Nama ku Indah Paramita, aku menikah dengan orang yang tidak di restui orang tua ku. Kalau ada yang menanyakan aku menyesal atau tidak jawabannya tidak.
Mungkin orang akan mengatakan aku bodoh, atau aneh karena tidak menyesali keputusan salah yang aku ambil. Tapi berbeda dengan ku, aku benar-benar tidak menyesali keputusan itu.
Karena memang benar, aku sangat mencintainya, tidak peduli siapa dia dan bagaimana keadaannya.
Karena aku percaya suatu saat nanti aku pasti mendapat cinta sejati. Mungkin dengan dia atau dengan yang lainnya.
Cinta itu buta semua itu memang benar ada menurutku. Bahkan ketika teman-teman ku bicara kebenaran tentang lelaki itu aku tidak percaya. Aku hanya tau aku mencintainya sekarang nanti dan seterusnya.
****
SATU TAHUN YANG LALU
Siang ini aku kembali bertemu pacar ku diam-diam. Kalau kalian bertanya kenapa diam-diam, jawabannya seperti tadi karena orang tua ku tidak ingin kami berpacaran.
Saat ini aku menunggu pujaan hati ku di bangku taman kota. Hingga belum sepuluh menit aku melihat pacarku datang menghampiriku.
"Sayang" ucapnya lalu memelukku. Rasanya dunia cuma milik kami berdua kalau begini yang lain cuman ngontrak.
"Ya Sayang ku" jawab ku dengan senyum yang menawan. Saat aku melihat Orang yang ku cintai di hadapan ku.
"lndah aku udah capek pacaran terus sama kamu" katanya dengan wajah yang datar dan tidak bisa ku tebak.
Dan air mata ku jatuh tanpa permisi membasahi pipi ku, rasannya aku tidak percaya bibir ku tidak mampu lagi mengungkapkan kata-kata. Mau marah atau bertanya aku sangat putus asa.
"Kenapa diam" Dia bertanya pada ku
"Andra kenapa kamu setega ini" aku bukan menjawab tapi malah bertanya kembali, dengan air mata yang semakin berlinang di pipi ku.
"Lalu aku harus bagai mana,? Aku memang sudah bosan berpacaran sama kamu, aku maunya nikah sama kamu dan kita membangun rumah tangga yang bahagia" ucapnya.
Aku diam menatapnya bingung, sesaat aku mencerna semua kata-kata yang Dia katakan. Namun tetap saja aku tidak mampu berkata-kata aku masih diam dengan segala kebingungan yang ada di kepala ku, dan dia kembali mengulangi kata-katanya, aku pun tersadar dari lamunan ku.
"Jadi bagamana hem, kamu maukan nikah sama aku?" dia bertanya ke pada ku sambil tersenyum tulus.
Aku sangat bahagia sekali mendengar keinginannya yang ingin hidup dengan ku. Walaupun Dia mengucapkannya bukan dengan kata atau cara romantis semacam di Novel itu, tapi aku tetap bahagia bahkan itu kalimat paling mebahagiakan rasanya yang pernah aku dengar, rasanya aku ingin mendengarnya lagi dan lagi.
"Ia Ndra aku mau, aku mau menikah dan jadi istri kamu" jawab ku lalu memeluk nya.
"Aku bahagia" ucap Andra pada ku.
"Aku juga" balas ku dengan bahagia.
"Besok kita temui Orang tua kamu ya?" katanya pada ku yang ku jawab dengan anggukan kepala.
"Kalau Ibu aku engga setuju gimana Ndra?" tanyak ku padanya.
"Pasti mereka setuju kamu percaya sama aku" ucapnya sambil menggenggam tangan ku yang ku balas dengan senyuman.
Merekapun duduk berdua sampai hari hampir gelap, Indah dan Andra pun memutuskan pulang kerumah mereka masing-masing, sementara senyum keduanya tidak pernah hilang. Hati yang berbunga- bunga mengalahkan segalanya.
***
DI RUMAH
"ASsalamualaikum Ibu" Aku pulang sambil berlari memasuki rumah ku lalu memeluk ibuku.
"Walaikumsalam, Kamu sepertinya sedang bahagia " kata Ibu ku.
"Bu Andra ngelamar aku" ucap ku pada Ibu.
Deg! Ibu ku diam tidak bicara, sedangkan Ayah ku yang sedang melewati kami langsung berhenti melangkah ketika aku mengungkapkan kata-kata menikah dengan Andra.
"TIDAK"jawab Ayah ku tegas "Ayah tidak akan pernah merestui kamu dan Andra menikah" kata Ayah ku.
"Kenapa Yah, kenapa Ayah dan Ibu begitu benci sama Andra, Indah sayang sama Andra Yah, kenapa Ayah sama Ibu jahat sama Indah" ucap ku sambil menangis.
"Ibu dan Ayah tidak akan pernah mengijinkan mu menikah dengan Dia kamu paham!. Dia itu bukan laki-laki baik-baik kamu dengarkan yang Ayah bilang Indah!" ucap Ayah ku dengan emosi.
"Bahkan Ayah melihat dengan mata kepala Ayah Dia sedang bersenang-senang dengan wanita-wanita malam di luar sana. Kenapa kamu tidak mau mendengarkan ucapa Ayah, yang sudah tua dan sebentar lagi mungkin akan mati" Kata ayah.
Bukan pertama kali Ayah menolak hubungan ku dengan Andra sudah berkali-kali Ayah mengatakan tidak setuju aku berhubungan dengan Andra, tapi aku tidak pernah bisa bahkan pernah aku mencoba bunuh diri karena Ayah tidak memperbolehkan aku berhubungan dengan Andra pujaan hati ku.
Aku berlari menuju kamar sambil menangis, aku tidak perduli Ayah terus memanggilku, aku benar-benar benci Ayah ku saat ini dan kali ini aku tidak akan menyerah apa pun akan aku lakukan asal aku bisa hidup bersama pujaan hati ku.
Aku masuk kedalam kamar dan ku banting pintu kamar dengan sekencangnya, aku benar-benar benci dengan semua ini.
Aku tidak pernah jatuh cinta, lalu pertama kalinya aku jatuh cinta hati ku sudah di obrak-abrik seperti ini.
Kalau saja aku tau aku akan sepeti ini aku akan menjaga hati ku, agar tidak ada satu laki-laki pun mampu membuat ku jatuh cinta.
Aku menggambil ponsel dan menelpon Andara, dan menceritakan semua yang terjadi antara aku dan kedua orang tua ku yang tidak mau merestui hubungan kami, aku pun ingin tau apa yang akan Dia lakukan setelah ini.
"Jadi gimana Nra" tanyak ku pada Andra.
"Aku juga bingung Indah" jawabnya.
"Kita kawin lari aja ya" ucap ku.
"Apa kawin lari masa iya kawin lari" ucapnya di seberang sana.
"Ya sudah nanti kita pikirin lagi sekarang kamu istirahat dulu ya" lalu Andra memutuskan sambungan telponnya.
Biip!
Aku bingung dengan ke adaan ini, aku menyayangi orang tua ku, tapi aku juga tidak bisa kalau harus meninggalkan Andra orang yang aku cintai.
Aku terus menangis aku menumpahkan segala kepedihan di hati ku, dengan air mata yang tidak pernah berhenti mengalir di pipi ku.
Aku membenci keadaan ini yang sangat menyakiti ku, kenapa harus aku yang merasakan semua ini.
Aku benar-benar tidak tau harus bagai mana lagi, apakah orang tua ku tidak memikirkan perasaan ku miris sekali nasip ku. Aku sedih sekali bila mengingat ucapan Ayah tadi yang tidak suka pada Andra.
"Oh, kepalaku sakit sekali memikirkan masalah ini aku harus bagaimana dan apa yang harus aku lakukan."
POV ANDRA
Sudah beberapa bulan ini aku menjalin kasih dengan wanita cantik dan cukup menarik bagi ku. Awal kenalan kami pun benar-benar tidak terduga di mana saat itu dia sedang berlari karena di kejar seekor Hewan liar dan saat wanita itu berlari dia meminta tolong padaku,.
Aku yang memang tanpa sengaja melintas di jalan itu lansung menolongnya, menyuruhnya masuk kedalam mobil ku dan dari situ lah perkenalan kami di mulai.
Mulai saling tukar nomor ponsel dan terus berlanjut sampai jalan, dan sering bertemu sehari tak bertamu rasanya seperti ada yang kurang itu lah yang ku rasakan saat ini padanya.
Namun aku sedih ternyata orang tuanya tidak merestui hubungan kami, aku tidak merasa lucu karena memang tujuan ku berpacaran dengannya aku tau dia anak satu-satunya dari seorang pemilik hotel ternama di kota ini.
Dan aku yakin dia akan mewarisi semua kekayaan orang tuanya, nah kalau aku menikah dengannya semua akan jatuh ketangan ku, aku akan menguasai semuanya.
Namun sepertinya keinginan ku untuk memiliki itu semua tidak mudah, karena orang tuanya tidak merestui hubungan kami. Tidak masalah orang tuanya tidak merestui hubungan kami. Karena kalau aku memiliki anaknya cepat atau lambat hartanya pun pasti menyusul.
Dan malam ini dia menghubungi ku mengatakan orang tuanya menentang keras hubungan kami, sementara aku bermaksut besok menemui orang ruanya berniat ingin melamar nya.
"Sial" umpat ku
Aku berpikir apa aku ajak dia kawin lari saja ah sepertinya itu ide bagus kalau wanita itu, aku nikahi walau pun orang tuanya tidak menyukai aku, tidak masalah aku yakin itu tidak akan lama karena gadis itu satu-satunya anak mereka.
"Ahahahahahaaa" aku tertawa sendiri memikirkan ide gila yang ku susun di otak ku. Tidak perduli apa pun resiko kedepannya yang aku inginkan saat ini impian ku tercapai.
kalau di tanya cinta ya sepertinya aku memiliki rasa cinta padanya walau mungkin tidak banyak. Karena memang tujuan ku bukan hanya memilikinya namun lebih ingin memiliki hartanya, masalah wanita itu gampang setelah ku dapatkan bisa ku lempar ke jalanan itu kalau dia sudah tidak sanggup hidup dengan ku, dan kalau dia tetap ingin bersama ku akan aku pertimabang kan untuk membuangnya.
Tidak sabar benar-benar tidak sabar aku menunggu saat itu tiba.
Dan hutang ku pada rentenir itu akan aku bayar setelah aku mendapatkan gadis itu aku sudah muak hidup susah terus. Aku ingin bebas punya banyak uang dan hidup dengan bersenang senang.
Ah seperti nya aku butuh teman malam ini aku harus menghubungi pacar ku dulu menemaniku minum malam ini.
Aku mengambil ponsel ku dan mencari kontak wanita tersebut yang bernama mery dan menghubungi nya.
"Halo Sayang" ucap ku ketika pangilan telponnya sudah tersambung.
"Ia Sayang" jawabnya di seberang sana.
"Kamu ke tempat aku ya, aku tunggu"
"Oke"
...
Beberapa menit berlalu aku mendengar ada yang mengetuk pintu aku tau siapa yang datang.
TOK TOK TOK.
Aku membuka pintu dan ku lihat kekasih ku mery ada di sana tersenyum manis pada ku.
"Masuk Sayang" ajak ku
Dan kami pun masuk sambil bercerita tapi menurut ku cerita nya tidak ada yang menarik yang aku tau aku hanya butuh teman malam ini.
***
POV ABDULLAH
Sore tadi aku berjalan dari kamar ku menuju ruang tamu aku mencari Istri ku ingin meminta di buat kan kopi. Ya sebenarnya gampang saja kalau aku mau kopi, aku bisa menyuruh pelayan untuk mebuatnya tapi aku tidak pernah mau meminum kopi buatan pelayan. Kopi buatan pelayan tidak sebanding dengan kopi buatan istri tercinta ku.
Ketika aku melihat Istri ku sedang duduk manis di atas sofa ruang tamu, aku berniat ingin menghampirinya ingin memeluk dan menciumnya lalu memintanya membuat kan aku secangkir kopi."
Tapi sepertinya aku tidak bisa melakukan itu, aku melihat Putri kesayangan ku juga ada di sana Indah. Ya Indah adalah buah cinta kami yang sangat kami cintai.
Sedikit lagi aku melangkah mendekat padanya, aku mendengar ucapannya yang di lamar pacarnya aku langsung emosi mendengarnya dan aku menentang keras hubungannya.
"Tidak, Ayah dan Ibu tidak akan pernah merestui kamu menikah dengan si Andra itu" ucap ku dengan penuh emosi.
"Tapi Indah cinta sama Andra Yah" ucap Putri ku sambil menangis dan berlari dari hadapan ku menuju kamarnya. Aku mendengar dia membanting pintu cukup keras aku tau dia pasti sangat kecewa dengan ku.
Tapi mau bagai mana lagi semula aku merestui hubungannya dengan kekasihnya itu aku tau dia dari kalangan bawah, itu tidak masalah yang penting dia mencintai dan menjaga Putri ku, dan masalah harta aku akan memberikan harta ku pada Putri ku dan dia dapat mengelolanya, toh selama ini pun semua kekayaan ku adalah semuanya atas nama Putri ku.
Tapi itu hanya aku dan Istri ku yang tau bahkan Putri ku sendiri tidak tau menau soal aset ku atas namanya.
Alasan ku tidak merestui Putri ku menikah dengan laki-laki itu, karena aku melihat dengan mata kepala ku sendiri dia sedang minum-minuman di temani wanita-wanita malam.
Sewaktu itu aku di hubungi oleh adik sepupuku ia mendapat kabar bahwa Putrinya sedang berada di sebuah club malam, sudah berhari-hari Putrinya dari sepupu ku itu pergi kesana. Dia meminta ku untuk menjemputnya karna dia sekarang sedang melalukan dinas di luar kota aku yang menyuruhnya, karena dia adalah sekertaris ku dan Hotel ku di sana sedang bermasalah.
Aku bersama pengawal ku langsung pergi menjemputnya. Kenapa aku bukan menyuruh pengawal ku saja, itu karena aku mengngagapnya seperti Putri ku sendiri, bahkan dia aku berikan pasilitas sama seperti yang ku berikan pada Putri ku.
Waktu itu aku memasuki sebuah Club, pengawal ku berpencar mencari Dinda keponakan ku itu. Tapi sepertinya aku melihat pemandangan yang mengejutkan.
Bagai mana tidak mengejut kan, aku melihat calon menantu ku itu sedang duduk bersama tiga wanita sekaligus. Waw hebat bukan di hadapan kami dia mampu membuat kami jadi orang yang percaya padanya karna kesopanannya.
Tapi ternyata ini lah sisi aslinya aku jijik melihat pemandangan yang kulihat ini, tapi tidak masalah, ini justru bagus Tuhan menunjukan wujud aslinya sebelum semuanya terjadi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
Aku sebenarnya malas mendatanggi tempat terkutuk itu, tapi mau bagai mana lagi waktu itu sudah tengah malam aku benar-benar hawatir pada Dinda.
Sejak saat itulah aku sangat menentang Putri ku berhungan dengannya, aku tidak ingin Indah nantinya menjadi tersakiti karenanya Andra yang tidak bermoral itu.
Gelap kini sudah mulai terang, gelap malam kini sudah berganti dengan terangnya siang. Sinar mentari yang cerah yang mulai terlihat malu-malu menampakkan sinarnya, namun sayang cerahnya mentari pagi ini tidak secerah hati Indah pagi ini.
Mata yang bengkak, berkantung kelihatan lelah bahkan masih ada sisa air mata yang masih membasahi pipi Indah. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu yang tengah baru merasakan manisnya cinta.
Hari sudah semakin siang Indah sama sekali tidak ada niatan untuk bangun dari tidurnya.
TOK TOK TOK
Pintu kamar Indah ada yang mengetuk tapi Indah tidak peduli.
TOK TOK TOK
"Indah" terdengar suara Fatimah dari luar pintu karena tidak ada jawaban Fatimah memutuskan untuk membuka pintu.
Clek!..Pintu terbuka tampaklah Fatimah yang berdiri di depan pintu lalu mendekat ke arah tempat tidur Indah. Setelah mendekat Fatimah menarik napas cukup panjang, dia bingung harus bersikap bagaimana pada Putri tercintanya dia bingung harus menjelaskan dengan cara seperti apa.
"Indah sayang" panggil Ibu.
Fatimah tau kalau Indah sudah bangun dari tidurnya tapi masih memejamkan matanya,
Fatimah berjalan ke arah ranjang Indah dan duduk di ranjang Indah sambil membelai lembut Indah di luar selimut yang menutupi Putri tercintanya itu.
"Jangan diam saja Indah, semua bisa di bicarakan baik-baik" Fatimah berusaha membujuk Putrinya.
"Kenapa Bu?" Indah bukan mejawab pertanyaan Ibunya tapi malah kebali bertanya.
"Kenapa Ibu dan Ayah tidak mengerti perasaan Indah" tanya Indah kembali yang sudah berlinang air mata sambil wajahnya masih di bawah selimut, tapi Fatimah masih bisa mendengar dengan jelas bahwa anak kesayangannya itu sedang menagis.
Ibu menarik napasnya panjang dan menghembuskannya dengan kasar.
"Indah tolong dengarkan Ibu sekali ini saja sayang" Fatimah berusaha merayu Anaknya agar mendengarkan ucapannya.
Fatimah bingung barus bicara bagai mana agar anak kesayanganya mengerti tapi sepertinya Indah tidak merespon ucapan Fatimah.
"Indah" pangil Fatimah dengan penuh kasih sayang pada Anak sematawayangnya itu.
"Indah Ibu sangat sayang sama kamu, kamu anak Ibu satu-satunya, bukan karena hanya kamu anak satu-satunya Ibu lalu Ibu terlalu menyayangi kamu, bukan begitu nak." ucap Fatimah menarik napasnya dengan panjang dan kembali mebuangnya dengan kasar.
"Kamu tau sayang, tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya, semua orang tua di dunia ini ingin anaknya bahagia," Ibu mejeda ucapannya dan kembali melajutkanya berharap anaknya bisa mencerna kata- katanya dengan baik.
"Kamu tau Sayang, Ibu mengandungmu dengan sangat bahagia di hati Ibu. walau terkadang Ibu sakit Ibu menahan ke inginan Ibu untuk kamu yang masih di rahim Ibu. Agar Ibu tidak pergi bersama teman-teman Ibu bersenang-senang di luar sana kamu tau sayang itu demi kamu yang waktu itu masih di rahim Ibu.
"Ibu takut sangat takut sekali. Ibu tidak mau menyakiti kamu di dalam sana bila Ibu kelelahan" ucap Ibu yang sudah berlinang air mata.
"Ibu takut Nak, takut sekali kalau terjadi sesuatu pada buah cinta Ibu yang masih di rahim Ibu" Fatimah melihat Indah diam saja dirinya kembali melanjutkan kata-katanya.
"Ibu bahkan tidak bisa memakan nasi berhari-hari karena rasa mual yang Ibu rasakan, dan kamu tau Sayang perjuangan Ibu untuk mu belum berakhir sampai di situ".
"Ibu melahirkan kamu dengan berlinang air mata, bermandikan keringat dan menahan sakit yang sangat-sangat sakit, dan mempertaruhkan nyawa Ibu di antara hidup dan mati Sayang, untuk melahirkan gadis yang sekarang di samping Ibu" ucap Fatimah yang sudah terisak di samping Putrinya. Sementara Indah, tampak sudah duduk di kasur sambil memeluk tubuh Ibunya yang sedang menangis.
Fatimah menjeda ucapanya, lalu melanjutkan kembali sambil mengelus kepala Putrinya.
"Kamu tau Sayang?, Ibu bahagia sangat. Bahkan ketika pertama kali melihat wajah mu, ibu lupa sakit yang Ibu rasakan Sayang yang ada hanya bahagia namun tidak sampai di situ".
"Ibu dan Ayah membesarkan mu berusaha selalu memberi mu yang terbaik semampu kami, menjaga kamu siang dan malam agar kamu baik-baik saja, bahkan nyamuk pun mengigit mu kami tidak rela Sayang," ucap Ibu yang sudah memeluk Putrinya, sementara Indah juga membalas pelukan Ibunya sambil menangis mendengarkan ucapa Ibunya.
"Lalu bagai mana mungkin Ayah dan Ibu merelakan mu pada lelaki yang sudah kami tau seperti apa kelakuannya?" Fatimah bertanya pada Indah.
"Indah" Fatimah mengangkat dagu Indah, dan metatap manik mata Putrinya yang di penuhi air mata.
"Ibu iklas mengandung, melahirkan, dan membesarkan kamu Sayang. Tapi Ibu tidak akan pernah iklas bila kamu di sakiti" ucap Fatimah pada Indah yang sudah menangis sambil memeluk Putrinya.
Indah diam seribu bahasa berusaha, mencerna ucapan Ibunya entah harus bagai mana. Jujur saat ini indah tidak ingin melukai hati Ibunya, tapi hati kecilnya pun tidak bisa berkata lagi karena cintanya sangat besar kepada Pacarnya itu.
"Bu tapi Indah cinta sama Andra, Indah takut kehilangan Andra Bu" kata Indah meluapkan segala pilu yang ada di hatinya.
"Ibu tau Indah. Ibu tau cinta kamu begitu besar padanya karena selama ini kamu tidak pernah menetang ucapan kami, dan baru kali ini Indah melakukannya dan sekali ini kamu menetangnya langsung menembus relung hati Ibu Indah. Sakit sangat-sangat sakit Nak" ucap Fatimah dengan lembut tapi penuh penekanan dalam kata-kata yang di ucapkanya.
"Pikirkan Sayang kamu harus pikirkan baik-baik dengan keputusan yang kamu ambil, kami tau kamu sudah dewasa bahkan kamu sudah menyelesaikan pedidikan kamu hingga jenjang S2. Ibu tau tidak mudah meraih itu semua kamu tau keputusan apa yang akan kamu ambil Sayang."
Indah bingung, benar-benar bingung lalu Fatimah bangun dari ranjang Indah berjalan keluar dari kamar Putri sematawayangnya itu, memberikan ruang untuk Indah memikirkan keputusan yang akan dia tentukan tentukan.
Setelah Fatimah keluar dari kamar itu dan pintu sudah tertutup, Indah menangis sejadi-jadinya bahkan melempar benda apa saja yang ada di hadapannya.
Kamarnya sudah sangat pecah hancur berantakan, sudah tidak ada lagi yang tidak ia lempari ke dinding semua pecah. Bahkan Indah juga melempar gelas di mana ada fhotonya dan pacarnya di gelas itu.
Serpihan kaca gelas jatuh kelantai menancap di kakinya. Kakinya terasa sakit tapi tidak sebanding dengan sakit yang ia rasakan saat ini.
Kakinya memang berdarah, tapi tidak sebanding dengan luka yang tidak berdarah di hatinya itu jauh lebih sakit, Indah terus berteriak sambil membayangkan wajah Andra, entah apa yang membuatnya bisa sangat memcintai Andra dan Indah tidak bisa jauh dari Andra.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!