Aisyatus Sauqillah nama yang indah pemberian orang tuaku, Aku anak terakhir dari tiga bersaudara.
Di manja ? Tentu saja mereka selalu memanjakanku hingga satu keputusan ayah mengubah segalanya beliau memutuskan mendaftarkanku di pesantren dan itu awal dari kisahku....
Muhammad Ilzham mubarok putera dari seorang kiyai termashur di kota A selain seorang putera Yai dia juga seorang bisnis man di bidang kuliner juga menjalankan pabrik milik kakeknya.
Muhammad Rifki Ubaydillah Kakak kelas sekaligus pacar Uqi sewaktu SMA dia putera seorang pengusaha ayahnya memiliki pabrik sepatu terbesar di kota B sayang hubungan mereka harus tergantung tidak jelas karena Rifki harus menuruti keinginan orangtuanya untuk sekolah di luar negeri.
***
Author prov
Muhammad Saiful Anam guru olahraga yang menaruh hati pada Uqi tapi Uqi tak pernah menyadarinya karena dia hanya menganggap Anam sebagai kakak .
22 Mei adalah hari kelulusanku "Uqi..."panggil Fia sahabat karibku .
"Iya Fia ada apa ?" jawabku singkat .
" Kamu gak pengen ngucapin salam perpisahan sama kak Anam ?"
M.syaiful Anam guru olah raga favouritku muda ,tampan dan berkarishma aku cukup dekat dengannya. Tanpa banyak bicara ku pegang tangan Fia mengajaknya menemui Kak Anam yang kebetulan kulihat sedang duduk sendiri di Taman belakang Sekolah.
"Kak" teriakku sembari melambaikan tangan aku duduk disampingnya.
"Apa uqi ?" jawabnya sembari tersenyum menyahuti sapaanku.
"Aku cuma mau minta kenang kenangan ke Kakak" ucapku ceplas ceplos.
"Kamu mau minta apa uqi ?" tanyanya dengan senyuman khas yang selalu bikin hatiku berdebar.
"Terserah ... Aku kan udah lulus ni Kak, Setelah ini kita bakal jarang ketemu ..." Aku memang sering meminta sesuatu ke dia , tapi terkadang tanpa aku minta dia juga sering ngasih aku sesuatu termasuk neraktir aku di kantin sekolah, kita sudah sangat akrab dari sejak awal dia ngajar di sekolah ini .
Dia merogoh saku celananya mengeluarkan gantungan kunci beludru berbentuk hati "Ini buat kamu di simpen baik baik ya ... " Tanpa ba bi bu ku ambil gantungan kunci itu.
"Makasih Kak ..." ucapku sambil tersenyum manis ke arahnya.
"Iya" jawabnya singkat.
"Khem ... khemmn" Fia bersuara menyadarkan aku kalau tadi aku mengajaknya .
"Astaga maaf Fi aku lupa kalau tadi ke sini sama kamu" sahutku.
"Kebiasaan di kira aku obat nyamuk apa ? selalu saja kamu begitu" Fia merajuk dia memang selalu terabaikan ketika aku sedang bersama Kak Anam .
"Peace ..." Ku acungkan dua jari tanda perdamaian.
"Terus kamu mau ngasih Kakak kenang kenangan apa Fi ?" Sela Kak Anam.
"Emmm...gmn klo kita foto bareng ?
sebagai kenang kenangan dari aku" usulku .
"Okelah aku setuju" jawab kak Anam
"Fi ... tolong fotoin ya " pintaku memelas ke Fia yang dari tadi berdiri mematung melihat interaksiku dengan Kak Anam.
"Hadech ujung ujungnya jadi fotografer gratisan capek deh" gerutux.
"Ayolah Fi bentar lagi kan kita belum tentu bisa bareng kyak gini lagi " Aku masih memohon dengan wajah memelas .
"Oke oke apasih yang gak buat kamu ?" jawabnya .
"Kak mana hapenya ?" Tanganku menengadah.
"Ini ..." Kak Anam memberikan hapenya
Cekrek..cekrek..cekrek
Tiga foto sudah di dapat.
"Coba aku liat Fi..." Ku rebut hape dari tangan Fia.
"Bagus" ucapku singkat kuberikan hapenya ke Kak Anam yang di respon dengan senyuman.
"Kak nanti kirim ke nomer ku ya... " ucapku .
"Iya ... Nanti aku kirim" Tak terasa waktu sudah hampir sore karena terlalu asyik mengobrol dengan Kak Anam dan Fia aku jadi lupa waktu.
"Fi pulang ayo udah sore aku takut di marahi Ayah" Ku ajak Fia saat aku sadar waktu sudah hampir sore.
"Iya ayo" jawabnya.
"Kak aku pulang dulu ya sampai ketemu next time."Pamitku pada kak anam.
"Iyaa hati hati di jalan ya Qi."
Aku berdiri dan melenggang pergi bersama Fia meninggalkan sekolah yang memiliki banyak kenangan.
Tak terasa tiga tahun sudah terlewati sekarang waktunya aku menentukan kemana arah tujuan hidupku .
Dengan cita cita yang sudah aku susun sejak lama bekerja sambil kuliah ya itulah keinginanku sejak lama.
Sampai di rumah
"Assalamualaikum ..." teriakku di teras rumah
Kreek...
Suara pintu terbuka terlihat Ibu yang paling cantik di dunia membuka pintu dengan senyum mengembang .
"Waalaikumsalam ... Kebiasaan kamu Uqi teriak teriak di teras , sudah masuk mandi dan makanlah Ibu sudah memasak makanan kesukaanmu" perintahnya.
"Siap Ibu" Jawabku sambil mencium pipi Ibu melenggang pergi kekamar.
Setelah selesai dengan ritual mandi , ku langkahkan kaki ke dapur terlihat Ibu masih membersihkan cucian peralatan dapur .
"Ibu biar Uqi yang menyelesaikannya , Ibu istirahatlah ..." Pintaku mengambil alih spon dan wajan yang Ibu pegang.
"Duhhh manisnya anak Ibu ..." ucap Ibu meninggalkanku dengan setumpuk cucian kotor .
"Kalau udah selesai panggil ibu dan Kakak Kakak yang lain ya kita makan bareng ..." sambungnya.
"Siap Ibu bos..." Jawabku tegas yang di tanggapi Ibu dengan gelengan kepala.
Setelah selesai aku memanggil kedua Kakakku Kakak pertamaku perempuan Anisaturrahma usianya lima tahun lebih tua dariku , Kak Anisa sudah menikah kebetulan setiap hari sabtu seperti sekarang dia akan ke rumah menjenguk Ibu dan Ayah.
Arif kakak keduaku kami hanya beda dua tahun dia bekrja sambil kuliah akan ada di rumah di hari Sabtu dan Minggu selebihnya dia ada di kos kosan deket kampus , alasannya biar gak capek harus bolak balik rumah dan kampus yang jaraknya lumayan jauh , kalau Ayahku beliau seorang Satpam di sebuah pabrik walau hidup kami gak berkecukupan seperti temen temenku yang lain tapi aku bersyukur telah lahir di keluarga ini dengan kasih sayang yang melimpah kamipun makan bersama.
********
Selepas sholat Isya' sudah menjadi kebiasaan di keluarga ini jika anggota keluarga lengkap ada di rumah kita akan berkumpul di ruang keluarga menonton TV atau hanya sekedar berbincang bincang bersama .
"Uqi ..." panggil Ayah .
"Iya Ayah..." sahutku.
Ku letakkan ponsel yang sedari tadi kumainkan .
"Kamu kan sudah lulus dan kamu sudah berjanji kalau sudah lulus mau menuruti keinginan Ayah untuk masuk pesantren " ucap Ayah .
" Tapi Ayah Uqi pengen kerja sambil kuliah seperti Kak Arif " elakku.
"Uqi sebagai seorang muslim kita harus menepati janji yang sudah kita buat , ingkar janji itu dosa."
Dari dulu Ayah dan Ibuku menginginkanku masuk pesantren tp aku selalu menolak dengan berbagai alasan .
Dan alasan terakhirku aku mau ke pesantren nunggu lulus sekolah akupun sudah berjanji jika lulus aku mau menuruti keinginan Ayah.
"Uqi percayalah pilihan Ayah itu yang terbaik lagian nyantri itu enak loh..." Kali ini kak Anisa meyakinkanku.
"Iya Uqi kakak setuju dengan pendapat kak Anisa" timpal Kak Arif .
Aku hanya bisa menunduk dan berkata , "Baiklah Ayah aku akan ke pesantren".
Menyerah sudah melawan mereka tidak ada gunanya , apalagi setelah aku melihat senyum merekah dari kedua orang tuaku sungguh pupus sudah harapan dan cita cita yang aku pendam selama ini.
"Alhamdulillah" ucap mereka serempak.
"Lusa kami akan mengantarmu ke pesantren, jadi persiapkanlah segala kebutuhanmu untuk di sana besok" perintah Ayah .
"Tenang saja aku dan Ibu akan membantumu"Jawab Kak Anisa yang ku tanggapi dengan anggukan.
"Loh besok Kak Anisa gak pulang" tanyaku.
Karena biasanya Kak Anisa akan pulang di hari Minggu sore .
"Tenang aja untuk kali ini Kakak gak pulang sampai hari senin , kakak juga bakal nganter kamu ke peseantren" jelasnya.
"Lah terus kak Ilham gimana ?" Ilham sugianto suami Kakakku seorang Tentara berpangkat sersan baik dan tampan juga ramah paket lengkap bin sempurna kata kakak mendapatkan suami seperti itu adalah buah dari kesabaran dan ketaatannya pada guru dan orang tua , Kak Anisa memang lulusan dari pesantren.
"Kak Ilham juga ikut sama kalian kebetulan Kakak dapet jatah cuti" ucap Kak Ilham yang sedari tadi hanya sibuk dengan Aqila satu satunya keponakanku yang masih berumur empat bulan dan ku jawab dengan anggukan.
"Baiklah sudah malam ayo istirahat besok kalian harus menyiapkan semua barang yang mau di bawa ke pesantren lusa..." titah Ayahku
***********
Pagi menjelang seusai sholat subuh berjamaah juga sarapan bersama Ibu dan Kak Anisa kekamar menyiapkan gamis baju baju syar'i dan kerudung yang akan aku bawa , meski aku bukan anak santri tapi aku sudah sering berhijab yach walaupun kadang aku gak pakai hijab tapi baju baju syar'i ku lumayan banyak .
"Uqi habis ini ikut Kakak ke tokoh ya beli peralatan lain ..." ucap kak Anisa .
"Memangnya aku harus bawa apa lagi Kak selain baju baju ini ?" tanyaku polos .
" Banyak adekku sayang udahlah kamu ikut aja gk usah banyak protes"
"Terus Aqila sama siapa kalau Kakak ikut juga..?" tanyaku lagi.
"Aqila sama Ibu" Kali ini Ibu yang menyaut aku hanya bisa menganggukkan kepala.
Tok..tok..tok
Ceklek....
"Hai ... Wanita wanita tercintaku gimana udah selesaikah ?" Suara kak Arif sontak mengalihkan perhatian kami , sudah menjadi kebiasaannya mengetuk pintu dan membuka langsung tanpa harus menunggu jawaban.
"Kebiasaan kakak ini main masuk aja" jawaabku sewot .
"Ulu..ulu.. Adikku yang paling manis nan cantik sekabupaten jangan sewot donk nanti manis sama cantiknya luntur loh."
Timpal kak Arif sembari mencubit kedua pipiku.
" Isshh ... Kak Arif , Uqi kan udah gedhe jangan ghini donk" Ku tepis tangannya.
"Iya deh iya maaf Adikku yang udah gedhe Kak Arif janji bakal ngulangi lagi"jawabnya enteng .
Kakakku yang satu ini emmang suka menjahiliku tapi dia yang lebih sering manjain aku setiap gajian apapun yang aku minta pasti di belikan.
"Udah Arif jangan ganggu Adikmu terus sana berangkat nanti kesiangan" sela Ibu menengahi perdebatan kita .
" Udah ayo aku anter ... kita shooping shooping sama Ibu persit" ledek kak Arif .
"Arif kamu ya kebiasaan" ucap kak Anisa.
Mengangkat tangan siap menjewer kak Arif.
"Peace ampun kak" sergah kak Arif.
Kami berjalan beriringan menuju mobil.
"kak Ilham kemana kak..?" tanyaku.
"kak ilham lagi piket dek besok baru libur" jawab kak Anisa.
"Loh kalau mobilnya kita pakai kak Ilham berangakat naik apa Kak .?
bukannya kemarin sore Kak Ilham ke sini naik mobil" tanyaku.
"Naik motorku dek" jawab kak Arif dan aku hanya ber"0" Riya .
Selama perjalanan kami asyik mengobrol bersama aku yang duduk di belakang dan Kak Arif juga Kak Anisa di depan perjalanan yang cukup jauh terasa begitu dekat karena saking asyiknya kita mengobrol ..
***********
Setelah sampai aku tercengang ,"Loh kenapa kita ke mall kak ?" tanyaku polos .
Yang aku tau harga barang di sini jauh lebih mahal dari di pasar tradisonal yang biasa aku kunjungi .
"Udah gak papa sekali sekali kamu aku ajak ke sini" Jawab kak Anisa sembari menoleh dan tersenyum manis meyakinkanku..
Dengan senyum mengembang ku gandeng tangan kedua Kakakku.
"Kita kemana ini kak ?." tanyaku .
"Gimana kalau ke tokoh peralatan mandi dulu habis itu ke tokoh buku juga ke tokoh gamis, terakhir kita makan ke cafe" usul kak Anisa .
"Aduhh alamat jadi bodyguard dadakan ini" Ucap kak Arif sembari menepuk jidatnya pelan .
"Hehehe...Gak papalah Kak kan bentar lagi aku mau nyantri kita bakal jarang ketemu" celotehku.
"Iya sekali kali gak apa apalah dek" sela kak Anisa.
"Iya ni kak Arif entar kalau aku udah jadi santri jangan kangen ya." candaku, sembari tersenyum lebar menunjukkan deretan gigiku yang gingsul.
"Yaelah pede bener sapa yang bakal rindu paling paling juga kamu yang rindu sama Kakak" jawab Kak Arif .
"Awas ya nanti kalau kangen aku gak bakal mau nemui Kakak" ancamku .
"Duhh gitu aja ngambek Kakak cuma bercanda kok" Rayu kak Arif sembari mengelus lembut pucuk kepalaku.
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, setelah lelah seharian muter muter yang di akhiri dengan makan di cafe rekomendasi Kak Arif aku pulang dengan tiga kantong penuh belanjaanku, ya di sini cuma aku yang membeli kedua Kakakku cuma dapat bagian membayar .
Sampai di rumah.
"Assalamualaikum" teriakku.
"Waalaikumsalam"Jawab ibu sembari membuka pintu.
"Kebiasaan anak gadis jangan teriak reriak gak baik tau" Nasehat yang hampir tiap hari di ucapkan ibu .
"Hehehe... Maaf Ibu Uqi hilaf , peace..." belaku.
"Pas pis pas pis kamu selalu ngomong gitu tapi ujung ujungnya di ulangi lagi, capek dech." Canda Ibuku sambil menirukan anak muda menaruh punggung tangannya dijidat dan melenggang pergi aku hanya tecengang dengan tingkah lucunya .
"Kak itu tadi Ibu ?, Aku gak salah liat, kan ?" Tanyaku pada kak Anisa dan Kak Arif yang baru saja sampai disampingku, mereka hanya mengedikkan bahu tanda tak mengerti.
Selesai makan dan kumpul keluarga aku merenung di sisi ranjang membayangkan bagaimana hidup di pesantren ada rasa takut, cemas dan penasaran yang hinggap di benakku hingga suara notif ponsel mengejutkanku, saat kulihat ada pesan dari Kak Anam tersungging senyum di bibirku,
saat itu Kak Anam mengirim foto, yang baru aku ingat karena terlalu sibuk jadi aku lupa masalah foto.
Me
Fotonya bagus kak 😍
Balasku dengan emot love menunjukkan kekagumanku.
Kak Anam
Iya cantik 😍😍😍
Me
Maksudnya ?
Kak Anam
Kamu cantik 😍😍
Me
Ahh Kakak bisa aja 😊
Kak Anam
Kakak serius Uqi kamu cantik semoga saja belum ada yang punya😉
Me
Kakak ini ngomong apa sih ?
kak Anam
Itu kode Uqi ,
masak kamu gak ngerti ?
Me
Ehh Kak udah malem Uqi tidur dulu yach soalnya besok mau berangkat ke pesantren bye Kak 👋👋
Kak Anam
Ehhh tunggu kamu mau nyantri ?
Me
Iya Kak
udah yach Kak
Aku mau tidur good night
Kumatikan ponselku dan ku pandangi benda pipih yg selalu menemani hari hariku, mulai besok aku gak bakal bisa megang benda ini.
Akankah aku bisa menjalani hari hariku di tempat yang berbeda ?
Berteman dengan mereka yang mungkin berbeda dengan teman temanku di sini.
Kata teman temanku anak santri itu kalem, alim, sopan, pendiam sedangkan selama ini aku berteman dengan mereka yang asyik dan terkesan terlihat sedikit urakan kalau sedang bercanda .
Akankah aku mampu menyesuaikan diri dengan mereka ?, begitu banyak pertanyaan di benakku hingga tak terasa aku terlelap dengan sendirinya.
Kicauan burung kenari dan kokokan ayam tetangga membangunkanku dari mimpi indah yang berhasil membuaiku.
Tamu bulananku masih belum pergi karena baru kemaren sore datang hingga aku masih bisa bangun terlambat, ku renggangkan kedua tanganku berjalan dan membuka jendela kamar kulihat masih remang remang padahal jam sudah menunjukkan 05:45 aku menengadah dan kulihat ternyata langit mendung penyebabnya dengan malas ku langkahkan kaki keluar kamar untuk mandi dan sarapan.
"Uqi ... sudah bangun nak ?" tanya ibu yang tak sengaja melihatku keluar dari kamar dengan berselempang handuk di pundak.
"Hemm..." Jawabku malas karena baru bangun.
"Dah cepet mandi habis itu gabung sama yang lain" titahnya.
"Iya Ibuku sayang" Jawabku tanpa menoleh kebelakang ku putar gagang pintu kamar mandi dan masuk ke dalamnya.
Setelah usai mandi dan berganti pakaian aku berjalan menuju meja makan kulihat semua keluargaku sudah lengkap duduk bersila dengan makanan di tengahnya di rumahku memang tidak ada kursi makan kami biasa makan beralaskan karpet.
"Hey calon santri ! kok pakaiannya kayak ghitu ?" celoteh kak Anisa yach saat ini aku memang sedang memakai celana pendek dan kaos oblong.
"Kan masih calon Kak belum jadi santri beneran" elakku tak mau kalah .
"Karena masih calon kamu harus belajar pakai baju ala santri"jelasnya
"Iya ... iya nanti aku ganti" jawabku.
"Ya harus gantilah gk lucu kali, kamu masuk pesantren pakek baju itu nanti" Jelasnya sembari menunjuk baju yg ku pakai.
"Emang mau berangkat jam berapa Kak ?" tanyaku.
"Jam 8..." Jawab kak Anisa dan aku hanya ber "0" riya.
08:45 am
"Toriqol jannah" Tulisan besar di atas gerbang hijau yang menunjukkan nama pesantren yang akan aku tempati.
Tempat pertama yang terlihat adalah sebuah masjid yang lumayan besar dan di sebelahnya terdapat rumah minimalis sederhana bertingkat satu namun terlihat indah, di depannya terdapat halaman yang lumayan luas dan ada ruang kelas ber jejer di sisi kanan dan kiri juga terdapat pintu hijau mirip gerbang tapi kecil di atasnya bertuliskan putri dan putra, saat turun aku termenung mengamati situasi kulihat setiap sudut tempat ini,
'Ya Allah bisakah aku hidup di lingkungan ini betahkah aku terkurung di sini' batinku.
"Hey dek jangan bengong." ucap kak Anisa mengejutkanku .
"Tau ni anak dari tadi bengong aja" sahut Kak Arif.
"Sudah ayo masuk" Kali ini Kak Ilham yang buka suara dengan Aqila yang masih setia tidur di gendongannya.
Aqila memang lebih suka di gendong kak Ilham jika dia sedang libur, aku hanya tersenyum menanggapi semua ucapan Kakak Kakakku sedang Ibu dan Ayah sudah lebih dulu berjalan menuju rumah minimalis yang kata Kak Anisa itu ndalem Yai .
Ketika aku menoleh ke kiri ku lihat seorang laki laki tampan bersarung dan berkopyah putih menenteng buku yang bertuliskan arab di tangan kanannya, entah mengapa aura seorang santri memancarkan ketenangan dan ketampanan yang berbeda dan aku mengagumi seorang santri meski aku merasa takut untuk nyantri, dia menoleh dan melihatku yang sedari tadi meliriknya akupun langsung mengalihkan pandanganku.
"Ayo dek buruan" ucap Kak Anisa sembari menarik tanganku.
"Lambat udah kayak siput" Ejek Kak Arif aku hanya cemberut menanggapinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!