NovelToon NovelToon

Cinta Adinda

Satu

-- Pertemuan Pertama --

Gedung tempat berlangsungnya acara pesta pernikahan yang sangat mewah sedang penuh karena ini waktunya tamu undangan sedang ramai-ramainya tepat pada waktunya makan siang.

"Mama lapar, mau Dinda ambilkan makanan?" belai lembut Dinda pada tangan mamanya yang sedang duduk dikursi roda. Mamanya hanya mengangguk menatap anak bungsunya yang selalu setia dan sabar merawatnya.

"Mama tunggu sebentar ya Dinda ambil makanannya dulu" Dinda tersenyum lembut kemudian berjalan menuju meja makanan yang sudah ramai para tamu undangan antri untuk mengambil hidangan makanan.

Setelah antrian beberapa menit Dinda berjalan menuju kearah mamanya yang sedang menunggunya mengambilkan makanan. Tiba-tiba gaun Dinda terinjak sepatunya sendiri dan hampir jatuh, untung saja ada seorang pria yang datang dari arah yang berlawanan menahan badan Dinda yang hampir terjatuh.

Duk....

"Duh... untung saja, selamat... selamat.. " batin Dinda.

"Kalau jalan lihat kedepan, jangan jelalatan matanya kemana-mana" Ucap Rendy tegas bahkan hampir terdengar seperti setengah berteriak.

Deg....

"iiiih jadi cowok kog kasar banget sih masak sama cewek apalagi yang belum kenal gak ada manis dan sopannya begitu. Kalau gak ikhlas menolong ya gak usah ditolong, aku juga gak minta ditolong" teriak Dinda dalam hati.

"Eeh... makasih Mas dah nolongin saya, maaf saya memang sedang gak fokus" Dinda tersenyum merasa tidak enak hati kalau marah sama laki-laki yang sudah menolongnya ini.

Dinda kemudian berjalan menuju kearah Mamanya yang sedang menunggunya.

"Mengapa aku seperti terhipnotis melihat senyumannya" Rendy menatap kepergian Dinda.

"Hai Bro... baru datang, sama siapa kamu datang?" Danu salah satu sahabat karibnya menepuk bahu Rendy membuat mata Rendy teralih dari sosok Dinda.

"Aku datang bersama Lisa, dia sedang mengambilkan minuman" Rendy yang datang bersama kekasihnya Lisa dan Danu bersama Meli duduk dimeja yang kosong. Saat mereka sedang mengobrol tanpa sengaja mata Rendy menemukan sosok Dinda kembali. Dari jarak yang berjauhan diam-diam Rendy memperhatikan gerak gerik Dinda yang sedang menyuapi Mamanya.

Lagi-lagi aku seperti terhipnotis melihat senyum diwajahnya. Mengapa senyum itu begitu tulus dan wajahnya yang hanya dipoles dengan make up sederhana tapi terlihat sangat manis dan lembut, wanita yang sedang duduk dikursi roda itu pasti Ibunya. Rendy memperhatikan setiap gerakan mereka dari jauh.

"Aa... Ma, sekali lagi ya Ma. Hari ini Mama banyak makannya. Mama senang ya berada dipesta ini? Pasti Mama bosan setiap hari dirumah" Dinda dengan lembut membersihkan sisa makanan dari wajah ibunya. Hatinya sangat senang melihat selera makan Mamanya hari ini.

Mama Dinda mengangkat tangannya dan menunjuk kearah pelaminan dengan tersenyum.

"Mbak Andin sangat cantik kan Ma, dia sangat beruntung mendapatkan suami seperti Mas Riko. Selain mapan Mas Riko juga baik dan tampan" Dinda menatap pengantin wanita yang tak lain adalah sepupunya dengan mata berkaca kaca, mungkinkah dia juga bisa mendapatkan suami seperti itu. Aah... jangan terlalu tinggi mimpimu Dinda. Dinda mengingatkan dirinya sendiri.

Mama Dinda mengangkat tangannya keatas kepala Dinda dengan lembut dan lemah mengusap kepala Dinda yang tertutup jilbab.

"Kamu juga akan mendapatkan suami yang seperti itu juga sayang. Sabar dan jangan berkecil hati ya, Mama selalu yakin wanita yang baik akan mendapatkan laki-laki yang baik juga. Percayalah dengan kata-kata Mama ini".

Dinda tersenyum lembut kearah Mamanya.

"Mama selalu berdoa meminta kepada Allah agar kamu diberikan jodoh yang terbaik sayang". Mama Dinda menggengam tangan anaknya dengan lembut.

Adinda Putri Aulia adalah putri bungsu dari pasangan Bapak Aulia Rahman dan Ibu Rini Astuti. Bapak Aulia Rahman sudah meninggal dunia setahun yang lalu karena kecelakaan dan berita itu membuat Ibu Rini Astuti sangat shock dan terkena serangan stroke. Sejak saat itu Dinda berhenti kerja dan fokus merawat Mamanya dirumah. Dinda mempunyai seorang kakak laki-laki yang bernama Ananda Putra Aulia yang sekarang menjadi tulang punggung keluarga.

Mereka berasal dari keluarga yang sederhana bahkan terkesan pas-pasan apalagi sejak Papanya meninggal dan Mamanya yang sedang sakit membutuhkan banyak dana untuk biaya pengobatan Mamanya. Walau keluarga besarnya dari keluarga kaya dan mapan tapi mereka tidak mau meminta bantuan kepada keluarga besarnya. Mereka berusaha menghadapi kesulitan hidup mereka sendiri tanpa bantuan orang lain.

Saat ini mereka sedang berada dipesta pernikahan kakak sepupu dari Mamanya Dinda. Andin Pramono adalah anak dari kakak tertua ibu Rini Astuti. Andin menikah dengan suaminya Rico Anggara yang merupakan pengusaha muda yang sukses. Andin dan Dinda sangat dekat karena Andin adalah anak tunggal sehingga dia hanya mempunyai saudara Nanda dan Dinda sebagai sepupunya.

Karena kondisi Mamanya yang masih lemah Dinda dan keluarganya tidak bisa berlama lama di acara tersebut. Dinda bersama Mama dan Kakaknya pamit pulang. Sambil mendorong kursi roda Bu Rini, mereka berjalan menuju pelaminan untuk berpamitan dengan pengantin yang sedang berbahagia itu.

"Mbak Andin, Mas Rico selamat ya atas pernikahan kalian berdua. Semoga langgen sampai kakek nenek". Dinda memeluk Andin dengan erak menunjukkan bahwa dia turut bahagia atas pernikahan sepupunya itu.

"Lho kog cepat banget pulangnya Dinda, Tante dan Mas Nanda, acaranya masih sampai sore" ucap Andin yang terlihat sangat keberatan dengan sikap keluarga tantenya pulang cepat diacara pernikahannya.

"Maaf Andin, Mama belum terlalu sehat. Takut kalau dia terlalu lelah jadi drop lagi kondisinya. Mas pamit ya sekali lagi selamat buat kamu dan suami" Nanda pun ikut pamit kepada Andin dan suaminya Rico.

"Jangan lupa ya Mas, minggu depan mampir kerumah kami ada syukuran kecil-kecilan memasuki rumah baru" Rico mengingatkan Nanda akan acara minggu depan.

"InsyaAllah kalau tidak ada halangan kami akan datang. Kami pamit ya..." Nanda pamit sambil bergantian dengan Dinda mendorong kursi roda Mamanya.

Mereka pun pulang dengan menggunakan taxi online menuju rumahnya.

×××××

Diwaktu yang bersamaan Rendy yang tengah asik ngobrol bersama pacar dan sahabatnya tiba-tiba tersadar dan seperti mencari-cari seseorang.

"Mana wanita tadi?" Bisiknya dalam hati. Akh.... mengapa dia harus merasa kehilangan. Wanita itu bukan siapa-siapa bahkan namanya saja dia tidak tau.

Rendy dan teman-temannya melanjutkan pertemuan mereka sampai acara selesai.

Dua

Syukuran Rumah Baru

"Din.... kamu dan Mama sudah selesai? Taxinya udah datang tu" Teriak Nanda pada adiknya.

"Sudah Mas, sebentar ya aku bawa Mama keluar" Dinda keluar dari kamar sambil mendorong kursi roda Mamanya kemudian mereka berangkat kerumah Andin sepupunya yang sedang melangsungkan acara syukuran memasuki rumah baru.

"Selamat ya Andin, semoga kamu dan suami bahagia tinggal dirumah ini, mudah-mudahan segera mendapat momongan ya" Rini mengenggam lemah tangan Andin ponakan satu-satunya anak dari kakak kandung Rini.

"Terimakasih tante udah datang. Yang nyaman ya Tante dirumah Andin. Kalau Tante mau istirahat masuk aja kekamar tamu". Andin memeluk adik papanya penuh dengan rasa sayang.

"Kamu kog gak bilang mau kemari Rin, Mas kan bisa suruh supir menjemput kamu dan anak-anak." Pak Pramono Papanya Andin menatap adik tersayangnya dengan lembut. Adiknya ini dari dulu sangat mandiri, tidak pernah mau diberi bantuan ataupun meminta pertolongan padahal Papa Andin sudah bulak balik memberikan tawaran bantuan kepada keluarganya. Walau hidupnya sederhana dia lebih memilih tinggal dirumahnya yang kecil dari pada harus tinggal bersama kakaknya padahal sudah sering mereka mengajak Rini dan anak-anaknya tinggal bersama mereka sejak Rini kehilangan suaminya karena kecelakaan.

"Gak apa-apa Mas, Rini dan anak-anak bisa naik taxi kog" Rini mengulurkan tangannya untuk sungkem kepada kakak nya itu.

"Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan memintanya pada Mas, apapun itu Mas akan membantumu"

"Terimakasih Mas, kalau saya butuh nanti saya akan bilang sama Mas" Rini menolak halus bantuan dari kakaknya.

"Bawa Mamamu kedalam Dinda, cari tempat yang nyaman agar Mama kamu bisa bersantai" Ucap Papa Andin kepada ponakannya.

"Iya Paman, Dinda kedalam dulu ya bawa Mama" Dinda membawa Mamanya kedalam rumah sementara Nanda masih asik ngobrol dengan Rico suami Andin.

Rumah Andin sangat nyaman. Rumah dengan gaya minimalis memiliki dua lantai. Lantai dasar terdapat 2 kamar. Kamar utama dan kamar tamu. Lantai dua juga terdapat 2 kamar yang masing-masing kamar memiliki kamar mandi didalamnya.

dilantai dasar terdapat ruang keluarga yang besar terhubung dengan ruang makan dan dapur. Sementara dibelakang rumah terdapat kolam ikan dan gazebo untuk tempat duduk santai.

Dinda mendorong kursi roda Mamanya menuju gazebo agar Mamanya bisa bersantai sambil memandang ikan yang ada didalam kolam.

******

Diruang tamu....

"Selamat ya Ric atas rumah barunya, semoga kamu dan istri betah tinggal disini" Rendy datang bersama Danu sahabatnya. Mereka bertiga sudah berteman sejak dari SMU sampai sekarang persahabatan mereka sudah seperti saudara kandung.

"Masuk yuk Ren, Danu kedalam. Acara ini cuma untuk sahabat dan keluarga terdekat aku aja, jadi kalian jangan sungkan ya makan dirumahku" Rico mengajak teman-temannya masuk keruangan keluarga.

Setelah selesai makan Rico, Rendy dan Danu duduk diteras belakang yang mengahap taman, dipojok ada gazebo yang dibawahnya terdapat kolam ikan yang menambah kenyamanan rumah ini.

"Rumah kamu bagus Ric, aku suka melihatnya apalagi taman belakang rumah kamu ini sepertinya ini yang paling favorite menurut aku" ucap Danu.

"Iya Dan, aku sengaja membuat taman ini terlihat lebih asri biar bisa bersantai dirumah setelah lelah seharian dikantor" Jawab Rico.

Rendy menatap sekeliling, halaman belakang rumah Rico memang sangat nyaman. Mata Rendy terhenti di gazebo, saat melihat dua orang wanita yang sedang bersantai di dekat kolam ikan.

"Wanita itu lagi, wanita yang aku lihat di pesta pernikahan Rico, wanita dengan tatapan dan senyuman lembutnya. Sangat nyaman dan betah berlama-lama memandang wajahnya" Bisik batin Rendy, akh... mengapa setiap memandang wajah wanita itu ada sesuatu yang hangat mengalir didadanya. Aku kan memiliki pacar, masak aku bisa tergoda wanita lain. Rendy segera menghapus perasaannya.

"Siapa wanita yang duduk dikursi roda itu Ric?" Tanya Rendy, padahal maksud hatinya ingin bertanya tentang gadis yang dia jumpai di pesta tapi dia takut teman-temannya salah mengartikan pertanyaannya akhirnya dia menanyakan tentang wanita separuh baya yang duduk dikursi roda.

"Oh itu tantenya Andin, adik papanya Andin dan yang disebelahnya anaknya. Tante Rini sakit stroke saat beliau mendengar kabar kematian suaminya karena kecelakaan" Rico menjawab pertanyaan Rendy.

Berarti gadis itu sepupunya Andin. Mengapa hatiku sangat senang ya bisa melihatnya lagi. Selalu tak pernah bosan melihat senyum lembutnya dan sepertinya gadis itu sangat sabar mengurus mamanya yang sedang sakit. Pasti bahagia punya istri yang penyabar seperti itu. Duh ada apa dengan otakku, bisa-bisanya berfikir tentang gadis lain padahal aku sudah punya pacar. Rendy menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

×××××

Saat menemani mamanya yang sedang istirahat duduk santai di gazebo sambil memandang ikan yang ada dikolam, Dinda tak sengaja melihat kearah Riko dan temannya.

Duh cowok itu lagi, cowok dingin yang tak sengaja kutabrak saat pesta pernikahannya mbak Andin. Ternyata dia temannya Mas Riko.

Diam-diam Dinda mencuri pandang kearah Rendy. Ntah mengapa ada perasaan bahagia bisa melihat wajah Rendy lagi tapi Dinda tau diri, melihat dari tampilannya laki-laki itu hampir sama seperti Riko. Dinda menebak pasti lelaki itu adalah orang kaya. Seketika nyalinya ciut, Dinda sadar dia tak pantas berdiri sejajar dengan laki-laki itu.

Dinda menarik nafas panjang seperti ingin meringankan dadanya yang sesak. Belum saatnya dia memikirkan perasaan. Saat ini hanya fokus terhadap kesehatan Mamanya. Hanya itu yang Dinda dan kakaknya Nanda perjuangkan saat ini. Mereka hanya memiliki seorang Mama setelah kepergian Papanya.

"Din, tadi Andin nyariin kamu di dalam. Sana pergi samperin Mbakmu biar Paman yang jaga Mama kamu sekalian Paman kangen mau ngobrol sama Mama kamu udah lama kami tidak ngobrol-ngobrol berdua" Tiba-tiba Pak Pramono datang mengampiri Dinda dan Mamanya.

"Titip Mama sebentar ya Paman, kalau Mama butuh sesuatu panggil aja Dinda" Pak Pramono mengganggukkan kepalanya kemudian Dinda pergi meninggalkan Mama bersama Pamannya, dia pun berjalan kedalan menuju ruang keluarga.

"Mbak Andin tadi cariin Dinda? Ada apa Mbak?" Tanya Dinda pada Andin.

"Eh iya Din, ini Mbak mau minta tolong anak-anak yatim mau balik ke panti asuhan, tolong kamu bagikan bekal ke mereka ya" Ucap Andin sambil menyodorkan dua kotak besar yang berisikan bingkisan didalamnya.

Dinda kemudian membagi bingkisan itu kepada anak-anak yatim yang sengaja Riko undang dari panti asuhan. Satu persatu anak-anak panti mengambil bingkisan dan menyalam Dinda secara bergantian.

Sambil menerima uluran tangan anak-anak saat bersalaman Dinda membelai kepala anak-anak yatim tersebut dengan lembut dan tersenyum.

Lagi-lagi Rendy memperhatikan peristiwa itu dari jauh dan dia sangat terpesona dengan apa yang sedang dilihatnya. Sama orang tua gadis itu sangat sopan, sama anak-anak juga dia sepertinya sayang. Ketulusan hati gadis itu sangat terlihat dari pancaran wajahnya. Waaah istri yang ideal ni. Ups.... lagi-lagi Rendy bingung dengan apa yang sedang dia fikirkan.

Gadis itu sangat sederhana, penampilannya, wajahnya yang hanya dipoles dengan make up tipis tapi terlihat manis. Beda dengan Lisa pacarnya yang selalu tampil sangat gelamor dengan kehidupan sosialitanya.

Duuh... mengapa aku jadi membandingkan mereka berdua ya??? Bisik Rendy dalam hatinya. Rendy segera menepis fikiran yang sedang berkecamuk dalam hatinya.

Tiga

Satu tahun kemudian

"Selamat ya Mbak Andin atas kelahiran Putranya, semoga menjadi anak yang sholeh dan membanggakan kedua orantuanya" Ucap Dinda.

Hari ini adalah acara aqiqah sekaligus syukuran atas lahirnya putra pertama Rico dan Andin. Semua keluarga, tetangga, rekan kerja dan teman-teman mereka ramai datang ke acara pesta dirumah Rico dan Andin.

Dinda datang bersama Mama, kakaknya Nanda dan kakak iparnya Lila. 3 bulan yang lalu Nanda baru saja menikah dengan istrinya yang bernama Lila.

Kesehatan Mamanya juga sudah semakin membaik, sudah bisa berjalan seperti dulu lagi walau masih harus rutin therapy dan checkup kesehatannya.

"Makasih ya Din kamu udah datang. Kamu gimana kabarnya? Udah lama kita gak ketemu dan ngobrol" Tanya Andin yang saat ini sangat senang atas kehadiran putra pertamanya dalam pernikahannya.

"Alhamdulillah aku baik mbak. Mama juga sekarang kesehatannya sudah sangat pesat Mbak, sekarang sudah bisa berjalan" Dinda yang sudah lama tidak bertemu dengan kakak sepupunya itu sangat senang ngobrol seperti ini.

"Syukurlah tante sudah lebih sehat ya sekarang. Jadi apa kegiatan kamu sekarang? Tante kan udah sehat tidak perlu dijagain, lagian sekarang kan dah ada Mbak Lila yang menemani tante dirumah. Apa kamu gak pengen kerja lagi Din?" Andin dan Dinda ngobrol dikamar sambil Andin menyusui putranya.

"Pengen banget Mbak, kasian Mas Nanda yang terus-terusan jadi tulang punggung keluarga, membiayai semuanya. Apalagi sekarang diakan sudah menikah tentu perlu biaya untuk keluarganya sendiri Mbak. Aku jadi gak enak kalau harus selalu bergantung sama Mas Nanda" Dinda yang sudah lama memikirkan semua ini baru kali ini bisa mengutarakan isi hatinya kepada orang lain. Selama ini dia masih memendam keinginannya untuk bekerja kembali.

"Lagi cari-cari lowongan pekerjaan Mbak, kalau mbak denger ada lowongan pekerjaan tolong kabari aku ya mbak, siapa tau ada yang sesuai dengan basic pendidikan dan pengalaman kerjaku sebelumnya" Curhat Dinda kepada Andin.

"Nanti coba Mbak tanya sama Mas Rico ya Din, siapa tau dikantornya atau kantor teman-temannya ada lowongan pekerjaan" Andin kemudian meletakkan anaknya yang sudah tertidur kedalam box bayi.

"Yuk kita keluar Din, dari tadi Mbak belum menyapa para tamu undangan karena Putra rewel minta ASI" ajak Andin keluar dari kamar bayinya. Sebelum keluar Andin memanggil babysitter untuk menjaga anaknya yang sedang tidur dikamar.

Andin dan Dinda kemudian keluar kamar dan berbaur dengan keluarga dan para tamu undangan.

"Putra mana sayang?" Tanya Rico pada Andin yang keluar kamar tanpa anak mereka.

"Sudah tidur mas dikamar ditemani mbaknya" Ucap Andin pada suaminya kemudian dia menyapa teman-teman Rico yang sudah datang dari tadi.

"Duh padahal kami pengen lihat Rico junior lho dari tadi" Ucap Danu yang datang bersama istrinya Meli yang sedang hamil. Danu juga sudah hampir setahun menikah dan kini istrinya sedang hamil 7 bulan.

"Maaf Mel, Mas Danu, Putra dari tadi rewel mungkin gerah karena diluar banyak orang, jadi tadi dibawa ke kamar ngadem dan langsung tidur. Udah berapa bulan Mel hamilnya?" Andin mengelus perut Meli yang terlihat sudah besar.

"Udah 7 bulan An, kami juga udah gak sabar menyusul kalian. Menunggu kelahiran anak kami" Meli terlihat sangat bahagia atas kehamilan pertamanya.

"Aku sudah punya anak, Danu juga sebentar lagi nyusul. Kamu kapan lagi Ren? Jangan sibuk ngurus Perusahaan sampai lupa cari jodoh" Rico sengaja menyindir Rendy yang datang sendiri.

"Iya Bro, jangan berlarut dalam patah hati. Patah satu tumbuh seribu. Gak jadi sama Lisa masih banyak cewek-cewek lain diluar sana" Danu ikut menimpali kata-kata Rico.

"Lagian aku sangat bersyukur kamu gak jadi sama Lisa, dari awal aku sudah merasa ada yang salah dengan tuh cewek. Ntah mengapa sepertinya dia hanya memanfaatkan kekayaanmu saja Ren" Rico menyampaikan isi hatinya yang sudah lama dia pendam.

"Dulu aku pengen bilang sama kamu, tapi karena aku lihat kamu udah bucin banget sama dia aku jadi gak tega. Yah siapa tau felling aku salah dan dia adalah jodoh kamu. Syukurnya semua belum terlambat dan semua terbongkar. Walau ceritanya sedikit mengecewakan tapi aku harap kamu tidak terlalu bersedih akan kandasnya hubungan kalian" Rico menepuk bahu Rendy memberi semangat.

Rendy hanya diam mendengar semua omongan para sahabatnya.

"Aku masih ingin sendiri. Belum kefikiran sama wanita apalagi menikah. Masih enak sendiri" Rendy mencoba mengelak.

"Emang enak terus-terusan tidur sendiri bro? Gak bisa peluk guling hidup" Danu tersenyum menatap Rendy.

"Aseeem lo..." Rendy berusaha mengelak dari ledekan sahabatnya.

"Aku kedalam dulu ya Co, numpang kamar mandi" Rendy berjalan kedalam rumah mencari kamar mandi.

Setelah keluar dari kamar mandi Rendy tak sengaja melihat Dinda yang sedang menggendong anak bayi keluar dari kamar.

Eh itu gadis yang dulu pernah aku lihat saat pesta pernikahan Rico. Gadis dengan senyum lembutnya penuh kasih sayang. Senyum itu masih sama saat aku lihat dia sedang menggendong bayi. Bayi??

Apa dia sudah menikah dan sudah punya anak?

Mengapa aku merasa kecewa ya? Rendy berjalan keluar kembali menuju para sahabatnya berada.

Tak berapa lama setelah dia kembali berkumpul bersama para sahabatnya tiba-tiba dia melihat gadis yang membawa bayi tadi berjalan menuju kearah mereka.

"Mbak Andin, tadi Putra terbangun dan nangis, jadi aku kekamar dan bawa Putra keluar. Aku udah coba mendiamkannya tapi dia tetap nangis. Mungkin dia minta digendong mamanya kali mbak" Dinda menyerahkan bayi yang ada digendongannya kepada Andin.

"Cup...cup... anak Mama, sedih ya Mama tinggal dikamar" Andin menimang anaknya dan tidak berapa lama bayinya pun terdiam.

Meli yang sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu merasa gemas ketika melihat bayi kecil itu terdiam kemudian dia mencubit halus pipi Putra yang imut-imut.

"Lucunya ya Mas, semoga anak kita juga lucu seperti ini" Meli menatap Putra dengan gemas.

"Iya sayang" Ucap Danu pada istrinya.

Dinda yang masih berada di sekeliling Andin dan teman-temannya terdiam dan sangat terkejut menatap Rendy.

Inikan lelaki yang tak sengaja aku tabrak dulu pas acara pesta pernikahannya Mbak Andin. Ternyata dia temannya Mbak Andin dan Mas Rico rupanya. Bisik Dinda dalam hati.

Rendy yang mengetahui bahwa bayi yang digendong Dinda adalah anak Rico, dia merasa lega. Akh... ternyata bukan anaknya.

Tak sengaja mata mereka saling pandang. Dinda langsung sadar dan membuang pandangannya kearah lain.

"Aku masuk dulu ya Mbak" Dinda pun pamit masuk kedalam berusaha menutupi kegugupannya.

Tampan sih, tapi tatapannya serem mana galak lagi. Dinda menggeleng gelengkan kepalanya mengingat pertemuan pertama mereka.

****

"Siapa cewek itu An?" Tanya Meli pada Andin setelah Dinda pergi dari depan mereka.

"Sepupuku Mel" Jawab Andin sambil menimang anaknya dalam gendongannya.

"Masih single An?" Kali ini Danu yang bertanya penasaran.

Rendy pura-pura cuek padahal dalam hatinya sangat menantikan jawaban Andin.

"Masih Dan, kenapa kog tiba-tiba kamu tanya itu. Ingat lho Dan istri kamu lagi hamil masak kamu mau melirik wanita lain. Lagian aku juga gak mau sepupuku kamu jadikan yang kedua" Andin menatap Danu penasaran.

"Eits... Jangan negatif thinking dulu donk. Aku menanyakannya bukan untukku tapi untuk cowok yang disebelahku ini lho. Jones alias Jomblo Ngenes" Danu tertawa sambil menyindir Rendy.

"Asem lo, aku masih sendiri sampai sekarang bukan karena gak ada yang mau ya, tapi karena aku belum nemu aja yang sesuai kriteriaku" Rendy refleks menjitak kepala Danu.

Danu meringis sakit sambil menggaruk kepalanya.

"Ya siapa tau aja cewek tadi sesuai dengan kriteria kamu. Pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang. Kalau kamu gak kenal dia, gimana kamu tau dia sesuai kriteria kamu atau tidak" Danu berusaha menyemangati sahabatnya itu.

"Dinda itu wanita yang sangat penyabar lho Ren, aku rasa sifatnya itu bisa menandingi dinginnya hati kamu" Rico menimpali ucapan Danu.

"Bener Mas Rendy, bukannya aku mau promosiin sepupuku ya. Aku cuma mau buka jalan supaya kamu bisa lebih mengenalnya. Sepupuku itu sangat penyabar dan penyayang 3 tahun Mamanya sakit stroke. Dia bersedia berhenti kerja demi untuk mengurus Mamanya sendiri dan dia berhasil dengan kesabaran dan ketekunannya tanteku sekarang sudah sembuh, oh iya yank aku lupa tadi Dinda cerita karena Mamanya sekarang sudah sembuh dan sudah ada istrinya Mas Nanda yang jaga, Dinda mau kerja kembali. Jadi dia lagi nyari lowongan pekerjaan" Andin bercerita sedikit tentang Dinda pada Rendy setelah itu menatap suaminya Rico.

Jadi namanya Dinda. Bisik Rendy setelah dia menyimak pembicaraannya Rico dan Andin barusan.

"Ren bukannya kemarin kamu mencari seorang sekretaris. Kamu tanya padaku apakah ada orang yang bisa bertanggung jawab dan dapat dipercaya?" Rico ingat pembicaraannya dengan Rico 2 hari yang lalu, Rendy sedang pusing mencari pengganti sekretarisnya yang sudah mengundurkan diri setelah melahirkan anaknya yang ketiga.

"Nah apalagi Ren, pas banget kan. Pucuk dicinta ulampun tiba. Kalau kata nenekku jodoh siapa yang tau. Kalau jodoh gak akan lari gunung dikejar" Danu semakin menggoda Rendy.

"Gak nyambung tauk" wajah Rendy terlihat kesal mendengar ocehan Danu tapi dalam hatinya berbung-bunga tuh hehehe..

"Kalau tentang sekretaris aku memang sedang mencarinya Ric, tapi kalau jodoh aku belum kefikiran" Rendy berusaha datar menutupi perasaannya padahal ngarep banget Dinda bisa segera kerja dikantornya, setiap hari bisa ketemu Dinda, duuh.. jadi gak sabar.

"Yaudah sayang besok suruh aja Dinda antar surat lamaran kekantor Rendy" Rico menyuruh istrinya memberitahu berita ini pada Dinda.

"Bener ya Mas Ren, ntar aku suruh Dinda kirim lamaran ke kantor kamu. Tapi pasti ya sepupu aku diterima dan kamu jangan siksa sepupuku itu ya. Udah cukup cobaan hidup yang dia jalani sekarang jangan kamu tambahi lagi beban fikirannya?" Andin mengancam Rendy. Walaupun Danu dan Rendy adalah sahabat istrinya tapi mereka sudah sangat akrab sehingga Andin tak segan-segan bercanda dengan sahabat suaminya itu.

"Yah tergantung cara kerja dia An. Aku gak suka ribet, yang penting dia bisa mengikuti cara kerjaku. Aku gak suka kerja lambat dan banyak salah". Rendy tidak berani berjanji pada Andin walau itu sepupu Andin sendiri.

"Aku yakin dia bisa diandalkan Ren, ngurus Mamanya yang sakit aja dia bisa apalagi ngurus kamu yang sehat tapi ngeselin gini" Rico tersenyum sambil menepuk bahu Rendy.

"Iya, udah ngeselin, dingin, sok wibawa, hidup lagi" Danu menimpali sambil tertawa.

"sompr** lo" Mereka yang ada disitupun tertawa melihat tingkah Danu dan Rendy.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!