NovelToon NovelToon

Gadis Tanpa Pesona

Pengenalan Tokoh

Pagi yang berembun, walaupun hari tidak lagi kelihatan mendung. Tetapi hujan yang cukup deras tadi malam masih meninggalkan tanah yang masih basah dan lembab. Sedangkan cuaca yang berkabut tipis ini akan segera tergantikan dengan sinar matahari yang terang benderang.

Percikan air terdengar di sebuah kamar mandi. Mia yang baru saja selesai mandi segera masuk ke dalam kamarnya.

Berulang kali Mia memandangi pantulan gambar dirinya di cermin dengan posisi masih terlilit handuk. Dia terlihat kembali merapikan rambutnya yang masih basah.

Sesekali dia terlihat sedang menghela nafasnya berat. Teringat kejadian dua tahun silam, saat dirinya masih menginjak kelas 9. Dimana dirinya menjadi bahan bully-an siswa lainnya, dikarenakan penampilannya yang kurang menarik dan nilai akademisnya yang juga dibawah standar. Apalagi dia juga berasal dari keluarga yang sederhana dan biasa-biasa saja. Sehingga menambah paket komplit alasan teman-temannya untuk enggan berteman dengannya.

Mia beranggapan, dia tidak punya pesona apapun untuk ditonjolkan. Hal ini lantas membuatnya menjadi gadis yang pendiam yang tidak percaya diri.

Lalu bagaimana dengan sekarang ? Tidak ada yang berubah dengan penampilan Mia. Hanya saja, Mia yang sudah duduk di kelas 11 sekarang telah mempunyai banyak teman. Yah, walaupun dia tahu tidak semuanya mendekatinya dengan tulus.

Perubahan yang dia rasakan saat ini berawal saat dia menginjakkan kakinya di SMA tempatnya bersekolah sekarang. Saat Masa Orientasi Siswa baru, dia satu kelompok dengan dua orang teman barunya yang dipilih secara acak oleh kakak anggota OSIS yang sedang membimbing kelasnya.

Kedua temannya yang berparas wajah cantik, dan pintar dalam bergaul membuat Mia yang awalnya kaku untuk bergabung menjadi nyaman setelah mengenal mereka berdua yang sangat ramah kepada Mia.

Zizi dan Rahma, nama kedua teman Mia tersebut. Walaupun Rahma tidak kalah cantik dari Zizi, tetapi nama Zizi lah yang lebih dikenal oleh teman-teman mereka. Otak Zizi yang jenius ditambah asal usul keluarganya yang merupakan orang terpandang di kota tersebut, menjadikan semua itu alasan jelas bagi Zizi untuk dijuluki sebagai gadis populer di sekolah tersebut.

Semua berusaha untuk mendekati Zizi, baik lawan jenis maupun teman sesama wanita yang ingin ikut populer karena berteman dengan Zizi. Semua surat cinta yang bertebaran mengalir deras untuk Zizi. Inilah yang menjadikan Mia sekarang mempunyai banyak teman. Persahabatan yang sangat akrab antara dirinya, Zizi dan juga Rahma yang telah terjalin sejak kelas 10, membuat dirinya dicari para penggemar Zizi yang berusaha untuk mendekati Zizi. Mereka menitipkan salam, surat cinta bahkan hadiah melalui Mia. Bahkan ada beberapa siswa laki-laki yang sengaja intens mendekatinya terlebih dahulu untuk bisa dekat dengan Zizi.

Pada awalnya dia sempat percaya pada beberapa orang siswa laki-laki yang mendekatinya dengan mengatasnamakan cinta kepada dirinya. Tetapi perlahan kedok mereka terbongkar satu persatu, saat Mia mulai menyadari bahwa tingkah laku mereka yang semakin aneh dan mulai mengarah untuk mendekat kepada Zizi. Karena pengalaman yang sudah terjadi berulang kali tersebut, maka Mia sudah menutup rapat hatinya untuk lelaki yang berusaha mendekatinya. Toh, semua itu ujung-ujungnya juga hanya menjadikan dirinya sebagai batu loncatan untuk usaha lelaki tersebut mendekati teman baiknya, Zizi atau tidak Rahma.

Karena sudah terlatih patah hati berkali-kali, maka Mia sekarang tidak mau terkecoh lagi. Kepada lelaki yang datang kepada dirinya dengan alasan ingin mengenalnya lebih jauh, Mia langsung menginterogasinya. Dia langsung menebak langsung tujuan lelaki itu, dan membantunya mendekati Zizi.

Tetapi tentu semuanya ditolak mentah-mentah oleh Zizi. Sampai sekarang Zizi belum memilih salah satupun dari banyak pria yang berusaha mendekatinya. Mia tidak mengetahui alasannya apa, tetapi Zizi hanya tersenyum saat Mia dan Rahma bertanya padanya mengapa tidak menerima salah satu dari mereka yang telah menembaknya untuk dijadikan pacar. Padahal yang berusaha mendekati Zizi, adalah siswa-siswa yang populer di sekolah. Dari mulai yang berwajah tampan, anak orang terpandang bahkan yang memiliki kecerdasan seperti dirinya.

Mia yang sekarang telah mempunyai banyak teman, menjadikannya tumbuh sebagai gadis yang percaya diri dan ceria. Walaupun penampilannya masih sama seperti dulu, tetapi dia merasa perubahan watak dan sifat yang dia rasakan terhadap dirinya sekarang jauh lebih baik.

foto : Mia.

Mia sendiri merupakan anak pertama dari pasangan Ibu Nurjanah dan Pak Arif. Ayahnya bekerja sebagai satpam di sebuah perusahaan swasta. Sedangkan untuk menambah penghasilan, ibunya membuka warung sayur di halaman depan rumah mereka.

Dan jangan lupakan adiknya. Mia mempunyai seorang adik laki-laki yang terpaut usia dua tahun di bawahnya. Namanya Tirta Guntara. Jadi kalau sekarang Mia menginjak kelas 11, berarti adik lelakinya itu sekarang siswa kelas 9.

Paras wajah Tirta berbeda jauh dengan Mia. Bahkan kalau orang-orang bertemu mereka dijalan tidak akan ada yang menyangka kalau mereka adalah saudara kandung.

Entah karena wajahnya yang tampan atau dia terlahir sebagai anak bontot, maka tingkah laku Tirta sering semena-mena kepada Mia. Kerap kali mereka bertengkar hanya karena pembagian tugas membersihkan rumah yang tidak dikerjakan oleh Tirta yang kabur ke tempat rental permainan playstation atau hanya sekedar ejekan-ejekan yang menghina penampilan kakaknya yang kurang menarik, yang dilontarkan Tirta kepada kakaknya.

Pokoknya, bagi yang punya riwayat penyakit jantung disarankan jangan mempunyai adik durjana seperti dia.

Batin Mia.

Tapi, setampan-tampannya wajah adiknya. Tetap kalah famous dengan Ibunya. Bu Nurjanah yang terkenal sadis, tidak segan-segan menjewer telinga anak-anak disana saat terdengar olehnya, anak-anak kampung tersebut mengejek putrinya. Apalagi saat ada yang dengan sengaja tidak membayar hutang belanjaan sayurnya, Ibunya bakal mendatangi rumah orang tersebut dan mencak-mencak disana seperti orang yang sedang kesambet.

Begitulah cerita keluarga harmonisku dan cerita masa laluku saat kelas 9. Sekarang aku sedang berusaha bangkit dari sifat pendiam dan tidak percaya diri. Yah, aku anggap saja teman-teman yang mengejek dan membully diriku dulu, sedang tidak datang waktu ada pembagian ahlak. Dan karena aku tidak memiliki pesona apapun untuk ditonjolkan, maka dari itu aku harus menjadi orang yang menyenangkan !

Batin Mia.

"Semangat Miaaaaaaa !!" teriak Mia di depan cermin.

Tak lama kemudian sebuah teriakan terdengar.

"Mia, berhenti teriak-teriak tidak jelas seperti itu. Sekarang, cepat berpakaian ! Ayahmu telah menunggu dari tadi untuk mengantarmu sekolah !" teriak Bu Nurjanah.

Mia yang mendengar auman Ibunya, segera mengenakan seragam sekolahnya dan bergegas keluar dari kamarnya.

# Jempolnya dongggg... jangan lupa rate 5 bintang ya di dpn cover, like, komentar dan votenya. Seperti kata upin ipin 10 poin pun berharge 🤭🤭 🙏🏼

Terpesona

Mia yang baru saja tiba di sekolah, setelah diantar Ayahnya segera melangkahkan kakinya memasuki perkarangan sekolah.

Dia masuk ke dalam kelas dan meletakkan tas nya ke dalam laci meja. Zizi yang merupakan teman sebangkunya dan telah datang terlebih dahulu, segera menyapa Mia yang baru saja tiba.

"Pagi, Mia. Tumben datangnya agak telat. Biasanya kamu yang selalu datang duluan daripada aku" ucap Zizi.

Mia tersenyum menanggapi ucapan Zizi.

"Biasa, ada tugas negara yang harus di selesaikan pagi-pagi" ucap Mia.

"Tugas negara ? Apaan Mia ?" tanya Zizi.

"Mencuci piring yang dipakai selesai orang-orang dirumah sarapan" ucap Mia.

"Rajin amat !" ucap Rahma yang baru saja datang dan langsung menyambar memotong obrolan Mia dan Zizi.

Kapan datangnya ini anak, tiba-tiba sudah nongol di depan muka. Cepet banget Kayak sinyal 4G !

Batin Mia.

Tiba-tiba perhatian Mia teralihkan pada sebuah pot bunga yang berisi tanaman yang dipegang Rahma.

"Loh, kok kamu bawa tanaman ke dalam kelas, Ma ?" tanya Mia pada Rahma.

"Memang kamu tidak tahu, kalau kita ada tugas biologi membawa tanaman monokotil atau dikotil ?" tanya balik Rahma.

"Astaga aku lupa !" ucap Mia yang menepuk keningnya.

"Ya, ampun Mia. Padahal sebelum pulang sekolah kemarin sudah aku ingetin lagi" ucap Zizi.

"Memang Mia cari masalah nih. Sudah tahu gurunya killer masih saja pakai acara lupa !" ucap Rahma.

Mia tampak cemas. Dia kelihatan berpikir keras. Dan akhirnya sebuah senyuman mengembang dari sudut bibirnya.

Sebuah ide untuk memetik bunga mawar yang sedang merekah-rekahnya di perkarangan kantor sekretariat OSIS, membuatnya nekat untuk melakukannya demi menghindari amukan 'Sang Guru Biologi'.

Mia lalu melirik jam ditangannya.

Masih ada waktu.

Batin Mia.

"Aku keluar dulu ya ! Ada yang harus aku kerjakan" ucap Mia.

Rahma dan Zizi hanya mengangguk dan menatapi punggung Mia yang lama kelamaan menghilang dari balik pintu kelas.

*******

Di perkarangan kantor sekretariat OSIS, Mia terlihat mengendap-endap seperti anak kucing yang mencari makan.

Kebetulan suasana di perkarangan tampak lenggang. Karena kebetulan posisi kantor sekretariat OSIS ini berada di pojok.

Melihat suasana yang sepi, Mia mulai melakukan aksinya. Dia memetik beberapa tangkai bunga mawar merah tersebut dengan berhati-hati. Disaat semua usahanya hampir berhasil, tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.

"Hey, Sedang apa kamu !" teriak seorang siswa laki-laki tersebut.

Dengan cepat, Mia berbalik sambil menaruh kedua tangannya yang mengenggam 3 buah tangkai mawar yang telah dipetiknya tadi ke belakang badannya.

Sekarang dihadapannya sudah berdiri dua orang laki-laki yang baru saja keluar dari ruangan sekretariat OSIS.

Mia sangat mengenali kedua sosok pria itu yang merupakan kakak kelasnya yang populer di SMA tersebut. Yang menegurnya tadi adalah kakak kelasnya yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS, bernama Naufal Afkar. Dan yang satunya lagi bernama Tio Martadinata, sang ketua OSIS yang terkenal dingin, sedingin es yang berada di kutub utara.

"Sedang apa kamu ? Memetik bunga ya ? Pantas bunga-bunga disini tangkainya patah-mematah. Ternyata kamu yang selama ini sering merusak tanaman ini !" hardik Afkar.

Merasa dirinya baru kali ini melakukannya, Mia langsung membantah.

"Tidak selama ini kok kak ! Hanya kali ini kok !" ucap Mia.

Afkar dan Tio melotot mendengarnya.

Sadar karena keceplosan, Mia langsung membela diri.

"Eh, maksudku. Bukan aku yang selama ini merusak tanaman kak. Aku juga baru kali ini ke sini. Aku datang hanya untuk melihat-lihat bunga mawar ini dan mengambil gambarnya karena terlihat cantik" ucap Mia mengeles.

Afkar menyeringai.

"Cih, Klise sekali alasanmu ! Jangan bohong kamu" ucap Afkar.

Mia semakin gugup. Tangannya mulai meremas-remas batang bunga mawar yang dipegangnya. Untungnya tanaman mawar yang ditanam di depan kantor sekretariat OSIS tersebut merupakan tanaman jenis mawar tanpa duri. Jadi tidak memiliki duri pada batangnya.

"Kenapa masih diam ? Masih tidak mau mengaku ? Kamu kira tanaman ini tumbuh sendiri tanpa ditanam ?" ucap Afkar.

Mia memberanikan diri menatap lelaki dihadapannya. Dia memandang Afkar yang tidak berhenti mengoceh, lalu beralih memandang Tio yang berdiri di sebelah Afkar yang diam saja sedari tadi.

Kakak wakil ketua OSIS ini semakin lama, bicaranya semakin panjang saja. Dari tadi tidak berhenti mengomeliku. Beda sekali dengan kakak yang disebelahnya yang gayanya cool.

Batin Mia.

Tiba-tiba, Mia merasakan gatal dan sakit yang berbarengan di kedua tangannya. Ternyata banyak semut yang keluar dari dalam bunga tersebut dan merayap di tangannya. Saking tak tahannya, Mia terpaksa melempar bunga yang telah dipetiknya tadi ke sembarang arah. Dan sialnya bunga itu terlempar ke arah Afkar.

Sudah bisa dibayangkan bagaimana kejadian selanjutnya. Raut wajah Afkar berubah kesal. Sorot matanya penuh amarah. Apalagi semut-semut tersebut ikut menempel ke bajunya, akibat lemparan bunga tersebut. Afkar sudah siap mengamuk bak banteng gila.

"Kamuuuuu..... !" teriak Afkar.

Mia sudah pasrah dengan hukuman yang akan diterimanya. Dia terlihat memejamkan matanya.

Namun, tiba-tiba terdengar suara tawa yang berasal dari Tio. Tio yang terkenal dengan sikap dinginnya itu tidak dapat berhenti menahan tawa melihat apa yang barusan terjadi. Tinggal Mia dan Afkar yang kebingungan melihat tingkah laku Tio.

Tiba-tiba, bel sekolah berbunyi. Mia buru-buru memunguti kembali bunga mawar yang telah berserakan itu.

"Kak, saya minta maaf. Saya memang sudah berbohong tadi. Saya memetik bunga ini untuk mengumpul tugas Biologi saya. Karena saya lupa membawa tanaman dari rumah" ucap Mia.

"Saya akan menerima hukuman apapun itu, Tapi, tolong biarkan saya membawa bunga ini sekarang" sambung Mia.

Afkar melotot mendengar ucapan Mia barusan.

"Enak saja ! Tentu saja kamu pasti akan dikenai hukuman karena merusak tanaman. Tetapi, Letakkan bunga itu disini. Sudah berbuat salah, masih berani meminta bunga ini juga !" ucap Afkar.

Mia tertunduk lemas. Raut wajah kecewa terpancar dari wajahnya.

"Sudah, kamu boleh mengambil bunganya sekarang juga. Tetapi, ingat. Sesudah pulang sekolah nanti cepat kemari ya. Untuk menerima hukumanmu" ucap Tio yang akhirnya buka suara.

"Eh, Tio kamu ngapain sih menyuruhnya pergi begitu saja. Tinggalin dulu bunganya !" ucap Afkar tidak terima.

"Sudah dipetik juga bunganya. Memang bisa menempel lagi ke batangnya ?" ucap Tio.

"Sudah biarin saja, dia bawa bunganya. Dan menerima hukumannya sepulang sekolah. Bukankah kita harus masuk kelas sekarang !" ucap Tio pada Afkar.

Dengan terpaksa akhirnya Afkar menyetujui saran Tio.

"Terima kasih, kak. Saya akan menepati janji. Sepulang sekolah nanti saya akan kembali ke sini lagi" ucap Mia.

Akhirnya mereka kembali ke kelas masing-masing.

**********

Bel tanda jam pulang sekolah pun berbunyi. Mia mengemasi buku dan alat tulis ke dalam tasnya.

"Pulang ini, temani mampir ke kantin depan sekolah dulu yuk. Kita beli Thai tea dulu. Haus banget nih !" ucap Zizi.

"Yuk, aku juga mau. Gerah banget !" ucap Rahma.

Mia yang mendengar ucapan Zizi dan Rahma langsung menolak.

"Hmm.. teman-teman. Kalian berdua saja ya yang ke sana. Aku harus buru-buru pulang hari ini. Tidak apa-apa kan ?" tanya Mia.

"Tumben banget Mia ? Mau pergi ?" tanya Zizi.

"Hmm.. iya ada sedikit kerjaan" ucap Mia.

"Ya, sudah kalau begitu kami berdua ke sana ya" ucap Rahma.

Mia mengangguk.

Setelah kepergian temannya, Mia kembali ke ruangan sekretariat OSIS. Dia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalamnya.

Mia yang sekarang telah berada di dalam ruangan sekretariat OSIS, merasa canggung di dalam sana.

Rupanya semua anggota OSIS sedang rapat untuk mengadakan lomba memperingati hari kemerdekaan di sekolah. Dan Mia diminta untuk menunggu di kursi yang berada di sudut ruangan itu.

Tio yang memimpin rapat terlihat sangat berwibawa saat berdiri menjelaskan materi lomba yang akan diadakan nanti. Sebenarnya, Tio yang merupakan anak dari pemilik perusahaan kontruksi ternama di kota ini, sangat enggan ikut dalam organisasi seperti ini. Tetapi karena prestasi yang dimilikinya, dia ditunjuk langsung oleh guru-guru di sana sebagai calon ketua OSIS. Dan berhasil mengalahkan kandidat yang lainnya saat diadakan voting suara pemilihan ketua OSIS.

Selama memberikan penjelasan materi rapat, sesekali mata Tio dan mata Mia bertemu. Mia hanya bisa tertunduk malu dan memalingkan wajah saat itu terjadi.

Tetapi saat Tio tidak melihat ke arahnya, Mia mencuri pandang menatap wajah Tio dari kejauhan. Mia sangat terpesona melihat Tio yang sedang berdiri di sana.

Tampan sekali. Tio ini tipe cowok yang perlu dicadari saking gantengnya. Pokoknya, Gantengnya enggak ada obat deh !

Batin Mia.

foto : Tio.

Akhirnya, rapat pun berakhir. Semua anggota OSIS yang telah selesai mengikuti rapat satu persatu telah pulang. Sehingga menyisakan Tio, Afkar, Mia dan ada seorang perempuan yang sedari rapat tadi selalu berada di dekat Tio.

Mia sangat kenal pada sosok perempuan itu. Salah satu kakak kelas perempuan yang populer di sekolahnya karena wajah cantik yang dimilikinya. Yaitu, Kak Zulaikah, yang juga menjabat sebagai sekretaris OSIS.

Sama-sama perempuan tetapi kenapa tampilan kami sungguh jauh berbeda. Persis seperti langit dan bumi.

Batin Mia.

Zulaikah yang menaruh hati pada Tio, memberikan perhatian yang besar kepada Tio dan mendekati Tio dengan berbagai alasan. Sayangnya perhatian yang dia berikan kepada Tio tersebut, selalu ditanggapi dingin oleh Tio.

Namun, Zulaikah tidak pernah berhenti sampai disitu. Dia selalu mencari jalan untuk dekat dengan Tio.

"Tio, hari ini aku boleh menumpang naik mobilmu tidak ?" tanya Zulaikah.

Loh, bukannya rumah kak Zulaikah dekat sama sekolahan ini. Tinggal ngesot juga sampai.

Batin Mia.

"Hari ini aku membawa motor !" ucap Tio.

"Ya, kalau begitu aku ikut pulang ya, naik motormu" ucap Zulaikah.

Tio terdiam cukup lama dan menatap wajah Zulaikah.

"Aku belum mau pulang sekarang. Aku mau mabar (main bareng) game online dulu sama Afkar" ucap Tio mencari alasan.

"Kalau begitu aku tunggu ya !" ucap Zulaikah penuh harap.

"Aku pulangnya masih lama. Belum tahu kapan ! Lebih baik kamu pulang saja sana!" ucap Tio yang nada bicaranya sudah mulai meninggi karena terus meladeni ucapan Zulaikah.

Zulaikah yang merasa malu pada Afkar dan Mia yang berada diruangan itu, akhirnya pergi dari sana. Sedangkan Tio masih asyik sendiri memainkan game di ponselnya.

"Tio, kamu masih lama disini ?" tanya Afkar.

"Hmm.. kenapa memangnya ?" tanya balik Tio dengan mata yang masih tidak lepas dari ponselnya.

"Aku harus buru-buru pulang nih, adikku sudah menelepon minta di jemput. Kalau Mia sudah selesai mengepel ruangannya, dan kamu sudah selesai main game. Kamu kunci ruangannya ya !" ucap Afkar.

"Mia ?" tanya Tio mengerenyit.

"Iya, Mia. Perempuan yang memetik bunga di perkarangan kita tadi !" ucap Afkar.

"Ooh..." ucap Tio. Lalu kembali beralih pada ponselnya.

"Tio, Kamu dengar kan ucapan aku barusan ?" ucap Afkar.

"Hmmm.." ucap Tio yang masih fokus pada ponselnya.

"Mia, aku pulang duluan ya. Nanti kalau sudah membersihkan semuanya, kain pel dan sapunya letakkan di tempat semula saja" ucap Afkar yang nada bicaranya sudah jauh lebih lunak dari yang tadi pagi.

"Iya, kak" ucap Mia.

Huft.. Syukurlah, kak Afkar sudah mau berbicara dengan lembut kepadaku. Sepertinya, dia sudah mulai sadar dari gangguan syaiton.

Batin Mia.

Afkar pun meninggalkan ruangan tersebut.

Selang 30 menit kemudian, Mia menyelesaikan pekerjaannya. Dia sudah selesai menyapu dan mengepel seluruh ruangan. Dia lalu menghampiri Tio untuk meminta izin untuk pulang.

"Kak, aku izin pulang ya. Semuanya ruangan sudah aku bersihkan" ucap Mia.

Tio tidak menjawab, dia masih sibuk berkutat

dengan ponselnya sampai pada akhirnya dia berteriak.

"Ah, sial ! Kalah lagi !" ucap Tio.

Tio baru sadar bahwa ada Mia yang berdiri dihadapannya sekarang.

"Kamu kenapa berdiri di sana ?" tanya Tio kebingungan.

"Aku mau izin pulang. Semua pekerjaan sudah selesai. Tetapi, kakak tidak mendengar dari tadi" ucap Mia.

"Oh, Sorry.. Tadi sibuk main game" ucap Tio.

Mia melirik pada ponsel Tio.

"Kakak main game Pubg ya ?" tanya Mia.

"Iya. Kenapa ? Kamu juga main game ini ?" tanya Tio.

Mia mengangguk.

"Kakak mau aku ajarin. Rank-ku sudah tinggi loh !" ucap Mia.

"Oh, ya ?" ucap Tio tak percaya.

"Kalau begitu kita mabar !" ucap Tio.

"Jangan sekarang kak. Ponselku tidak ada paket data. Biasanya tiap sore aku main game ini di taman kota yang tidak jauh dari rumahku. Di sana ada wifi gratis" ucap Mia.

"Oh, Ok ! Kalau begitu nanti sore kita mabar disana. Nanti kamu share loc saja lokasinya dimana. Sekalian katamu mau mengajariku bermain game tadi kan ?" ucap Tio.

Mia mengangguk sebagai tanda setuju.

Aku hanya penasaran, apa yang kamu katakan itu benar atau hanya sekedar bualanmu saja.

Batin Tio.

# Jempolnya lagi dongggg... jangan lupa rate 5 bintang yang di depan cover, like, komentar dan votenya. Seperti kata upin ipin 10 poin pun berharge 🤭🤭 🙏🏼

Berteman

Jam telah menunjukkan pukul 15:30 sore. Mia yang telah membuat janji dengan Tio di taman kota, terlihat sedang menunggu kedatangan kakak kelasnya itu.

Dia bakal datang beneran enggak ya ? Atau dia hanya sedang mengerjaiku saja ? Mana mungkin dia mau duduk dan main game bareng disini dengan orang sepertiku.

Batin Mia.

Tiba-tiba suara motor yang baru saja datang, membuyarkan lamunannya. Pria yang mengendarai sepeda motor tersebut turun dari motornya sambil melepas helmnya.

Lah, beneran datang ?

Batin Mia.

"Sudah lama kamu datangnya ?" tanya Tio.

"Belum lama sih, kak" ucap Mia.

"Sorry agak telat. Tadi lagi bimbel dulu sebentar" ucap Tio.

"Ooh, pantas nilai kakak bagus" ucap Mia.

Aku sudah beberapa kali sih melihatnya dari kejauhan saat maju ke depan barisan menerima piala atas prestasinya. Sungguh sebuah paket lengkap. Modelan begini nih, DNA-nya mesti dibudidayakan.

Batin Mia.

foto : Tio.

"Kakak bimbel dimana ? Aku juga mau mempunyai nilai bagus seperti kakak. Siapa tahu kalau aku bimbel disana, nilaiku bisa bagus seperti kakak" ucap Mia.

"Di rumah. Papaku memanggil guru private kerumah" ucap Tio.

Oh, iya. Aku lupa. Dari desas-desus yang aku dengar. Papanya kak Tio ini adalah pimpinan perusahaan kontruksi yang sedang berkembang pesat di kota ini. Memanggil guru private dengan biaya yang mahal pasti bukan masalah baginya.

Batin Mia.

"Semua bimbel itu pasti bagus kok. Asal kita serius dalam belajar dan mempunyai kemauan yang tinggi, nilai kita pasti ikut bagus" sambung Tio.

Mia mengangguk mendengar ucapan Tio.

Tio lalu duduk di sebelah Mia. Mereka mengeluarkan ponsel mereka masing-masing dan mulai bermain game bersama. Sesekali mereka berdua terlihat sedang berdiskusi mengenai game yang mereka mainkan.

*********

Semenjak sore itu, Mia dan Tio menjadi sering bertemu untuk bermain game bersama pada sore hari. Tio yang mudah bosan dalam segala hal, seakan menemukan suasana baru saat Mia mengajaknya bermain game di taman kota. Terkadang mereka hanya bermain game sebentar di sana, setelah itu mereka banyak melakukan hal yang lainnya.

Seperti bermain layang-layang bersama, saat mereka melihat banyak orang yang bermain layang-layang disana. Terkadang mereka juga mencoba kuliner kaki lima yang berjualan di pinggir taman tersebut.

Sepertinya halnya pada hari ini. Mereka kembali bertemu di taman tersebut.

"Sudah lama kak ?" tanya Mia yang baru saja tiba.

"Lumayan. Tapi enggak kerasa juga nunggunya karena sambil main game" ucap Tio.

Tio lalu melirik kantong plastik yang dibawa Mia.

"Apa itu ?" tanya Tio.

"Oh, ini masakan buatanku. Aku enggak enak, kakak sering mentraktirku makan. Jadi, sesekali aku juga ingin memberikan kakak makanan. Cuma nasi goreng biasa sih. Tapi, ini benaran aku bikin sendiri kok" ucap Mia.

Mia lalu mengeluarkan kedua kotak makanan dari dalam kantong plastik tersebut. Dia memberikan salah satu kotak tersebut kepada Tio.

Tio mulai mencicipi nasi goreng buatan Mia dan melahapnya sampai habis tak bersisa.

"Enak. Ini beneran kamu yang buat ?" tanya Tio.

Mia mengangguk.

"Iya. Semenjak aku menginjak kelas 10, Ibu mulai mengajariku memasak, mencuci piring, dan membersihkan rumah. Ibu bilang aku harus mulai membiasakan diri melakukan semua itu mulai sekarang, karena nantinya akan berguna untuk diriku juga. Pokoknya, Ibu selalu mendidik kami dengan cara militer dirumah itu. Padahal, silsilah keluarga kami tidak ada sedikitpun darah keturunan militer. Waktu Ibu sedang mengomel pun, ayahku sering bilang pada Ibu. Kenapa Ibu tidak menjadi polwan saja" ucap Mia sambil tertawa.

Tio yang mendengar cerita Mia jadi ikut tertawa. Entah sudah beberapa kali dia tertawa bila mendengar Mia bercerita tentang kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukannya. Terkadang Mia juga menceritakan kejadian-kejadian lucu yang terjadi dikelasnya. Tio yang mendengar cerita tersebut pun merasa sangat terhibur. Baginya semua ini terasa sangat menyenangkan.

Mereka akhirnya mulai bermain game bersama, dan bergegas pulang setelah selesai.

***********

Keesokan harinya, dering bel di sekolah mulai terdengar. Sebagai pertanda jam istirahat siswa dan siswi di sekolahan itu.

Mia, Zizi dan Rahma yang berjalan menuju kantin, tiba-tiba berpapasan dengan Tio dan teman-temannya yang baru saja keluar dari kantin. Tio melempar senyum kepada Mia.

"Baru mau makan ?" tanya Tio yang menghentikan langkahnya sesaat, saat berpapasan dengan Mia.

Mia mengangguk.

Ternyata dia tidak malu untuk menyapaku saat disekolah. Aku kira, tadinya dia akan berpura-pura tidak mengenaliku saat di sekolah.

Batin Mia.

"Kalau begitu aku duluan ya" ucap Tio.

Tio dan teman-temannya pun meniggalkan kantin.

*******

"Aku mau tertawa tadi. Kamu mau menyapa cewek cantik yang di sebelah perempuan tadi, tetapi yang menjawab malah cewek yang jelek tadi. Sepertinya dia sudah salah paham" ucap Ricky, salah satu teman akrab Tio.

Tio menghentikan langkahnya sesaat.

"Cewek jelek ? Dia punya nama. Namanya Mia. Dan aku memang menyapanya !" ucap Tio dengan sorot mata yang kesal.

Ricky terdiam.

"Mia itu cewek yang aku beri hukuman karena sudah memetik bunga di perkarangan sekretariat OSIS kemarin kan ? Kok bisa kalian jadi akrab ?" tanya Afkar kebingungan.

"Apa perlu aku harus menceritakan semua yang aku lakukan pada kalian ? Aku rasa itu bukan urusan kalian !" ucap Tio yang akhirnya melangkahkan kakinya meninggalkan teman-temannya yang berdiri disana.

"Cewek cantik yang bersama Mia tadi namanya Zizi kan ?" tanya Ricky pada Afkar.

Afkar mengangguk.

Ya, siapa yang tidak mengenal Zizi cewek populer dengan segala kelebihan yang dia miliki.

"Kenapa memangnya ?" tanya Afkar kepada Ricky.

"Aku tahu alasan Tio dekat dengan Mia. Dia pasti ingin mendekati Zizi melalui Mia" ucap Ricky dengan penuh keyakinan.

Afkar yang mendengar ucapan Ricky hanya mengangguk untuk merespon pendapat temannya itu.

***********

Sedangkan di kantin sekolah. Mia, Zizi dan Rahma duduk sambil menyantap makanan mereka.

"Mia, kamu kok bisa kenal dengan kak Tio ?" tanya Zizi tiba-tiba.

"Ceritanya panjang" ucap Mia.

Mia lalu menceritakan awal perkenalannya dengan Tio kepada Zizi dan Rahma.

"Oh, begitu. Pantas, aku heran. Kenapa orang yang dingin seperti kak Tio bisa menyapamu dengan tersenyum. Jadi kamu akrab dong dengan kak Tio" ucap Rahma.

Mia hanya tersenyum menanggapi ucapan Rahma.

Zizi yang dari tadi mendengar ucapan Mia dan Rahma hanya diam saja tidak bicara. Wajahnya berubah murung.

"Zi, kamu sakit ya ? Kenapa diam saja dari tadi ?" tanya Mia.

Zizi yang sedang melamun, terkejut saat mendengar suara Mia yang bertanya kepadanya.

"Eh, enggak apa-apa kok. Aku baik-baik saja" ucap Mia.

"Aku dengar kamu mengajukan diri menjadi calon ketua OSIS yang baru nanti ya Zi ?" tanya Rahma kepada Zizi.

"Tumben kamu mau ikut yang begituan ? Biasanya kamu paling malas untuk mendaftarkan diri untuk kegiatan seperti itu. Bukankah kamu bilang repot mengurus yang begituan. Apalagi kamu bilang, kamu takut kegiatan itu terbentur dengan jadwal bimbel dan menyita waktu istirahat kamu" sambung Rahma.

Karena siswa kelas 12 akan segera sibuk menyiapkan ujian untuk kelulusan sekolah, maka, ketua OSIS akan dijabat oleh siswa kelas 11.

Zizi terdiam. Dia kebingungan untuk menjawab.

"Aku hanya ingin mencoba hal baru" ucapnya.

"Kalau begitu aku akan mendukungmu !" ucap Mia.

"Aku juga !" ucap Rahma.

Zizi tersenyum mendapat dukungan dari teman-temannya.

"Terima kasih teman" ucapnya.

******

Waktu terus berlalu, hingga sampai pada hari pemungutan suara untuk ketua OSIS yang baru telah dimulai.

Zizi mendapatkan nilai tertinggi dalam pemungutan suara dan menjadikannya sebagai ketua OSIS terpilih menggantikan Tio.

Selesai acara serah terima jabatan, Zizi menghampiri Tio yang sedang membereskan meja yang akan ditempati Zizi nanti.

"Kak Tio, boleh aku meminta nomor whatsapp-mu untuk bertanya bila sewaktu-waktu ada kendala dalam menjalankan jabatan sebagai ketua OSIS yang baru ini. Aku juga mau banyak belajar bagaimana cara menjalankan tugas yang biasanya dilakukan ketua OSIS" ucap Zizi.

Tio terdiam cukup lama. Dia tampak kelihatan berpikir.

"Bukankah Pak Gandos selaku pembina OSIS sudah mengajarkan semuanya padamu tadi. Lagipula bila ada kendala atau hal yang tidak kamu mengerti kamu bisa menanyakan padaku langsung di sekolah" ucap Tio.

Tio lalu beranjak dari mejanya dan meninggalkan Zizi yang berdiri mematung disana. Zizi terlihat kecewa.

******

Sore ini Mia dan Tio kembali bertemu di taman kota. Mereka terlihat asyik mengobrol menceritakan kegiatan mereka di kelas mereka masing-masing. Sesekali terdengar tawa dari mereka berdua.

"Oh, iya Mia. Hari ini mungkin aku akan berhenti bermain game online untuk sementara waktu" ucap Tio.

"Kenapa kak ?" tanya Mia.

"Karena aku akan fokus untuk belajar menghadapi Ujian kelulusan sekolah" ucap Tio.

Kalau kak Tio tidak bermain game online lagi, itu tandanya dia tidak akan ke sini lagi kah ? Yah, aku jadi tidak bisa melihat wajahnya dari dekat lagi.

Batin Mia.

"Kamu juga harus belajar. Jangan banyak menggunakan waktumu lebih banyak untuk bermain game daripada belajar" ucap Tio.

"Aku bermain game hanya di waktu sore kok. Kalau dirumah kan aku tidak mempunyai paket data kak. Aku juga sudah belajar sekuat tenaga kak. Tetapi tetap saja nilaiku jelek-jelek semua" ucap Mia.

Tio tersenyum.

"Itu tandanya kamu belum sungguh-sungguh dalam belajar. Kalau memang kamu sudah belajar sekuat tenaga, mana mungkin nilaimu masih jelek" ucap Tio.

"Ya, sudah. Mulai besok bawa buku pelajaranmu ke sini. Aku akan coba mengajarimu" ucap Tio.

"Serius kak ?" tanya Mia.

Tio mengangguk.

****************

Hari-hari berikutnya mereka tidak pernah bermain game lagi di taman kota. Mereka berdua sibuk membawa buku pelajaran masing-masing untuk dipelajari. Terutama Mia yang merasa sangat terbantu nilai-nilainya, karena ajaran yang telah di ajarkan Tio.

Disekolah pun Tio tidak segan-segan menghampiri Mia yang sedang berada di kantin saat jam istirahat, hanya untuk menanyakan perihal perkembangan nilai pelajarannya.

Sempat beredar rumor bahwa Tio mendekati Mia hanya untuk sebagai penghubung agar Tio bisa mendekati Zizi. Mereka menganggap bahwa Tio, sama seperti banyak pria yang sebelumnya mendekati Mia sebagai batu loncatan untuk mendekati Zizi.

Kabar itupun sempat terdengar langsung ke telinga Mia tanpa sengaja. Mia sempat down dan sedikit terpengaruh mendengar kabar tersebut. Tapi dia mencoba menepis rumor tersebut dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa Tio tidak akan mungkin seperti itu.

Tetapi rasa penasaran yang terus menggelantung di benaknya, membuat dirinya memberanikan diri untuk bertanya kepada Tio.

"Kak aku boleh nanya enggak ?" tanya Mia.

"Nanya apa ?" ucap Tio.

"Hmm.. Kenapa orang seperti kakak, mau berteman denganku ?" tanya Mia.

Tio tersenyum. Tidak butuh waktu lama bagi Tio menjawab pertanyaan Mia.

"Habis kamu lucu sih. Jadi aku suka !" ucap Tio.

Jleb !

Pipi Mia memerah mendengar ucapan Tio.

# Jempolnyaaaa dong ! Like, komen dan vote ya 🙏🏼

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!