. Tetapi benar Tuhan belum memberikan amanah terhadapnya dan juga Raymond.
"Kamu kali tidak meminum obat dari dokter kandungan mu?" Tanya mama Vina yang berpresepsi jelek terhadap Naura.
"Aku rajin minum dan tepat waktu ma!" Ucap Naura dengan nada lembut tidak melawan.
"Sampai kapan mama harus menunggu begini?" Tanya mama Vina.
"Ini lah mama enggak mau Raymond dulu menikah dengan sembarangan wanita, seharusnya bibit, bebet, bobot itu diketahui jelas" ucap mama Vina panjang lebar.
"Sudahlah ma, jika mama mengoceh terus kami akan pulang!" Ucap Raymond.
Naura hanya terdiam saja dengan ucapan mama Vina, dia merasa tersudutkan.
"Pulanglah kalian, mama malas melihat kalian" usir mama Vina yang memang sudah emosi.
Karena kondisi tidak bagus, Raymond pun membawa Naura untuk pulang. Tidak memperdulikan lagi mamanya yang mengoceh tersebut.
"Menantu mama itu" tandas Rini.
"Kamu juga belum juga menikah!" Ucap mama Vina.
Rini orangnya pemilih, dia sangat ingin memiliki suami yang tampan, tinggi, putih, hidungnya mancung dan tentunya orang kaya, misalnya dengan Ceo terkenal, seperti Ceo King's Group yang pernah dia dengar dan lihat di tv.
*****
Satu minggu berlalu Naura masih memendam rasa sedikit akibat perkataan mama Vina, selama ini mereka memang sangat menanti momongan.
"Ma" panggil Naura pada mamanya.
Karena saat ini dia memang sedang berada dirumah mamanya untuk membuang rasa bosan dan sedihnya. Mona semenjak menikah memang sesekali datang kerumah mamanya lalu pulang ataupun menginap.
"Pulanglah!"
"Ray jemputkan hari ini?" Tanya mama Ayu.
"Iya ma!" Jawab Naura lesu.
"Kamu jangan pikirkan apa yang mertua mu katakan, dia hanya ingin punya cucu, mama juga begitu, hanya cara penyampaian kami kan berbeda saja!" Ucap mama Ayu.
Triiiinnggg! Triingg!
Suara dering handphone milik Naura berbunyi, namun ketika dia melihatnya.
"Nomor tidak dikenal ma!" Ucap Naura pada mamanya.
"Angkat saja!"
"Ya, haloo!" Sapa Naura.
"Iya, saya istrinya" jawab Naura.
"Apaaaaa" langsung saja hp Naura terjatuh dari genggamnya. Dengan diiringi air mata Naura yang tiba-tiba menetes di pipi Naura.
Mama Ayu yang merasa aneh dengan prilaku Naura pun, segera mengambil handphone Naura yang terjatuh.
"Halo, halo" panggil orang yang sedang menelepon di handphone Naura.
"Iya, ada apa ya pak" ucap mama Ayu yang memegang handphone Naura, kebetulan dia mendengar suara laki-laki.
"Saya dari pihak kepolisian menyampaikan bahwa Raymond Kalandra Madava saat ini mengalami kecelakaan dan sudah berada dirumah sakit Sehat Medika" ucap pak polisi.
"Baik pak, terima kasih!" Langsung saja mama Ayu meletakkan handphone tersebut dimeja.
"Maaa, bagaimana Raymond" tangis Naura.
"Mama tidak tau, kita kerumah sakit sekarang!" Ucap mama Ayu.
Mereka pun bergegas untuk pergi kerumah sakit.
*****
Dirumah sakit Sehat Medika.
Naura langsung menuju Ugd mencari keberadaan suaminya, mama Ayu masih terlihat tenang, berbeda halnya dengan Naura yang sangat panik serta terus meneteskan air matanya.
"Ma" panggil Naura. Melihat mama Vina sudah berada dirumah sakit, pihak kepolisian juga menghubungi orang tua kandung dari Raymond.
"Ini semua salah mu!" Teriak mama Vina.
"Kamu tau sekarang adikku kritis gara-gara kamu, perempuan sialan" teriak kak Rini.
"Mbak, Rini mohon tenang karena ini rumah sakit, kita urus ini nanti dirumah!" Ucap mama Ayu yang masih terlihat tenang padahal juga merasakan kegelisahan setelah mendengar Raymond kritis.
Naura hanya dapat menangis saja, perasaannya bertambah sedih karena mengetahui kondisi Raymond dan kata-kata dari keluarga Raymond. Dia meperosotkan dirinya dilantai menempel dinding.
"Maaf ma" ucap Naura dengan suara seraknya sambil menangis.
"Kalau saja Raymond tidak pergi menjemput mu, pada saat itu tentu dia tidak akan seperti sekarang!" Ucap mama Vina yang juga menangis, dia sangat tidak ingin sampai kehilangan Raymond.
"Ma, kak! Maaf!" Ucap Naura hanya itu yang dia mampu ucapkan.
Kak Rini terus melihat kedalam dimana Raymond berada, yang sedang ditangani oleh dokter.
"Dek, kamu tenang jangan menangis terus!" Ucap mama Ayu.
"Maaf mohon tenang" ucap salah seorang suster.
"Kita berdoa untuk kesembuhan Raymond, mbak" ucap mama Ayu.
Hal itu kemudian membuat mama Vina lebih tenang daripada yang tadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!