NovelToon NovelToon

Galeri Cinta Mimin

Bab 1# Awal

Seorang gadis remaja berusia 17 tahun bernama Mimin adalah gadis cupu yang berpenampilan lugu, berkacamata dan tak pernah berpenampilan menarik namun dia gadis yang murah senyum dan pintar.

Mimin duduk dibangku SMU swasta kelas dua, dimana di sekolah itu kebanyakan siswanya berasal dari kalangan keluarga menengah atas. Tapi tidak dengan Mimin. Dia berasal dari keluarga yang sederhana.

Hampir setiap hari semua siswa berangkat dan pulang sekolah dengan naik mobil mewah. Namun mimin seorang gadis yang cuek dengan penampilannya. Dia sangat percaya diri dengan penampilannya. Mimin berangkat dan pulang sekolah dengan naik motornya bututnya.

Meski Mimin berasal dari keluarga yang tidak mampu, Dia selalu semangat. Dia bisa bersekolah di sekolah itu karena beasiswa karena Mimin adalah anak yang pintar dan tekun belajar sejak kecil. Orang tua Mimin hanya seorang buruh pabrik dengan gaji yang pas pasan.

Senin pagi itu mimin berangkat sekolah dengan sepeda motornya yang butut dan tepat jam enam lewat empat puluh lima menit, Mimin sampai di pintu gerbang sekolahnya yang mewah itu.

Seperti biasa, meski Mimin anak yang cupu, jadul dan super cuek dengan penampilannya yang apa adanya namun dia gadis yang sangat murah senyum dan selalu menyapa dengan orang lain. Sesampainya di pintu gerbang, Mimin selalu menyapa Bapak Security yang bertugas disana.

"Selamat pagi pak!," sapa Mimin kepada bapak security.

"Selamat pagi, Min!, " jawab bapak security kepada Mimin.

"Tumben Min, kamu agak siangan datangnya," tanya bapak security kepada Mimin.

"Iya pak, tadi pas di jalan ban motor saya bocor," jawab Mimin dengan senyum manisnya.

Saat Mimin dan bapak security lagi ngobrol, tiba-tiba tiiiiiiiiinnn.... tinnn.... tinnn..... terdengar di telinga suara klakson mobil yang sangat keras di belakang motor butut Mimin. Ternyata suara klakson mobil Robi.

Robi adalah seorang lelaki yang berbadan tegap,tampan dan playboy sehingga banyak siswi yang tertarik kepadanya. Robi juga berasal dari keluarga yang berada namun dia sangat sombong dan suka bertindak semaunya. Robi juga teman sekelas Mimin yang tidak pernah suka dengan Mimin. Dia selalu membuli Mimin karena penampilannya yang jadul, cupu dan dari keluarga yang tidak sama status sosialnya dengan Robi.

"Hei cupu, minggir kau!!!!! atau kutabrak motor bututmu itu," geram Robi.

"Iya... iya.. sabar dong," jawab Mimin sambil menuntun motor bututnya ke tepi.

Akhirnya Mimin minggir dengan raut muka cemberut karena kesal dengan sikap Robi yang seenaknya sendiri. Dan setelah minggir di sebelah pos satpam. Mobil Robi segera melaju kencang meninggalkan Mimin dengan motor bututnya.

Mimin menuntun motornya menuju tempat parkir motor dan memakirkan motornya yang butut itu. Mimin berlari dan bergegas segera masuk kelas meletakkan tasnya.

Bel berbunyi tepat pukul tujuh. Semua siswa berkumpul di lapangan utama untuk melaksanakan upacara bendera rutin dilaksanakan setiap hari senin.

Mimin bergegas dan berlari menuju lapangan upacara. Namun tiba-tiba ......

"Duuuukk.... ahhhh...awww.... sakit," desah Mimin kesakitan.

Mimin terjatuh di depan kelas. Robi yang dengan sengaja menjegal kaki Mimin.

"Hahhahahahha...rasain lu...makanya jangan sok melawan gue," ujar Robi merasa senang setelah menjegal Mimin.

"Awas kau, entar kubalas," gumam Mimin kesal dan marah.

Mimin dan temannya pun berbaris dengan tertib di lapangan utama.

Seorang siswa laki-laki berdiri di barisan paling depan di deretan kelas Mimin itu yang bernama Fiko. Dia adalah seorang ketua kelas di kelas Mimin.

Fiko adalah seorang anak laki-laki yang berwibawa dan tampan dari kalangan keluarga yang berada. Meski dia dari keluarga berada namun dia berpenampilan biasa, tidak sombong seperti Robi. Dan dia juga tak pernah membedakan temannya dari status sosialnya.

Tiba saatnya upacara bendera di senin pagi dimulai, semua siswa hening mendengarkan arahan dari bapak kepala sekolah. Iringan lagu dan suara merdu saat petugas menyanyikan lagu Indonesia raya.

Empat puluh lima menit sudah berlalu, upacara bendera pun telah usai. Mereka pun kembali ke kelas masing-masing. Bel berbunyi tanda semua siswa masuk ke dalam kelas dan memulai kegiatan belajar.

Saatnya jam pertama dimulai. Masuklah guru bahasa inggris di kelas 2B kelas Mimin dan Robi. Di dalam kelas, Mimin duduk tepat di depan Robi. Semua siswa duduk di bangkunya masing-masing dengan tertib dan terdiam.

Guru bahasa inggris pun berdiri di depan kelas untuk memberikan informasi bahwa akan dilaksanakan ulangan harian.

"Selamat pagi anak-anakku," ucap salam Bu Indah kepada anak-anak kelas 2B.

"Selamat pagi bu," jawab siswa kelas 2B dengan kompak.

"Anak-anak sekarang waktunya kita ulangan harian, siapkan alat tulis kalian dan masukkan buku kalian ke dalam tas," kata Bu Indah guru bahasa inggris.

"Iya Bu Indah," jawab anak-anak kelas 2B.

Terdengar suara lirih dari belakang Mimin yang semakin keras terdengar di telinganya.

"Hei cupu, memangnya kau bisa bahasa inggris??

ngomong inggris aja belum tentu bisa apalagi ngerjakan ulangan hahahahhaha..., " ejek Robi membuli Mimin berulang kali.

Mimin hanya tersenyum dengan muka yang sedikit kesal. Mimin berusaha menahan amarahnya. Meski dalam hatinya ingin membalas bulian Robi.

Bu Indah keliling dari bangku ke bangku untuk membagikan kertas ulangannya. Dan setelah selesai membagikan, Bu Indah berkata kepada siswa kelas 2B.

"Waktu kalian mengerjakan hanya enam puluh menit, segera selesaikan dan kumpulkan di depan," kata Bu Indah.

"Iya Bu," jawab anak-anak serentak.

Lima puluh menit telah berlalu. Waktu sudah hampir habis untuk menyelesaikan soal ulangan harian bahasa inggris.

"Waktu kurang sepuluh menit lagi, yang sudah selesai bisa dikumpulkan di meja," kata Bu Indah menambahkan.

Lima menit kemudian, Robi mengumpulkan hasil ulangannya. Saat kembali ke tempat duduknya, dengan lirih dia mendekati dan berkata kepada Mimin.

"Kau gak bakalan bisa mengerjakan Min, kau bisa apa???? hahahahhaha..., " ucap Robi di dekat telinga Mimin.

Mimin hanya bisa diam, melihat dan mendengar ucapan Robi saja. Tanpa bisa berkata apa-apa.

Tepat enam puluh menit, Mimin dan teman lainnya mengumpulkan ulangannya di meja Bu Indah. Setelah selesai, saatnya pergantian jam pelajaran.

Kelas Mimin saatnya pelajaran olahraga. Mereka semua berganti baju olahraga. Robi dan teman sekelompoknya tiba duluan di lapangan belakang sekolah.

Saat Mimin sampai di lapangan. Robi menyapa Mimin dengan buliannya.

"Hai cupu... hahahahahhaha," kata teman-teman Robi dengan kerasnya.

"Ada apa sih, kalian selalu menggangguku, " jawab Mimin dengan kesal dan marah kepada Robi dan teman-temannya.

"Apa kamu gak bosan selalu membuli aku?," lanjut Mimin.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Mimin. Dia adalah Fiko sang ketua kelas yang selalu membela Mimin dari bulian Robi dan temannya.

"Sabar Min, gak usah ditanggapi ucapan Robi," kata Fiko menahan amarah Mimin.

Hampir seluruh teman sekelas Mimin tidak mau dekat dengan Mimin karena penampilannya yang jadul tapi hanya satu teman laki-laki yang bernama Fiko yang mau berteman dengan Mimin.

Fiko kasihan melihat Mimin yang selalu dihina oleh teman-temannya terutama Robi.

"Ayo... Min," kata Fiko sambil menarik tangan Mimin dan mengajaknya pergi dari depan Robi.

👑👑👑👑👑

Bab 2# Curhat

Fiko menarik tangan Mimin dan mengajaknya menuju lapangan olahraga. Mereka pun berbaris dengan tertib mendengarkan tugas yang disampaikan Pak Indra guru olahraganya. Dan Pak Indra memberikan tugas untuk melakukan kegiatan berlari mengelilingi lapangan sebanyak tiga kali.

Tibalah saatnya mereka melakukan aktivitas olahraga dimulai. Mimin dan Fiko berlari beriringan. Ketika sudah dua kali putaran, mereka berpapasan dengan Robi dan teman-temannya. Dan tiba-tiba Robi mendorong bahu Mimin. Untung saja Fiko menahan badan Mimin sehingga Mimin tidak sampai terjatuh.

"Hai cupu... memangnya kau bisa lari ya!!!! hahahahaha," ejek Robi.

"Memangnya manusia alien seperti kamu bisa lari ya hahahaha, " lanjut Robi dan teman- temannya ikutan membuli Mimin.

"Kenapa sih kalian gak bosan-bosannya membuli Mimin??? dia salah apa sama kalian?," ujar Fiko membela Mimin.

"Hei, Fiko kenapa kamu belaiin dia sih?. Apalagi berteman dengan orang cupu seperti dia dan gak selevel dengan kita," sahut Robi.

"Sudahlah Fik... sebaiknya kita diam saja," gumam Mimin dan memegang bahu Fiko.

Setelah selesai tiga kali putaran, mereka pun duduk di samping lapangan untuk beristirahat sejenak. Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi tanda waktu istirahat datang. Semua siswa beristirahat di luar kelas.

Si Mimin ditemani Fiko berjalan menuju ke kantin sekolah.

"Min, ayo ke kantin!!, "ajak Fiko dengan senyumannya yang manis.

"Ya Fik," jawab Mimin menerima ajakan Fiko.

Sesampainya di kantin, ternyata Robi dengan teman-temannya sudah ada disana. Bercanda tawa dan menggoda siswi cantik disana.

Ketika Robi dan teman -temannya melihat Mimin dan Fiko jalan menuju kantin. Mereka sudah bersiap untuk mengganggu dan membulinya.

"Hei cupu, kalian pasangan serasi sekali ya...yang satu cupu kucel dan satunya selalu jadi bodyguardnya hahahhahahaha," ejek Robi dan teman-temannya.

"Jaga omonganmu ya !!," sahut Mimin dengan amarahnya.

"Sabar Min. Sebaiknya kita pergi dari sini daripada terjadi masalah lagi," ucap Fiko menenangkan Mimin.

Fiko menarik tangan Mimin dan mengajak Mimin menghindari Robi. Fiko mengajak Mimin duduk di belakang kelasnya. Mereka duduk berdua. Mimin tertunduk dan terdiam. Wajah Mimin yang sedih dan raut muka yang kesal dengan sikap Robi kepadanya.

"Min, aku tau kalau kamu marah dan kesal dengan ucapan dan sikap Robi. Tapi sebaiknya kamu mengalah karena Robi punya pengaruh besar di sekolah ini," Fiko menjelaskan kepada Mimin.

Dengan mata Mimin yang berkaca-kaca dan sedikit mengeluarkan airmata sehingga dia melepaskan kacamata tebalnya sambil mengusap air matanya.

"Iya, aku tau kok Fik. Aku memang bukan berasal dari keluarga yang sama seperti mereka tapi kalau aku biarkan, dia semakin merendahkan aku," jawab Mimin mengatakan keluh kesahnya kepada Fiko.

Sambil melepas kacamatanya, Mimin berkata, "Aku sudah gak tahan dengan sikap dan perkataan mereka, Fik."

Dan ketika kacamata terlepas, terlihat wajah Mimin yang cantik itu tanpa kacamata tebalnya. Fiko melihat Mimin sampai tak berkedip karena kaget dan terpesona melihat kecantikan dan kepolosan wajah Mimin. Karena selama ini Mimin selalu terlihat tak menarik dihadapan semua orang.

Fiko sangat kagum dan merasakan jantungnya berdebar-debar melihat kecantikan Mimin. Dan Mimin pun melihat Fiko keheranan. Karena Fiko melihatnya tak berkedip.

"Fik, kenapa kau melihatku seperti itu? apakah ada yang aneh di wajahku?," tanya Mimin kepada Fiko.

"Enggggg....enggak kok, justru aku melihatmu sangat cantik tidak seperti biasanya apalagi yang dikatakan Robi kalau kamu cewek cupu itu salah besar. Kamu tuh cantik, pintar dan baik," ujar Fiko kagum kepada Mimin.

"Ah.. kamu bisa aja Fik," sahut Mimin sambil memakai kacamatanya kembali.

"Aku gak bohong kok Min. Kamu bukan gadis cupu tapi kau cantik seperti bidadari. Mungkin mereka tidak tau saja kalau kamu wanita yang cantik dan pintar," ucap kagum Fiko.

"Jangan terlalu banyak memujiku Fik! nanti aku jadi besar kepala hehehehehe," sahut Mimin sambil berdiri dan memegang tangan Fiko untuk mengajaknya kembali ke kelas.

"Ayo Fik, kita masuk kelas." Lanjut Mimin mengajak Fiko kembali ke kelas.

Mereka pun berjalan menuju kelas. Dan sesampainya di depan kelas. Mereka bertemu dengan Robi. Mimin melihat Robi dengan penuh kekesalan dan amarah. Mereka pun duduk di bangku masing-masing. Fiko pindah duduk di dekat Mimin.

Fiko yang sebagai ketua kelas mengumumkan kalau nanti malam ada acara malam kesenian di Aula gedung sekolah. Semua siswa diwajibkan hadir dan memakai dresscode putih.

"Hai cupu, sebaiknya kamu gak perlu ikut karena akan memalukan kelas kita aja dengan wajahmu yang kucel itu," ejek Robi lirih.

"Kenapa sih kamu selalu berucap seperti itu, apa salahku sama kamu?," sahut Mimin dengan marah.

"Kamu mau tau salahmu apa?? salahmu itu kamu punya wajah yang memalukan," jawab Robi.

Fiko datang dan menahan tangan Mimin agar tidak terbawa emosi.

"Wah, sang bodyguard datang hahahahhaha," ujar Robi mengejek Fiko.

"Jaga omonganmu, Rob!," sahut Fiko kesal karena Robi yang selalu membuli Mimin.

Bel berbunyi tanda pulang. Mereka pun segera keluar kelas.

"Bye.. bye manusia cupu dan sang bodyguard," ujar Robi kepada Mimin dan Fiko dengan berjalan keluar kelas.

Tinggallah Mimin dan Fiko di dalam kelas.

"Fik, mungkin sebaiknya aku gak datang di acara malam kesenian nanti malam, aku takut mereka membuli aku lagi karena penampilanku," ucap Mimin lirih.

"Kamu harus datang Min, aku akan bantu kamu merubah penampilanmu," kata Fiko menguatkan Mimin.

"Merubah penampilan gimana ya Fik?," tanya Mimin.

"Aku kan bantu merubah penampilanmu supaya menarik Min. Supaya di acara nanti malam, kamu terlihat menarik," gumam Fiko menguatkan Mimin.

"Benarkah itu Fik ??," sahut Mimin dengan sedikit ragu namun penuh harap.

"Iya Min," jawab Fiko.

"Ayo Min ikut aku," lanjut Fiko dengan menarik tangan Mimin untuk segera pulang.

"Kemana Fik?," tanya Mimin bingung.

"Udah ikut aja, nanti pasti kamu tau," jelas Fiko kepada Mimin.

Merekan pun pulang berdua dengan sepeda butunya Mimin.

"Lho Fik, kamu gak pulang kah?? Kita mau kemana?," tanya Mimin.

"Nanti kamu pasti tau kok Min," jawab Fiko.

Fiko membonceng Mimin dengan jantungnya yang berdebar debar. Fiko membawa Mimin ke sebuah butik.

"Fik, kenapa kita kok ke butik baju ini?. Ini kan harga bajunya mahal-mahal. Aku gak bakalan bisa untuk membeli baju disini," gumam Mimin yang minder.

"Sudahlah Min, ayo masuk!," ajak Fiko.

Akhirnya Mimin dan Fiko masuk ke dalam butik itu. Fiko memilihkan sebuah gaun yang bagus untuk Mimin.

"Kamu coba dulu Min!," ucap Fiko sambil memberikan gaun itu kepada Mimin.

"Ini kan gaun mahal Fik, aku tidak mau mencobanya karena aku gak mungkin bisa membelinya," ujar Mimin.

"Sudahlah Min, kamu coba dulu saja," sahut Fiko.

"Baiklah Fik. Aku akan coba," jawab Mimin mengiyakan dan menuju ke kamar pas.

Lima menit kemudian Mimin keluar dari kamar pas. Fiko tak hentinya menatap Mimin dengan gaun yang dipakainya dari bawah ke atas.

"Gimana Fik? bagus kah?, " tanya Mimin.

Fiko terbengong melihat Mimin.

"Fik... fik... gimana?," tanya Mimin kedua kalinya.

"Oh... oh... ya... ya... bagus kok Min, kamu cantik mengenakan gaun itu," pujian Fiko kepada Mimin.

👑👑👑👑👑

Bab 3# Butik

Saat di butik, Mimin terlihat sangat cantik dengan gaun yang di cobanya di ruang ganti. Mata Fiko sampai tak terkedip melihat paras cantik Mimin ketika memakai gaun putih.

Setelah selesai mencoba gaun tersebut. Mimin pun bingung bagaimana cara dia harus membayar gaun yang bagus dan mahal itu.

Tiba-tiba Fiko mengambil gaun yang sudah di coba Mimin itu dan membawanya ke kasir.

"Fik....ada apa?," Mimin dengan raut mukanya yang bingung.

Mimin mengikuti Fiko, ternyata Fiko berjalan menuju kasir untuk membayar gaun yang dicoba Mimin tadi.

"Hei Fik, kenapa kau membayarkan gaun itu? gimana caraku mengganti uangmu?," ucap Mimin.

"Udahlah Min, kau gak perlu menggantinya. Anggap saja ini hadiah dariku sebagai tanda persahabatan," jawab Fiko.

"Makasih ya Fik. Kau begitu baik padaku," ucap Mimin.

Sesaat setelah Fiko selesai membayar, mereka pun keluar dari butik tersebut dan segera naik motor butut Mimin.

Dan ketika akan pergi naik motor, tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan motor Mimin dengan membunyikan klakson mobilnya keras-keras.

Ternyata dia adalah Robi dengan mobil mewahnya yang sengaja membunyikan klakson mobilnya dengan kencang.

"Hei cupu, sedang apa kau di butik ini? jangan bilang kalau kau membeli baju disana. Karena kau tak akan mampu untuk membelinya," teriak Robi dari dalam mobilnya.

"Jaga ucapanmu Rob!," kata Fiko membela Mimin.

"Oh... ternyata kau selalu jadi bodyguard Mimin ya Fik! Atau jangan - jangan kalian pacaran kali hahaha...," tambah Robi.

"Sudah cukup Rob. Aku gak perlu dengar ocehanmu!," sahut Mimin.

"Ah... aku juga sudah muak ketemu kalian...bye," jawab Robi.

"Minggir kau!," tambah Robi.

Akhirnya Mimin dan Fiko pun minggir dan segera melaju dengan motor butut Mimin.

👑👑👑👑👑

Robi segera memarkirkan mobil mewahnya di depan butik dimana Mimin dan Fiko tadi berbelanja. Tiba - tiba ....Kian salah satu teman Robi bertanya pada Robi.

"Rob, kenapa sih kamu begitu benci sama si Mimin?," tanya Kian.

"Kenapa kau tanya hal yang gak penting?," jawab Robi.

"Ya aneh aja sih. Sampai sebegitunya kau benci dia," sahut Kian.

"Kau tau sendiri lah Ian... kalau di sekolah kita tuh kan semua anaknya dari kalangan orang yang kaya, sedangkan dia tuh sapa? Manusia yang gak pantas sekolah bersama kita," jelas Robi.

"Oh begitu kah Rob. Tapi kan tidak seharusnya kau mengejeknya terus," ucap Kian.

"Sudah lah Ian, kau gak perlu bahas dia lagi. Bikin moodku jelek saja," sahut Robi.

Mereka pun masuk butik itu. Mereka juga akan membeli baju persiapan malam kesenian.

👑👑👑👑👑

Setelah dari butik, Fiko dan Mimin pergi ke taman. Mereka berbincang bincang disana dengan makan bakso. Di saat mereka makan bakso, Mimin bercerita tentang kehidupannya.

Mimin berasal dari keluarga yang hidupnya serba pas-pasan. Dia memiliki dua adik yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik dan ibunya berjualan di pasar. Hampir tiap hari Mimin membantu ibunya sebelum berangkat sekolah dengan mengantarkan ibunya dan membawakan perlengkapan berjualan ibunya. Kebetulan ibunya berjualan nasi campur di pasar. Jadi nanti jika ada sisa makanan yang tidak habis terjual bisa digunakan untuk makan kami di siang dan malam hari. Kalau ayah Mimin bekerja sebagai buruh pabrik yang pulangnya kadang sore dan kadang lembur sampai malam.

"Aku dan adik - adikku harus bisa hidup mandiri. Aku sebagai anak pertama harus bisa mendampingi adik untuk belajar. Dan semoga kelak mereka bisa membantu ayah dan ibuku," ucap Mimin.

"Aku sangat bersyukur karena dapat beasiswa untuk sekolah disini sehingga ayah dan ibu tidak kesusahan mencari biaya untuk aku sekolah," ujar Mimin.

"Aku berharap kelak aku dan adik - adikku bisa menjadi orang yang sukses dan bisa membahagiakan ayah dan ibu," harapan Mimin.

Fiko mendengarkan cerita Mimin dan ikut terhanyut dalam kehidupan Mimin yang sangat menyedihkan. Fiko sangat bangga dengan sikap Mimin sebagai seorang kakak. Dia sangat semangat dalam mencari ilmu.

"Aku sangat bangga sama kamu Min. Kamu bisa jadi anak dan sekaligus kakak yang menjadi contoh buat adik - adikmu," ujar Fiko.

Mimin sangat bangga bisa mempunyai ayah dan ibu yang sangat luar biasa dalam mendidiknya. Ayah Mimin adalah orang yang sangat bijaksana dan sangat disiplin dalam mendidik anak - anaknya.

"Kamu sungguh beruntung punya keluarga yang serba kecukupan Fik, tidak seperti aku," ucap Mimin kepada Fiko.

"Mungkin kamu bisa melihatnya di luar saja, harta dan kekayaan yang kamu lihat itu hanya milik orang tuaku bukan milik aku Min," sahut Fiko yang tidak membenarkan ucapan Mimin.

"Siapapun orang tuanya dan berasal dari keluarga yang seperti apa, itu tetap orang tua kita Min," kata Fiko.

"Iya Fik, meski aku berasal dari keluarga yang pas-pasan. Aku tetap sayang pada orang tuaku begitu juga mereka yang sangat sayang sama aku," kata Mimin yang begitu bangga kepada orang tuanya.

Fiko menceritakan tentang orang tuanya yang begitu sayang kepadanya namun sangat berlebihan. Kemana pun dia pergi selalu harus diantar oleh pesuruh orang tuanya. Dia sangat terkekang tak bisa keluar dan bebas bersama teman - temannya.

"Baru kali ini Min, aku keluar sama kamu tanpa ditunggu oleh pesuruh papa," ujar Fiko.

"Pasti orang tuamu bakalan marah kalau tau kamu tidak ada di sekolah tapi keluar sama aku," jawab Mimin.

"Iya sih, tapi tadi aku ijinnya ada kelas tambahan jadi pulangnya agak siang," jelas Fiko.

Fiko merasa sangat bebas tanpa sopir dari papanya.

"Kamu beruntung ya Min, orang tua mu sangat percaya sama kamu, tidak seperti aku yang kemana mana selalu harus dipantau," keluh Fiko.

"Iya Fik, mereka sangat percaya dan mendukung semua kegiatanku," ucap Mimin.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang.

"Min, sekarang udah jam dua. Ayo kita balik ke sekolah! takutnya sopir papa udah nungguin aku," ujar Fiko.

"Iya Fik, aku udah selesai kok makannya," sahut Mimin.

Mereka jalan menuju tempat parkir motor agak tergesa gesa karena Fiko takut kena marah. Setelah sampai di tempat parkir, mereka langsung naik motor motor butut Mimin.

Di sepanjang jalan menuju sekolah.

"Min, nanti malam bolehkan aku jemput kamu? kita berangkat sama-sama," tanya Fiko.

"Apa kamu mau berangkat dengan orang seperti aku Fik?," sahut Mimin minder.

"Kenapa mesti malu? kita kan sahabat Min," jawab Fiko.

"Kalau kamu gak malu dan gak keberatan, aku mau kamu jemput Fik," jawab lirih Mimin sambil tersenyum.

"Baiklah nanti jam 6 malam, aku jemput kamu ya Min," ucap Fiko.

"Iya Fik," jawab Mimin.

👑👑👑👑👑

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!