Sebuah pesawat mendarat dengan sangat mulus di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Seorang perempuan berwajah Indo keturunan Jerman melangkah keluar menuruni anak tangga dengan gayanya yang elegan.
Dia mengenakan pakaian casual terlihat sekali bahwa dia anak berada dan terpandang karena semua yang dipakai serba branded. Perempuan yang kerap disapa Aiu berlari menuju ke pintu seolah dia benar-benar tergesa-gesa.
kring-kring!
Ponselnya berdering dengan cepat Aiu meraih ponsel yang ada di dalam saku mantelnnya. Aiu Himmler Dia baru saja menyelesaikan pendidikannya S2 di Amerika.
Dan rencananya dia juga akan melanjutkan hidupnya di sana nanti setelah wisuda tetapi 2 bulan menjelang wisuda Aiu mendapatkan kabar buruk.
Sekretaris Ayahnya menghubungi Aiu dan memberitahukan bahwa Ayahnya kini sedang sekarat terbaring lemah di rumah sakit. Aiu sangat mencintai keluarganya terlebih lagi saat dia kehilangan Ibunya rasa cinta dan sayang tulus kepada sang ayah semakin besar.
Apa pun yang terjadi kepada Ayahnya, Aiu berharap semoga Ayahnya akan baik-baik saja.
Aiu berlari cepat menuju ke pintu, setelah sampai di halaman bandara dia menggerakkan tangannya untuk menghentikan taksi yang sedang melaju ke arahnya.
Aiu membuka pintu kemudian masuk ke dalam mobil dan bergegas meminta kepada sopir untuk mengantarnya ke rumah sakit.
"Halo, Pak Yas" sahutnya setelah mengangkat panggilan dari sekretaris ayahnya.
"Nona, Saya akan menyuruh orang untuk menjemput Nona di bandara" suara Yas terdengar dari ujung ponsel.
"Tidak perlu Pak Yas, aku bisa naik taksi" tanpa basa-basi Aiu langsung mematikan ponselnya.
"Kalau memang mau niat menjemputku kenapa tidak dari tadi menyiapkan orang dan stand by di bandara. Kenapa setelah aku naik taksi dia baru berpikir untuk menyuruh orang menjemputku!" gumam Aiu dengan nada jengkel.
Aiu sebenarnya anak yang baik tetapi sejak dari kecil kedua orangtuanya selalu memanjakan Ayu dengan kekayaan dan kemewahan, sehingga membuat perempuan itu sering mudah meremehkan orang lain.
"Hei Pak sopir, kau bisa lebih cepat sedikit tidak!" Aiu berseru karena merasa sopir taksi itu terlalu lamban mengemudikan mobilnya.
"Ya Nona ini saya juga sudah berusaha untuk mempercepat laju mobilnya" sahut Pak sopir.
"Tidak usah menjawab!" Aiu berdecak jengkel. Tak lama mobil yang ditumpanginya berhenti tepat di depan Rumah Sakit.
Aiu mengambil uang lalu melemparkannya ke arah sopir karena dia tergesa gesa, mungkin apa yang di lakukan Aiu tidak sopan tapi itu salah satu sifat buruknya.
"Ambil kembaliannya" ucap Aiu dengan galak karena dia merasa sopir sengaja mengemudikan mobilnya dengan lambat agar tarif taksi nya lebih mahal.
"Neng sombong sekali" gumam supir taksi.
Aiu sebenarnya mendengar apa yang diucapkan oleh supir taksi itu tetapi karena dia tak mau berdebat Aiu mengacuhkan Supir itu dan lebih memilih untuk berlari masuk kedalam Rumah Sakit.
Aiu beberapa kali menekan tombol lift berharap agar pintunya segera terbuka.
"Cepat cepat capat!!!" gumamnya.
Dan ketika pintunya sudah terbuka Aiu dengan cepat masuk ke dalam menekan angka di mana ayahnya sedang dirawat.
***
Aiu membuka pintu dia lalu menerobos masuk namun langkahnya terhenti, tubuhnya terpaku saat melihat ayahnya terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang dengan berbagai macam bantuan peralatan yang menempel di dada dan selang yang terpasang di dalam hidung.
Nafasnya memburu Aiu berusaha untuk menenangkan diri agar tak mengganggu ayahnya yang sedang istirahat.
Yas yang melihat kedatangan Aiu langsung menoleh ke arahnya. Dia mengambil kursi yang ditaruh di sebelah ranjang dan mempersilakan Aiu untuk duduk di sana.
Aiu tidak tahu sama sekali apa yang sedang terjadi kepada Ayahnya karena beberapa hari yang lalu mereka sempat melakukan video call dan Aiu melihat bahwa ayahnya masih sehat bugar.
Tak sepatah kata pun terucap tapi mata Aiu memerah berkaca kaca. Tak ingin menangis di depan Ayahnya, Aiu kemudian mengusap matanya.
"Pak Yas, apa sebenarnya yang terjadi kepada Ayah? kenapa Ayah bisa sampai seperti ini?"
Yas hanya diam terlihat kebingungan, laki laki itu tertunduk dia tak menjawab pertanyaan dari Aiu.
***
Aiu dan Yas terlihat duduk di bangku kantin Rumah Sakit.
Aiu menatapnya lekat seakan menunggu penjelasan dari Yas yang duduk di depannya sementara pandangan matanya melihat ke arah map.
Yas mendorong map itu ke arah Aiu membuat perempuan itu mengalihkan pandangannya yang semula Aiu menatapnya dengan pandangan tajam kini langsung beralih ke arah map yang ada di depan matanya.
Aiu tak paham dia hanya menatap map itu dengan penuh tanda tanya namun dengan ekspresi wajah yang angkuh.
"Ini... apa Pak Yas?" Ayu berucap dengan pandangan sinisnya.
"Nona ingin tahu, kan kenapa Ayah nona sampai bisa terbaring di atas ranjang Rumah Sakit?" Yas berusaha memancing perempuan itu agar mau membuka mapnya.
"Lalu apa hubungannya dengan map ini?"
"Bukalah Nona, nanti Anda akan tahu" ucapnya dengan nada tenang dan bijaksana.
Aiu menghela nafas kasar kemudian menggerakkan tangan membuka map dengan sedikit rasa jengkel.
Perlahan Aiu membaca setiap kalimat bola matanya nampak bergerak ke kanan dan ke kiri membaca setiap kata hingga akhirnya dia selesai membaca keseluruhan isi map itu.
Aiu dibuat menganga dia tak habis pikir kalau perusahaannya telah diambil alih oleh grup JW.
"JW?" gumam Aiu, dia langsung memicingkan matanya ke arah Yas membuat laki laki itu terkejut dan menciut nyalinya.
Ujung matanya kemudian bergerak ke arah kanan bawah pojok.
"Kang Ji Wook??" ucapnya lirih. Aiu mengalihkan pandangannya ke arah Yas lagi.
"Pak Yas, bagaimana sampai ini bisa terjadi? bagaimana mungkin grup JW sampai bisa mengambil perusahaan milik Ayah? apa yang selama ini kalian kerjakan sampai sampai mereka bisa merebut perusahaan milik Ayah!" Aiu sempat berucap dengan nada tinggi, membuat semua orang yang berada di kantin mengalihkan perhatian ke arahnya.
Akan tetapi Aiu tak meenghiraukan hal itu.
"Kau tahu Pak Yas, kedua orang tuaku mendirikan perusahaan ini dari nol dan kini malah mereka yang menikmatinya saat perusahaan milik orang tuaku berkembang pesat!" matanya terlihat merah memperlihatkan betapa dirinya benar-benar sangat marah dengan hal itu.
"Itulah kenapa kemarin sebelum Ayah Nona terbaring di rumah sakit dia meminta kepada saya untuk menyampaikan hal ini kepada Nona" Yas berucap dengan gugup dia terlihat ketakutan saat Aiu marah.
"Apa?" suaranya terdengar lirih, Yas hampir tak mendengarnya.
"Apa yang Ayah katakan! apa yang sampaikan padamu? Apa yang harus aku lakukan untuk perusahaan ini?" Aiu mencercanya dengan berbagai macam pertanyaan.
"Ayah Nona, ingin Nona pergi ke Korea untuk menemui pimpinan grup JW dan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi hak Nona."
Ya, karena perusahaan itu nantinya akan diserahkan kepada Aiu setelah perempuan itu menyelesaikan pendidikannya, lebih tepatnya setelah Aiu wisuda perusahaan itu akan menjadi miliknya.
Karena perusahaan yang kini diambil alih oleh grup JW adalah satu-satunya yang menunjang perekonomian keluarga Aiu.
Aiu terdiam sejenak dia menatap Yas dengan tatapan tajam.
"Itu pasti Pak Yas, aku akan mengambil kembali perusahaan kedua orang tuaku" Aiu menghela nafas panjang untuk melegakan dadanya kemudian dia berucap kembali.
"Siapkan semuanya Pak Yas, aku akan segera aku pergi ke Korea."
"Apa?" Yas menaikkan alisnya secara cepat.
"Nona akan pergi ke Korea secepat ini? bagaimana dengan Ayah Anda?"
"Bukankah ada kau di sini? kau bisa menjaga dan memberitahuku tentang perkembangan Ayah, kan? lagi pula... lebih cepat lebih baik" Aiu berucap dengan nada tenang dan berat, dia mengepalkan tangannya menggertakkan gigi dengan kuat seakan memperlihatkan betapa kuatnya dia menahan amarah.
***
Pagi itu setelah menemui Ayahnya dan berpamitan Aiu berangkat ke bandara dan bertolak ke Korea, tak banyak yang dia bawa hanya beberapa potong baju karena rencananya Aiu hanya ingin mengambil kembali berkas yang telah diambil oleh grup JW.
"Aku tidak akan membiarkan perusahaanku dinikmati oleh orang-orang bodoh seperti kalian! grup JW. Lihat saja apa yang akan aku lakukan terhadap perusahaanmu sebagai balasannya!"
Dadanya terasa seperti terbakar, panas. Aiu siap menghadapi Grup JW dengan tangan kosong, Dia yakin hanya akan menghadapi mereka dengan kecerdasannya.
Sekilas Aiu teringat tentang bagaimana kedua orang tuanya membangun perusahaan itu, sampai sampai harus sering tidur di tempat kerja. Aiu sampai menitikkan air mata ketika teringat betapa besarnya usaha kedua orang tuanya dahulu ketika membangun perusahaan itu dari nol dan kini malah dengan seenaknya saja di ambil alih oleh orang lain.
Aiu mengusap pipinya yang basah dengan kasar setelah sampai di Korea dia pastikan akan mengambil apa yang sudah menjadi haknya.
Pesawat yang ditumpangi oleh Aiu mendarat dengan mulus di bandara Incheon Korea Selatan. Dengan langkah pasti dan tatapan matanya yang tajam Aiu melangkah turun dia berjalan menuju ke pintu luar setelahnya naik ke mobil yang sudah tersedia di tempat itu.
"Anda mau menuju ke mana Nona?" ucap Sopir itu. Berhubung Aiu menguasai beberapa bahasa asing dan salah satunya adalah bahasa Korea maka tentunya dia tak begitu kesusahan ketika berucap dengan sopir tersebut.
"Antarkan aku ke hotel S" ucap Aiu, setelahnya sopir itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menuju ke hotel S.
***
Sesampainya di hotel S sopir membantu Aiu menurunkan koper dari bagasi mobil.
"Terima kasih, Nona" ucapnya setelah menerima uang dari Aiu.
Aiu menghela nafas panjang kemudian dia melangkah masuk menuju ke resepsionis untuk melakukan cek-in.
Aiu membuang tubuhnya ke atas ranjang setelah dia berhasil masuk ke kamar. Perempuan itu memejamkan mata berpikir keras dari mana dia akan memulai semua rencananya.
***
Menjelang tengah malam suasana kota terlihat sangat ramai, terlebih lagi tempat tempat yang biasa digunakan untuk berkumpul sekedar menghabiskan waktu.
Ting!
Terdengar suara gelas yang sengaja di adu, Young Sik melakukan ceers dengan seorang laki laki sebelum menegug minumannya.
Ruangan itu terlalu bising karena ada beberapa temannya yang sedang berkaraoke sambil ditemani beberapa wanita di sampingnya.
Terlihat seorang laki-laki duduk di ujung memamerkan ekspresi wajah dingin, dia seakan malas dengan keramaian di tempat itu.
Dia terlihat sangat tampan bertubuh tegap tinggi dan berkulit putih.
Kang Joong Woo, nama laki-laki itu. Teman-temannya kerap memanggilnya dengan nama Joong Woo.
"Hei Joong Woo! apa keputusanmu sudah bulat, kalau kau akan menerima tawaran Ibumu?" Young Sik meletakkan gelas di atas meja.
"Kalau kau sudah terjun ke dalam dunia bisnis bahkan kau takkan ada waktu untuk bersantai-santai seperti ini" ucap Young Sik memberi petuah kepada Joong Woo karena dia termasuk orang yang sudah lebih lama berkecimpung di dunia bisnis.
Joong Woo hanya diam dia sudah hampir berkali-kali menolak tawaran dari Ibunya untuk mengurus beberapa anak perusahaan.
"Kita lihat saja nanti aku tidak tahu kalau belum mencobanya" ucap Joong Woo dengan nada rendah.
Dia kemudian menghabiskan minuman yang ada di gelasnya.
***
Keesokan harinya Aiu melakukan perjalanan menuju ke Perusahaan JW, Aiu memakai setelan blus berwarna merah muda dan sengaja menutupi rambutnya dengan slayer yang dipadu dengan kacamata berwarna hitam karena dia termasuk perempuan yang suka menarik perhatian dan paling menonjol di antara semuanya.
Di sisi lain Joong Woo nampak terlihat rapi dengan setelan jas berwarna hitam namun seperti stylenya, dia sengaja tak memakai dasi dia bahkan juga sengaja melepas tiga kancing kemejanya bagian atas agar terkesan santai walau pun memakai pakaian resmi.
Joong Woo berdiri di depan kaca yang membentang di depannya, sementara tangannya terlihat sedang sibuk memekai jam Alexandre Chrietie keluaran terbaru.
Hari ini adalah hari pertama untuk Joong Woo menangani perusahaannya, tak berharap banyak namun setidaknya di mata Ibunya dia menjadi anak yang seperti di inginkannya.
***
Aiu berjalan menuju resepsionis dan menanyakan apakah dia bisa bertemu dengan pimpinan dari grup JW.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona" ucap resepsionis itu.
"Aku ingin bertemu dengan pimpinanmu di sini" ucap Aiu tanpa rasa takut sedikit pun.
Resepsionis itu kemudian melirik ke arah teman lainnya.
"Apa maksud Nona adalah Nyonya Kang?"
"Iya! siapa lagi bukankah memang dia pimpinanmu disini, kalau aku datang ke sini untuk tidak bertemu dengannya lalu mau bertemu dengan siapa lagi?" ucap Aiu dengan jengkel, bahkan dia sampai menaikkan nada suaranya.
"Maaf Nona, apakah anda sudah membuat janji?"
"Katakan pada pimpinanmu kalau aku yang akan menemuinya jadi tidak perlu membuat janji dengan pimpinanmu itu!" Aiu tak mau kalah dia tetap bersikeras untuk menemui Nyonya Kang.
"Maaf Nona tapi anda tidak bisa menemuinya, kalau anda mau, hari ini saya akan membuatkan jadwal untuk Anda dan mungkin seminggu atau dua minggu lagi Anda bisa menemuinya" ucap resepsionis dengan bijaksana akan tetapi Aiu tak menerimanya dia memberontak bahkan menarik kerah kemeja resepsionis itu.
"Kau sudah gila! aku terbang jauh jauh dari Indonedia untuk menemui Nyonya Kangmu dan kau memintaku untuk menunggu satu atau dua minggu lagi!" Aiu membulatkan matanya penuh dengah amarah.
"Hubungi Nyonya Kang, suruh dia turun temui aku di sini" Aiu sampai harus berteriak karena tak dapat menahan emosinya lagi, semua orang yang ada di lobi sampai mengalihkan perhatian ke arahnya.
"Apa kalian lihat lihat!! pergi sana urusi pekerjaan kalian masing masing" nafasnya terengah engah karena Aiu terus berbicara tanpa titik koma.
Melihat sepertinya perempuan itu akan membuat keributan reseptionis satunya lagi tengah memanggil satpam untuk menangani Aiu.
"Tenang nona jangan seperti ini kalau Anda bersikap anarkis saya yakin Nyonya Kang tidak akan mau menemui Anda" apa yang diucapkan resepsionis itu seketika membuat Aiu naik pitam dia membelalakkan matanya lebar dan terus marah-marah.
"Maaf Nona, kau harus segera pergi dari sini" satpam yang baru saja datang meraih lengan Aiu mencoba membawa perempuan itu keluar.
"Siapa kau! lepaskan aku. Berani beraninya kau menyentuhku!" ucap Aiu dia mencoba menepis tangan satpam itu tetapi dia terlalu kuat dan membuat Aiu harus terseret ikut bersamanya keluar.
Di halaman lobi nampak sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan sana Joong Woo kemudian melangkah keluar, dia berjalan menuju pintu tetapi pandangannya langsung teralihkan dan tertuju ke arah keributan itu berasal.
Dia melihat seorang satpam sedang menyeret paksa perempuan bahkan satpam itu memperlakukannya dengan kasar.
Aiu yang terus berusaha untuk memberontak dan memaksa masuk bertemu dengan Nyonya Kang tak mau kalah dia terus berulah hingga tanpa sengaja kakinya tersandung dan jatuh namun Joong Woo yang berdiri di belakangnya menangkap tubuh Aiu.
"Aah!" teriak Aiu ketika dia hampir saja terjatuh.
Aiu menoleh mendongakkan kepalanya karena pastinya Joong Woo yang lebih tinggi darinya.
Dibalik kacamata hitamnya Aiu terus memandang ke arah laki-laki yang berdiri tepat di depan matanya. Wajah mereka sangat dekat membuat dada Aiu berdebar tak karuan.
Aiu terpesona, laki-laki itu terlihat bercahaya dan sangat berkharisma. Sementara Joong Woo hanya diam menatap aneh ke arah Aiu.
"Sampai kapan kau akan seperti ini?" ucapnya ketika Joong Woo merasa pegal karena Aiu masih bergelayut di lengannya.
Aiu terkejut dia kemudian berdiri sambil merapihkan kemejanya.
Joog Woo melirik ke arah satpam dengan tatapan tajam kemudian dia berucap.
"Apa begini cara kau memperlakukan seorang perempuan? Joong Woo berucap dengan nada dingin, matanya terlihat mengerikan membuat satpam itu menciut nyalinya.
Aiu yang melihatnya seketika langsung terpesona.
"Sudah tampan, baik, mau membelaku lagi" ucapnya dalam hati.
"Maaf tuan" ucap satpam itu sambil menundukkan kepalanya patuh.
Aiu masih berdiri di tempat semula dia masih terpana dengan sosok Joong Woo.
"Astaga kenapa laki-laki ini terlihat sangat sempurna bentuk rahangnya, dagunya yang lancip, bibirnya yang berisi, hidungnya yang mancung matanya yang sipit khas orang Korea dan bentuk pahatan tubuhnya yang sangat proporsional, aarrgghh!! benar benar typeku."
Pandangan Aiu kini tertuju kepada belahan dadanya yang sedikit terlihat.
Aiu bahkan kesusahan saat menelan ludahnya.
Joong Woo seketika mengalihkan pandangannya ke arah Aiu, dari balik kaca mata dia bahkan tak bisa melihat dengan jelas wajahnya.
"Apa yang sedang kau lihat?" ucapnya membuat Aiu tersentak kaget dan tersadar dari lamunannya.
"Tidak, aku hanya" ucapannya terhenti saat melihat laki-laki itu lebih pergi meninggalkan dirinya.
"Sombong sekali! bahkan dia tak memberiku kesempatan untuk mengucapkan terima kasih!" Aiu memanyunkan bibirnya seakan dia jengkel dengan sikap Joong Woo.
"Tampan si tampan tapi menyebalkan" gumamnya sembari memutar mata malas.
"Hei Nona silakan pergi dari sini" ucap satpam itu, dengan cepat Aiu melirik ke arahnya dan berucap dengan jengkel.
"Lihat saja kalau sampai besok aku bisa bertemu dengan Nyonya Kang, aku akan menyuruh dia untuk memecatmu."
Aiu kemudian melangkah keluar, sebelum naik ke mobil dia sempat melepas kaca matanya dan menatap ke arah pintu masuk.
"Lihat saja sampai perusahaan ini ada di tanganku aku akan menghancurkan kalian satu per satu" Aiu kembali memakai kaca matanya sebelum masuk ke dalam mobil.
***
Pintu lift terbuka Joong Woo melangkah keluar menuju ke ruang kerja Ibunya.
Tok tok tok!
Setelah mengetuk pintu Joong Woo membuka dan melangkah masuk ke dalam. Nyonya Kang yang melihatnya langsung beranjak berdiri dari kursi dia berjalan sambil membuka kedua tangannya seolah sedang menunggu putranya jatuh ke dalam dekapannya.
Dengan ragu Joong Woo memenuhi keinginan Ibunya dia membungkuk dan menyandarkan dagunya di pundak Ibunya.
Nyonya Kang membelai punggungnya dengan lembut.
"Anakku sayang" ucapnya dengan lembut, setelahnya Nyonya Kang melepaskan pelukan. Dia kembali berjalan ke kursi dan mempersilakan Joong Woo untuk duduk di seberang meja.
"Kalau seperti ini, kan Ibu jadi senang melihatnya."
Joong Woo yang sebenarnya tak pernah memakai setelan jas hanya tersenyum sinis karena laki-laki itu hanya akan memakai jas ketika memenuhi undangan resmi.
"Kau terlihat sangat tampan Putraku, tapi" Nyonya Kang mengalihkan pandangannya ke arah kancing kemeja yang sengaja dibuka setelahnya beralih ke arah telinga dan memperhatikan dua buah anting berwarna hitam dan silver yang menggantung di sana.
"Jadi bagaimana, kau akan menerima tawaran Ibu?" Nyonya Kang memandangnya dengan penuh harap.
Joong Woo sesaat terdiam kemudian dia mengalihkan pandangan ke arah Ibunya lalu menganggukkan kepalanya perlahan.
Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh sekretaris Nyonya Kang yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam.
Nyonya Kang menatapnya dengan tajam kemudian berucap.
"Aku dengar tadi di bawah sempat ada keributan kenapa kau tidak menanganinya?"
Joong Woo berpikir sesaat apakah yang dimaksud Ibunya adalah perempuan yang tadi sempat diusir oleh satpam.
"Maaf presdir saya baru saja mendengar hal itu karena saya sibuk menyelesaikan agenda akhir bulan ini" ucap Min Joon sekretarisnya.
"Kau terlalu banyak alasan!" ekspresi wajahnya kemudian terpaku ketika dia teringat bahwa akan memindah tugaskan Min Joon ke kota X bersama dengan putranya Joong Woo.
"Oh ya, kau segera bereskan semua berkas-berkasmu karena minggu depan aku akan memindahkanmu ke kota X bersama dengan Putraku. Kau temani dia di sana."
Joong Woo langsung menoleh kearah Min Joon membuat laki-laki itu terkejut.
Min Joon yang terkejut terlihat sedikit ketakutan ketika menatap mata Joong Woo seolah ada sesuatu diantara mereka.
Joong Woo menghela nafas panjang setelahnya menarik tubuhnya ke belakang bersandar di kursi.
Nyonya Kang kemudian menekan tombol interkom menghubungi resepsionis.
"Jika besok perempuan itu datang lagi suruh dia menghadap dan datang rumahku!" ucapnya kemudian mematikan tombol intercom-nya.
Mendengar ucapan Ibunya seketika Joong woo teringat kejadian di lobi.
Dia berpikir ada apa hubungan perempuan itu dengan Ibunya sampai-sampai perempuan itu seolah marah besar terhadap Ibunya. Namun Joong Woo menganggap itu adalah hal yang biasa, maka dari itu dia tak mau memikirkannya lebih jauh.
***
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" ucap Joong Woo yang berdiri disebelah meja, sementara Min Joon duduk di kursi kerjanya.
Laki-laki itu terlihat sedang membereskan berkas-berkasnya ke dalam kardus.
"Apa kau lupa presdir?? beberapa hari yang lalu sempat ada kabar tentang kita bahkan presdir Kang sampai menyalahkanku karena gosip itu" ucap Min Joon dengan wajah cemberut.
"Presdir? kau memanggilku Presdir?" keningnya berkerut seakan Joong Woo tidak nyaman dengan panggilan itu karena setiap harinya mereka menghabiskan waktu bersama dan Min Joon lebih sering memanggilnya dengan sebutan Joong.
"Karena aku pikir sebentar lagi kau akan menjadi Presiden Direktur di perusahaan baru, jadi aku harus terbiasa dengan memanggilmu Presdir."
"Lalu gosip apa yang kau bicarakan barusan?"
"Kau terlalu sibuk dengan duniamu sendiri bahkan gosip tentang dirimu saja kau sampai tidak mendengar!" Min Joon kemudian mengambil ponsel dan membuka internet, ibu jarinya mengusap layar dengan cepat lalu setelah mendapatkan apa yang dia cari, Min Joon memberikan ponselnya kepada Joong Woo agar laki laki itu membaca sendiri berita tentang dirinya.
Dengan tatapan sinis Joong Woo meraih ponsel dari tangan Min Joon matanya langsung menatap ke arah layar ponsel yang ada di tangannya.
Di sana Joong Woo melihat sebuah artikel dengan judul yang terpampang jelas dan bertuliskan menggunakan huruf kapital.
'Skandal antara putra dari grup JW dengan sekretaris Min Joon' dan di bawah kata itu bertuliskan 3 huruf yang membuat Joong Woo terpaku.
'Gay'
Joong Woo kemudian terkekeh geli namun dengan gayanya yang elegan.
"Mereka menyebutku gay?" Joong Woo mengangkat alisnya menanyakan kebenarannya.
"Kau pikir saja sendiri skandal tentang kau dan aku mengatakan bahwa kita adalah seorang gay padahal mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu" ucap Min Joon dengan jengkel.
Tak menutup kemungkinan kalau masyarakat beropini demikian karena kedekatan Joong Woo dengan Min Joon melebihi seorang sepasang kekasih.
Bahkan mereka tak pernah melihat pewaris dari Grup JW itu bersama seorang perempuan, membuat opini masyarakat semakin kuat bahwa Joong Woo seorang Gay.
Semenjak Joong Woo kembali ke Korea Min Joon lah satu-satunya teman yang dia miliki kemana pun Joong Woo pergi akan selalu ada Min Joon disampingnya.
"Sejak kapan kau menghiraukan berita murahan seperti ini? lupakan, semuanya juga akan menghilang dengan sendirinya" ucap Joong Woo dengan santai.
Ini bukan kali pertamanya sebuah majalah internet memberitakan tentang kedekatan Joong Woo dengan seorang laki laki dan munculnya berita itu adalah karena Joong Woo yang selalu bersikap acuh membuat media terkadang geram karena laki-laki itu sama sekali tak terpancing emosinya.
***
Hari kedua di Korea Aiu pergi menemui Nyonya Kang di rumahnya sesuai dengan apa yang disampaikan resepsionis karena nyonya Kang sendiri yang meminta Aiu untuk datang ke rumahnya.
Aiu beranjak turun dari mobil ekspresi wajahnya terlihat kesal bahkan dia menatap sinis ke arah rumah Nyonya Kang.
Perlahan namun dengan pasti Aiu berjalan menuju ke pintu menekan tombol bel.
Ting ting tong ting tong ting tong ting tong ting tong!!!
Entah sengaja atau memang karena keisengan Aiu dia menekan tombol belnya berulang-ulang kali membuat pelayan rumah membuka pintu dan memamerkan wajah jengkelnya.
"Nona! Anda menekan tombol sekali saja saya sudah bisa mendengarnya jadi tidak perlu menekannya berkali-kali" ucap pelayan itu, dia kemudian mempersilahkan Aiu masuk ke dalam.
Dengan santai Aiu malah mengibaskan rambutnya menyombongkan diri.
"Nona silakan ikuti saya" pelayan itu mengeraskan suaranya karena Aiu masih berdiri di tempatnya.
"Iya tidak perlu berteriak juga kalii!" ucap Aiu dengan sinis.
Pelayan itu membawanya masuk ke dalam, di matanya rumah itu terlihat seperti istana besarnya bahkan dua kali lipat dari rumah Aiu.
Akan tetapi perempuan itu menatap setiap sudut ruangan dengan tatapan meremehkan.
Ketika melewati sebuah ruangan, Aiu dikejutkan dengan foto seorang laki laki yang nampak tak asing di matanya. Aiu kemudian mendekat dan mengambil bingkai foto yang ada di atas bifet.
Pandangannya nampak menyelidik ke arah foto anak laki laki gendut dengan mata yang sangat sipit sampai hampir tak bisa dibuka matanya.
Aiu memiringkan kepala seolah sedang berusaha keras mengingat ingat wajah bocah di foto itu.
"Aku seperti pernah melihatnya, tapi di mana ya?"
Aiu menganga, matanya membulat saat mengingat siapa laki laki itu.
Flash back on.
Pagi itu guru mengumumkan di kelas 2a SMP Bakti Ibu, dia mengatakan kepada murid bahwa hari itu akan kedatangan murid laki laki pindahan dari Korea.
Sontak semua murid girang senang karena mendengar nama Korea di sebut pasti di bayangan mereka bahwa murid laki laki itu akan kelihatan cool tampan dan modis.
Tapi pada kenyataannya mereka semua kecewa saat melihat murid pindahan itu masuk ke dalam kelas.
Hening seketika membentang di kelas itu mereka semua melihat kenyataan bahwa murid pindahan dari Korea terlihat gendut bahkan matanya terlihat sangat sipit kedua pipinya sangat penuh hingga terlihat seperti bakpao.
"Iiuuuhhh" para murid bergumam dengan malas mereka sangat kecewa, ternyata apa yang mereka lihat tak seindah ekspektasi terlebih lagi Aiu, dia menatapnya dengan tatapan jijik.
Ketika bel istirahat semua anak berhamburan keluar dari kelas ada yang pergi ke kantin ada yang pergi bermain basket namun ada juga yang selalu tebar pesona yaitu Aiu dan salah satu temannya.
Semua murid di sekolah bahkan tunduk kepada Aiu. Jelas, itu karena kekayaannya. Kekayaan yang dimiliki oleh kedua orang tuanya namun untuk teman dekat dia hanya memiliki satu orang yaitu bernama Cindy.
Aiu selalu menjaga image di depan teman-temannya namun ketika dia sudah muak dengan sikap salah satu teman yang membuatnya jengkel Aiu tak segan-segan memperlihatkan perilaku buruk di depan umum.
Ketika mereka berdua sedang berbincang sambil melihat anak laki-laki bermain basket tak sengaja Aiu melihat murid pindahan itu berjalan dari arah kantin menuju ke kelas.
"Hei" ucap Cindy, dia menyenggol lengan Aiu dengan sikunya.
"Kenapa?"
"Aku perhatikan sejak di dalam kelas kau terus melihat ke arah Joong Woo."
"Joong Woo?" keningnya berkerut halus seakan dia terlihat bingung ketika mendengar nama itu.
"Iya, itu nama murid pindahan" ucap Cindy.
"oh" Aiu kemudian melirik ke arah Joong Woo, laki-laki itu selalu menyendiri karena tak ada seorang pun yang mau mendekatinya.
Hari berganti hari Aiu pun mulai penasaran dengan Joong Woo, dia kemudian mencoba mendekati laki-laki itu.
Karena Joong Woo yang tidak terlalu banyak tingkah membuat Aiu suka dengan anak itu dia bahkan bersikap baik kepada Aiu setiap hari.
Joong Woo selalu membantu Aiu membawakan buku bahkan tas miliknya.
Joong Woo selalu menunggu Aiu di depan pintu gerbang sebelum perempuan itu datang, dan ketika Aiu sampai di sokolah Joong Woo sudah stand bay untuk membantu membawakan tasnya.
"Sejak kapan kau berteman dengannya?" ucap Cindy ketika dia merasa heran dengan kedekatan Aiu dan Joong Woo. Aiu menatap ke arah Cindy dengan tatapan malas kemudian dia berucap.
"Sejak saat kau tak sadar ketika aku sudah berteman dengannya."
Aiu kemudian memutar matanya malas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!