NovelToon NovelToon

Bukan Salah Cinta

Rencana Pertunangan.

"Iya, Ma. Sebentar lagi aku pulang, sekarang aku sedang berada di dalam mobil. Kalau Mama menghubungiku terus bagaimana bisa aku cepat sampai rumah," jelas seorang perempuan yang sedang berada di dalam mobil sambil menggenggam ponsel miliknya menempel di telinga kanannya sambil menyalakan mesin mobil miliknya yang terparkir di sebuah butik ternama.

"Sebentar lagi aku sampai, Ma. Jadi Mama sama Papa tunggu sebentar lagi."

Gladis menutup teleponnya secara sepihak dengan rasa sedikit panik, ia menjalankan mobil berwarna putih keluar dari parkiran butik menuju jalan raya. Sore ini jalanan Jakarta mulai terasa padat karena sudah memasuki jam pulang bagi para karyawan, sial bagi Gladis jika harus terjebak kemacetan di saat seperti ini karena kedua orangtuanya baru saja datang dari luar negri sedang menunggunya.

Dalam keadaan seperti ini Gladis hanya bisa menyalakan lagu kesukaannya di dalam mobilnya untuk mengurangi rasa panik, lagu kesukaannya dengan Fadli yang sering diputar setiap saat. Sesekali kedua bola matanya melirik ke arah spion agar ia tidak membuat kesalahan di antara kendaran lain yang sedang melaju sangat kencang.

15 menit yang lalu Gladis baru saja mendapatkan telepon dari mamanya, ia mendapat kabar jika kedua orangtuanya sudah berada di Indonesia. Mama dan Papa Gladis adalah orang super sibuk yang sering terbang ke luar negri. Mungkin bisa dibilang jika kehidupan kedua orangtuanya dihabiskan di luar negri daripada di Indonesia. Armada grup adalah perusahaan besar dan ternama di Indonesia, siapa yang tidak mengenal Armada grup perusahaan turun temurun dari kakeknya Gladis. Perusahaan besar yang sudah sangat terkenal di mana-mana selain di Indonesia.

Gladis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Putri dari pasangan Harianto Dwi Hadinata dan Rensa Ayu Dwi Hadinata adalah seorang yang mandiri dan tidak manja. Gladis mempunyai sebuah butik dari hasil keringatnya sendiri, walaupun terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Gladis berpangku tangan kepada kedua orangtuanya. Memiliki paras cantik dan rambut panjang sebahu serta kulit yang putih seperti susu membuat Gladis terlihat sempurna di mata lelaki. Siapa yang tidak mengenal keluarga Dwi Hadinata! Keluarga terpandang kaya raya yang sangat pemilih untuk bergaul dengannya, kedua orang tua Gadis sangat selektif memilih teman dan pendamping untuk kedua anaknya itu. Maka dari itu Gladis dan Ben kakaknya tidak banyak mempunyai teman dalam hidupnya, bagi kedua orangtuanya jabatan dan keturunan adalah prioritas utamanya. Gladis juga mempunyai seorang kakak laki-laki yang bernama Ben Dwi Hadinata yang saat ini sudah berkeluarga dan tinggal di luar negri.

Tin, tin, tin, suara klakson mobil terdengar begitu sangat keras di depan gerbang pagar rumah Gladis, secepat kilat seorang security membuka gerbang saat suara itu mengganggu telinganya dan ia melihat mobil majikannya itu tengah menunggu pintu gerbang terbuka. Lelaki bertubuh kekar sekuat tenaga membuka pintu gerbang agar mobil Gladis bisa masuk. Masih dengan rasa penasaran yang luar biasa perempuan bermata coklat itu turun dari mobil ketika sudah sampai di depan rumahnya, tanpa membuang waktu Gladis masuk kedalam rumah dan menemui kedua orangtuanya yang sedari tadi telah menunggu kehadirannya.

"Siang, Nona," sapa salah satu pelayan ketika mengetahui kedatangan Gladis.

"Mama dan Papa di mana?" tanya Gladis kepada pelayan itu sambil mengatur napasnya yang terlihat tidak beraturan dengan kedua bola menyapu seisi rumah mencari keberadaan kedua orangtuanya.

"Nyonya dan Tuan ada di ruang keluarga. Pesan Nyonya, agar Nona Gladis segera menemuinya," jawab pelayan itu sambil menundukkan wajahnya tidak menatap Gladis sekalipun.

"Aku mau menemui Mama dan bawakan aku air mineral," perintah Gladis berjalan meninggalkan pelayan itu sendirian yang masih berdiri mematung.

"Baik, Non," balas pelayan itu diiringi kepergian Gladis yang sudah beberapa langkah jauh dari tempatnya berdiri.

Langkah kaki Gladis berjalan menuju ruang keluarga dengan tempo yang sedikit cepat dan sejuta pertanyaan dipikirannya. Jika kedatangan kedua orangtuanya Gladis mendadak seperti ini biasanya ada sesuatu yang sangatlah penting. Tapi apakah itu?

"Mama dan Papa kenapa tiba-tiba menelepon di saat aku sedang sibuk di butik, lalu kenapa mereka menyuruhku untuk cepat pulang?" Kata Gladis di dalam hati.

Sesampainya di depan ruang keluarga perempuan bermata indah itu terdiam sesaat sambil menatap pintu berwarna coklat yang bisa ia buka kapan saja, di dalam ruangan ini Gladis akan menemukan jawaban mengapa mamanya menyuruh dirinya agar cepat pulang ke rumah. Gladis menarik napas panjang sesaat sebelum membuka pintu itu, semoga saja tidak ada hal yang akan terjadi menimpanya.

Pintu ruangan itu terbuka dan Gladis melihat kedua orangtuanya sudah duduk menunggunya di sofa ditemani dua cangkir teh hangat yang sudah disediakan pelayan. Mata Gladis terpaku pada mamanya saat pertama kali masuk ke ruangan itu, sadar akan kehadiran putri bungsunya yang baru saja beberapa langkah melewati pintu.

"Gladis. Ayo masuk," perintah mamanya sambil menatap putrinya itu dengan lekat.

Gladis masih berdiri terdiam tidak bergeming seraya melemparkan senyum kecilnya menatap wajah kedua orangtuanya secara bergantian. Namun sayang senyum yang Gladis lemparkan hanya berbalas kan ekspresi dingin dari papanya.

"Mama dan Papa tumben pulang mendadak? Biasanya memberitahuku lebih dahulu kalau pulang ke Indonesia?" tanya Gladis penasaran menatap kedua orangtuanya itu.

"Ada hal penting yang harus Papa sampaikan kepadamu," terang papanya memulai pembicaraan.

Hanya diam yang terlukis di wajah Gladis, hal penting apa yang ingin disampaikan kepadanya sampai kedua orangtuanya harus pulang mendadak ke Indonesia. Otak Gladis masih belum bisa menemukan apa yang menjadi alasan kedua orangtuanya itu berada di sini.

"Silahkan duduk, Gladis," sela mamanya seraya kedua bola mata menatap putri bungsunya yang masih terlihat kebingungan.

Akhirnya mau tidak mau untuk mendapatkan jawabannya Gladis mengikuti perintah mamanya dan masih dengan sejuta pertanyaan.

"Hal penting apa, Pa?" tanya Gladis dengan mimik wajah bingung saat ia duduk tepat di depan papanya hanya berbataskan meja.

Mamanya mengusap rambut Gladis

Mama dan papanya saling menatap seakan mereka memberi kode agar hal penting itu segera di sampaikan kepada Gladis. Seketika wajah mereka menjadi serius, Gladis menjadi penasaran melihat reaksi kedua orangtuanya yang berubah menjadi serius.

"Gladis. Mama dan Papa akan menikahkan kamu," ucap papanya memberi tahu.

What! menikah? Apa aku tidak salah dengar! Menikah Papa bilang. Menikah dengan siapa? Tunggu-tunggu atau jangan-jangan Papa dan Mama merestui hubunganku dengan Fadli!

Gladis kaget bukan main ketika mendengar ucapan papanya seperti tersambar petir di siang bolong. Apa mungkin papanya menyetujui hubungan Gladis dengan Fadli yang selama ini di tentang oleh kedua orangtuanya itu karena perbedaan kasta dan background keluarga Fadli!

"Nikah, Pa!" Gladis memperjelas perkataan papanya dan papanya pun mengangguk.

"Iya sayang. Mama dan Papa mau menikahkan kamu dengan laki-laki yang tepat untukmu," sambung mamanya.

"Tunggu-tunggu, apa laki-laki yang mama dan papa maksud itu Fadli?" tebak Gladis menatap kedua orangtuanya.

Wajah mama dan papanya mendadak tidak bersahabat ketika mendengar nama FADLI. Kedua orang tua Gladis sangat tidak menyukai Fadli sejak mereka berpacaran. Gladis semakin yakin bahwa dirinya tidak akan menikah dengan Fadli karena melihat wajah papanya sagat berbeda mendengar nama Fadli. Terlihat guratan rasa benci, kecewa, kesal yang memancar dari kedua orangtuanya itu.

"Sayangnya bukan dia, Gladis," jawab papanya dengan nada tegas setelah mereka terdiam beberapa saat.

Hati Gladis tiba-tiba hancur dan kecewa mendengar ucapan papanya.

"Apa, Pa! Jika bukan dengan Fadli lalu dengan siapa?" tanya Gladis penasaran.

"Dengan anak partner bisnis Papa."

Deg, tiba-tiba hati Gladis sesak mendengar ucapan mamanya terasa hancur, apa dia tidak salah mendengar? Pasti ada yang salah. Wajah cantik Gladis mendadak menjadi pucat dan memancarkan kekecewaan yang sangat mendalam.

"Apa? Pasti ada yang salah?" Gladis menatap kedua orangtuanya tidak percaya.

"Tidak ada yang salah Gladis, perkataan papamu benar," kata mamanya memperjelas ucapan dari suaminya.

Tangan Gladis gemetaran, ia hanya mengepalkan kedua tangan di atas pangkuannya dan sesekali menunduk kecewa menahan air mata yang hendak akan keluar dari pelupuk mata cantiknya itu.

"Mama tahu jika aku sudah mempunyai pasangan dan aku sudah serius dengan Fadli," Gladis mulai mengangkat wajahnya menatap kedua orangtuanya.

"Papa tidak akan membiarkan kamu menikah dengan Fadli sampai kapan pun. Kamu tahu itu!"

"Tapi, Pa! Aku mencintai Fadli dan begitu juga dengannya. Aku akan menikah dengan Fadli dan Papa juga tahu bagaimana hubungan kami," jelas Gladis dengan mata berkaca-kaca.

"Dan kamu tahu sendiri jika Papa dan Mama tidak pernah setuju dengan hubunganmu dari dulu!" bentak papanya.

"Kamu yang selalu keras kepala untuk bersama laki-laki itu. Tetap bertahan dengan dia meskipun Papa dan Mama sudah bilang berkali-kali!" tambah papanya mulai marah.

Suasana mulai memanas mata Gladis mulai berkaca-kaca dia mencoba untuk menahannya agar tangis tidak pecah di hadapan kedua orangtuanya.

"Tapi aku menyayangi Fadli, Pa! Hanya Fadli yang Gladis sayang, hanya Fadli yang aku inginkan untuk menjadi suamiku," ucap Gladis dengan nada sedikit parau.

"Tapi kamu tidak punya pilihan Gladis, kami masih berhak atas masa depanmu," tambah papanya

"Masa depanku atau masa depan perusahaan Papa!" Gladis memperjelas maksud perkataan papanya dengan nada tegas dan sinis.

Gladis tahu akan maksud papanya itu. Rencana pernikahan itu pasti karena bisnis, ambisi papanya ingin memperkuat perusahaannya agar bisa bersaing di internasional. Oleh karena itu papanya Gladis mencari rekan bisnis yang tangguh, dan rencana pernikahan ini untuk mengikat kedua perusahaan itu agar keuntungannya tidak jatuh kemana-mana sungguh licik!

"Masa depa kita semua Gladis. Mama harap kamu mau mengikuti apa kata papamu, anggap saja sebagai bukti bakti kamu kepada orangtuamu."

"Bukti bakti macam apa, Ma? Apa harus mengorbankan kebahagiaanku?" mata Gladis terus berkaca-kaca.

"Papa harap kamu mau mengikuti keinginan kami."

"Bagaimana jika aku tidak mau mengikuti, Pa?" air mata Gladis mulai turun setetes demi setetes.

Mendengar ucapan Gladis seketika kedua orangtuanya menjadi kaget bukan main, ini bukanlah Gladis yang mereka kenal. Gladis yang mereka tahu anak yang baik, patuh, penurut, sayang dengan kedua orangtuanya.

Gladis Dwi Hadinata perempuan berusia 24 tahun dengan tinggi 160 cm dan berat 55 kg adalah seorang wanita karir yang mempunyai butik ternama. Wajah yang cantik serta rambut yang panjang selalu menjadi incaran kaum adam, perempuan penyuka ice cream itu seorang perempuan yang mandiri karena walaupun dirinya dilahirkan dari keluarga yang berada tak membuat Gladis menggantungkan semuanya kepada kedua orangtuanya. Gladis sedikit sosok perempuan yang penurut dan lembut, tidak pernah sekalipun dirinya membantah keinginan kedua orangtuanya. Mempunyai lesung pipi yang sama dengan Fadli membuat dirinya kerap kali diyakini jika mereka berdua akan berjodoh.

Seorang Playboy

"Jadi kamu mau menentang perintah Papa, Gladis?" tanya papanya dengan nada bicara sedikit meninggi.

"Apa aku tidak boleh memilih pendamping hidup, Pa?" tanya Gladis dengan nada terdengar sedikit lirih.

"Gladis, semua ini sudah menjadi tradisi bagi keluarga kita sejak dahulu dan kamu tidak bisa menghindarinya."

"Fadli laki-laki baik, Pa. Aku sudah mengenal dia sejak SMA dan Papa juga tahu itu," kata Gladis membela Fadli.

"Tetapi dia belum cukup baik di mata Papa, Gladis," ucap papanya memotong pembicaraan.

"Apa karena latar belakang dia yang tidak jelas, Pa?" tebak Gladis dengan berurai air mata.

"Iya betul, karena dia tidak jelas asal usulnya membuat kami ragu dari keluarga seperti apa dia dan orangtuanya seperti apa," jawab papanya.

"Gladis, Mama harap kamu mau mengikuti permintaan kami," ucap mamanya memotong pembicaraan.

"Tapi, Ma," kata Gladis memelas menatap mamanya.

Gladis tidak bisa berbuat apa-apa, dia tahu bahwa keputusan papanya sangatlah benar. Menikahkan gadis satu-satunya dengan laki-laki pilihan papanya adalah pilihan yang paling tepat.

"Gladis, Mama mohon kepadamu selama ini kami tak pernah meminta apa-apa kepadamu. Kali ini tolonglah kamu menuruti apa kata papamu."

Air mata Gladis pun tumpah tidak terbendung, seolah harapan hidup dengan Fadli musnah sudah. Memang benar selama ini orangtuanya tidak pernah minta apa-apa darinya, tidak pernah mencampuri kehidupan Gladis tapi ini tidak adil.

"Baik. Akan aku pikirkan," jawab Gladis dengan suara berat dan menahan air mata sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar itu kedua orangtuanya sedikit lega, setidaknya tidak perlu berdebat panjang lagi dengan Gladis soal perjodohan ini.

"Jika memang ini keinginan kalian akan aku lakukan, karena aku tidak mau di sebut anak durhaka," sambung Gladis lagi.

"Mulai sekarang kamu tidak boleh lagi berhubungan dengan laki-laki itu, Papa tidak mau sampai ada kabar jika kamu masih berhubungan dengannya."

"Baik, Pa. Jika begitu aku permisi dulu," pamit Gladis tidak mempunyai pilihan.

Lalu Gladis keluar dari ruangan itu meninggalkan kedua orangtuanya, sambil terus menangis menuju kamarnya di lantai dua. Air matanya jatuh membasahi wajah cantiknya.

Buk....Gladis menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur sambil posisi tengkurap dan memejamkan wajahnya pada bantal, ia menangis tak tahan akan kejadian tadi. Air mata membasahi bantal miliknya, entah apa yang harus dilakukannya saat ini.

FADLI

Fadli adalah kekasih Gladis sejak ia lulus kuliah, sebenarnya Fadli itu teman SMA-nya Gladis. Fadli kakak kelas Gladis dan lelaki dengan tinggi 175 cm itu sudah mulai menyukai Gladis. Sadar akan posisi Fadli yang hanya anak tidak jelas asal usulnya membuat ia mengurungkan niatnya untuk mendekati Gladis. Hingga mereka berpisah dan Fadli adalah anak angkat seorang dokter yang sudah menolong dirinya. Lalu Fadli melanjutkan kuliah d Australia, setelah ia menjadi dokter dan kembali ke Indonesia ia bertemu dengan Gladis di acara reuni akbar sekolah. Pada saat itu Fadli mengutarakan isi hatinya dan mereka memutuskan untuk berpacaran. Tetapi selama hampir 3 tahun pacaran orang tua Gladis sangat tidak setuju dengan hubungan mereka dan selalu menunjukan sikap tidak sukanya kepada Fadli.

"Fadli," rintihan Gladis dalam hati.

"Drett....dret....Tiba-tiba suara ponsel Gladis berbunyi terlihat pesan masuk ternyata dari Fadli.

*S**ayang kamu di mana? Aku tadi ke butik, kamu tidak ada. Aku telepon tapi tidak di angkat, kamu di* mana?

Melihat isi pesan itu Gladis langsung terbangun dan duduk, ia segera mengusap matanya yang basah lalu membalas pesan dari fadli.

*Maaf sayang aku tadi sedang sibuk bertemu dengan tam**u*, aku masih di tempatnya dan masih sibuk karena dia ingin memesan baju untuk acara pertunangan dan pernikahan.

Gladis terpaksa berbohong kepada Fadli, karena untuk saat ini ia ingin sendiri dulu memikirkan rencana papanya itu.

"Maafkan aku, Fadli," lirih Gladis dalam hati.

Malam Itu

Terlihat tiga orang sedang makan malam bersama yaitu Gladis, papanya dan mamanya, terlihat suasana begitu kaku dan tegang.

"Besok kamu harus bertemu dengan David," perintah papanya memulai pembicaraan.

Gladis terdiam sejenak,menghentikan aktifitas makannya menatap kedua orangtuanya, rasanya Gladis begitu sangat kesulitan untuk menelan makanan yang sedang dikunyah nya.

"Besok kamu akan bertemu dengan David dan mamanya. Biar Mama yang akan menemanimu," sela Ny Rensa lagi.

David! Apa yang Papa maksud adalah David Airlangga putranto? Anak dari Gustiawan saputra airlangga putranto! Pemilik Airlangga grup yang sahamnya banyak di luar negri.

"Kita bertemu jam makan siang ya, Dis," sambung mamanya kepada Gladis.

"Iya, Ma," jawabnya singkat.

"Jangan sampai kamu lupa," ucap papanya mengingatkan.

"Tidak akan, Pa. Aku tidak akan lupa."

"Dan satu lagi bersikap baiklah kamu kepadanya," ucap papanya memberi saran tetapi Gladis hanya terdiam.

Setelah selesai makan malam Gladis langsung menuju kamarnya, pikirannya sekarang kepada satu orang yaitu adalah David Airlangga Putranto.

Bagaimana bisa Papa mau menikahkan aku dengan dia, menurut berita yang beredar di media dia adalah playboy yang suka berganti-ganti wanita, bahkan ada yang sudah hamil olehnya. Kenapa bisa Papa mau menikahkan aku dengan laki-laki itu?

Di sebuah bar karoke

Tiga orang pria muda sedang asik bernyanyi di sebuah ruangan mewah, ya siapa lagi jika bukan David Airlangga Putranto bersama ke 2 sahabatnya. Ari dan Juna, mereka bertiga sedang asik menikmati lagu yang di nyanyikan oleh pemandu karoke tersebut 3 wanita seksi yang berada di samping Ari, Juna dan David, dengan pakaian mini dan terlihat belahan buah dada mereka.

"Mau minum lagi sayang?"

tawar wanita itu pada David yang sedang diam memainkan ponsel miliknya wanita itu selalu memeluk David dengan mesra dan sesekali mencium pipi David seakan menggodanya untuk bercinta.

"Boleh," jawab David singkat.

Tidak jauh beda dengan Ari dan juna mereka juga sedang asik dengan wanita di sebelahnya.

*Be**sok jangan lupa kamu ada pertemuan dengan istinya om Harianto Dwi Hadinata dan anaknya, bersikap manis lah kamu*.

Ternyata itu pesan dari papanya, melihat pesan itu David aga sedikit kesal, apa benar papanya mau menikahkan dia dengan teman neneknya itu? David sebenarnya tidak suka akan rencana ini tapi dia memilih untuk diam terlebih dahulu.

"Beb, kamu kenapa?" tanya wanita itu menggoda David.

"Kamu masih Virgin?"

Pertanyaan David membuat wanita itu kaget.

"Perempuan seperti aku tidak ada yang masih Virgin, sayang," katanya dengan nada menggoda.

"Apa kamu bisa aku pinjam sebentar?"

"Boleh sayang asalkan bayarnya mahal."

"Tidak perlu takut akan bayaran, kamu minta berapapun aku beri. Asalkan kamu bisa membuat stress aku hilang malam ini."

Mendengar tawaran David wanita itu langsung menyanggupinya. Bagaimana tidak seorang David Airlangga Putranto laki-laki tampan, kaya, mapan, banyak perempuan yang mau dengannya .

Peristiwa 1 Bulan Lalu

Pagi itu di sebuah perusahaan ternama Airlangga company persatuan dari Airlangga Grup terlihat sangat sibuk sekali, para karyawan sibuk bekerja. Dari arah pintu masuk terlihat seorang pria dengan stelan jas abu dan dasi hitam dengan 2 orang di samping kiri dan kanannya memasuki gedung dan hendak naik lift, ya David Airlangga Putranto atasan sekaligus pemilih perusahaan ini.

"Pagi, Pak," sapa karyawannya setiap kali berpapasan dengan David.

Namun David bukanlah tipe atasan yang baik dan ramah, dia dikenal dengan orang yang dingin, judes, galak, sangar, sadis, pendiam dan tempramental.

"Bacakan kegiatan aku hari ini?" perintah David pada asistennya itu ketika mereka hanya bertiga naik ke dalam lift.

"Baik, Pak," ucap Pak Kus sambil mengambil sebuah buku yang dia pegang sedari tadi di tangannya.

Lalu Pak Kus membuka agenda yang ia pegang sedari tadi di tangannya. Lelaki setengah baya itu membuka lembaran satu persatu di carinya jadwal hari ini.

"Jam 9 ada meeting dengan Pak Surya bagian HRD properti, jam 11 ada meeting dengan Armada grup, jam 3 ada meeting staf HRD, dan yang terpenting jam makan siang anda harus datang menemui Nyonya Teresa dan Nyonya Rensa Ayu Dwi Hadinata beserta anak gadisnya," Pak Kus membacakan agenda David hari ini.

Mendengar itu David hanya terdiam tidak bergeming.

*Apa harus secepat ini aku menemui dia, sepertinya P**apa tidak main-main akan rencana menjodohkan aku dengan anak teman nenek itu*.

"Baik, kerjakan tugasmu," perintah David pada Pak Kus.

"Baik, Pak. Permisi," Pak Kus pergi ke ruangannya dan meninggalkan David dengan Pak Rony orang kepercayaannya sejak lama.

"Bawa semua laporan untuk meeting hari ini," kata David sambil duduk di meja kerjanya.

"Baik Tuan, permisi," Pak Rony keluar ruangan David lalu tidak lama di saat yang bersamaan Sekertaris David pun masuk.

"Selamat pagi Pak, ini yang harus Anda tanda tangan," sapa Alexa memberikan beberapa map kepada David.

"Kamu tahu meeting dengan Armada grup berapa jam?" tanya David sambil matanya menandatangani berkas-berkas itu tidak menatap Alexa.

"Mungkin bisa 3 jam Pak," tebak Alexa.

*Be**rarti aku tidak bisa menemui mama dengan temannya itu*.

"Ada lagi yang harus di tanda tangani?"

"Tidak, Pak. Itu saja, permisi."

Alexa pergi meninggalkan ruangan David dan tidak lama kemudian ponsel David berbunyi. David melihat ada sebuh pesan masuk untuknya.

Drettt...dretttt...David membuka pesan itu lalu ia melihat pesan dari wanita yang malam itu tidur dengannya.

*H**ay sayang sedang apa? Oh iya apakah nanti malam kamu akan* datang lagi?

"Dasar ******," gumam David dalam hati.

*Ti**dak, aku sibuk. Ada apa kamu menghubungiku*?

*A**ku hanya rindu sentuhan* mu, sayang!

David tersenyum melihat isi pesan itu lalu ia tidak membalasnya, dan menyimpan kembali ponselnya itu di meja.

BUTIK GLADIS

"Mbak, nanti sore ada janji fitting baju dengan keluarga Pak Oscar," kata Dwi memberitahu saat Gladis memasuki ruangannya.

Dwi adalah asisten di butik milik Gladis, perempuan itu sudah lama menjadi karyawan Gladis dan sangat membantu Gladis di sana.

"Oh, iya. Aku hampir lupa, mereka jadi kesini, kan? tanya Gladis kepada Dwi.

"Jadi Mbak," jawab Dwi.

"Ok. Nanti jam makan siang aku mau keluar sebentar."

"Iya, Mbak."

Tidak lama ponsel Gladis berbunyi dilihatnya ponsel itu ternyata dari Fadli, Gladis senang bukan main wajahnya begitu berseri-seri.

"Halo," sapa Gladis dengan nada manis.

"Hai, sayang. Kamu sudah sampai butik?" tanya Fadli ramah di ujung telepon sana.

"Iya sayang, kenapa?" Gladis balik tanya.

"Jam makan siang aku jemput ya," ajak Fadli.

Glekkkkk......Gladis menelan ludah, bagaimana tidak siang ini ia sudah ada janji dengan mamanya dengan calon suaminya yang akan di jodohkan oleh kedua orangtuanya.

Ya tuhan bagaimana caraku harus berbicara dengan Fadli tentang rencana ini?

"Sayang," panggil Fadli d ujung telepon itu ketika mendengar tidak ada jawaban dari Gladis.

"Oh, iya. Aku sudah ada janji nanti siang," kata Gladis berbohong.

"Dengan siapa?" tanya Fadli penasaran.

"Dengan keluarganya Pak Oskar, mereka mau fitting baju," jelas Gladis berbohong.

Gladis terpaksa berbohong karena dirinya akan bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengannya, terlihat Gladis menyesal sekali karena sudah berbohong kepada Fadli.

"Begitu ya, baiklah. Nanti makan malam saja aku jemput kamu."

"Ok, aku tunggu."

"Ya sudah selamat bekerja," kata Fadli mengakhiri pembicaraan.

"Kamu juga."

"Miss you honey," kata Fadli dengan mesra.

"Miss you to," Gladis mengakhiri pembicaraan terlihat wajahnya begitu menyesal karena telah berbohong kepada Fadli.

*M**aafkan aku Fadli, aku berbohong kepadamu, aku tidak tau harus bagaimana! Aku tidak sanggup untuk bercerita semuanya kepadamu, aku belum siap kehilangan kamu*.

Jam pun sudah menunjukan makan siang, Gladis menuju tempat yang di beritahu mamanya ke sebuah restoran Jepang.

"Iya, Ma. Aku segera datang," kata Gladis terburu-buru di dalam mobil sambil menyetir.

"Mama tunggu saja sebentar lagi aku sampai."

AIRLANGGA COMPANY

"Permisi, Pak. Tadi ada pesan dari Nyonya besar, dan Nyonya bilang jika Anda jangan lupa untuk bertemunya sekarang," Pak Kus mengingatkan akan pertemuan antara David dengan Gladis.

Seketika David terdiam, David yang tadi sibuk membaca laporan mendadak menghentikan aktifitasnya, lelaki berwajah tampan itu melamun berfikir sejenak lalu ia teringat akan peristiwa 1 bulan lalu, yang membuatnya menerima perjodohan ini.

FLASBACK

Di depan ruang ICU terlihat beberapa orang yang sedang menunggu cemas, akan keadaan seorang yang di sayangin nya di dalam ruang ICU itu.

"Ini semua gara-gara Kak David, jika saja Kak David tidak menolak untuk perjodohan itu pasti nenek tidak akan masuk ICU," semprot Devi adik perempuan David yang sedang menenangkan mamanya menangis di depan ruang ICU.

"Jika terjadi apa-apa dengan Nenek, Papa tidak akan memaafkan kamu, David!" sambung papanya yang ada di samping mamanya.

Sementara David berdiri menatap seseorang di balik jendela kaca ICU. David merasa bersalah atas perbuatannya terhadap neneknya.

Dokter dan suster sedang berusaha memberi pertolongan pertama kepada neneknya karena terkena serangan jantung, akibat David dan papanya tadi bertengkar karena David tidak mau menerima perjodohan yang di tawarkan neneknya.

Pertengkaran anak dan ayah itu di saksikan oleh neneknya, karena David bersikeras tidak mau menerima perjodohan, neneknya pun langsung terkena serangan jantung.

Sungguh berkecamuk pikiran David saat ini suasana hatinya entah bagai mana.

*N**ek maafkan David, aku tak bermaksud seperti ini. Aku janji jika nenek sadar nanti aku mau menerima perjodohan ini*!

Seru David sambil memandang neneknya dari luar kaca, tidak lama kemudian dokter dan suster keluar ruangan itu menemui keluarga David, tapi sayang neneknya David tidak bisa tertolong mulai dari situ David mau menerima perjodohan itu.

"Pak David," panggil Pak Kus ketika melihat David melamun.

Lalu David tersadar dan menatap ke arah Pak Kus yang sedari tadi memandang David.

"Iya, kenapa?" David kaget tersadar akan lamunannya.

"Bagaimana, Pak? Apa Anda mau menemui Nyonya?" tanya Pak Kus memastikan.

"Bilang aku sibuk," kata David singkat.

"Baik Pak, permisi," pamit Pak Kus meninggalkan ruangan David.

Restoran

Di sebuah Restoran Jepang terlihat 3 orang wanita, dua di antaranya sudah lanjut usia dan satu lagi masih muda. Ya mereka adalah Gladis, NY Rensa dan NY Teresa terlihat sedang duduk sambil asyik berbincang.

"Cantik ya, Gladis," puji Ny Teresa ketika melihat Gladis yang menunduk malu-malu.

"Iya, seperti eyangnya."

"Tante dengar kamu yang punya butik R AND Q ya?" tebak NY Teresa.

"Iya Tante," jawab Gladis singkat.

"Butik yang terkenal dikalangan sosialita dan pemiliknya itu sebentar lagi menjadi menantu Tante," puji NY Teresa dengan nada bangga.

Mendengar ucapan itu NY Rensa dan Gladis hanya tersenyum manis.

"Gladis, Tante harap nanti kamu dapat lebih sabar menghadapi David," kata NY Teresa singkat.

"Kenapa Tante?" tanya Gladis penasaran menatap NY Teresa.

"David itu orangnya pendiam, jutek, serius tidak bisa diajak bercanda," jelas NY Teresa.

"Masa sih, Tante?" Gladis menatap NY Teresa tidak percaya.

"Iya, tapi mudah-mudahan sama kamu tidak ya."

Apa Mama dan Papa tidak salah mau menikahkan aku dengan pria seperti itu?Pria macam apa yang akan Mama dan Papa nikahkan untukku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!