NovelToon NovelToon

Gadis Pembayar Hutang

Naziya Almahyra.

Ziya Almahyra, itulah nama gadis yang kini sedang bahagia. Diusianya yang menginjak 22 tahun. Dia sangat bersemangat belajar dan belajar, hingga tak terasa internship nya telah selesai. Hari ini dia akan pulang ke tanah kelahirannya. Setelah berbulan bulan berada di daerah yang lumayan terpencil.

Ziya membayangkan sebentar lagi cita citanya akan terpenuhi, memiliki klinik sendiri dan membantu sesama. Gelar dokter dan STR(Surat Tanda Registrasi)sudah dia kantongi tinggal mengurus surat lamaran pekerjaan agar bisa menabung lebih banyak.

Program internship adalah program yang dikelola oleh Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) yang mana terdiri dari Kementerian Kesehatan, PB IDI, Kolegium Dokter Indonesia, ARSADA, dan AIPKI. Oleh komite ini, rumah sakit dan puskesmas yang dijadikan wahana internship tersebut mesti di-survey kelayakannya terlebih dahulu. Pendamping pun juga sudah dilatih oleh KIDI dan mendapatkan akreditasi dari Kemenkes.

Ziya merasakan tubuhnya yang letih, tapi rasa bahagianya mengalahkan itu semua. Mengingat perjuangan selama ini tinggal selangkah lagi.

Ziya melihat jam ditangannya sebentar lagi waktu sholat ashar dia berfikir bisa membersihkan badan dan melepas penat disana. Jarak antara rumah dan tempatnya berdiri masih dua jam. Dia memberi kabar kepada pak Agus supir keluarga nya untuk menjemput.

Diperjalanan Ziya berencana untuk beristirahat sejenak. Rasa lelah membuatnya mengantuk.Tak berapa lama mobil berhenti mendadak. Hingga Ziya kejedot kursi depannya.

"Ada apa pak." Ziya bertanya dengan memegang kepalanya, rasa kantuknya hilang seketika.

"Maaf neng, maaf itu neng, didepan ada yang jatuh dari motor"

"owhhh"!!

Ziya langsung sigap membuka pintu mobilnya dan diikuti oleh pak Agus. Semua kendaraan pun nampak berhenti. Kerumunan orang belum begitu banyak hingga memudahkan Ziya untuk menerobos nya.

Terlihat satu orang gadis berusaha berdiri. Dengan sigap Ziya membantunya.

"Ayo aku bantu" seraya memapah gadis itu."Pak tolong ambilkan tas hitam saya pak, dan juga minuman". Perintah Ziya yang ditujukan pada pak Agus.

"Abang" Ucap si gadis yang ditolong Ziya sambil menunjuk.

Beberapa orang menolong seorang laki laki yang tertimpa motor. Tapi saat laki laki tersebut mencoba berdiri,dia menjerit kesakitan. Ziya mendekat melihat apa yang terjadi.

Dengan sigap Ziya melakukan tindakan reduksi, untuk mengembalikan tulang yang bergeser kembali pada posisi normalnya.

"Coba digerakkan sedikit demi sedikit tuan, apakah masih sakit?"

Dengan perlahan laki laki itu menggerakkan kakinya dengan tetap duduk.

"Terima kasih nona, sudah baik tapi masih sedikit ngilu"

"Baiklah, bisakah anda coba berdiri aku akan membantu mu agar tidak menghalangi jalan" Ziya memegang lengan pria itu lalu yang sebelah dibantu juga oleh orang lain, mendekati gadis yang pertama kali ditolong Ziya.

"Terima kasih" Ucap pria yang ditujukan oleh kedua orang yang membantunya.

Ziya hanya mengangguk "Neng, ini tas yang neng minta" Agus menyodorkan tas yang berisi obat dan alat medis milik Ziya.

"Nona, kemarikan tanganmu, aku akan mengobatinya." dengan cekatan Ziya memberikan pertolongan pertama pada gadis itu. Pertama dia membersihkan luka dengan cairan khusus setelah itu mengoleskan obat lalu dibalut kain kasa.

"Luka dilenganmu ini cukup dalam nona, setelah ini segera bawa kerumah sakit. Agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif dan anda juga tuan"

"Terima kasih kak! namaku Fathiya Nasyita B, Panggil saja Syita." Mengulurkan tangannya sambil menahan sakit.

"Jangan banyak digerakkan dulu Syita, aku Naziya Almahyra panggil saja Ziya!" Menerima uluran tangan Ziya sambil tersenyum.

"Ini abangku namanya Aditya DB" Ziya mengernyit, namanya mirip penyakit saja DB batin Ziya. Senyum terukir di bibir Ziya.

"Kenapa senyum kak"

"Ah tidak! ini sudah selesai semua." Ziya melepas tangan kiri Syita pelan.

"Dimana rumah kalian, apakah kalian mau saya antar pulang atau kerumah sakit dahulu untuk penanganan lebih lanjut?" Tawar Ziya. Motor Aditya nampak lecet tapi tak terlalu parah.

"Tidak, kami pulang sendiri saja" Ucap Aditya menyahut.

Oke!" ucap Ziya

"Terima kasih kak" ucap Syita diikuti anggukan Ziya.

Terlihat kerumunan orang berkurang. Nampak dua polisi datang, tapi Ziya sudah berada di mobil, sedangkan korban kecelakaan dan beberapa saksi nampaknya memberikan beberapa informasi yang dibutuhkan pihak polisi.

Ziya kini sampai dirumahnya. Disambut antusias oleh sang ayah.

"Ayaaaah" Ziya memeluk erat ayahnya selama berbulan-bulan hanya berkabar lewat medsos bahkan terkadang pesan yang disampaikan Ziya telat karna tempatnya yang terpencil.

"Bu dokter cintaku sudah pulang to, bagaimana perjalanan nya lancar saja kan"

"Iya ayah semua berkat doa ayah,terima kasih ayah" Ziya mengecupi tangan dan pipi ayahnya bergantian.

"Dimana kak Nabila yah!" Celingukan cari kakaknya. Ayahnya malah menarik nafas lalu menghembuskan kasar seperti sedang frustasi.

"Biasakan kakakmu selalu keluyuran bersama teman temannya, susah sekali menasehati kakakmu dia semakin menjadi".

"Ayahhh" Ziya akhirnya tidak bertanya lagi tapi menekan bahu ayahnya menguatkan.

"Sudahlah sana kamu mandi dulu, abis itu kita makan malam" Sang ayah berusaha tersenyum. Nampak wajahnya semakin bertambah kerutan karna usia.

"Baik ayah, aku kekamar dulu meletakkan barang-barang"

Ayahnya mengangguk tanda setuju.

~

~

Aditya dan Syita kini sampai rumah dengan diantarkan mobil polisi. Setelah motor diturunkan dari mobil polisi dan berucap terima kasih.

Semua orang tau siapa keluarga Bagaskoro, keluarga kaya raya yang memiliki beberapa perusahaan yang bergerak dibidang properti dan rekonstruksi bangunan. Usaha mereka dimulai sejak Bagaskoro kakek buyut Aditya yang menjadi makelar tanah. Lalu diteruskan kakek menurun lagi Ayah Aditya, hingga mampu berkembang dan mendirikan gedung perkantoran, bahkan bisa membuka cabang diluar kota.

Diteruskan lagi oleh Aditya, berkat kelihaian dan kerja keras Aditya saat ini sudah sampai di seluruh Indonesia.

Aditya nampak tertatih tatih menahan kakinya yang masih terasa ngilu jika digunakan jalan. Tapi hanya itu yang dia dapat.

Syita mengekor di belakangnya. Luka dimuka tak seberapa karna Syita memakai helm. Banya saja dia tidak memakai jaket akhirnya lengannya pun tergores aspal.

"Kalian kenapa?" Ucap Maya ibu dari Aditya dan Syita. Ayah mereka Denny ikut penasaran tapi diam saja. Maya berdiri dan menghampiri anknya memeriksa satu persatu.

"Kalian kenapa" Ulang Maya karna belum juga mendapatkan jawaban.

"Jatuh dari motor ma, tadi ada yang menyenggol motor kami" Syita mengadukan kejadian tadi.

"Lalu!" Denny kini yang bertanya.

"Kami jatuh lah, yang nabrak kenceng banget dari belakang. Sepertinya terburu buru. Kamipun tak sempat lihat plat nomernya".

Syita sangat kesal karena pengendara mobil yang ugal ugalan tadi membuat nya terluka.

Maya memeriksa anaknya dengan detail. Aditya yang tak tahan berdiri, jalan dengan pincang duduk di sofa menyandarkan kepala dan menaikkan kedua kakinya.

"Kenapa jalanmu seperti itu Dit?"

"Abang tadi terkilir ma...! untung ada kakak cantik yang tolongin kami. Sepertinya dia seorang dokter".

Maya malah mengernyit."Apa kalian sudah kedokter?"

"Ya belum sempat lah ma...tapi kakak cantik tadi sudah merawat luka Syita. Dia juga memberikan obat pada kami tadi. Setelah itu kami diantar pak polisi".

"Lha mana polisinya"

"Mereka langsung pulang pa...ada tugas yang harus mereka kerjakan katanya". Syita nerocos menjawab setiap pertanyaan papa dan mamanya.

"Baiklah, kalian istirahat dulu sana, mama akan telpon dokter Marcell agar memeriksa kalian kembali".

"Oke ma" Ucap Syita berlalu ke kamar.

Tak berapa lama, ada suara pintu diketuk. Nampak asisten rumah tangga setengah berlari untuk membukakan pintu. Masuklah seorang perempuan muda dengan balutan dress pendek sepaha dan lengan you can see.

"Aditya papa bantu kekamar yuk!"

Denny enggan menyapa tamu yang datang akhirnya dia mencari alasan untuk kabur.

***bersambung....

Mohon like dan votenya ya ....Happy readers...love you*** .

Penyitaan

Dengan sangat hati hati, Denny membantu Aditya menaiki tangga. Sang tamu yang baru masuk pun menyapa dengan suara lantang.

"Halo apa kabar tante" Mendekati Maya." Apa kabar om Adtya" suara cempreng gadis itu sudah memenuhi ruang tamu. Denny menghindar bukan karena tak suka, tapi karna suara yang keluar dari gadis itu membuat tak nyaman.

"Ada apa Winda kamu kemari?" Iya dialah Winda tetangga juga teman kecil Aditya.

"Ini tante aku antar kue dari mama" Menyodorkan bingkisan pada Maya.

"Terima kasih Winda"

"Iya, sama sama tante.Tante kenapa semua menghindari Winda ya?"

"Ih kamu sehh kalau ngomong sedikit pelan gtu biar nggak sakit yang ngedengernya".

"Maaf tante, Winda kan nggak sengaja"

"Hehhh belajar lah dari sekarang Winda"

"Biar bisa merebut hatinya Aditya ya tante!kata mama seperti itu"

Maya mengambil nafas dalam dalam, nggak kebayang apa jadinya bila punya mantu suara cempreng seperti Winda. Bisa jadi rumah Tarzan bila itu terjadi. Maya bergidik membayangkan.

"Udah ya tante aku pulang dulu"

Alhamdulillah batin Maya.

"Iya Winda anak baik, terima kasih kuenya ya" Maya berucap sambil bersiap nutup telinga.

"Sama sama tante" Benarkan halilintar menyambar.

✓✓✓✓

π

Pagi kini telah tiba Ziya mengucek matanya pelan, karena terlalu letih dia tertidur hingga siang. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Kenapa tak ada yang membangun kan aku? pikir Ziya.

Diingatnya semalam kakaknya pulang jam 10 malam. Walaupun tidak terlihat mabuk,tapi Ziya mencium bau alkohol dari tubuh kakaknya. Ziya merasa prihatin, kepergian ibunya lima tahun lalu berdampak buruk bagi kakaknya. Nabila menjadi liar dan Ziya tau semua itu karena teman Nabila yang mempengaruhi nya.

"Pagi bik!" sapa Ziya pada bik Narsih yang sudah lama menjadi pembantu di rumah Ziya.

"Pagi non!" Ziya menatap sekeliling suasana sepertinya berbeda.

"Kemana semua orang bi?"

"Tuan pergi ke toko material neng, dan neng Nabila masih tidur"

"Baiklah saya mandi dulu bi" Entah kenapa pagi ini Ziya perasaan nya kurang enak.

Setelah mandi, saat turun dilihatnya sang ayah berbincang bincang dengan Dua orang,ada tamu rupanya. Batin Ziya.

Tapi Ziya menangkap wajah cemas ayahnya. Ketiga tamu Ardi (Ayah Ziya)pergi dengan membawa bungkusan yang menurut Ziya adalah uang.

Ziya berjalan mendekati ayahnya.Tapi belum sampai. Ada tamu lain lagi nampaknya lebih rapi dari yang sebelumnya. Ziya hanya memperhatikan dari tangga. Dari atas nampak juga Nabila yang sepertinya baru bangun tidur.

"Kakak sudah bangun ya.."

"hemmh"

"Apakah kakak semalam minum lagi"

"Diam kau anak kecil"

"Kaka kasihan ayah kak, yang selalu bersedih lihat kaka seperti ini!"

"Aku hanya bersenang senang,apa masalahnya"

Belum selesai berucap, Nabila ngelonyor pergi dengan menabrak bahu Ziya.

Sedangkan dari arah ruang tamu dilihatnya sang ayah terlihat tegang, berbicara dengan muka sedih. Beberapa kali sang ayah nampak memijat pelipisnya terduduk lemas seperti banyak beban. Ziya pun mendekati.

"Selamat pagi tuan tuan ada apa ini?

"Selamat pagi nona" seorang yang memakai jas tersebut berdiri dan mengulurkan tangannya." Kami dari pihak Bank nona.Tuan Ardi tidak mampu membayar pinjamannya kepada kami. Jadi hari ini terpaksa kami akan menyita rumah beserta isinya juga toko, silahkan anda keluar dari rumah ini sekarang juga nona"

Ziya terlihat syok dengan apa yang terjadi. Ziya menoleh pada ayahnya nampak Ardi hanya diam seperti kehilangan nyawa.

"Bila anda tak percaya ini surat buktinya nona'

Ziya menerima surat yang disodorkan pihak Bank. Ziya membacanya dengan cermat kakinya terasa lunglai dan lemas seketika.

"Silahkan kosongkan rumah ini sekarang juga, atau kami yang akan melakukannya dengan cara kami sendiri?"

"Tidaaaak, kalian tidak akan bisa mengusirku dari rumah ini." Nabila nampak histeris dan mencoba hendak menyakiti pihak Bank. Ziya mencoba menghalangi kakaknya.Dibantu oleh dua orang yang berbadan kekar.

"Kakak kita harus merapikan barang-barang kak, hutang ayah terlalu besar." Nabila malah melorot kelantai sedangkan ayahnya nampak semakin terpuruk.

"Maaf tuan tuan berikan kami waktu, kami akan segera keluar dari sini" Ziya bernegosiasi.

"Satu jam nona"

"Baik"

Ziya melihat sebentar kepada ayah dan kakak nya.Tak ada respon dari mereka.Akhirnya Ziya naik ke kamarnya membereskan baju baju dan beberapa barang berharga miliknya.

Lalu berjalan ke kamar sebelah membereskan barang barang kakaknya. Sang bibi datang membantu, dengan berurai air mata Ziya terus memebereskan baju ayahnya. Mengemasi barang barang berharga peninggalan ibunya juga.

Semua sudah berada dalam 5 koper besar. Pihak Bank masuk dan memastikan.Melihat koper koper itu petugas Bank memberikan kode untuk mengeluarkan koper dari dalam rumah.

Ziya menuruni tangga dengan langkah gontai. Setiap kenangan disudut rumah berputar di memory otaknya. Nampak Nabila langsung bangkit dan menarik kopernya, tak rela jika harus melepas rumah yang ditempatinya sejak kecil.

Namun kekuatan kedua bodyguard pihak Bank jauh lebih kuat. Nabila terpelanting dan jatuh di teras rumah. Ziya berlari mengejar dan berusaha membantu kakaknya berdiri.

Sedangkan ayahnya nampak berdiri dan memegangi dadanya seperti menahan sakit.

"Ayah!" teriak Ziya.

Spontan ayahnya jatuh kelantai. Pak Agus pun datang dengan membantu setelah meletakkan tas yang mungkin isinya baju.

"Siapkan mobil pak kita bawa kerumah sakit"

"Maaf nona, tidak ada mobil lagi"

Ziya terpengarah mendengar ucapan Agus." Tadi siang sudah diambil oleh leasing neng".

"Telpon ambulan pak" Ziya berpikir cepat. Diusahakannya memberikan pertolongan pertama pada ayahnya tapi nihil ayahnya tak kunjung sadar.

"Bibi tolong amankan koper kami dan bila bisa carikan kontrakan ya bi. Aku akan kerumah sakit dulu, ini uangnya bi. Ziya menyodorkan sejumlah uang yang tersisa dari dompet dia dan ayahnya"

Saat ambulan datang orang dari pihak Bank juga selesai dengan tugasnya. Ziya juga melihat koper mereka sudah berada diluar gerbang. Sedangkan Nabila duduk disebelah Ziya tanpa berucap apapun,air matanya masih menetes. Ziya memegang bahu kakaknya mencoba menguatkan.

Padahal dia juga dalam keadaan kacau saat ini.

Ziya berjalan cepat mengikuti perawat membawa ayahnya ke UGD." Silahkan urus administrasi dulu nona" Ziya mengangguk dan beranjak ketempat pendaftaran. Nabila hanya diam diruang tunggu UGD.

Nabila sudah tau apa yang terjadi dengan ayahnya. Tapi dia bukannya membantu permasalahan yang dihadapi sang ayah malah menyalahkan. Nabila menganggap ayahnya gagal membahagiakan anaknya.

Ziya berlari lari ke tempat pendaftaran. Menyodorkan kartu, untung selama ini dia selalu menyisihkan uangnya, kemungkinan dia bisa bertahan untuk sementara waktu sebelum mendapatkan pekerjaan. Diapun tak berniat tanya pada kakaknya, tentang uang mengingat kakaknya yang selama ini egois dan suka hura hura.

Lama menunggu akhirnya kamar UGD terbuka. Tampak dokter pria keluar.

"Bagaimana keadaan ayah kami dokter?" Ziya memastikan kondisi ayahnya.

"Ayah anda mengalami penyumbatan pembuluh darah nona, hingga membuat jantung nya berhenti"

"Bagaimana keadaannya sekarang dok"

"Dia sudah siuman nona, dan akan kami pindahkan keruang rawat inap"

"Terima kasih dokter!"

happy readers semoga suka dengan cerita receh saya love you all

Toko Setia abadi

Aditya kini berkutat di meja kerjanya dengan tumpukan berkas yang lebih banyak dari biasanya. Kemarin dia tidak masuk kerja.

'Oke mari kita bereskan semuanya'

Tak berapa lama terdengar pintu diketuk "Masuk!" Aditya sudah menduga siapa yang datang, tanpa beralih dari laptopnya dia bertanya.

"Ada apa Rizal"(Dialah Rizaldi Thomas asisten juga teman Aditya).

"Lihatlah tuan, ini adalah proposal pengajuan pinjaman dari toko setia abadi".

Sejenak Aditya mengehentikan pekerjaan nya. Mengernyit heran karena setau dia tidak pernah ada yang menyodorkan proposal padanya.

"Letakkan saja disini Zal, aku akan memeriksa nya nanti. Tapiii kapan kita menerima proposal ini?"

"Yang menerima nya adalah tuan Denny, tapi sayangnya sekarang toko itu sudah disita oleh Bank. Jadi kita harus mencari pemiliknya untuk meminta uang kembali"

"Berapa uang yang kita investasikan disana" Aditya menatap Rizal saat ini menghentikan pekerjaannya.

"Total semuanya satu milyar tuan. Sepertinya untuk sebuah yayasan sekolah".

"Cukup besar dana yang papa investasi kan, oke kamu cari info tentang orang itu, nanti kita akan atur lagi langkah selanjutnya".

"Baik tuan" Rizal menghubungi orang orang kepercayaannya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

🍎🍎🍎🍎

Ziya kini berjalan pelan menuju ruang inap ayahnya, membawa makan malam. Kaki dan lututnya terasa sangat pegal. Ziya berhenti sebentar di samping lift.

Ziya datang menemui bik Narsih setelah ayahnya siuman. Syukurlah masih ada kontrakan yang lumayan dekat. Jadi dia tidak kewalahan membawa barang. Dan kebetulan dekat dengan rumahnya bik Narsih. Sedangkan pak Agus dia balik ke kampung halaman setelah mendapatkan gaji dari Ziya.

Awalnya pak Agus menolak. Tapi Ziya menegaskan bahwa itu adalah hak pak Agus. Ziya sudah membereskan barang barang nya juga milik ayah dan kakaknya. Dibantu oleh bik Narsih, padahal dia sudah diberhentikan oleh Ziya, tak mampu mengggaji nya lagi. Untuk barang peninggalan ibu dibiarkan saja di koper karna tak terpakai.

Kontrakan ini cukup nyaman ada dua kamar dan satu ruangan lagi sepertinya bekas gudang. Ziya membersihkan bekas gudang untuk dirinya tinggal.

Ziya menghembuskan nafas kasar. Saatnya masuk dalam ruangan sang ayah.

Dilihatnya Ardi duduk memandang keluar jendela. Beban berat dipundaknya semakin membuat wajah pria yang mulai udzur itu semakin berkerut. Nabila nampak tertidur pulas di bangsal pasien sebelah yang kebetulan tidak berpenghuni.

Mungkin dia lelah pikir Ziya.

"Ayah, kenapa belum dimakan makanan nya?Nampak piring tanpa tersentuh sedikit pun.

"Makanlah ayah, akan aku suapi." Ziya mengambil makanan lalu menyuapkan pada sang ayah.

Ardi nampak enggan membuka mulutnya tapi Ziya tak putus asa. Tangannya tetap menggantung. Hingga mau tak mau akhirnya Ardi mulai makan juga.

Setelah makan, datanglah dokter yang mngkin usianya kepala empat diikuti oleh seorang perawat.

"Selamat petang pak, mari kita periksa dulu ya keadaan nya" mendekat dengan senyum terbaik lalu mulai memeriksa Kondisi pasien.

"Kapan saya boleh pulang dokter?" Ardi bertanya saat diperiksa.

"Apakah bapak tidak merasakan sesuatu lagi?"

"Tidak dok, saya merasa kembali seperti semula." Ardi tak sabar ingin pulang.

"Baiklah hari inipun sebenarnya sudah boleh pulang karena hasil lab nya juga sudah keluar dan semua baik baik saja. Hanya saja jangan terlalu stres dan banyak tekanan ya pak Dokter Ziya pasti sudah tau tentang hal itu bukan?"

Ziya hanya tersenyum" Terima kasih dokter" Ucap Ziya.

" Baiklah saya permisi dulu ya pak, dokter Ziya bolehkah saya bicara dengan anda?"

"Ya mari silahkan dokter"Ziya mengikuti dokter yang memang dikenalnya tersebut. Karna kebetulan mereka juga tetangga an.

"Ziya, jika kamu berkenan kamu bisa bekerja disini. Kebetulan kami kekurangan tenaga medis sebagai dokter umum."

Dokter umum adalah termasuk kerja yang berat karna pasien tidak bisa diperkirakan kapan datangnya. Apalagi misal ada pasien kecelakaan. Harus tanggap dan sigap.

"Benarkah dok? baiklah akan saya utarakan ini pada ayah saya nanti." Ziya nampak antusias menjawab. Disaat seperti ini ada yang menawarinya pekerjaan adalah suatu hal yang luar biasa tanpa dia kesana kemari mencari.

"Oke jika kamu bersedia kirimkan surat lamaran nya!"

"Siap dok terimakasih"

"Sama sama Ziya" Dokter itu langsung berlalu menyusuri koridor rumah sakit.

🍏🍏🍏

Jam menunjukkan pukul 8malam. Tapi tiga penghuni rumah belum juga tidur.

"Nabila, Ziya ada yang akan ayah sampaikan".

"Apalagi ayah, jangan bilang ini ada kaitannya dengan utang piutang." Nabila mendengus.Karna baru saja saat sampai rumah tadi, uang hasil penjualan perhiasan juga digunakan untuk membayar hutang.

Tersisa hanya tabungan Ziya yang jumlahnya pun tak seberapa.

"Kakak, dengarkan ayah dulu!"

"Dengarkan apa, lihatlah semua tanggung jawab akan dia pikulkan pada anaknya. Tidak ada orang tua yang seperti itu" Nabila melengos.

"Kakak jangan seperti itu, semuanya juga terjadi karena kita. Karna ayah ingin kehidupan kita jadi lebih baik. Tapi siapa yang mampu melawan takdir kakak"

"Itu semua karena salahnya yang tak mampu." Nabila pun pergi dan menutup pintu kamar dengan keras. Hingga Ardi menekan dadanya.Sedang Ziya menutup matanya.

"Ayah, apa yang akan ayah sampaikan?"

Ardi menatap nanar anaknya. Pria yang mulai senja itu merasa kasihan terhadap anaknya. Keinginan untuk hidup enak dihari tua nyatanya tak dapat dia rasakan.

"Sebenarnya ayah masih memiliki satu beban nak, dan itu sangatlah besar!" Matanya mulai menganak sungai. Ziya dengan sabar menunggu ayahnya meneruskan ucapan.

"Kau ingat nak, saat pembangunan gedung yayasan yang baru, saat ayah menjabat sebagai kepala sekolah" Ziya mengangguk mengiyakan.

"Ketika rapat ayah menyanggupi untuk menanggung biaya pembangunannya. Sambil mengumpulkan dana infaq dari masyarakat orang tua murid terkumpul. Ayah akhirnya mengajukan proposal kepada tuan Denny Bagaskoro berupa pinjaman uang. Dan mengembalikan dalam kurun waktu yang ditentukan" Ardi menarik nafas berat.

"Saat itu tuan Bagaskoro tidak meminta jaminan apapun. Hanya sebuah surat perjanjian yang ayah tidak baca karna terlalu senang. Beliau percaya sepenuhnya dengan ayah. Tapi...ayah ditipu nak,orang yang ayah percayai untuk mengelola dana telah mengkorupsi dana tersebut. Dan kabur entah kemana. Hingga ayah yang harus menanggung semua kerugiannya".

"Apakah orang yang menghilang dua tahun lalu itu ayah!" Ardi nampak menggangguk lemah.

"Berapa hutangnya ayah?"

"Satu milyar nak" Ardi berkata sangat berat. Walau uang itu untuk kepentingan bersama tapi dialah yang harus mengganti sebab keteledoran nya. Dan Kondisi yang seperti ini darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu.

Ziya terkulai lemas.Tapi dia harus kuat. "Ayah bukankan kita masih punya tanah di desa?" Ziya mengingat sertifikat tanah peninggalan ibunya saat berberes tadi.

"Itu akan bisa menutup 30%nya saja Ziya". Lalu darimana kita dapatkan uang 700 juta?"

"Aku akan berusaha untuk membayar hutang ayah" Ziya menjawab gamang.

"Kau sudah membayar hutang hutang ayah yang lain nak".

"Ini sudah jadi kewajiban ku untuk berbakti ayah. Aku akan berusaha untuk melunasi hutang ayah".

"Apakah ada lagi selain itu ayah?"

"Tidak nak, semua sudah kamu bayarkan. Hanya tinggal itu saja."

"Baiklah ayah mari kita istirahat. Aku akan antarkan ayah ke kamar dahulu"

**Bersambung

Terima kasih readers atas support berupa vote dan komen love you all**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!