Pagi hari shanum sedang menyuapi putranya di teras rumah, tiba-tiba mobil hitam berhenti di depan pagar rumah shanum.
"Mobil siapa itu?"
sebelum sempat berfikir lagi shanum kaget setelah seseorang itu membuka pintu mobil nya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, mas." jawab shanum dengan nada terkejut.
"Mas, kok gak ngabarin aku sih, katanya minggu depan pulangnya."
"Sayang, suami pulang seharusnya senang loh, di peluk kek, di cium kek, ini malah mengomel." jawab david dengan wajah cemberut.
"Mas sih, bilangnya pulang minggu depan, tau-tau udah nyempek sini, pantesan nomor hpnya gak aktif, bikin khawatir aja."
"Ya udah sih, sekarang kan udah disini, mau peluk gak nih?" tanya david dengan senyum manisnya.
Langsung aja shanum memeluk sang suami dengan menggendong rafael.
Malam hari, shanum sedang menyiapkan makan malam buat suaminya. setelah semua siap shanum memanggil suaminya di kamar, yang sedang tidur dengan putranya.
"Sayang, masih capek ya. ayo bangun sholat isyak dulu lalu makan, udah echa siapin makan malam. mumpung rafael masih tidur." ucap shanum membangunkan suaminya.
Echa. panggilan sayang dari David.
"Hemm, lima menit lagi ya cha." jawab david dengan nada suara beratnya.
"Ayo bangun, nanti baru tidur lagi, katanya kangen makan malam bareng." ajak shanum.
"Mas kangen nya makan kamu sayang." jawab david dengan nada menggoda.
"Apaan sih mas, ayo bangun. nanti makanannya keburu dingin loh." jawab shanum malu malu, dan langsung beranjak keluar kamar.
David bangun dari tidur nya, dia ke kamar mandi dulu untuk membersihkan diri dan lanjut melaksanakan sholat isyak, lalu menuruni anak tangga menyusul istrinya untuk makan malam. setelah makan malam selesai, shanum langsung mencuci piring kotornya. Tiba-tiba david datang dan memeluknya dari belakang.
"Mas, bikin kaget echa saja." ucap shanum.
"Echa sayang, cuci piring nya di lanju besok saja ya, mending kita kemar yuk." ajak david
"Piring kotornya sedikit kok, bentar lagi selesai, nanggung sayang." sahut shanum.
"Ayo cepetan, mas udah gak sabar pengen makan kamu sayang."
Shanum langsung berhenti mencuci piringnya, dan ia nampak memikirkan sesuatu.
*****
Di pagi hari setelah ia sarapan dengan suaminya, ia menyuapi rafael yang sedang berada di pangkuan ayahnya. shanum melihat suaminya yang sedang cemberut karena semalam gagal melakukan kegiatan yang sangat di inginkan David.
"Sayang udah dong marahnya, masak lagi nemenin rafael tapi mukanya cemberut sih. nanti rafa takut loh sama mas." ucap shanum sembari membujuk suaminya yang terlihat bete'.
"Sayang, aku gak marah. aku hanya sedih saja gak bisa buka puasa, padahal lama banget mas puasa, satu tahun. hemm ya udah deh gpp mas bakal nunggu dengan sabar." jawab david dengan memasang wajah tersenyum, padahal masih kecewa tidak dapat jatah. haha.
"Maafin echa ya mas, echa belum bisa jadi istri yang baik, echa gak bisa memberikan hak mas disaat mas ingin, maafin echa ya." jawab echa sambil menangis.
Ya allah kenapa aku harus marah sih, ini bukan salah istriku, ini salahku ninggalin dia disini dengan bayiku. Demi proyek, aku meninggalkan mereka disini tanpa perlindungan aku selama 1 tahun. bahkan aku melewati perkembangan bayiku, maafkan aku istriku, maafkan ayah nak, ayah terlalu egois. batin david
"Sayang, maafin mas ya. ini bukan salah kamu sayang, mas yang salah ninggalin kalian, mas janji nanti kalau ada kerjaan ke luar negeri lagi, mas gak bakal terima proyek itu, mas ingin menemani mu menjaga rafael, dan juga mendidik rafael, mas janji." ucap David sambil menghapus air mata shanum yang mengalir.
"Bukan gitu mas, ini udah pekerjaan mas, tanggung jawab mas juga. kalau ada proyek lagi ambil aja, kita mengerti kok sama pekerjaan mas, nanti kalau rafael udah besar mungkin kita yang akan nemenin mas kerja. gak harus meninggalkan pekerjaan mas juga, kita yang bakal nemenin mas, kalau boleh sih, hehe." jawab shanum dengan sedikit tersenyum
"Ya boleh dong istriku, jangan sedih lagi ya. gimana kalau minggu depan kita liburan, kita ke pantai yang ada villa keluarga kita, hari sabtu pagi-pagi sekali kita berangkat, nanti minggu sorenya pulang, yah anggap saja kita bulan madu lagi." ajak david dengan sedikit menggoda.
"Echa mau, gimana kalau kita ajak kak daniel juga. Enak ramai-ramai kan mas. ada mbak shinta sama reyshaka juga, pasti bakal seru." ajak shanum saat teringat dengan kakak iparnya yang selama ini selalu menjaga nya di saat David tidak ada.
"Sekalian aja ajak bapak sama ibu, biar mereka yang jagain cucu cucunya, kita pacaran aja. hehe." jawab david bercanda.
"Ya sudah nanti echa hubungi mbak shinta ya mas." ucap shanum.
"Sekarang aja sayang, biar mas yang jagain rafa mas kangen banget sama jagoan mas ini." ucap David sembari menciumi wajah mungil Rafael.
"Ya sudah, makasih ya sayang." ucap shanum tersenyum.
Shanum langsung menuju kamarnya untuk mengambil ponselnya untuk menghubungi kakak iparnya, mereka tinggal di kota yang berbeda, jadi harus ia harus mengabarinya lewat telepon.
Di tempat lain.
Daniel sedang menemani reyshaka yang sedang belajar menaiki sepeda, shinta istri daniel menghampiri suami dan putranya di taman dengan membawa kan mereka camilan.
"Pah, tadi shanum telepon mamah, minggu depan mereka ngajakin kita ke pantai." ucap shinta sambil meletakkan camilan dan minuman yang ia bawa.
"Terus, mamah jawab apa?" jawab daniel sambil menghampiri dan duduk di sebelah istrinya.
"Ya mamah bilang mau lah, karena mamah memang pengen ke pantai juga. tapi mamah juga bilang kalau mamah masih mau tanya dulu ke papah, gitu." jawab shinta menjelaskan tentang isi pembicaraan nya tadi dengan shanum lewat telepon.
"Nggak usah ikut ya, mamah kan lagi hamil besar, dua bulan lagi mamah lahiran, mending mamah istirahat di rumah dulu ya. " jelas Daniel membujuk isterinya.
"Papah kok gitu sih, mamah kan pengen jalan-jalan juga, justru sebelum mendekati lahiran mamah pengen jalan jalan dulu, sekalian berkunjung kerumah ayah, papah gak kangen sama orangtua papah sendiri, sama adik papah juga yang baru pulang dari luar negeri?" rayu shinta kepada daniel.
"Ya kangen lah, tapi itu bisa nanti setelah mamah lahiran baru berkunjung ke rumah ayah." Daniel tetap menolak ajakan shinta.
"Janji deh ini yang terakhir kalinya, mamah juga gak enak kalau gak jadi ikut, terlanjur bilang iya ke shanum." jawab shinta sedikit memohon.
"Ya udah, tapi mamah harus janji jangan terlalu kecapean, oke." seperti perkiraan shinta, suaminya tidak akan menolak keinginannya.
"Oke. siap pak bos." seakan mendapatkan undian, Shinta kegirangan sambil memakan camilan yang iya buat tadi.
Daniel tersenyum melihat tingkah istrinya, daniel mencintai istrinya meskipun dulunya ia terpaksa menikah dengan nya, namun sekarang mereka malah mempunyai buah hati yang sangat tampan dan saat ini mereka sedang menantikan kelahiran putra keduanya.
"Ya sudah nanti papah bantu mamah packing ya. sebelum kita ke rumah david, kita menginap di rumah ayah dulu." ucap Daniel.
"Iya sayang, makasih ya."
"Sama-sama." jawab daniel sambil mengecup kening shinta, dan lanjut bermain dengan reyshaka.
# Baru pertama kali mulai buat novel, maaf kalau berantakan 🙏🙏
Seminggu kemudian.
Siang hari saat teriknya matahari, dua keluarga kecil itu sudah sampai di villa, namun mereka memilih untuk beristirahat dahulu di kamar masing-masing, karena sore harinya mereka sudah memiliki rencana untuk berburu sunset di pantai.
dan saat malam hari tiba mereka akan mengadakan barbeque di halaman villanya.
Malam hari.
Shanum dan shinta sedang menyiapkan alat dan bahan-bahan untuk memanggang, terlihat mereka sedang mengobrol, dan tertawa bersama, sedangkan para suami sedang menemani anak-anak nya.
"Sebentar lagi udah ada si kecil ya mbak, udah di USG belum? dapet cewek apa cowok lagi ya kira-kira." tanya shanum dengan mengelus perut buncit kakak iparnya.
"Belum sha, mbak gak mau biar jadi kejutan aja nanti, cowok cewek yang penting sehat kan? terus kamu kapan nambah lagi?" tanya balik shinta.
"Shanum belum kepikiran mbak, kasihan rafa masih umur satu tahun, masih kecil. apalagi dia baru ngumpul dan baru merasakan kasih sayang dari ayah nya, satu tahun di tinggal merantau, biarkan saja dulu ayahnya fokus memberikan kasih sayang hanya untuk Rafael." jawab balik shanum.
"Sebenarnya aku juga kasihan sama bang rey, tapi mau gimana lagi, papahnya selalu pengen nambah, ya jadi inilah hasilnya, perut mbak jadi buncit lagi, hehe."
"Oh iya, mbak boleh minta tolong nggak?"
"Boleh mbak, memang nya mbak mau minta tolong apa?"
"Nanti kalau mbak gak ada, mbak titip abang rey sama kamu ya sha." sambung shinta lagi.
"Titip gimana mbak, mbak ini ada-ada saja deh." ucap shanum dengan bingung.
kenapa mbak shinta jadi ngomong gini sih. batin shanum.
"Ya kalau mbak lahiran pastinya lahiran dirumah sakit kan, sedangkan bang rey gak suka di rumah sakit, kata dia rumah sakit bau obat. tapi doain aja ya semoga mbak melahirkan dengan normal, supaya gak lama lama juga di rumah sakitnya, jadi bang rey gak perlu di titipkan ke kamu juga."
"Iya amin mbak, tinggal dirumah juga gpp, shanum seneng kok lagian rey kan keponakan shanum, pasti shanum jagain." jawab shanum mengiyakan ucapan Shinta, Gimana shanum jagain reyshaka, kalau jarak rumah mereka saja jauh. pikir shanum.
"Terimakasih." ucap shinta sambil mengelus pelan lengan shanum
"Makasih buat apa mbak, shanum belum ngelakuin apa-apa, bilang terimakasih nya nanti saja ya."
"Ya gak papa kali, nanti malah gak sempet bisa-bisa kelupaan."
hemm aneh lagi kan. ya allah kenapa perasaanku jadi gini ya. batin shanum lagi.
"Hem ya sudah, sama-sama mbak." jawab shanum dengan membuang jauh-jauh pikiran jeleknya.
Mereka melanjutkan acaranya dengan sangat gembira, jarang jarang mereka ngumpul-ngumpul kayak gini, selain melepas rasa penat karena pekerjaan, mereka juga melepas rasa rindu yang sudah terpendam lama.
selesai acara, mereka pun kembali ke kamarnya masing masing, karena reyshaka, dan rafael sudah tertidur pulas.
Di dalam kamar shanum dan david, mereka baru menyelesaikan aktivitas suami istri. mereka terlihat kelelahan, untung saja Rafael tidurnya pules banget, jadi tidak mengganggu aktivitas mereka.
"Cha, makasih ya selama ini udah sabar nungguin mas." ucap david sambil memeluk shanum.
"Iya mas, ini udah kewajiban echa sebagai isteri mas David, echa malah bersyukur mas masih setia dan ingat pulang, echa sayang banget sama mas, mas jangan pernah tinggalin echa sama rafael ya." ucap shanum.
"Iya sayang, mas gak bakal ninggalin kalian, mas juga sangat mencintai kalian, sampai ajal menjemput mas." ucap david sambil mencium kening shanum, perlahan david terus menjelajah mencium leher shanum, akhirnya mereka kembali melakukan aktivitas seperti sebelumnya.
Alhamdulillah ya allah, engkau berikan aku suami yang baik, setia dan juga bertanggung jawab, makasih mas udah setia sama shanum, shanum sayang banget sama mas. ucap shanum dalam hati sambil memandangi wajah teduh suaminya yang terlelap.
*****
Pagi hari shanum dan shinta sedang memasak bersama, sedangkan para suami seperti biasa, mereka yang mengambil alih untuk menjaga putranya.
"David, bagaimana proyek kamu di luar negeri?" daniel memulai obrolannya pagi itu.
"Alhamdulillah lancar kak, malah lebih cepat dari target david untuk menyelesaikan nya, dan Alhamdulillah mereka puas." sahut david bangga.
"Alhamdulillah, semoga hasil kerja keras mu ini tidak sia-sia." jawab daniel tersenyum.
"Iya kak terimakasih, david juga ingin seperti kakak, sukses karena hasil kerja keras sendiri." ucap david pada daniel.
"Iya kakak akan selalu mendoakan mu, kamu tidak perlu sungkan jika kamu butuh bantuan kakak." sahut Daniel.
"Iya kak, itu pasti. dan terimakasih juga karena selama ini kakak udah jagain keluarga david." ucap David lagi.
"Iyalah, isteri dan anakmu juga keluarga kakak, pasti kakak selalu menjaga mereka untuk mu." balas daniel.
"Iya sekali lagi terimakasih kak."
"Hanya terimakasih aja nih?" daniel mulai menggoda adiknya lagi.
"Terus kakak mau apa, apa kakak ingin minta tolong david lagi, untuk mencari keberadaan cinta pertama kakak itu!"
"Pelan kan suara mu david, nanti bisa kedengaran kakak ipar mu." Ucap daniel menyuruh david agar tidak terlalu keras bicara.
"Haha, ternyata kakak takut juga ya sama istri kakak." ejek david.
"Bukan takut, kakak cuma mau menjaga perasaan dia saja, dia lagi hamil bawaan nya sensitif terus." jawab david sambil melirik ke arah dapur.
"Iya maafin david kak, David gak nyangka anak kakak udah mau dua ya." ucap David sambil melihat ke arah anaknya yang sedang bermain.
"Iya makanya cepet nyusul, kamu harus lebih giat lagi tempurnya, biar cepat jadi juga." lagi lagi daniel menggoda adiknya.
"Iya, kalau sudah waktunya kami pasti akan menyusul."
"Kak, gimana kalau nanti sore kita pulangnya kerumah ayah, david jadi pengen ngumpul bareng kayak dulu." ajak david pada daniel.
"Iya kakak kan emang mau kerumah ayah, sekalian kita nginep aja, gimana?"
"Siap. Kita bisa nostalgia disana." sahut David.
"Ya udah nanti habis sarapan kita ke pantai, terus istirahat. sorenya pulang ke rumah orangtua kita."
"Iya kak." jawab david.
Alhamdulillah akhirnya aku bisa ngumpul lagi sama keluarga ku, setelah sekian lama aku jauh dari mereka, ya allah jangan ambil kebahagiaan ini dari ku. batin david.
Hari sudah mulai petang, saatnya mereka untuk kembali pulang.
Mereka sudah berada di jalan dengan menggunakan satu kendaraan, david yang mengemudi dengan daniel yang berada di samping kursi kemudi.
Sedangkan istri dan anaknya berada di kursi tengah.
Jarak dari rumah pak Aditya dengan villa tadi menempuh waktu selama 6 jam.
Pada saat di tengah jalan mobil yang mereka kendarai mengalami kecelakaan. Beruntung jalan yang mereka lalui tidak terlalu sepi, jadi masih banyak orang yang berbondong bondong untuk membantu mereka dan membawanya kerumah sakit terdekat.
Dirumah sakit Pak Aditya dan Ibu Rosiana datang, mereka adalah mertua shanum. Yang tak lain adalah orang tua david dan daniel.
Saat pintu ruang ICU terbuka, mereka langsung menghampiri dokternya.
"Dokter, bagaimana keadaan mereka anak-anak dan cucu saya?" Tanya pak Aditya pada dokter itu.
pak aditya bisa membaca dari raut wajah dokter itu, bahwa ada yang tidak biasa.
"Jawab dok, apa mereka baik baik saja?" tanya pak Aditya lagi.
"Cucu bapak baik-baik saja, tapi?"
"Saya harap bapak tenang dulu, saya sudah melakukan yang terbaik, tapi maaf kami tidak bisa menyelamatkan kan salah satu putra bapak, beliau sudah tiada saat di tempat kejadian, saya harap bapak ikhlas." jawab dokter itu.
Deg!!
Seakan jantung nya sudah berhenti berdetak, dan seketika pak aditya langsung membisu dan mengeluarkan air matanya. Sedangkan dokter tadi dengan sigap menangkap ibu rosiana yang terjatuh pingsan, dan segera menyuruh suster membawanya ke ruangan lain.
Setelah lama meluapkan kesedihannya, pak aditya mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk masuk ke ruang ICU, terlihat daniel sedang menangis di depan jasad adiknya. Pak aditya berusaha kuat dan tegar melihat kenyataan ini, bahwa putra bungsu nya sudah tiada.
David kau benar benar meninggal kan ayah nak, padahal baru kemarin kita bertemu, kenapa kau tega sekali meninggalkan keluargamu, istri dan juga anak mu. batin pak aditya.
"Daniel, yang sabar nak, kamu harus kuat. " ucap pak aditya menghampiri daniel yang tengah menangisi adik kesayangannya.
"Ayah kenapa dia tega sekali meninggalkan kita, kenapa dia suka sekali merepotkan daniel, dulu dia meninggalkan istrinya yang baru saja melahirkan, daniel yang udah bertanggung jawab menjaga keluarganya untuk dia. dan sekarang apa ini? dia malah meninggalkan kita untuk selamanya yah. David ayo bangun lah, ingat isteri dan anakmu sedang menunggu mu." ucap daniel meluap kan kesedihan nya.
"Daniel, kamu harus bisa mengikhlaskan adikmu, mungkin ini sudah takdirnya, allah lebih menyayangi adikmu, kamu harus ikhlas nak." ucap pak aditya menenangkan daniel.
"Ayah, lihat lah si pendiam ini, dia malah tersenyum melihat ku yang sedang menangisinya." daniel masih menangis melihat jasad adiknya yang tersenyum.
"Berarti dia sudah bahagia nak." ucap pak aditya.
"Baiklah jika kamu bahagia, perlu kamu ketahui kakak sangat menyayangi mu david. Kamu yang tenang disana ya, kamu jangan tidak perlu khawatir juga, kakak akan menjaga orang tua kita dengan baik, bahkan kakak juga akan menjaga istri dan anakmu." Cup. daniel mencium kening adiknya untuk yang terakhir kalinya dan segera menghapus air matanya.
"Daniel apa kamu sudah merasa lebih baik nak?" tanya khawatir ayah daniel.
"Daniel tidak apa apa yah." jawab daniel yang juga menenangkan ayahnya, daniel tau kalau ayahnya juga sedih dan rapuh, tapi beliau mencoba agar terlihat kuat.
"Lalu isteri dan adik ipar mu, mereka berada di kamar sebelah mana? dan bagaimana keadaan mereka?" tanya ayah daniel.
"Shinta dan shanum masih belum sadar yah, ayo kita lihat ke adaan mereka." ajak daniel.
Ditempat lain.
Ibu rosiana yang sudah sadar sekarang berada di kamar shanum yang masih memejamkan matanya, shanum kembali tidak sadarkan diri setelah mengetahui kabar tentang suaminya. Sedangkan shinta juga belum sadar kan diri, Ibu rosiana sedang berusaha menenangkan cucu cucu nya, sebenarnya beliau juga sedih dan rapuh seperti suaminya, namun beliau berusaha terlihat kuat dan tegar, demi menantu dan juga kedua cucunya.
"Ibu, ibu tidak apa-apa?" tanya daniel pada ibunya
"Ibu baik-baik saja nak." jawab ibu daniel.
Ibu mana yang tidak sedih disaat kehilangan putranya, ibulah yang paling sakit nak. batin ibu rosiana menangis tapi beliau tetap berusaha tegar.
"Sebaiknya kamu temani istrimu, shanum dan anak-anak biar ibu dan ayah yang menjaganya." ucap ibu daniel
"Iya bu, nanti kalau shanum sudah sadar kita segera makam kan jasad david, kasihan jika terlalu lama di biarkan." jawab daniel
David sedang menghampiri brankar shanum.
"Sha, kamu yang kuat ya, kamu ikhlaskan suami mu, kamu harus bisa bangkit, kasihan rafael, dia juga membutuh kan mu, kamu harus bangun." ucap daniel tepat di telinga shanum.
Seakan mendengar kata kata daniel, shanum langsung membuka matanya, dan dia kembali menangis histeris, daniel langsung memeluk dan menenangkan shanum.
"Kamu yang tenang ya, kamu harus ikhlas, kasihan david. Saat ini dia hanya butuh doa dari kamu sha, ada rafael juga yang harus kamu pikirkan, sekarang kamu tenangkan dirimu dulu, kalau kamu sudah merasa lebih baik, kita bawa pulang jasad david dan mengantarkan dia ke tempat peristirahatan nya yang terakhir." ucap daniel, setelah itu melepaskan pelukannya.
"Ibu, daniel mau ke ruangan shinta dulu, setelah itu daniel urus pemakaman david. "
"Iya nak, kamu harus kuat ya." ucap ibu daniel sembari memberi daniel dukungan.
"Ya sudah kalau gitu, ayah ke ruangan david dulu ya bu, ibu tolong jagain shanum dan anak-anak." pinta ayah daniel.
Jasad david akan di makam kan di TPU dekat rumah orangtua nya, karena shanum ingin suaminya di makam kan di mana suaminya di lahir kan.
Di makam david, shanum hanya membisu menahan air matanya agar tidak terjatuh, ia melihat tubuh suaminya perlahan di tutupi oleh tanah, setelah semua selesai dan orang-orang pun sudah mulai menghilang, tinggal lah shanum sendiri di makam itu.
"Mas, shanum masih tidak menyangka, secepatnya mas meninggalkan kita, padahal baru beberapa hari kita bersama, bahkan mas udah janji sama shanum, untuk selalu menemani shanum merawat putra kita.
shanum minta maaf ya mas, jika selama shanum menjadi istri mas, shanum banyak sekali melakukan kesalahan, dan shanum janji akan merawat dan membesarkan buah hati kita, dengan seluruh kasih sayang yang shanum miliki, agar nanti putra kita tidak merasa kekurangan kasih sayang dari ayah nya. Mas yang tenang ya disana, tunggu shanum di sana ya sayang. " ucap shanum di depan makam suaminya.
"Shanum pulang dulu, nanti shanum kesini lagi membawa rafael, assalamualaikum mas." ucap shanum dan berlalu meninggalkan makam suaminya.
Sesampainya dirumah mertuanya, shanum mendapat kabar dari pembantunya, kalau keadaan shinta kritis. Dengan tergesa-gesa shanum langsung menuju ke rumah sakit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!