NovelToon NovelToon

Bukan Mimpi Biasa

Bab 1

Hari ini, pagiku begitu terasa menyesakkan dada. Entah kenapa aku yang selalu menganggap semua keputusan ku benar, merasa hari ini adalah keputusan terbodoh yang pernah ku ambil.

Meninggalkan nenek yang ku punya satu-satu nya adalah kesalahan fatal bagiku, setelah mendengar kondisinya tak berdaya di salah satu Rumah Sakit di Jakarta.

Bukan tanpa alasan aku pergi meninggalkan wanita hebatku itu. Tetapi karena aku butuh waktu untuk sendiri, setelah dua kali mengalami kegagalan saat akan menikah.

Bukan pula seperti kisah cinta yang gagal pada umum nya, ditinggalkan karena ketahuan selingkuh atau tidak direstui orang tua.

Pernikahan ku gagal karena calon suamiku yang pertama harus meninggal saat seminggu akan melangsungkan pernikahan kami, tepatnya setelah selesai fitting baju pengantin.

Ketika aku menganggap ini adalah takdir dari sang maha Kuasa, aku bersusah payah mengobati hati yang luka karena kehilangan.

Akhirnya untuk kedua kalinya, aku kembali membuka hati itu pada pria yang begitu mencintaiku. Namun lagi-lagi takdir tak memihak ku.

Untuk kedua kalinya pula, calon suamiku harus meninggal saat akan menuju Gedung Pernikahan kami. Dimana tempat itu akan jadi saksi bersatunya dua keluarga besar.

Ketika sudah resah menunggu kehadiran calon suamiku yang sudah cukup terlambat. Saat itu pula polisi datang menghampiri nenek dan aku. Mereka mengabarkan, bahwa telah terjadi kecelakaan pada mobil pengantin yang dinaiki suami ku dan orang tua nya.

Kecelakaan itu mengakibatkan calon suamiku meninggal dan kedua orang tuanya kritis. Nenek ku wanita yang kuat. Sayangnya aku cukup lemah untuk menerima kenyataan dua kali gagal menikah, dikarenakan hal yang sama.

Semua yang melihat ku, mulai menatapku dengan tatapan sial. Mereka tidak salah, memang aku ini wanita pembawa sial. Wajar saja mereka berfikir seperti itu, karena pada kenyataan nya aku tidak bisa melawan apapun yang sudah terjadi.

Trauma cukup berat ku rasakan, sampai berhari-hari aku mengurung diri menyalahkan diriku.

Apakah aku tak pantas bahagia?

Apa aku ini kutukan bagi pasanganku?

Ada apa sebenarnya dengan semua ini?

Pertanyaan itu terus saja berputar dikepalaku.

Hingga aku memutuskan pergi ke Singapura dan tinggal di Apartment milik keluargaku. Perlahan-lahan luka batinku sembuh, membuat aku mulai kembali menerima keadaan dan pasrah pada Sang Pencipta untuk yang kesekian kalinya.

Lamunan ku buyar, saat pesawat mendaratkan rodanya di atas bumi pertiwiku. Dengan cepat aku melangkahkan kaki ku untuk menyelesaikan segala urusan di bandara dan segera keluar.

Disana sudah terlihat seorang supir keluargaku, tengah berdiri sambil menatap cemas ke arah kedatangan luar negri. Pak kardi yang melihat ku, segera melangkah cepat menuju mobil.

Butuh waktu kurang lebih satu jam untuk sampai di Rumah Sakit tempat nenekku dirawat. Sesampainya di depan pintu, aku terkejut melihat seorang lelaki yang tak jauh usianya dariku duduk di sofa dengan wajah lelah. Bahkan dia tidak menyadari aku di depan pintu karna matanya terpejam.

"Tok Tok Tok" ku ketuk pintu perlahan.

Ketika melihat ku, dia langsung bangkit dari posisi nya ke arahku dan menghampiri ku dengan cepat.

"Apakah kamu Rasty Anindia Herlambang? " tanya nya sambil menyebut lengkap namaku

Aku merespon ucapan nya dengan anggukan cepat.

" ohh syukurlah, ayo cepat nenekmu telah menantikanmu" ucapnya dengan ekspresi lega seolah begitu bersyukur.

Kami segera berjalan ke arah nenek ku yang telah dipasang berbagai alat medis penyambung kehidupan.

Aku langsung menggenggam tangan nenek ku dengan lembut, membuat air mataku langsung tumpah membasahi pipi. Lelaki itu tampak kembali menuju sofa, membiarkan ku menumpahkan segala rasa yang ada dihatiku.

"Nek, ini rasty udah datang, rasty janji gak akan kemana-mana lagi" ucapku sambil terisak

Namun tidak ada jawaban bahkan mencoba membuka matanya pun tidak.

"Nek bangun, bangun maafin rasti, bangun nek" berkali kali ku ucapkan kata bangun dan maaf, sampai akhirnya nenek mulai membuka matanya.

"Rasty" ucapnya dengan suara parau

Aku langsung menyambut antusias sambil tetap menggenggam tangan nenek.

"Nek ini rasty udah disini" ucapku sambil menghapus air mataku dan hanya ingin memperlihatkan kebahagiaan di wajah ku, karna ku tau nenek begitu tidak suka melihatku menangis.

"Rasty, jaga diri kamu baik-baik tetaplah bersama nak reno, dia akan menjaga mu" ucap nenek dengan susah payah.

Nenek seakan lupa, bahwa aku tidak akan dekat dengan lelaki manapun karna diriku ini wanita pembawa sial bagi mereka.

"Nek, nenek harus sembuh nanti rasty yang akan masak bubur buat makan nenek" Ucapku dengan bahagia.

Nenek berusaha tersenyum mendengar perkataanku.

"Rasty, hati-hati nak, dia akan datang untuk menganggumu" Ucap nenek semakin terbata.

Aku tetap diam tak ingin bertanya atau membantah, karna ini bukan waktu yang tepat. Lalu nenek mencoba berkata lagi walau begitu sulit baginya.

"Maafkan nenek, di lemari..."

titttt...

Tiba-tiba alat pendeteksi kehidupan itu berbunyi menandakan bahwa jantung nenek sudah berhenti seketika.

Lelaki itu langsung bangkit dari duduk nya mancari dokter, dan aku langsung menangis histeris sambil tetap menggenggam tangan nenek.

Note : Bantu Like ya kak 🙏🏻

Bab 2

Hari ini setelah pemakaman selesai, aku berjalan lemas keluar dari area pemakaman. Reno memapahku, sambil menyabarkan ku yang masih terus terisak sambil menyebut Nenek.

Meskipun aku mengenalnya hanya sebatas nama dan dia orang kepercayaan nenek untuk menghandle perusahaan keluargaku, tapi aku cukup merasa nyaman di sampingnya.

Aku turun dari mobil dibantu Reno, karna memang badanku terasa sangat lemas. Aku melihat om arya sahabat orang tuaku, menghampiri kami ketika sampai diteras rumah.

"Reno kamu terus disini jagain rasty seperti amanah dari nenek" Ucap om arya sambil menepuk pundak Reno.

"Iya pa" ucapnya tersenyum

Aku yang mendengar ucapan reno menyebut om arya dengan sebutan papa, sontak saja membuatku terkejut. Karna aku tidak mengetahui bahwa om arya memiliki dua anak.

Aku hanya mengetahui anak pertamanya, kak Listy yang usianya lima tahun di atasku. Om arya yang melihat ekspresi ku, saat melihatnya dengan mata membulat seolah tau aku sedang bertanya padanya.

Siapa reno dan mengapa reno menyebut nya papa, lalu dengan sigap om arya langsung menjelaskan.

"Rasty, ini anak kedua om, namanya Reno Aditya Prasetyo. Usia reno dua tahun diatas kamu. Saat om dan tante lisa buka cabang di Turky, ternyata saat itu pula tante lisa hamil Reno. Lalu om memutuskan untuk tinggal disana dan pulang ke Indonesia setelah tante lisa meninggal karena sakit.

Sebab itulah kamu tidak sempat kenal dengan reno, karna kami hanya membawa listy kemari, saat orang tuamu meninggal. Saat selesai kuliah, reno baru menyusul kemari dan sibuk mengurus perusahaan om" ucap om arya sambil tersenyum menjelaskan dengan singkat tentang reno.

" Oh, pantes" Ucapku yg sudah berdiri tegak tanpa dibantu reno saat mendengarkan penjelasan om arya.

"Okelah rasty, om pulang dulu selebihnya bisa kamu tanyakan langsung sama reno" Ucapnya tersenyum sambil mengusap kepalaku dan menatap reno masih dengan ekspresi yang sama.

Aku menganguk dan reno mengucapkan "Hati-Hati" kepada papanya yang sudah kuanggap seperti papaku juga.

Ketika masuk kedalam rumah, betapa terkejutnya aku melihat bik inah membawa sebuah tampah berisi bunga berbagai warna, ayam bakar, telur tiga butir dan kendi berasap.

Tercium bau yang cukup aneh, bau ini adalah bau menyan. Tak sama sepertiku, reno tidak terkejut melihat bik Inah membawa tampah itu hendak menaiki anak tangga. Namun langkahnya terhenti, ketika aku sedikit berteriak memanggil namanya.

" Bik, apa-apan bibik??" Tanyaku dengan nada heran bercampur kesal.

" Anu non, sudah mau magrib ini harus segera di letakan di balkon atas" ucap bik inah tertunduk takut.

" Apa?? untuk apa bik?? Buang sekarang!! " Bentak ku sambil menunjuk ke arah pintu.

" tidak boleh non. Nenek bilang ini harus tetap dikerjakan seperti biasa, kalau tidak non Rasty akan menghadapi masalah. " Ucap Bik Inah tetap sambil menatapku takut - takut.

Aku dan reno yang mendengar ucapan Bik Inah saling berpandangan

" Bik saya ini sudah besar, saya bisa jaga diri saya sendiri. Masalah itu memang akan selalu datang dan pergi, selama kita masih hidup di dunia ini " Ucapku lembut sambil tersenyum kepada Bik Inah meyakinkannya.

" Tapi non, ini masalah nya lain bukan seperti masalah biasa, bibik takut kalau non rasty kenapa-napa " ucapnya kembali meyakinkan rasty agar membiarkan nya menaruh tampah itu ke balkon atas.

Reno tampak mengerutkan dahinya ketika Bik Inah kembali berbicara.

"Bik, bibik percaya Tuhan?? ucapku sambil memegang pundak Bik Inah.

Bik Inah mengangguk cepat tanpa bersuara.

"Kalau gitu, bibik gak perlu takut bahwa semuanya sudah digariskan sang pencipta untuk kita." Ucapku sambil membimbing bik Inah berjalan ke arah pintu agar membuang sesaji aneh itu.

" Bibik bangga non rasty sudah sedewasa ini." ucapnya tersenyum pada saat ku didepan pintu.

"Masalah pula yang mengajarkan saya, agar bisa seperti sekarang ini. Jadi bibik gak perlu khawatir Insya Allah, saya tidak akan kenapa - kenapa. Yang penting bibik selalu berdoa yang terbaik buat saya." ucapku tersenyum sambil menghela nafas.

" Baik non, bibik buang dulu ini yaa non" ucap bik Inah lalu berjalan dengan wajah yang sedikit cemas aku, pun tersenyum sambil masuk kedalam menemui reno.

Perasaan merinding langsung menyergap bik inah saat membuang tampah berisi sajen di tong sampah halaman depan, seperti ada sosok yang mengawasinya.

Setelah membuang sajen itu, bik Inah menatap sekeliling halaman yang luas itu. Dia pun mengusap-usap tengkuknya yang semakin merinding.

Bik Inah berjalan menuju pintu utama dari rumah besar berwarna putih itu. Entah kenapa rumah itu kini terasa seperti diliputi hawa dingin yang tak biasa.

Bab 3

Rasty

Setelah bik inah berjalan menuju tong sampah di halaman depan, aku pun berjalan menemui reno yang telah duduk di sofa tamu. Dia menatapku lekat seolah banyak hal yang ingin dia tanyakan padaku.

Setelah aku duduk berhadapan dengan nya, aku langsung memecah keheningan yang ada di antara kami.

"Jadi kamu sering liat bik inah buat begituan?" ucapku dengan santai lalu melihat reno menunduk dan menganggukkan kepalanya.

"ohh, trus kenapa gak kamu larang? tanyaku lagi, lalu dengan santai ia pun memberi jawabannya.

" Aku gk bisa larang, takut dimarahin nenek. Sebab nenek bilang itu demi kebaikan kamu" ucapnya santai menjelaskan padaku

" Berarti kamu percaya begituan?? tanyaku menatap Reno yang sedang mengambil segelas air putih di hadapan nya.

Namun tiba-tiba saja vas bunga mini terbuat dari kaca, jatuh dari rak dinding tak jauh dari tempat kami duduk. Aku dan Reno segera bangkit menuju tempat vas bunga yang sudah berserakan di lantai itu.

Sesaat kami saling menatap rak dinding tempat awal vas bunga itu sebelum jatuh. Namun tidak ada yang salah dan tidak ada pula baut yang lepas pada rak dinding tersebut. Lalu kenapa vas bunga ini jatuh? pertanyaan itu mulai mengisi kepala kami.

Tak lama bik inah datang lalu menutup pintu. Ketika menoleh ke arah kami yang berdiri tak jauh dari pintu utama, bik inah langsung panik melihat aku dan reno berdiri di dekat pecahan vas bunga tersebut.

" Aduuh non, awas awas jangan disini nanti kalo kena kaki gimana? " ucap bik inah khawatir sambil berjalan cepat mengambil sapu dan serokan sampah.

Aku dan reno pun mundur ketika Bik Inah membersihkan pecahan kaca tersebut.

" kenapa bisa jatuh non? " tanya bik inah sambil terus membersihkan pecahan kaca itu.

Aku yang akan menjawab langsung berhenti ketika reno duluan yang bicara.

" Itu bik, tadi rasty resek banget jadi kami bercanda sampai kejar-kejaran ehh ternyata sampai nyenggol vas bunga ini. " ucap reno senyum sambil menatap ku yang sudah pasti dengan ekspresi kaget, mendengar dirinya begitu santai saat mengarang bebas.

Namun segera ku tepis ekspresi kaget ku itu, saat menyadari bik Inah sudah selesai lalu berdiri tegak melihat ku.

"Lain kali hati-hati non" ucap Bik Inah tersenyum senang sambil melirik Reno lalu pergi meninggalkan kami berdua.

Aku tidak menanyakan alasan Reno berbohong, karna aku tau semua itu dia lakukan agar bik inah tidak cemas. Mengingat aku baru saja menyuruh nya untuk membuang sesajen itu.

" Yuk istrahat aku udah capek" ucap Reno sambil membalikkan badan nya berjalan menuju ketangga.

"Maksudnya kita istirahat satu kamar??" tanyaku polos dengan ekspresi cemas mengikuti langkah nya dari belakang.

Reno yang mendengar perkataan ku langsung menghentikan langkahnya di anak tangga ke dua, lalu berbalik menatapku. Dia terdiam sebentar, setelah itu langsung tertawa selepas-lepasnya membuat ku malu dan menundukkan wajahku.

Ia kembali berjalan, dan berhenti di depan pintu kamar yang sangat aku rindukan. Bagaimana tidak rindu, sudah dua tahun aku meninggalkan kamar yang selalu menjadi tempat ku menghabiskan sepanjang malam.

Aku pun sampai didepan pintu kamar lalu membukanya.

" Ini kamar kamu kan? disebelah situ kamar aku" ucap reno tersenyum sambil menunjuk kamar tamu disebelah kamarku.

Aku yang malu hanya mengatakan "Oke". lalu langsung membuka pintu kamar. Setelah melihat sebentar kamar ku, yang ternyata masih sama seperti pertama kali kutinggalkan. Aku pun melangkah masuk.

" Oke lah, bye aku duluan " ucap ku yang telah berada didalam kamar.

" Oke, istirahat lah kamu" ucap Reno tersenyum.

Aku pun tersenyum lalu menutup pintu dengan rapat. Sebelum merebahkan badanku, aku menatap foto diriku saat kecil. Foto anak yang terlihat begitu polos dan ceria, foto bersama kedua orang tuaku dan nenek.

Air mataku kembali menetes saat mengambil foto itu dan memandanginya. Rasanya ingin ku putar waktu kembali namun itu adalah hal mustahil untuk terjadi.

Ku letakan foto itu ke tempat asalnya, dan menghapus air mataku. Entah perasaan ku saja atau apa, aku merasa seperti tak sendiri dikamar ini.

Terasa seperti ada seseorang yang terus memperhatikan setiap gerak-gerik ku, tanpa membiarkan ku lepas dari matanya. Aku menepis itu semua, mungkin karna saat ini aku sedang terpuruk. Sehingga perasaan aneh ini muncul dengan begitu mudah nya.

Kuputuskan untuk mandi agar tubuhku terasa segar. Aku merebahkan badan menatap langit-langit kamar ku, dengan memakai tank top dan celana tidur panjang.

Akhirnya aku mengambil posisi ternyamanku untuk tidur, menyamping sambil memeluk guling, itu lah posisi favoritku.

Dan mimpi itu di mulai.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!