.......
.......
.......
...HAPPY READING...
.......
.......
.......
"Tuan, saat saya berkeliling tadi, saya menemukan seorang wanita terduduk di depan gerbang mansion tuan" seorang bodyguard berbadan tegap menyampaikan segala informasi dari a sampai z, tak tertinggal hingga secuil masalah pun
"Jadi?..." Tuan sang bodyguard bertanya santai sambil terus meminum secangkir kopi di tangannya.
"Saya curiga, mungkin itu salah satu mantan tuan yang ingin meminta pertanggung jawaban seperti sebelum-sebelumnya" bodyguard tadi menunduk hormat, setelah mengatakan hal tersebut.
Tuan sang bodyguard hanya bisa geleng-geleng kepala. Memang sangat banyak mantannya yang meminta pertanggung jawaban setelah dia buang. Tapi ralat, pertanggung jawaban? Apa yang harus ditanggung jawab-i sedangkan dia belum pernah mencoblos sama sekali.
Dan dia hanya bisa menggumamkan kata muak berkali-kali.
"Bawakan dia kesini, setelah itu kamu tau, apa yang harus kamu perbuat kan?" tanya tuannya pelan.
"Baik tuan, saya permisi" Sepeninggal bodyguard tadi, tuan sang bodyguard menunjukkan smirk lebar.
"Yah... tidak apa-apa, mungkin malam ini aku akan puas." Pria tersebut melangkahkan kaki, memasuki kamarnya dan membawa beberapa bantal ke kamar tamu, ya begitulah dia tidak mau melakukan aktivitas dengan orang lain di kamarnya. Menurutnya, kamarnya adalah tempat suci dan tidak bisa diinjak para budaknya.
.......
.......
...🌼...
.......
.......
Dihadang oleh tiga pria tinggi berbadan tegap, membuat seorang wanita berteriak ketakutan. Dia takut kejadian yang terjadi 15 menit lalu yang untungnya gagal itu, akan dilakukan kembali oleh ketiga pria di depannya.
"Apa yang kalian lakukan..." Perempuan tersebut berteriak ketakutan, melangkah mundur dan terus berteriak.
"Sudahlah nona, jika anda ingin cepat pulang, anda harus ikut kami, dan segera meluruskan hal ini." Salah satu pria berusaha tenang dan mulai meraih pergelangan tangan si wanita yang masih berteriak.
"Apa maksud mu, jangan ganggu aku sialan, aku hanya ingin pulang..." Wanita tersebut masih berteriak, memberontak saat ketiga pria kekar berbadan tinggi itu menarik kasar tangannya dan langsung membawanya memasuki sebuah rumah yang sangat besar dan megah. Wanita itu memandang rumah yang lebih layak di sebut dengan istana.
Wanita itu tak menyangka, dia bisa menemukan rumah atau istana megah nan indah di tengah hutan. Sebab, sejak tadi dia berjalan hanya ada hamparan pohon besar yang dia lihat.
Wanita itu hanya bisa menangis, kekuatannya tak sebanding dengan tiga pria di hadapannya. Dia hanya meratapi nasib, berharap segera menemukan pertolongan.
*T**ok...tok...tok*...
Salah satu pria yang menyeretnya mengetuk sebuah pintu bercat putih, dan langsung terdengar langkah kaki mendekat pertanda pintu akan di buka.
*Ce**klek*...
Pintu terbuka menampakkan sosok wajah pria tampan, dengan handuk melilit sebatas pinggang. Dan jangan lupakan rambut basahnya yang masih dilap dengan sebuah handuk putih kecil.
"Bawa dia masuk, dan segera pergi." Si pria yang baru saja mandi, menutup pintu setelah ketiga pria berbadan tegap tadi pergi.
"Baiklah nona, kali ini apa alasan mu?" Pria yang masih berbadan toples itu melirik singkat kearah wanita yang duduk merangkak di atas karpet bulu kamar itu.
"Siapa kamu, aku mohon jangan sentuh aku, aku tidak tau apa-apa." Wanita itu hanya menangis sambil menutup matanya dengan kedua telapak tangan.
Pria tersebut mengerutkan dahi heran dan bingung. Sangat jarang ada yang tau tentang mansionnya ini, hanya para pekerja dan perempuan sewaannya dulu. "Bukannya kamu adalah salah satu mantan ku yang meminta pertanggung jawaban?" pria itu menarik dagu si wanita, untuk menatap kearahnya.
Dan ya, sejauh ini dia belum pernah memiliki mantan seimut dan semanis ini, mantannya adalah orang-orang ber-make up menor dan suka menarik perhatian.
Hm sepertinya Hasan salah, dia bukan salah satu mantan ku, tapi aku sudah sangat tegang, perlu dipuaskan.
Pria tadi menatap dalam mata si wanita, dan langsung turun menatap bibir tipis merah muda itu.
Perlahan wajahnya mendekat, membuat si wanita kalang kabut, berusaha memberontak tapi tenaganya tak cukup, dia tadi sudah melawan satu pria yang juga hendak menciumnya seandainya dia tak langsung menendang harta berharga pria tadi, entah apa yang akan terjadi
Tapi sekarang berbeda, dia sudah tak punya kekuatan, tenaganya habis setelah memberontak kepada ketiga pria tadi
wanita itu hanya bisa pasrah, ia sudah sangat lelah, dan tidak peduli lagi... bahkan jika ia memberontak dia pasti tak akan bisa lari.
cup
Satu ciuman tepatnya di bibir mampu membuat setetes air mata keluar. Pria tadi kaget bukan main, ini bahkan hanya kecupan bagaimana jika dia berbuat lebih dengan meminta jatah b l o w j o b, pasti perempuan di depannya itu akan bunuh diri pikir pria tampan itu.
Pria itu menjauhkan wajah perlahan, pria dan mengusap lembut pipi wanita yang masih menangis dengan tatapan kosong itu.
"Mulai sekarang, kamu harus menjadi budakku nona, apapun yang terjadi, atau aku akan berbuat lebih sekarang." Wanita tersebut hanya mengangguk pelan, ia seakan tak tau apa-apa lagi, sepertinya ia harus mau kali ini hanya untuk keselamatannya
"Baiklah bersihkan dirimu, aku akan memanggil pelayan membawa baju ganti." Setelah itu pria tersebut berbalik dan mulai meninggalkan kamar yang dihuni budak barunya.
.......
.......
...🌼...
.......
.......
Wanita tersebut tidak mau bergerak dari karpet berbulu halus itu. Ia bahkan belum mandi dan mengganti bajunya yang sedikit rusak karena dirobek paksa oleh pria yang hampir memperkosanya tadi di gang seberang. Dalam benaknya ia merutuki diri, demi menolak perjodohan konyol yang di lakukan orangtuanya... Dia lari dari rumah dan hampir dijamah oleh 5 pria dalam sehari ini
Ya Tuhan, apakah jika aku menjadi budak disini aku akan bebas dari ayah, dan bebas dari perjodohan konyol itu?
Dia masih berpikir, dan mulai bangkit meyakinkan diri, lebih baik dia menjadi pelayan disini, yah walaupun dia tidak akan bisa melanjutkan kuliahnya yang tinggal setengah tahun lagi.
Usianya yang masih muda, perkuliahan yang masih belum tuntas terus dia pikirkan, hingga tak menyadari seseorang bersedekap dada di depan pintu.
"Apa kamu tidak akan bergerak dari situ hingga kamu tua?" kalimat yang diucapkannya terdengar pelan tapi sinis.
Wanita itu terkesiap, dan mulai bangkit merapikan rambutnya dan mengusap pelan pipinya yang basah karena air mata.
Mengalihkan pandangan, melihat penampilan pria didepannya itu dengan wajah cengo, celana pendek berwarna hitam dan kaus santai berwarna putih.
*Sa*ngat tampan...
Setelah itu, dia menggeleng-gelengkan kepalanya, merutuki diri karena telah memuji pria yang merebut first kissnya, memang itu tak penting, tapi dia sangat berharap first kiss itu akan dia beri kepada suaminya kelak.
"Maaf tuan, kalau boleh tau, di mana kamar mandinya?" Wanita tersebut bertanya dengan kepala menunduk.
"Hei angkat kepalamu jika sedang berbicara." Wanita itu menurut dan mengangkat kepalanya, tetapi dengan pandangan ke arah lain
Pria itu menunjukkan kamar mandi di sudut kiri ruangan dan langsung dimasuki oleh wanita tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Ck dasar budak sialan." Pria tadi langsung menutup pintu, memasuki kamar dan langsung duduk di atas kasur king size itu.
Tak berselang lama, wanita tadi keluar dengan baju santai yang sudah rapi, yah tadi pelayan sudah mengantarkan saat wanita itu masih melamun.
"Oke kamu duduk disana." Pria itu menunjuk sofa dan langsung dituruti oleh si wanita.
"Perkenalkan dirimu kepada tuan mu ini, secara jelas dan terperinci, supaya nanti tuan mu ini bisa menentukan tugas mu" pria tersebut menatap datar si wanita yang hanya menunduk.
"Maaf tuan jika saya lancang di awal pertemuan, nama saya Caitlin, saya berumur 21 tahun, dan saya masih kuliah semester akhir, saya tinggal di kota J". Wanita itu menjawab dengan kepala menunduk.
'Astaga dia masih kecil sekali, pantasan dia terlihat polos' gumam pria itu sambil menelisik wajah polos perempuan uang masih asik menunduk.
Pria tadi tersenyum lebar, mungkin ini akan menyenangkan, mantannya kebanyakan seumuran dengan nya dan bahkan ada yang lebih tua darinya.
"Baiklah Caitlin, saya tuan mu, kamu bisa panggil aku tuan George dan rumah ini akan menjadi rumah mu juga seperti pelayanan-pelayan lainnya-" Ucapnya dengan sedikit jeda.
"Dan ya, kamu salah satu budak dengan perlakuan istimewa, kamu akan tau tugas mu nanti, jika ingin bertanya lebih tanyakan kepada Hasan bodyguard ku yang membawa mu kesini." George menunjukkan senyum tipis yang jika diperhatikan sangat menyeramkan, kepala pintar George mulai berfantasi, membayangkan jatah b l o w j o b dari perempuan muda itu.
"Tapi tuan, saya masih kuliah, bagaimana dengan keluarga saya?" Caitlin bertanya dan mulai memandang wajah bak dewa Yunani milik George.
"Kamu tidak akan pernah keluar dari sini, jika aku bosan baru aku akan mengeluarkan mu-"
"Dan ya, kamu tidak perlu kuliah, aku akan memberi gaji sesuai dengan karyawan kantoran yang lulus sarjana itu, jadi tenanglah" George berucap santai, dia pun melipat kedua tangannya di depan dada dan kembali memandang wajah Caitlin.
"Kamu akan mulai bekerja besok, dan setelah tau apa tugas mu jangan membantah, karena kamu sudah terpilih"
Caitlin mengangguk singkat, dan menghela nafas setelah George keluar dari kamar itu.
'Perasaan ku tidak enak, ya Tuhan berkati lah aku... bibir ku tak suci lagi l_l'
Di dalam kamar lain, George memasuki kamar mandi dan melakukan ritualnya yang harus dituntaskan sendiri.
"Kurang ajar, jika saja dia bukan seorang bocah, pasti sudah ku hajar sekarang..."
.......
.......
...*To be continued^_^...
...Like, vote, comment and share...
...Absen dulu, kalian asalnya darimana? Dapet cerita ini darimana? 🤗...
.......
.......
.......
.......
.......
...*Mohon maaf ada 18+ tapi...
...sedikit kok🌱🌱...
...Kalau risih, boleh skip...
.......
.......
.......
Membaca kembali isi kontrak, Caitlin menghela nafas, dia ingin berteriak sekarang,
setelah tadi Hasan datang dengan kertas di tangannya, meminta Caitlin menandatangani kontrak yang sudah di buat George, dia tidak terima, dia sama halnya dengan j a l a n g sekaligus pembantu yang dibayar.
Perlahan Caitlin kembali membaca isi kontrak, dengan kepala berdenyut sakit dan bingung, di dalam kontak tertulis, apapun yang diperintah George harus di lakukan Caitlin, termasuk urusan ranjang.
Caitlin ingin menangis, tapi apa daya tadi dia langsung semangat 45 untuk menandatangani saat melihat hanya dua poin kontrak, tapi setelah Hasan menyuruh Caitlin membaca sebentar, dia langsung menganga lebar, dia bahkan tidak tau dengan dendanya jika membatalkan kontrak secara sepihak.
Caitlin hanya mengangguk pasrah, dia sudah tak peduli lagi, memang dia adalah j a l a n g sekarang. Caitlin hanya menangis pelan, dia akan sangat buruk nantinya, apakah keluarganya akan menerimanya lagi, jika ia dibuang George setelah bosan.
Caitlin menghapus air matanya, bertekad biasa saja, dan meyakinkan diri bahwa di dalam keluarganya dia pun ingin dijual dengan cara dijodohkan dengan pria yang sudah sangat jauh umur dengannya. Maybe? karena Caitlin belum pernah bertemu dengan pria itu, tapi itulah yang di simpulkan otaknya.
Caitlin menghela nafas lagi, membaca poin ke dua, tidak boleh keluar dari mansion itu hingga dia diijinkan oleh George sendiri jika tidak, denda akan berlaku.
Selamat datang Caitlin, di hidup baru mu dengan si iblis posesif.
.......
.......
...🌼...
.......
.......
George yang masih baru pulang dari kantor disuguhi pemandangan indah, dimana Caitlin yang sedang ikut membantu memasak di dapur. Awalnya George hanya ingin mengambil minum seperti kebiasaannya sepulang kantor, tapi ia mengurungkan niat dan hanya memandang budak barunya itu dari dekat pintu.
"Oh selamat sore tuan, tuan butuh sesuatu?" Suara salah satu pelayan wanita mengagetkan seluruh manusia yang ada di dapur itu, terutama Caitlin yang juga sedang memikirkan nasibnya nanti malam.
"Saya hanya ingin minum, lanjutkan aktivitas kalian" sahut George cuek dan mulai mengambil minum.
"Caitlin siapkan baju ganti saya" George pergi setelah mengucapkan kalimat itu, Caitlin yang bingung hanya mengangguk pasrah, dia berlari ke arah walk in closet yang berisi banyak pakaian milik George.
Tiba-tiba Hasan datang, dan mencekal tangan Caitlin yang ingin mengetuk pintu kamar George "Maaf nona, tuan George tidak suka ada orang yang masuk ke dalam kamarnya, silahkan tunggu saja di luar, setelah tuan keluar dia pasti akan mengambil baju ini".
Caitlin hanya mengangguk sopan, dan menunggu George mengambil baju dari tangannya. Setelah beberapa menit, keluarlah George dengan rambut basah dan handuk yang melilit sampai pinggangnya.
"Mana bajuku?" George segera membuka pintu, melihat wajah gugup Caitlin yang sesekali melirik perut sixpack George, dan George mengambil baju dari tangan Caitlin dan segera memakainya di dalam kamar.
George mengulum senyum saat matanya memandang pintu yang terhubung ke walk in closet dengan kamarnya, dia sengaja menyuruh Caitlin masuk dari pintu luar, untuk membuatnya lelah dan kesal.
Setelah itu, George keluar dan mulai makan malam seorang diri. Dalam benak Caitlin dia sudah berharap diajak makan oleh George, tapi yah seperti itulah, George tidak peduli dan hanya makan saja.
Setelah makan, barulah seluruh bawahan George makan di dapur termasuk Caitlin.
"Caitlin siap makan, segera datang ke kamar mu" George pergi meninggalkan dapur yang ribut akibat Caitlin tersendak makanan.
"Maaf nak, kami tidak bisa membantu, tuan memang sering seperti itu, membawa wanita ke rumah, dan kami tidak tau kelanjutannya, tetapi kamar yang kamu huni sekarang adalah kamar yang juga dihuni para wanita yang biasa tuan bawa, tapi itu hanya berlangsung sampai tiga minggu dan yang paling lama adalah 2 bulan, itupun hanya ada dua wanita yang bertahan selama itu, karena tuan segera bosan, dan mengusir mereka, tapi memang kami lihat nona berbeda, semua teman wanita tuan selalu manja dan berpenampilan berlebihan, sedangkan kamu sangat sederhana"
Penjelasan panjang wanita paruh baya itu membuat Caitlin tercekat, seakan tenggorokannya penuh dan tak bisa bernafas, sekeji itukah perilaku George, dia meratapi nasib, mungkin nanti dia akan sama dengan wanita yang dibuang George itu, tapi dia seakan tidak terima dia tidak terima jika nanti George membuangnya, tapi dia kembali bertanya, dia siapa??
"Sudah berapa banyak Bu wanita yang dibawa tuan George?" Caitlin bertanya serius.
"Em kira-kira masih 14 orang nak, dan mungkin ke-15 kamu, kebiasaan tuan George ini terjadi juga baru tiga tahun belakangan ini, kami juga tidak tau kenapa" Caitlin hanya mengangguk singkat, pasti George punya alasan tersendiri kan, pikirnya.
"Ya sudah cepat temui dia nak, nanti kamu kena imbasnya, awalnya ibu tidak mau memberi tahu ini, tapi melihat kamu yang mau berbaur dengan kami, rasanya kami harus memberitahunya".
"Baik bu, terimakasih aku duluan ya Bu!" Caitlin pergi meninggalkan wanita paruh baya dan beberapa pelayan wanita lainnya.
.......
.......
...🌼...
.......
.......
tok...tok...tok...
"Masuk...." Suara dari dalam kamar membuat Caitlin memasuki kamar tersebut.
"Kenapa kamu lama sekali?" tanya George dengan datar dan malas.
"Maaf tuan, saya merapikan piring saya tadi" jawab Caitlin mencari alasan.
"Ya sudah, ngomong-ngomong apakah kamu sudah mandi?" George bertanya sambil terus memainkan handphonenya.
"Su-s-sudah tuan" jawab Caitlin terbata-bata, tiba-tiba George meletakkan ponselnya diatas nakas dan mulai melangkah mendekati Caitlin.
George menarik pinggang Caitlin dan langsung memeluknya, "Apakah kamu sudah membaca kontraknya?" Suara berat khas George membuat jantung Caitlin berdegup kencang, bukan karena cinta tapi karena takut dan belum siap.
"Su-dah t-tu-an" jawab Caitlin terbata lagi.
"Ya, pasti kamu sudah membaca, karena Hasan juga sudah mengatakan kepada saya, bahwa kamu sudah menandatangani kontraknya, jadi tidak ada jalan lain. Ngomong-ngomong jangan gugup, aku hanya akan meminta jatah b j, tidak langsung memakanmu kok!"
Dibawah sana menegang, wajah George memerah, Semerah tomat yang sudah matang. Akibat mencium wangi yang memabukkan dari Caitlin.
"B j itu apa tuan?" tanya Caitlin dengan wajah polos.
"Seperti permainan orang dewasa." Jawab George dengan cepat.
"Sini" George menarik Caitlin, dan mendudukkannya di lantai. George juga mengambil posisi duduk di ranjang menghadap Caitlin.
"Manjakan dia" Ucapnya serak, penuh n a f s u.
Caitlin terlihat bingung sambil meneguk ludah kasar. Dia terdiam kaku, dan tak bergerak sedikit pun.
George merasakan keanehan dalam tubuhnya, tubuhnya memberontak biasanya ia hanya akan dipuaskan, dia tidak mau memuaskan, karena menurutnya memuaskan orang lain sangatlah mahal, dan jika dia yang memuaskan maka harganya tak dapat dibayar. Menurutnya 'j*l*ng saja dibayar, masa aku yang ganteng begini ngasih gratisan'. George mendekati Caitlin yang masih terdiam kaku, menarik tangannya dan mengendus-endus kulit leher Caitlin yang sangat wangi memabukkan, George mulai menciumnya dan menggigitnya pelan, meninggalkan tanda kepemilikan di sana.
"Apakah kamu mau,,, sekarang saya melakukan itu?" George bertanya setelah mengangkat tubuh Caitlin ke atas ranjang dan memeluknya, karena Caitlin hanya diam sedari tadi, menatap wajah Caitlin yang memerah, kulit leher Caitlin sudah sangat panas dan perih akibat gigitan nyamuk besar yang masih mendekapnya itu.
"Jika saya menolak, pasti tuan juga akan melakukannya kapan-kapan" Jawaban Caitlin membangkitkan singa lapar, George yang mendengar jawaban itu seperti telah mendapat persetujuan, jujur saja George pun bingung dengan apa yang dilakukannya setelah itu. Dia tiba-tiba sangat ingin melakukan 'itu', George menahan hawa panas yang semakin menggelayuti tubuhnya.
"Jangan menyesal ya, karena jawaban mu aja yang ambigu, membingungkan"
George mengangkat tubuh Caitlin, dengan sangat cepat George berlari ke kamarnya, membawa Caitlin dalam gendongan ala bridal style. Tak menyadari ada kasur yang paling dekat dari mereka tadi.
George meletakkan tubuh Caitlin diatas kasurnya dan segera mencium bibir tipis pink milik Caitlin, bahkan me l u m a t habis bibir Caitlin. Tangan George tidak tinggal diam dia segera melepaskan pakaiannya dan pakaian Caitlin hingga yang kalian bayangkan terjadi.
"Ingat kamu yang pertama, jadi jangan lupa buat bayar. Untung saja aku juga yang pertama buat mu" Bisikan pelan yang masih bisa di dengar Caitlin dari mulut George itu diabaikan, karena malam itu mereka melepas semuanya, dan jujur entah setan dari mana keduanya menikmati malam yang panjang itu.
.......
.......
...🌼...
.......
.......
Caitlin menggeliat, tubuhnya terasa remuk, matanya perlahan terbuka dan ya tuannya masih terlelap di sampingnya dengan tangan yang masih melingkar indah di atas perut Caitlin dan dengan keadaan yang sama seperti tadi malam.
Keduanya baru tidur setelah puas melakukan aktivitas 'itu', Caitlin mengingat semalam dia menerima tak memberontak, ada apa dengannya, kenapa tubuhnya seperti tubuh j a l a n g yang mau-mau saja dijamah pria yang bukan suaminya.
Caitlin terisak pelan, mengeratkan genggamannya pada selimut yang menutupi tubuhnya, dan terus menggumamkan kata 'kotor'.
George yang mendengar isakan pelan itu membuatnya menggeliat dan langsung membuka mata, dengan posisi tidur yang menyamping dia dapat melihat dengan jelas wajah sembab wanitanya.
George perlahan bangkit dan memeluk erat Caitlin dalam posisi duduk, George mengusap pelan kepala Caitlin dan sesekali mencium puncak kepala wanita pertama yang dipuaskannya.
"Maaf... saya juga merasa remuk walaupun dominan enaknya" Hanya itulah kalimat yang keluar dari mulut George setelah 15 menit mereka terdiam.
.......
.......
...*To be continued...
...Like...
.......
.......
.......
.......
.......
.......
...HAPPY READING...
.......
.......
.......
Tak ada badai, tak ada hujan, setelah malam yang panjang itu, George selalu menempel bagaikan lem dengan Caitlin.
George bahkan tak pergi bekerja, dia mengutus Hasan mengurus perusahaannya selama dua hari ini, entah karena apa.
Caitlin yang tidak mengerti apapun hanya diam, dia juga tak mau bertanya takut salah dan dibentak tuannya itu.
"Caitlin, nanti kita..." George tidak melanjutkan kata-katanya, dia melirik kecil sekitar dapur yang diisi beberapa pelayan "Ehem... bisa pinjem Caitlin sebentar kan" Pelayan yang mendengar langsung shock, tidak biasanya tuan mereka meminta seperti itu, jika butuh langsung seret.
Mereka serempak mengangguk, mempersilahkan Caitlin untuk di bawa tuannya yang bersikap aneh mulai dari pagi.
Dengan senang hati, George menarik tangan Caitlin ke kamarnya.
George menutup pintu, tapi tidak menguncinya. Caitlin terdiam ingatannya tentang peringatan Hasan yang mengatakan bahwa tidak boleh masuk kamar George, Caitlin pun menatap George yang menarik tangannya untuk duduk di sofa.
"Maaf tuan, bukannya tuan tidak suka ada orang lain yang masuk ke kamar tuan?" Caitlin bertanya sambil meremas jemarinya.
George terkesiap, dia juga bingung bahkan mereka sudah melakukan hal 'itu' di kamarnya bukan di kamar tamu yang biasanya dipakai George bersama mantan budak b j-nya yang lain.
"Em, siapa yang bilang begitu?" George balik bertanya sambil mengangkat alis.
"Pak Hasan tuan, saya dilarang masuk waktu itu, saat saya ingin memberi baju tuan" George menganggukkan kepala, dan mulai mengusap dagunya berpikir. Padahal dia sendiri yang mengerjai Caitlin waktu itu.
"Ya sudah, kalo kamu saya kecualikan, kamu bisa bebas keluar masuk kamar saya, tapi sekalian bersihkan juga" Jawab George enteng dan hanya dibalas anggukan kecil oleh Caitlin.
"Jadi saya mau ngajak kamu keluar rumah, kita belanja keperluan kamu nanti" George memandang wajah Caitlin dengan senyuman kecil.
"Ta-tap-pi_" belum selesai Caitlin berbicara, George langsung memotong ucapannya.
"Tidak ada tapi-tapian, saya sudah mengizinkan" sahut George lagi.
"Ya sudah ayo kita siap-siap" George bangkit berdiri, tetapi tiba-tiba aktivitasnya terhenti saat mendengar Caitlin berbicara.
"Tuan bisakah saya bertanya?" kepala Caitlin menunduk membuat George mendengus.
"Angkat kepalamu jika berbicara dengan orang lain Caitlin, saya tidak suka kamu seperti itu" dengan susah payah Caitlin mengangkat wajah menatap sayu wajah George.
"Baiklah tanyakan saja apa yang mau kamu tanyakan, supaya kita cepat pergi belanja" George kembali duduk dan menatap wajah sayu yang sangat cantik milik Caitlin.
"Umur tuan... berapa?" George tersenyum tipis, melihat wajah Caitlin yang memerah malu, meski gemas juga hanya bertanya umur harus pakai lama.
"Umur saya 28 tahun, belum tua-tua amat kok" jawaban George membuat pipi Caitlin semakin memerah ditambah senyuman George yang sangat mematikan.
"Masih ingin bertanya?" Caitlin memutar otak, apakah dia memang harus bertanya atau tidak, tapi dia benar-benar penasaran.
"Ehem... em saya ingin bertanya lagi tuan, em malam itu kenapa tuan mengatakan saya yang pertama? Dan maksudnya bayar itu apa tuan?" pertanyaan Caitlin keluar dengan sangat cepat, hanya satu kali tarikan nafas.
Caitlin bingung saat mengingat kata-kata George, karena yang Caitlin tau dari Bu Noni wanita paruh baya yang menjelaskannya, George sudah sering membawa wanita ke mansion ini dan berakhir di kamar tamu yang sedang dihuni Caitlin, dan menurut Caitlin mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang terjadi semalam.
Wajah tampan George bersemu merah. George tersenyum lebar, meski hatinya berdesir ingin langsung menyambar bibir Caitlin *plak... mesum bener-_-
"Memang kamu yang pertama" jawab George lagi, membuat kerutan di dahi mulus Caitlin semakin kentara.
"I-iya maksudnya yang pertama bagaimana tuan, kalau saya sih memang tuan yang... per-ta-m-a" jawab Caitlin sambil menatap iris mata abu-abu milik si iblis George.
"Kamu yang pertama saya puaskan, yang pertama merasakan milik saya" Bisik George di dekat telinga Caitlin, membuat Caitlin menganga dan segera mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Ma-mak-sudnya?" Caitlin masih tidak percaya, dia memang bukan manusia yang terlalu polos,tapi dia bingung, tidak mungkinkan Bu Noni berbohong, pikirnya.
"Mungkin kamu tidak percaya, seperti yang kamu tau, saya sudah sering membawa wanita ke rumah ini" Caitlin ingin bertanya lagi, darimana George tau bahwa dia mengetahui sifat buruk tuannya itu.
"Saya tau kok, karena saya liat kamu dekat dengan para pelayan saya" lanjut George seakan tau apa yang dipikirkan Caitlin.
"Saya selalu menempatkan setiap wanita yang saya pilih seperti kamu di dalam kamar tamu itu, dan tanpa pengecualian" Hati Caitlin seakan sakit, dia juga sadar bahwa dia hanya budak nafsu tuannya itu. Tapi, kenapa rasa sesak di hatinya?
"Tapi mereka hanya bekerja memuaskan saya, tanpa ada timbal balik seperti semalam, dan ya yang pertama saya puaskan dalam hidup saya adalah kamu, soalnya saya takut kena penyakit, kan manatau dia sudah pernah melakukan itu di luar sana, dan saya senang kamu belum pernah melakukan hal itu" Perkataan George membuat jantung Caitlin melompat, dia mematung dengan pompaan jantung yang semakin kuat.
"Mereka hanya melakukan °bj, hingga saya puas dan setelah pelepasan saya selalu meninggalkan mereka, seperti itulah setiap harinya, sampai saya bosan dan membuang mereka satu persatu" George menerawang mengingat beberapa wanita yang disentuhnya, teriakan wanita yang juga meminta lebih, yang diabaikan oleh George.
Caitlin semakin terdiam, dia sudah tau apa itu b j, karena tadi dia sudah mencarinya di google, dia meratapi nasibnya yang tidak masuk menjadi salah satu wanita itu. Andaikan dia hanya memuaskan tuannya tanpa di sentuh kembali, dia akan senang karena kembali dengan lengkap tanpa kekurangan.
"Makanya saya membisikkan bahwa kamu yang pertama." Lanjut George santai, tanpa memikirkan beberapa kalimat yang membuat luka di hati Caitlin.
Caitlin hanya menunduk, dia menjadi satu-satunya wanita yang tak beruntung, ia satu-satunya wanita yang kembali dengan kotor, ibarat pakaian dialah pakaian kotor yang tak dapat dibersihkan lagi meskipun memakai segala pembersih terbaik.
Menyadari wajah murung Caitlyn, George semakin bingung 'bukankah dengan dia yang pertama dia menjadi istimewa?' Pikirnya.
George menepuk bahu Caitlin pelan, membuat Caitlin tersadar dan langsung memandang satu tuannya.
"Bisakah kita pergi belanja sekarang?" George bertanya sambil menarik tangan Caitlin
"Kita pakai baju ini saja, pakaiannya masih layak kok."
Keduanya pun melangkah keluar kamar, memasuki halaman depan mansion, dan masuk ke dalam mobil di depan rumah itu.
Awalnya, Caitlin tidak mau duduk di samping George, tetapi dengan paksaan mengatakan bahwa dia bukan supir, akhirnya keduanya duduk bersebelahan, di kemudi dan jok penumpang di depan. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, satu memikirkan topik yang ingin dibahas, dan satu lagi meratapi nasib.
'Nasib... nasib...'
.......
.......
...🌼...
.......
.......
Sesampainya di pusat pembelanjaan terbesar di kota, keduanya keluar dari mobil yang sudah di parkir.
"Jika di luar jangan panggil saya tuan, panggil nama saya saja, dan ingat jalan jangan menunduk... mengerti?" Caitlin hanya mengangguk dan mulai menegakkan kepalanya, memandang orang-orang yang berlalu lalang, dia rindu suasana ini, biasanya sepulang kuliah dia akan berkumpul dengan teman-temannya di keramaian.
"Ayo..." saat beberapa langkah, Caitlin merasakan tangannya digenggam, menoleh ke kanan dia mendapati wajah tenang George.
"Em tuan, kenapa harus digenggam?" Caitlin bertanya dengan gugup, jantungnya berpacu dengan cepat, siapa saja pasti akan deg-degan jika di sentuh oleh pria tampan, apalagi pria tampan itu Chanyeol... *plak... abaikan-_-
George mengangkat alis, "Sudah aku bilang kan, jangan panggil aku tuan, jika di luar panggil nama saja" sahut George tanpa mengalihkan pandangan, tetap menatap lurus ke depan. George tak sadar, mulutnya sudah mengubah kata saya menjadi aku.
Caitlin pun kembali diam, dia mencoba terbiasa dengan genggaman hangat tangan tuannya.
Setelah berkeliling dan mengambil banyak pakaian dan segala keperluannya, yang menurut Caitlin sangat berlebihan karena sangat banyak dan bervariasi. Seperti baju dengan semua jenis, dress berbagai macam warna, celana berbagai jenis dan bentuk, sepatu, sendal rumah, sepatu berhak tinggi dan tas juga dibeli, entah untuk apa. Berbagai macam scincare dan alat make up, dan jangan lupakan berbagai keperluan wanita lainnya.
Bahkan barang-barangnya itu dibawa oleh George sendiri, George tidak mengizinkan Caitlin membawa belanjaan itu, entah siapa yang menjadi tuan dan budak sekarang.
"Kita makan dulu, aku sudah lapar" Caitlin mengangguk singkat dan mulai mengikuti tuannya. Setelah kenyang, keduanya memutuskan untuk pulang.
"George..." sapaan yang lumayan nyaring itu menghentikan aktivitas keduanya, George melirik singkat perempuan paruh baya di depannya. Wajahnya mengeras, dia tidak suka dengan pertemuan itu.
"Maaf saya sibuk" jawab George datar, dan langsung masuk ke dalam mobil, meninggalkan wanita paruh baya itu.
Caitlin yang melihat perubahan wajah sang tuan, tidak berani bertanya pasalnya dia sempat melihat air mata keluar dari mata sang wanita paruh baya.
'Mungkin itu privasi...'
.......
.......
...*To be continued...
.......
.......
.......
^^^*Btw lo pada dah tau kan apa^^^
^^^itu °bj |blow job|, Mon maap nih,^^^
^^^gue juga taunya dari gugel T_T^^^
^^^Biar nambah-nambah ilmu^^^
^^^tentang dunia^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!