NovelToon NovelToon

Story' Of Blue Sky

Story' Of Blue Sky 1

you know why the sky is blue?

-Langit Biru

Biru menatap pantulan bayangan tubuhnya di depan cermin ia meneliti pakaian yang melekat di tubuhnya saat ini. 'Masih sama'. Tidak ada yang berbeda dari pakaian yang ia kenakan dulu hanya saja mungkin tempatnya yang berbeda. Ia menatap wajahnya dengan intens di kaca full itu meneliti setiap inci bagian wajahnya takut ada sesuatu yang akan menjadi bahan gunjingan dari orang-orang kepada dirinya nanti. Dan jawabannya sama tidak ada yang berubah. Lamunannya berubah ketika sebuah suara membuat aksinya mematung depan cermin terhenti.

"Biru turun sarapan berhenti liatin kaca trus" teriak suara dari lantai bawah rumah.

"Iya Bun bentar" ucap gadis itu kemudian mengambil tas ransel berwarna biru miliknya bergegas keluar kamar dan menuruni anak tangga.

"Udah kak masih sama kok! nggak usahlah liatin kaca mulu narsis amat sih" ucap seorang anak yang baru beranjak remaja kini duduk di kelas 9 sekolah menengah pertama.

"Apaan si Ga kakak nggak narsis tau, takutnya nanti kakak jadi pusat perhatian orang-orang kayak cerita yang kakak baca di novel kemarin malam cerita gadis murid baru yang jadi bahan pembicaraan ketika dia baru masuk sekolah" ucap gadis itu sambil mengoles selai ke roti tawarnya.

Sontak gelak tawa menggema di dalam ruang makan minimalis yang sederhana itu.

"Kakak, kakak lagian mengahayal melulu sih kerjaannya. Lagian siapa yang malu liat kamu, kita juga bukan berasal dari keluarga berada dan kita pindah kesini bukan karena ayah kamu bangun perusahaan disini tapi karena dia di mutasi" ucap Nanda tertawa melihat tingkah putrinya yang selalu membayangkan menjadi seorang gadis terkenal di sekolahnya.

"Bener yang di bilang bunda kamu Bir, ayahkan di mutasi bukan naik jabatan. Lagian di sekolah baru kamu juga nggak ada kenalan ayah jadi nggak bakal ada yang memperhatikan kamu. Lebih baik kamu makan yang banyak terus di sekolah belajar yang rajin, biar jadi----" ucapnya menjeda kalimat terakhir.

"Anak pintar" sahut jingga tak kalah keras.

"Ish kalian mah aturan dukung Biru bukan malah di ledekin katanya keluarga" rutuk nya kesal kemudian mengigit roti itu dengan sekali suapan.

"Justru itu kak, keluarga saling mengingatkan jika ada keluarganya yang kehaluan tingkat tinggi" lanjut jingga meledek Biru.

"Udah Ga nggak usah ganggu kakak mu, cepat abisin makanannya biar papa bisa ngantar kalian tepat waktu" usil Nanda.

****

Disinilah sekarang Biru berada mendongakkan kepalanya melihat gapura besar di atas gerbang. "SMA Garuda". Biru meneguk salivanya dalam-dalam SMA baru di sekolah barunya di daerah Bandung. Ya mereka pindah karena ayahnya di mutasi ke kota Bandung. Dan alasan kepindahan tidak di ceritakan oleh kedua orang tua mereka.

"Jakarta Bandung apakah mereka sama?" ucap Biru membatin ia kemudian menggenggam tali tasnya kuat-kuat berjalan mengikuti murid yang berseragam putih abu sama dengan nya.

"Jadi kamu Al Biru Verandita Rahman, pindahan dari SMA Nasional Jakarta?" Tanya kepala sekolah bertubuh bongsor itu pada Biru.

"Iya pak" ucap Biru dengan sopan.

"Baiklah kamu masuk di kelas 11 MIPA 1, dan silahkan ke ruangan guru cari namanya buk Anisa dia wali kelas kamu. Ruangannya di sebelah ruangan saya ada tulisannya" ucap bapak kepala sekolah yang bername tag Budianto Rahardjo.

"Apa ada yang ingin di tanyakan lagi Albiru?" Tanya pak Budi kepada biru.

"Nggak pak terimakasih" ucap biru kemudian pamit menuju

"Iya baiklah" ucap bapak itu.

*****

"Baiklah Nak silahkan perkenalkan diri kamu" ucap ibu Anis ketika mereka sudah berada di dalam kelas 11 MIPA 1 .

Semua murid yang berada di dalam kelas itu menatap biru dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Apa gue udah kayak cewek di cerita novel itu kali, segitunya mereka memperhatikan gue" ucap Biru membatin tersenyum gembira.

"Silahkan nak" ucap ibu Anis lagi. Biru mengangguk menjawab perintah Bu Anis.

"Perkenalkan nama saya, Al Biru Verandita Rahman saya pindahan dari SMA Nasional Jakarta" ucapnya dalam satu tarikan napas.

'jadi namanya Al Biru'

'Biasa aja wajahnya, nggak cantik-cantik amat'

'masih cantik Sabrina adik kelas itu'

'iya gue juga bilang apa murid baru ini kalah saing dengan murid baru di sebelah'

'Sabrina juga pindahan dari Jakarta kan, beruntung banget dia baru kemarin masuk udah di ajak gabung di geng most wanted'

'kalau nggak salah Sabrina itu anak orang kaya juga, soalnya dia tadi diantar naik mobil yang beda kayak kemarin'

'beruntung ya dia' . Ucap mereka berbisik-bisik.

Bagikan terdejavu semua perkataan keluarganya tadi pagi jadi kenyataan. Siapa juga yang ingin memperhatikan gadis biasa seperti dia, sadar Biru kamu bukan gadis cantik dan kaya jadi tidak mungkin kau akan mudah terkenal apalagi jadi most wanted girl dalam sekejap! Ucapnya menampar dirinya sendiri.

"Baiklah Al biru silahkan kamu duduk di tempat Anastasya, Anastasya silahkan angkat tangan mu" ucap Buk Anis memberi perintah.

Al biru melihat ke arah garis yang mengangkat tangannya dengan gugup what the ****! Lagi-lagi kesialan menghampiri dirinya bagaimana tidak teman sebangkunya adalah gadis berkacamata tebal dengan rambut di kuncir dua dan jangan lupakan seragam kebesaran yang melekat di tubuh gadis itu mirip seperti baju sumbangan persis seperti cerita gadis Nerd yang sering ia baca di *******. Oh my God cobaan apa lagi yang menimpa Biru baru masuk sekolah baru sudah seburuk ini nasibnya??.

Biru melangkahkan kakinya berjalan menuju meja yang terletak di depan meja guru, dengan berat hati pantas saja tidak ada yang ingin sebangku dengan gadis ini karena penampilannya. Memang benar kita tidak boleh menilai seseorang dari luar namun yang perlu kita nilai itu dari dalam yaitu hatinya mungkin ini yang nantinya akan menjadi kesalahan bagi seorang Al Biru Verandita Rahman.

"Ak--u A-- Nastasya Melinda panggil A-N-A" ucap gadis itu gugup mengulurkan tangannya.

"Gue Al Biru Verandita Rahman panggil aja Biru, nggak usah gugup gitu gue bukan artis" ucap Biru ngasal sambil terkekeh.

"Senang bisa kenalan dengan kamu Biru semoga kita bisa jadi sahabat ya" ucapnya tersenyum tulus.

Biru tersenyum mendengar kalimat ucapan semoga bisa jadi sahabat oleh gadis itu. Selama ini belum pernah ada orang yang berbicara seperti itu dengan dirinya. Selama ia bersekolah di SMANAS juga dia hanya berteman dengan semua orang yang ingin berteman dengan dirinya saja. Ia tidak pernah menemukan sahabat yang goals dengan dirinya padahal kebanyakan dari orang-orang berasumsi bahwa masa paling indah adalah masa Sekolah menengah atas dimana kelak kita akan mendapatkan cinta, dan persahabatan yang indah namun bagi dirinya tidak ada masa indah dalam masa sekolah itu semuanya hanya kalimat bualan semata. Malah ia ingin agar cepat-cepat lulus sekolah agar bisa bekerja membantu ekonomi keluarganya.

Story' of Blue Sky 2

Kringggg

"Baiklah pelajaran kali ini cukup sampai disini jangan lupa kerjaan tugas matematika hal 97" ucap Buk Anis menutup pelajaran matematika wajib kali ini.

Setelah kepergian Buk Anis semua murid berlari keluar kelas ada beberapa murid yang tinggal di dalam kelas juga mereka yang tinggal selalu memainkan gawai di kelas tetapi ada juga yang masih berkutat dengan buku pelajaran contohnya Anastasya Melinda.

"Na Lo nggak ke kantin?" Tanya Biru ketika melihat temannya masih asik dengan buku yang telah ditulisi berbagai macam rumus yang dirinya sendiri tidak mengerti.

"Nanti aja Bir, aku mau ngerjain tugas dulu" tolaknya ke pada Biru.

"Lo mau nitip nggak biar gue aja ke kantin kalo Lo lagi sibuk kayak gini! Lagian dirumah juga bisa kok ngerjain pr tadi soalnya di kumpulkan masih Minggu depan" ucap Biru kepada Ana, bukannya apa lagian Biru juga murid baru di sekolahnya ini ia juga masih binggung dengan tata letak gedung sekolahnya takutnya saat jalan ke kantin  ia nanti kesasar sebab menurut pemikirannya sekolahnya ini sangat besar dan luas 2 kali gedung sekolahnya di Jakarta.

"Nanti aja Bir istirahat ke 2 aku jajan sekarang aku lagi nggak lapar, aku mau kerjain tugas ini dulu" tolaknya.

Biru yang jerngah dengan niat baiknya yang ditolak oleh Ana kemudian menutup buku tulis bersampul hitam itu dengan kesal.

"Bisa lain kali deh" ucapnya terhenti saat ia melihat nama yang terpampang di depan buku tulis itu.

"Erlangga Langit Rajanendra, kelas 11 MIPA 7, Buku Fisika" ucap Biru terkejut membaca nama itu belum sempat ia bertanya siapa pemilik buku itu.

Brakk

Sebuah tangan kokoh membanting meja di disebelahnya tepatnya persis didepan Ana. Wajah gadis itu tiba-tiba berubah pucat berusaha menutupi keterkejutannya dengan kedatangan sosok itu lagi-lagi dan lagi.

"Mana buku tugas gue kayak biasa udah Lo kerjain kan?" Tanya pria itu menatap intens Ana. Gebrakan meja itu seketika membuat kelas yang tadinya ribut dengan teriakan para murid yang menghabiskan waktu di kelas menjadi hening seketika apalagi kelasnya kini tampak lebih ramai karena banyak murid yang menonton aksi pria itu didepan pintu dan jendela kelas.

"M-a-a-f Langit a-k-u kemarin l-lupa ngerjain nya" ucap gadis berkacamata itu dengan menundukkan kepalanya meremas rok abunya tak berani menatap mata elang membunuh pria itu.

"LUPA HAH!" bentaknya kepada Ana.

"NGAPAIN AJA LO NGELONTE" lanjutnya dengan kasar menarik kerah Ana yang sudah berlinang air mata.

"Maaf langit" ucapnya takut sebab cengkraman tangan langit dikerahkan baju putihnya membuat dirinya tak bisa bernafas.

"LO TAUKAN BUK WILNA ABIS INI NGAJAR LO MAU BUAT GUE DI HUKUM ANJING" bentaknya murka, ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi hendak menampar pipi gadis itu namun sebelum menampar tangannya di di cekal oleh seseorang.

"Jadi itu buku Lo Erlangga Langit Rajanendra" ucap Biru sinis. Biru lah yang menahan tangan Langit yang hendak menampar pipi Ana.

"Nggak usah ikut campur" desisnya kasar menghempaskan tangan Biru yang menahan tangannya yang hendak menampar Ana.

"Gue nggak akan ikut campur kalo Lo nggak kasar dengan dia" lanjut Biru dengan menunjuk Ana. Semua orang yang menonton terkejut dengan aksi heroik gadis itu, berani sekali ia melawan seorang Erlangga Langit Rajanendra sang most wanted SMA Garuda.

"Lo nggak punya hak buat ngelarang gue, terserah gue mau apain tu jalang" ucapnya menunjuk Ana yang menagis dalam diam.

"Selain tingkah Lo yang kasar dan kelakuan Lo yang semena-mena ke cewek, Lo juga punya mulut yang nggak kalah dari cabe kiloan yang busuk di pasar tradisional pedas dan kotor dan busuk" lanjutnya dengan nada yang tajam.

"Lo" ucapnya mendorong bahu Biru hingga pinggang Biru terbentur ujung meja.

"Nggak usah kasar bisa" ucap Biru tak terima didorong oleh laki-laki itu ia pun mendorong laki-laki yang bernama Erlangga langit itu dengan keras.

"Boleh juga Lo" lanjutnya berseringai.

Saat tangan Langit hendak mendorong tubuhnya, Biru mengambil tangan langit dan memelintir tangan pria itu dengan keras dan menendang kakinya.

Bugg

Langit tersungkur di ubin lantai, semua mata mereka yang menonton itu terkejut bukan main pasalnya Erlangga Langit Rajanendra pria yang sangat jago bela diri bisa di kalahkan oleh seorang murid baru dengan satu kali pelintiran.

"Banci Lo berani sama cewek" ucap Biru kemudian berjalan keluar kelas, semua murid yang melihat kejadian itu mengeser tubuhnya dari pintu kelas mempersilahkan gadis itu keluar dari kelas.

Langit yang merasa malu karena kalah dari gadis yang baru ia temui itu mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia hendak pergi menyusul gadis itu namun sebuah tangan mencekalnya.

"Lang Lo di panggil pak Dimas disuruh ngadep ke dia" ucap Aden memerintahkan langit untuk pergi ke ruangan ekskul bela diri.

"Bentar gue lagi ada urusan" tolaknya ia ingin mengejar gadis belagu tadi.

"Lo mau kejar si Al Biru, ntar aja Lo tau kan si Dimas kalo lagi marah kayak gimana" usil Aden.

"Oke" ucapnya "jadi nama Lo Al biru" batin Langit.

"Lo bebas kali ini ***** tapi jangan harap lain kali Lo sama cewe bar-bar itu bakal menang dari gue. Dan gue titip salam ke cewek itu selamat datang ke dunia buatan Erlangga Langit Rajanendra" ucapnya kemudian pergi meninggalkan Ana di ikuti oleh Aden di belakangnya.

Setelah tontonan itu selesai semua murid ikut membubarkan barisan mereka ketika melihat kepergian Langit dan sahabatnya Aden. Kalian jangan heran orang seperti itu juga sering kalian temukan di sekolah kalian kan?? Manusia yang kepo dengan urusan oranglain itu ada di setiap sekolah dan banyak di lingkungan sekitar mu.

Story' of Blue Sky 3

"Bagiamana Langit kamu masih belum bisa menemukan teman satu tim kamu yang akan kamu ajak Popda?" Tanya pak Dimas kepada Langit meminta pertanggung jawaban atas pernyataan Langit beberapa Minggu lalu.

"Saya belum menemukan yang orang yang cocok pak untuk jadi partner saya" ucapnya.

"Gimana ini Popda tinggal 3 bulan lagi, kamu harus cepat cari partner kamu, supaya bapak bisa ngelatih kalian" ucapnya dengan tegas.

"Gini aja kita ambil jalan tengah, kalo kamu nggak bisa nemuin Partner kamu sampe besok bapak yang akan memilihkan salah satu dari cewek ekskul bela diri ataupun bukan yang akan mendampingi kamu" ucapnya.

"Tapi pak" ucapnya menolak usulan pak Dimas.

"Nggak ada tapi-tapian Lang, udah 3 Minggu bapak nunggu kabar dari kamu. Data tim lusa udah harus bapak serahkan ke kantor Dinas pendidikan dan olahraga" lanjutnya.

"Sekarang kamu boleh keluar ingat besok" ucapnya kemudian duduk di kursi kebesarannya.

Dengan terpaksa Langit keluar dari ruangan ekskul bela diri itu. Tangganya di kepal kuat-kuat menahan amarah yang sudah memuncak.

Bukk

Ia meninju dinding tangga dengan keras membuat murid yang berada di sekitar koridor bawah dan lantai atas dekat tangga melihat ke arahnya otomatis kini ia menjadi pusat perhatian.

Ia tak peduli dengan tatapan terkejut dari orang-orang disekitarnya ia kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya saat ini moodnya benar-benar hancur.

******

"Makasih banyak ya Bir, tapi kali ini kamu harus menghindar dari Langit soalnya gara-gara aku kamu akan jadi target dia" ucap gadis itu menunduk sedih sebab karena Biru menolong dirinya lah sehingga ikut terlibat dalam masalah langit dan dirinya.

"Gue nggak takut orang kita sama-sama makan nasi kalo misalnya dia makan besi kagak film Hercules iya gue takut, tuhan kita juga satu jadi ngapain takut Sama dia. Lagian nih dia itu banci berani sama cewek kayak Lo!" ucapnya kesal mengingat potongan memori beberapa jam lalu.

"Maafin aku ya Bir" ucapnya menyesal.

"Santai nggak usah minta maaf kali Lo yang bilang kita kan sahabat, otomatis sesama sahabatkan harus saling bantu, lagian Lo punya masalah apa sama si banci kaleng itu?".

Ana terdiam mendengar pertanyaan terakhir yang keluar dari mulut Biru, ia binggung harus menjelaskan dari mana kisah rumitnya hingga bisa berurusan dengan pria bernama lengkap Erlangga Langit Rajanendra itu. Biru yang menatap perubahan ekspresi yang di tunjukan oleh Ana hanya bisa diam, ia merasa mungkin ini bukan saat yang tepat bagi Ana menceritakan masalahnya dengan Langit sehingga Langit dengan mudahnya selalu memperbudak dirinya.

"Maaf kalo pertanyaan gue memberatkan Lo, Lo nggak perlu harus jawab kok. Lagian gue penasaran aja! maafin gue ya" ucap Biru merasa tidak enak dengan pertanyaan dia tadi.

"Nggak papa kok Bir, nanti kalo aku udah siap aku pasti bakal cerita kok" ucapnya sambil tersenyum kearah Biru mengangguk menjawab pernyataan dari Ana, lagian itu juga bukan haknya memaksa Ana untuk bercerita masalahnya, biarlah itu menjadi urusan Ana yang penting sekarang Biru ada untuk menyelamatkan Ana dari pria bernama Langit itu.

Kringggg

Bel pulang berbunyi, hari ini hari pertama Biru mengikuti pelajaran pertama di sekolah baru pertama telah selesai, mulia sekarang dirinya harus membiasakan diri menuntut ilmu di sini mau tidak mau ia harus melakukannya sebab ia juga tak tahu kapan ayahnya selesai di mutasi dan dia bisa pulang ke Jakarta jadi ia harus memaksakan sebaik mungkin belajar di sekolah daerah Bandung ini.

******

"Mana sih angkotnya dari tadi nggak lewat-lewat mana mau ujan lagi" rutuk gadis itu saat dirinya sudah hampir 1 jam menunggu angkutan umum di halte depan sekolahnya.

Sebenarnya ia bisa saja pulang naik ojek online namun batre ponselnya habis daya dan juga ongkosnya pas-pasan karena setelah berkelahi dengan Langit perutnya mendadak lapar sehingga ia pergi ke kantin untuk mengisi makanan yang diminta cacing di perutnya.

Ia terus menerus melirik jam di pergelangan tangannya sekarang pukul 17.00 wib "mampus gue bentar lagi mau magrib, fix udah nggak ada angkot ini" ucapnya kesal.

"Pulang jalan kaki nggak ya gue? Mana ni rumah jauh bener lagi. Takutnya gue juga kesesatan di jalan gimana coba" batinnya menimang-nimang apakah ia harus pulang berjalan kaki.

"Atau gue naik taksi aja kali ya? Tapi sayang duitnya buat bayar argo lagian gue nggak punya banyak duit" ucapnya lagi.

"Ah jalan kaki aja deh biar sehat" ucapnya memilih jawaban atas pertanyaan yang ia lontarkan sendiri.

Baru satu langkah ia keluar dari halte hujan deras turun membasahi kota Bandung dengan derasnya.

"Gila ujan lagi" ucapnya berlari sekencang mungkin ke arah tokoh yang berada di depannya.

Biru menadahkan tangganya di depan atap ruko yang dijatuhi oleh air hujan. Mengingat memori kecil dimana dirinya yang masih berusia 6 tahun menangis tidak ingin mandi jika tidak mandi hujan dengan teman-temannya dulu.

Dimana dirinya cuma salah satu anak perempuan dari 5 orang anak laki-laki yang merupakan tetangga dekat rumahnya. Ingatannya kembali mengingat seorang anak kecil berbaju tekwondo yang ikut bersama mereka mandi hujan 'Elang' anak laki-laki yang selalu melindungi dirinya ketika dulu dia di ganggu oleh anak-anak cewe di sekolah dasar. Elang anak laki-laki yang melindunginya dari kakak kelasnya yang ingin memalaknya. Elang yang bilang ke dirinya bahwa ia harus belajar ilmu bela diri sebab Elang tidak bisa selamanya menjaganya, semuanya terbukti sekarang beberapa hari setelah kejadian dimana ibu Elang meninggal ia pergi dari kota Surabaya dengan Ayahnya.

Beberapa tahun setelah kepergian Elang Biru juga pindah bersama kedua orang tuanya karena ayahnya mendapat tugas di kantor pusat namun sekarang ayahnya di mutasi ke kota Bandung dan selama ia berpindah kota sama sekali ia tidak bisa menemukan anak laki-laki yang mereka kecil dulu panggil Elang.

"10 tahun Lo sekarang apa kabar Lang? Lo masih hidup nggak. Gue mau bilang makasih ke Lo berkat Lo gue jadi diri gue sekarang gadis mandiri yang jago bela diri" ucapnya bermonolog.

"Gue nggak akan lupa wajah Lo dulu tapi sayangnya gue nggak pernah nanya nama panjang Lo dan itu menyulitkan gue buat nyari Lo" lirihnya lagi. Ia mendongak melihat rintik hujan yang kini berubah menjadi bulir-bulir besar air hujan dingiringi dengan gemercik suara gemuruh bersamaan dengan angin yang menambah tanda bahwa hujan tidak akan reda secepat itu.

'jangan om'

'jangan om'

'aku mau pulang'

'tolong' sebuah suara seseorang meminta tolong menggema di telinga nya. Biru meletakkan tangannya ke arah daun telinga mencoba mendengarkan ulang suara permintaan tolong itu.

'siapapun tolong akuuu' teriaknya sedikit lebih kencang.

Biru tak salah mendengar. Itu adalah sebuah suara seseorang meminta tolong. Ia berlari menerobos hujan. Ia melihat dua pria bertubuh besar berusaha menggangu remaja putri didepan halte SMA Garuda. Biru mengepalkan tangannya kuat-kuat dua orang orang ini hendak berbuat hal yang tidak senonoh ke gadis itu. Ia pun melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah 3 orang di halte itu.

'teriak saja semau mu sayang tidak ada orang yang akan menolong mu disini' goda salah satu pria berompi levis robek dengan banyak tato di melekat di lengannya.

"Kalian salah kalo bilang nggak bakal ada yang bantu" ucap biru, membuat kedua orang pria besar itu menoleh ke belakang.

"Wah bos kita dapat dua ciwi-ciwi nih, beruntung banget kita" ucap preman bertubuh tidak terlalu besar dari pria satunya.

"Bagus lah dapat dua jadi kita nggak perlu bagi kalo kita bisa gilir mereka berdua" ucapnya lagi.

"Di gilir oleh kalian" ucap Biru kemudian berjalan ke arah pria bertubuh lebih besar itu.

"Nggak sudih" ucapnya dengan meludah tepat didepan wajah pria itu.

Pria itu murka berani sekali garis ingusan sekolah menengah atas itu meludahi dirinya.

"Dasar tua Bangka sok masih perjaka pengen daun muda" ucapnya remeh kepada dua orang itu.

"Anjing Lo" umpat pria bertubuh besar.

"LO YANG ANJING BANCI BRENGSEK" Umpat Biru murka.

Bughhh

Bughhh

Biru meninju wajah pria besar itu dengan brutal.

Bughhh

"Banci kayak kalian yang berani dengan kaum lemah harus mati sekarang" ucapnya lagi.

Bugh

bughhh

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!