NovelToon NovelToon

Istriku Canduku

Perkenalan

Inka baru saja sampai didepan rumahnya, terlihat pemandangan sepasang kekasih tengah duduk berdekatan di teras itu. Ya, dia adalah adik tiri Inka yang bernama Adhisty dan mantan kekasih Inka yang bernama Vino.

Vino meninggalkan Inka, demi Adhis. Memang sudah watak Adhis yang seringkali merebut apapun yang dimiliki Inka, sejak mereka tinggal bersama. Walaupun Adhis muncul tidak sedari kecil, yaitu disaat Inka sudah menginjak bangku SMP. Ayah Inka memboyong istri dan anak barunya setelah bercerai dari ibunya Inka.

Inka fikir, Vino lelaki yang berbeda, ia tidak akan tergoda oleh adik tirinya. Namun perkiraan Inka salah, untung saja Inka belum menyerahkan hatinya sepenuhnya.

"Hai In, baru pulang," sapa Vino melihat Inka yang melintasi tempat yang ia duduki. Inka tidak mengeluarkan suara, ia hanya mengangguk dan tetap berjalan lurus kedepan.

Vino masih memandang Inka yang berlalu darinya. "Liatnya biasa aja donk," ucap Adhis sambil cemberut.

"Ini juga biasa, cuma aku perhatiin Inka sepertinya lelah banget ya," jawab Vino cuek sambil menyesap kopi untuk menghilangkan kecemburuan Adhis, padahal jauh dari lubuk hati Vino yang paling dalam, dirinya masih peduli dan merindukan Inka.

"Besok kita jalan-jalan ya kak," suara manja Adhis pada Vino sambil bergelayutan di lengan Vino.

"Iya terserah kamu mau kemana, aku ikut aja," jawab Vino sambil tersenyum menanggapi kemanjaan sang kekasih. Ini yang Vino mau dari Inka sebenarnya, sifat manja. Namun Inka bukanlah sosok gadis yang manja, ia juga tak pernah mengeluh, membuat Vino merasa hubungannya sangatlah monoton.

Setelah membersihkan dirinya sepulang dari kantor, Inka menghampiri sang ayah yang terlebih dulu duduk di meja makan. Tak lama kemudian disusul ibu sambungnya yang ikut berjalan ke meja makan dari arah teras, setelah memanggil kedua sepasang kekasih tadi untuk ikut makan malam bersama.

"Kak, mau ini." Tunjuk Adhis pada setiap makanan yang ada di meja makan. Adhis begitu telaten melayani Vino yang sedang makan malam bersama keluarganya.

"Boleh." Vino tersenyum.

"Gitu donk, latihan dari sekarang ngurus suami," ucap Desi, sang ibu sambung. Raka juga tersenyum melihat adegan di hadapannya. Inka jangan ditanya, dia orang yang paling hebat mengkondisikan hati. Inka akan tetap tersenyum, sesakit apapun hatinya saat ini. Karena baginya ini adalah hal biasa, dari kecil ia sudah sakit hati melihat kedua orangtuanya sering bertengkar hingga diakhiri perpisahan dan ibu kandungnya pergi meninggalkannya.

Ditengah-tengah suara dentuman sendok dan piring, inka berkata "oiya pa, Inka mau memberitahu papa." Mata Inka menoleh ke arah sang ayah dan langsung dibalas tatapan oleh sang ayah diiringi tatapan dari yang lainnya yang sedang menikmati makan malam di meja makan itu.

"Ada apa In?" tanya Raka.

"Hmm.. sabtu besok, teman Inka mau datang kesini menemui ayah..." Sontak membuat yang lain meletakkan alat makannya untuk mendengarkan percakapan Inka dan Raka dengan seksama.

"Siapa?" tanya Raka lagi "teman laki-laki?"

Inka mengangguk dan berkata "iya pa, dia akan datang dengan orangtuanya."

Vino langsung tersedak mendengar pernyataan Inka "uhuk..uhuk..uhuk..uhuk.."

Adhis langsung memberikan minuman pada Vino "makannya jangan buru-buru donk kak."

Vino sangat terkejut, pasalnya baru dua minggu mereka putus, tapi Inka sudah ingin dilamar laki-laki lain. Terbesit di dalam hatinya 'apakah Inka selingkuh selama mereka masih berpacaran?' Hal itu membuat hati Vino panas. Ia tak lagi mengumbar senyum yang dari tadi ditampilkannya.

"Teman kamu yang mana In?" tanya Raka lagi, seolah diinterogasi.

"Dia sahabat calon suaminya Cinta, beberapa kali Inka bertemu dengannya ketika bersama Cinta dan calonnya yang juga membawa sahabatnya itu. Lalu kami cocok, dekat dan dia tak mau berpacaran, dia minta langsung menikah." Bohong Inka menjelaskan hubungan dirinya dan Mario.

"Siapa namanya nak?" tanya Desi.

"Mario ma," jawab Inka.

"Apa pekerjaannya?" tanya Raka sambil mengambil tempe goreng dihadapannya.

"Hmm... dia pemilik perusahaan Mj Telemedia Asia pa." Inka menjawab santai setiap pertanyaan dari sang ayah.

Namun jawaban Inka dikejutkan dengan suara keras dari Adhis "what? lo mimpi kak? hahahaha," suara ledekan Adhis begitu jelas. "awas kalau jatoh nanti sakit loh," tambahnya lagi.

Inka hanya tersenyum menanggapi ledekan sang adik.

"Kamu serius dengan keputusanmu In? menikah itu bukan hal untuk main-main." Kali ini Vino yang angkat bicara.

Inka hanya diam, tidak menanggapi ucapan Vino, karena baginya dia adalah orang luar dan yang terpenting adalah restu sang ayah.

"Ya sudah, nanti siapkan acara makan malam yang bagus ma, karena sepertinya teman Inka bukan orang biasa," ucap Raka pada istrinya. Desi langsung mengangguk setuju dengan ucapan suaminya.

Selesai makan, Inka berpamitan pada orang-orang yang ada dimeja makan itu untuk kembali kekamarnya dan beristirahat. Lagi-lagi, Vino hanya bisa menatap Inka hingga tak terlihat lagi dari pandangannya.

Sungguh hati Vino sakit mendengar Inka akan dilamar lelaki lain. Namun ia juga tak bisa marah karena sudah ada Adhis saat ini. Wajah Vino terus ditekuk tanpa senyum hingga ia pamit pulang. Dan Adhis menyadari perubahan wajah kekasihnya itu terjadi karena apa.

Lamaran

"Haaiii.." seru suara Jessy dari kejauhan dengan perut yang sedang membuncit.

Mely sudah berada dirumah Inka sepuluh menit sebelum kedatangan Jessy bersama Cinta. Zion, suami Jessy sedang ada urusan, sehingga Cinta berinisiatif untuk menjemput sahabatnya yang tengah mengandung.

Mereka berempat bercipika-cipiki ria. "sebelum kak Rio datang, lo harus cerita dulu sama kita, gimana kalian bisa tiba-tiba mau nikah." Kata Cinta.

"Iya gimana ceritanya In? Sumpah gue keypoh," celetuk Jessy.

"Perasaan lo ketemu sama kak Rio jarang deh In," tambah ucapan Mely.

Inka hanya tersenyum diserbu banyak pertanyaan dari para sahabatnya. Tak lama kemudian, Desi dan Raka datang menghampiri Mely, Cinta, Jessy dan Inka.

Mely, Cinta dan Jessy mencium punggung tangan kedua orangtuan Inka.

"Jadi calonnya Inka itu sahabat calon suamimu Ta?" tanya langsung Desi pada Cinta. 'Apa? Rey? Calon suami?' Cinta bingung, pasalnya hingga saat ini ia tidak tahu keberadaan Rey dan tidak pernah juga bertemu dengannya lagi.

Jnka menyenggol lengan Cinta, sontak membuat Cinta langsung menjawab "oh iya tante."

"Siapa nama calon suamimu Ta," tanya Raka.

"Rey om, nama panjangnya Reynaldi Putra Fernandez," jawab gugup Cinta.

"Oh iya om kenal keluarga Fernandez."

"Wah kalian hebat," celetuk Desi. Lalu kedua orangtua Inka pergi dan kami segera melangkah ke lantai 2 menuju kamar Inka.

"Ish, koq lo bawa-bawa kak Rey sih In? pake bilang dia calon suami gue lagi, orangnya ada dimana sekarang aja gue ga tau." Kesal Cinta.

"Sorry Ta, soalnya bokap gue banyak tanya tentang Mario dan gue bingung jelasinnya, jadi gampangnya ya gitu, hehehehehe." Inka menampilkan jejeran gigi putihnya.

"Lah emang gimana cerita lo bisa deket sama kak Rio," tanya Mely.

Kemudian Inka menceritakan perjumpaannya dengan Mario di jalan dengan keadaan basah kuyup, Mario yang menolongnya dari guyuran hujan ketika putus dengan Vino, lalu dibawanya ke apartemen Mario dan terjadilah kesalahpahamn ketika ibunya Mario datang.

"Oalah, ngono tah ceritanya," kata Jessy membulatkan bibirnya.

"Terus, lo sendiri suka sama kak Rio?" Pertanyaan Cinta membuat Inka terdiam dan menggeleng "ngga tau."

"Inka.... jangan bilang lo nikah sama kak Rio cuma karena bales dendam sama Vino," teriak Mely yang langsung diangguki Inka "mungkin iya."

"Gila lo sumpah." Kata Jessy dengan nada serius.

"Terus yang ngajak nikah duluan siapa?" tanya Cinta.

"Kak Rio lah, dia ga mau dijodohin sama anak temen ayahnya, mending sama gue katanya," jawab Inka.

"Hmm... berarti dia emang udah suka sama lo In," celetuk Jessy.

"Masa? Tapi dia ga pernah bilang suka sih," jawab Inka polos. "ya udahlah ga usah di bahas, yang penting gue udah mau nikah dan keluar dari rumah ini."

"Itu keputusan lo In, kita cuma bisa dukung dan berdoa yang terbaik buat lo," ucap Cinta dan diangguki teman yang lain.

"Bener kata Cinta In," ucap Mely. Kemudian mereka berempat berpelukan bak teletubies.

Matahari sudah menunjukkan akan terbenam, setelah maghrib keluarga Mario datang.

"Assalamualaikum," suara salam dari Laras dan Andreas, orangtua Mario yang diikuti oleh suara Mario selanjutnya.

"Waalaikumusalam," jawab Desi dan Raka bersamaan, diringi four angel beserta Adhisty dan Vino yang juga hadir. Vino sengaja datang karena ingin melihat seperti apa rupa orang yang bernama Mario itu.

Mario mencium punggung tangan kedua orangtua Inka dan menyalami yang lainnya yang hadir disana. "Hai Ta," sapa Mario ketika hendak bersalaman dengan Cinta, "hai kak," balas Cinta.

Ketika yang disapa Mario hanya Cinta membuat Desi dan Raka yakin kalau calon anaknya adalah sahabat dari calon suaminya Cinta.

Vino semakin panas ketika melihat Mario, karena ternyata ia kalah telak dengan Mario. Mario berpostur tinggi dengan badan yang sixpack, berkulit putih dengan wajah yang tampan ditumbuhi bulu halus sedikit pada jambangnya, menambah ketampanannya. Mario berdarah Inggris, membuatnya terlihat agak bule.

Adhisty tercengang ketika melihat Mario dihadapannya yang hendak mengulurkan tangan. Sungguh Adhis sangat cemburu melihat sang kakak yang justru mendapatkan pasangan lebih baik darinya. 'ih ganteng banget sih dia.' Batin Adhis.

Vino minta balikan

Pagi ini cuaca sedang tidak bersahabat, awan hitam menutupi langit yang cerah, seolah menandakan air akan tumpah.

Inka sudah lengkap dengan busana kerjanya, berdiri didepan pintu rumah.

"Ayo bareng papa!" Ucap Raka yang memegang bahu Inka dari belakang.

"Engga usah pa, Inka sudah pesan ojek online."

"Ya sudah kalau begitu, papa duluan." Raka berjalan memegang pelipisnya. ia tak menyangka hubungan dengan sang putri tak pernah bisa kembali seperti dulu. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Raka menyesal karena terlalu keras pada Inka, membuatnya semakin jauh.

Tiiin.. Inka menghampiri ojek online yang sudah ada di depan gerbang rumahnya.

"Mba Inka ya?" sapa si tukang ojek.

"Iya pak."

Di perjalanan, nampak air dari langit mulai turun membasahi bumi. "wah pak sudah mulai hujan nih," ucap Inka yang masih duduk di motor ojek online sambil menunggu lampu hijau menyala.

Sementara di samping motor yang Inka tumpangi, ada seorang pria didalam mobil yang tengah memperhatikan Inka sejak lampu jalan itu berwarna merah.

"Wah hujannya makin deres pak, sudah berhenti saja disini." Kata Inka dipertengahan jalan.

Inka dan tukang ojek online itupun menepi untuk berteduh disebuah halte. Tiba-tiba seorang pria keluar dari mobilnya menggunakan payung menghampiri Inka yang tengah sibuk memainkan ponselnya.

"Inka," sapa pria itu yang tak lain adalah Vino.

"Eh hai." Inka menjawab menengadahkan kepalanya.

"Ayo aku antar!"

"Tidak, terima kasih."

"Ayolah In, aku ingin mengantarmu."

Inka melihat jam dilengannya, sudah hampir terlambat. "Baiklah."

Vino memayungi dan membukakan pintu mobilnya untuk Inka. Di dalam mobil hening, kemudian Vino memulai percakapan "In, aku minta maaf."

"Untuk?" Inka menolehkan wajahnya ke arah Vino

"Untuk semua kesalahan yang aku perbuat padamu."

"Oh itu, sudahlah.. semua sudah berlalu." Pandangan Inka tetap lurus kedepan, berbeda dengan Vino yang sesekali menoleh ke arah Inka sambil tetap fokus menyetir.

"Sudah sampai," ucap Vino memberhentikan mobilnya didepan kantor Inka.

"Terima kasih." Inka menampilkan senyum manisnya, kemudian membuka pintu mobil itu untuk keluar, namun ternyata Vino menguncinya.

"Vin?" ucap Inka dengan nada rendah, meminta Vino tidak mengunci mobilnya.

Tiba-tiba Vino menggenggam tangan Inka dan memeluknya sambil berkata "aku merindukanmu."

"Vin, jangan seperti ini." Inka mencoba mendorong tubuh Vino.

"Aku mencintaimu, aku mohon kembalilah padaku." suara Vino begitu lirih terdengar di telinga Inka.

"Kamu yang meninggalkanku Vin."

"Iya benar, aku menyesal dan sangat menyesal. Sekarang aku memintamu untuk kembali." Vino mengendurkan pelukannya.

Inka tertawa tipis "enak banget ya kamu, dengan mudahnya meninggalkan aku, terus minta balik lagi? maaf Vin, aku paling benci penghianatan, kamu tau itu." Inka menepiskan pandangannya kesembarang arah.

"Aku minta maaf, terserah kamu mau hukum aku dengan cara apapun, aku terima In, asalkan kamu kembali padaku." Inka dan Vino saling bertatapan.

"Ku mohon." Telapak tangan Vino sudah menyatu didepan dadanya sambil merunduk dihadapan Inka.

Inka menjawab dengan gelengan "bagaimana dengan Adhis? bagaimana perasaannya Vin? kamu ga bisa mempermainkan kami." Suara Inka sudah semakin meninggi.

Vino meneteskan airmatanya, sungguh ini pemandangan langka. Baru kali ini Inka melihat Vino frustasi, biasanya dalam keadaan apapun Vino selalu terlihat tenang.

"Mungkin ini semua takdir Vin, sudah jalannya seperti ini dan kamu harus menerima." Ucap Inka menenangkan hati Vino.

"Mamaku tidak menyukai Adhis, beliau selalu menanyakanmu. Terlebih saat ini, mama tengah sakit."

"Mama sakit apa?"

"Lambung kronis, saat ini sedang dirawat di RS XY, apa kamu ingin menjenguknya?"

Inka mengangguk "aku mau, kalau begitu jemput aku sepulang kerja."

"Baik, terima kasih In." Wajah Vino langsung berseri dan mengecup punggung tangan Inka.

Inka keluar dari mobil Vino dan Vino langsung membuka kaca mobilnya dengan tersenyum "sore, aku jemput lagi ya."

Inka mengangguk dan berkata, "iya, hati-hati," sambil melambaikan tangannya.

Diseberang sana sudah ada Mario yang duduk di mobil sambil menikmati adegan didepan matanya.

'berani ya kamu In, berhubungan dengan lelaki lain dibelakangku,' gumam Mario.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!