Namaku Alexandra Narnia, umur 20 tahun. Diusiaku ini aku sudah menyelesaikan menyandang gelar sarjana akuntansi, jadi namaku sekarang Alexandra Narnia S. Ak. Aku lulusan terbaik Universitas Negeri di kota yang sering orang kenal sebagai kota pelajar, dan aku asli lahir di sana. Cerdas, sudah pasti pintar, itulah aku, terbukti singkatnya pendidikan yang aku jalani, bahkan selama 3 tahun kuliah, aku didapuk menjadi asisten dosen. Kulit kuning langsat dan wajah yang manis, kata orang sih.... hehehe, namun tubuh yang 150cm, membuat teman-teman menjulukiku " bonsai". Padahal ayah dan ibuku memiliki tinggi badan yang ideal. Mereka bilang aku nurun nenekku yang pendek. Tapi ya sudahlah, mau diapain lagi.
Alexandro Hutomo, CEO di tempat seharusnya aku bekerja, tinggi 180cm, tampan, mapan dan berwibawa, satu lagi yang aku dengar, katanya dia itu dingin alias cool, tapi buatku itu bohong, karena bersamaku dia sangat cerewet dan karena ulahnya juga aku harus menjadi pembantu di rumahnya, menyebalkan bukan?! Dia itu alumni di kampusku, maka dari itu ia selalu meminta lulusan terbaik di kampus kami untuk bekerja di perusahaan miliknya, dan tahun ini aku yang mendapat kesempatan itu.
Joya H. itu yang aku tahu dari perempuan berparas cantik, berumur 20 tahun, dengan tinggi 165cm, saat ini ia kuliah satu tempat denganku dan tinggal di rumahku. Sebenarnya dia bukan orang tidak mampu, sangat mampu malah, tetapi sifatnya yang sederhana dan supel membuatnya memilih tinggal di rumah kami yang sederhana, ia bagaikan saudara bagiku.
Januardi dan Lestari adalah nama kedua orang tuaku, mereka adalah pengajar di sekolah swasta terkenal di kota kami. Itulah kenapa aku bisa menjadi cerdas dan jenius. Tapi sayang, ibuku harus kembali ke yang Mahakuasa, setelah kanker merongrong tubuhnya. Tapi itulah hidup, pada akhirnya semua harus kembali, seberapa besar kita menolak, tapi jika sang pencipta berkehendak, kita bisa apa, selain harus ikhlas.
Charles Ludwigis, dia pacarku saat ini, anak dosenku. Cuma dia yang mau mendekatiku selain Joya sahabatku. Mau tahu kenapa? karena aku sudah bak dosen, setiap pak Jepri ada keperluan, maka aku yang menggantikan tugas beliau, hebatkan aku. Maka dari itu, mahasiswa di sana enggan berteman denganku.
Ada mama Risma dan Dwijaya Hutomo sebagai orang tua Alex, begitu nanti dia dipanggil, terus ada pak Jepri, Dosen sekaligus direktur di kampusku. Bu Lela, HRD di perusahaan Alex dan Jeslyn, Sekertaris Alex, yang terakhir Reno sang asisten tampan menawan.
Ok, itulah para tokoh dicerita kali ini, semoga suka.
Jangan lupa kasih like, comen, dan vote biar bisa terus up.
Ini cerita hanya receh, buat sekedar hiburan, jika nanti ada kata yang kurang berkenan, otor yang amatiran ini minta maaf.
Segitu dulu, perkenalan kali ini, cuz lanjut baca, biar tambah kenal sama mereka, dan bisa tertawa, nangis bareng.
Akan otor usahakan untuk up setiap hari, minimal satu bab, jadi ayo masukkan daftar favorite ya... biar bisa ngikutin kisah mereka.
Minta comennya yang membangun ya, karena yang hobby membaca adalah inspirasi buatku terus berkarya, ya walaupun hanya cerita receh. Siapa tahu masukan kalian bisa jadi ide baru buat otor menulis, karena menulis itu susahnya kalau lagi buntu.
Semoga terhibur, salam sehat dari author amatiran yang harus banyak belajar.
~ Fillia ~
Aku tersentak mendengar dering handponku. Ku raba-raba sekitar bantal, namun bukan Hp yang kupegang tapi wajah Joya, yang seketika menepis tanganku yang meraup penuh wajah cantik miliknya.
" Apa-apaan sih " Joya mendengus kesal, " Hp loe ada di sono noh " telunjuk Joya pada meja samping tempat tidur di sebelahku, sontak ku ikuti arah tangannya. Benar saja, benda itu ada di sana.
" Halo " jawabku
" Dengan saudari Alexandra Narnia benar "
suaranya halus bener yak, batinku.
" Iya, betul. Ini siapa, dan dari mana ?" suaraku
sengaja ku buat se-alus mungkin agar terdengar sopan, mengingat aku adalah asdos di kampus, tentu saja aku harus menjaga repustasi.
" Kami dari EJ Hutomo tbk mbak, memberitahukan bahwa hari ini anda harus hadir di kantor kami untuk interview. Anda juga harus membawa serta CV anda mbak " .
" Apa.. jadi saya diterima kerja mbak? " teriaknya spontan.
" Sesuai dengan kesepakatan perusahaan dengan kampus anda mbak, bahwa setiap lulusan terbaik maka mendapat peluang untuk bekerja di perusahaan kami "
" Yes... " soraknya.
" Siap mbak, jam berapa saya harus datang?"
" Sebelum makan siang, anda harus sudah ada di sini ".
" Baiklah, saya pastikan saya tepat waktu. Terima kasih "
" Kembali ".
Sambungan terputus.
" Joya......" Xandra menggoncang seonggok
tubuh manusia yang masih terbungkus selimut, dengan bantal menutupi telinga. Namun bukan Xandra jika suaranya tidak bisa memekakkan telinga. ( ini hanya berlaku jika dia ada di rumah, tidak di kampus ya, karena jika di kampus Xandra akan berubah menjadi killer abis.. next lanjut )
" Hem...."
Reaksi Joya diluar ekpetasi, namun sejurus kemudian Xandra melotot jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh, dengan sigap dia menyambar handuk dan berlari ke kamar mandi.
30 menit kemudian
" Be Xandra berangkat " ditempelkannya pipinya pada kedua pipi sang Babe dan berakhir pada tangan.
" Hati-hati, setelah sampai cepat kasih kabar. Maaf ayah tidak bisa hantar, karena ayah ada jadwal mengajar. Joya tolong antar Xandra ya " pinta Babe.
" Siap Be, kalau begitu kamu berangkat dulu "
Pukul 10:00, pesawat yang ditumpangi Xandra sudah mendarat di bandara Sokarno-Hatta, dan menurut perkiraannya butuh waktu 30 menit untuk sampai di kantor.
" Naik taksi aja kali ya" gumamnya.
Beruntung taksi selalu standby di sana, jadi begitu keluar, Xandra tak harus keluar untuk mendapatkan kendaraan itu.
" EJ Hutomo tbk ya pak " ucapku pada sang supir taksi.
" Siap mbak "
Mobilpun melaju sesuai alamat yang ditujukan oleh Xandra.
" Terima kasih pak "
Xandra turun dari taksi tepat di depan gerbang kantor, namun naas tak dapat dihindari, tas yang ia selempangkan di bahu, tiba-tiba diserobot oleh pengendara motor yang berjumlah dua orang.
" Jambret.... jambret... tolong "Xandra berteriak-teriak meminta tolong. Beberapa orang mencoba membantu mengejar namun masih kalah cepat, jambret lolos dan tasnya raib.
" Lalu bagaimana nasibku " Xandra lemas seketika, dan ia ambruk begitu saja, beruntung beberapa orang masih berdiri di situ, dan dengan sigap membawa Xandra untuk duduk di dekat pos satpam.
" Sabar ya dek, mungkin belum rejeki "
Seorang satpam dengan name tag Satrio mencoba menghiburnya.
" Tapi semua dokumen saya ada di dalam tas tadi pak. Dan saya datang dari jogja untuk interview. Tapi jika kartu identitas saya hilang, apa mungkin saya masih bisa diterima
bekerja di sini pak " keluh Xandra.
Pak satpam berpikir sejenak, kemudian terlihat manggut-manggut.
" Akan coba saya bantu dek, nanti biar saya yang ngomong sama bu Lela, dia kepala HRD di sini " Satrio memberi solusi.
" Benar begitu pak, terima kasih banyak " ucap Xandra.
" Sama-sama dek "
" Akan selalu ku kenang jasa bapak, jika saya berhasil, saya akan berikan separuh gaji saya pada bapak " janji Xandra pada sang satpam.
" Jangan begitu dek, saya hanya membantu sesama yang lagi kesusahan "
Dan begitulah akhirnya Xandra menggantungkan nasibnya pada seorang satpam di kota yang baru pertama kali diinjaknya.
Benar saja, dengan bantuan pak Satrio, kini Xandra duduk depan seorang wanita semok dan seksi, kalau dilihat-lihat bodynya mirip kayak artis yang biasa disebut kanjeng momok, persis, apalagi dengan kaca mata bulat bertengger dihidungnya yang masuk ke dalam, benar-benar seperti pinang di belah kampak, tapi saat melotot mampu membuat Xandra bergidik ngeri.
" Bagaiman kami bisa percaya bahwa anda adalah Alexandra Narnia, sedangkan kartu indentas saja anda tidan bisa menunjukkannya."
" Sudah saya bilang bu, tas saya di jambret, pak Satrio juga tadi sudah menjelaskannya bukan? bahkan kejadiannya di depan gerbang kantor, apa itu belum cukup menjadi bukti bu?" Xandra benar-benar saat ini.
" Bisa saja itu akal-akalan saja, karena jaman sekarang banyak orang yang melakukan tipuan untuk mencapai tujuan". Bu Lela benar-benar keras kepala.
" Tapi saya bukan penipu bu " tatapan memelas Xandra, ternyata tak bisa meluluhkan hati bu Lela.
" Jika tidak ada bukti bagaimana saya bisa percaya".
Xandra terdiam sejenak, memikirkan cara yang sekiranya meyakinkan.
" Tadi pagi ibu menelpon nomor hp 08xxxxxx, dan itu nomor saya "
" Mana Hp anda, agar saya percaya itu nomor anda " Jawaban bu Lela benar-benar kritis, pantas dia dijadikan kepala perekrutan karyawan di perusahaan yang memiliki tingkat berapa ya... Xandra mencoba menghitung, namun pikirannya kini harus kembali fokus pada masalah hari ini.
" Lalu saya harus bagaimana bu" .
Xandra benar-benar frustasi, sedangkan bu Lela hanya menggeleng tanda bahwa dia juga tidak tahu.
" Anda kenal pak Jepri, direktur utama universitas U*M ?" kali ini Xandra mencoba menggunakan jurus terakhirnya.
" Hampir semua pelajar yang akan masuk ke Universitas itu mengenal beliau, bahkan namanya juga terpampang pada brosur penerimaan mahasiswa baru saat akhir tahun pelajaran, lalu apa masalahnya dengan anda? "
" Saya minta tolong, hubungi beliau, beliau pasti kenal dengan saya, karena saya asisten beliau.
" Maaf mbak, kami tidak bisa sembarangan dan dalam hal ini "
Xandra bingung, bagaimana membuktikan bahwa dia adalah Xandra pada wanita gendut dihadapannya ini.
" Mbak, waktu anda sudah habis. Masih banyak yang mengantri untuk interview. Silahkan ".
Xandra kesal, apalagi saat tangan wanita gemuk itu menunjuk pada pintu keluar ruangan, dan itu pertanda ia harus keluar dari ruangan ini.
" Terima kasih bu Lela, saya akan selalu ingat kejadian hari ini sebagai hari tersial dalam hidup saya, dan akan selalu mengingat anda... dasar gendut.... upss.... sorry "
keceplosan juga ini mulut, haduh harus segera pergi dari sini.
" Dasar, manusia aneh, sudah tidak jelas asal usulnya, berani menghina saya. Rasakan ini "
Sebuah sepatu berhak tinggi milik bu Lela melayang, mengejar Xandra yang secepat kilat keluar dari ruangan itu, menghindari tumit lancip sepatu milik bu Lela yang juga menyusulnya, berlari dengan susah payah karena daging yang menggantung juga ikut bergerak mengelendotinya, dan itu memudahkan Xandra untuk berlari lebih kencang dan...
" Ouch " sebuah pekikan terdengar nyaring tepat dihadapannya. Seketika decitan sepatu yang ia gunakan berdecit bak rem cakram mobil baru keluar dealer.
" Alamak, mati aku.... " Xandra menepuk keras jidatnya, melihat seorang pria dengan mata hampir copot dan jidat yang memerah akibat tertimpuk sepatu.
Bu Lela hampir menjangkau Xandra, dengan satu sepatu yang masih di tangan, Xandra menyadari itu. Dengan ancang-ancang ia akan kembali mengambil langkah seribu kabur dari situ.
Set...
Namun cekalan pada lengannya tak mempu meloloskan kedua kakinya untuk berlari, alhasil dia hanya seperti jalan ditempat.
Dan suara bu Lela sontak membuatnya diam seketika.
" Astaga... maaf Pak saya tidak sengaja, saya hanya.... "
Bu Lela menunduk, pelan-pelan kakinya menggeser sepatu yang telah berhasil mendarat sempurna dilapangan jidat atasannya, diiringi tatapan tajam setajam silet.
" Keruangan saya "
Suaranya yang bas, dan tegas, membuat bu Lela mengikuti atasannya masuk keruang pria itu, entah siapa dan apa jabatan pria ini, sehingga bu Lela yang garang begitu patuh hanya dengan sekali perintah.
Xandra pun kini pasrah digelandang mengikuti tangan yang masih menyeretnya siap menjadi terdakwa.
Dan saat sampai di ambang pintu, mata Xandra hampir menggelinding membaca plakat pintu bertuliskan
RUANG DIREKTUR UTAMA
" Alamak, mati aku... "
Sekali lagi ia menepuk jidatnya
Coba beri tanda jika kalian hadir dengan like, dan vote buat karya recehan agar bisa up rutin
Salam ~ Fillia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!