NovelToon NovelToon

Suamiku, Kekasihku (Revisi)

Love at first sight

Novel ini sedang dalam masa revisi penulisan. Karena Aku masih belajar jadi mohon dimaklum dan diingatkan jika ada kesalahan penamaan ataupun part yang hole. Selamat membaca bagi yang baru mampir, maacih.

*****

Hujan di awal Desember, romantis. Setelah menyetop Angkutan umum Rain berlalri menghindari derasnya hujan. Ah, dia lupa tidak membawa payung akibat kesiangan padahal ibunya sudah menyiapkan di meja depan pintu masuk rumahnya. Namun, karena terburu-buru dia mengabaikan teriakan Ibu yang mengingatkan payungnya. Rain terus berlari ke dalam kelas XII IPA 2 SMA favorit di kotanya. Telat semenit saja Bu Guru Monica akan mendahuluinya masuk. Dengan cepat Rain membuka jaket hoodienya. Sela mengerutkan kening melihat tingkah sahabatnya yang tidak biasanya telat itu.

"Selamat pagi, anak-anak." Bu Monic menyapa anak-anak yang sedang ribut itu. Seketika hening mengingat Bu Monic adalah Guru Bahasa Indonesia yang terkenal killer dan tanpa ampun. Namun, jadi Guru favorite Rain sebab dia suka sekali pelajaran Bahasa Indonesia. Rain segera menyiapakan alat tulisnya setelah memasukan hoddie ke dalam tasnya. Pelajaran dimulai.

Empat puluh lima menit berlalu, pelajaran usai ditandai riuhnya kembali anak-anak itu. Rain menarik nafas panjang.

"kenapa kesiangan?" Sela membuka percakapan.

Rain menoleh

"semalam nggak bisa tidur, listrik di rumah mati sampai pagi."

"Kenapa mati?" tanya sela mengeluarkan pakaian olahraga dari tasnya. Rain juga mengambil pakaian olahraga di tasnya dan berkata

"ada sambungan yang konslet hari ini pihak PLN akan memperbaikinya."

"Ya sudah ayo ganti pakaian sebelum olahraga dimulai." Mereka beserta teman-temannya berhamburan keruang ganti lalu menuju lapangan sebab hujan sudah reda dari 30 menit yang lalu.

Malas sekali rasanya Rain mengikuti pelajaran olahraga, selain nilainya selalu B perkembangan bermain vollynyapun selalu payah. Rain gontai berbaris selalu paling depan sebab tubuh mungilnya tak akan terlihat jika baris di belakang. Pak Indro datang bersama siswa putih abu yang berantakan. Siswa yang tampan, rambutnya berantakan namun sangat mempesona. Tubuh tinggi atletisnya yang memiliki kulit putih kontras sekali dengan warna kulit Pak Indro.

"Baik anak-anak sebelum memulai pemanasan Bapak akan memperkenalkan murid baru. Namanya Ega. Silahkan perkenalkan namamu, Nak."

Pak Indro berkata panjang lebar.

"Nama Gue Ragga Hadiwijaya, panggil Ega. Gue pindahan dari SMA di Bandung. Senang bertemu kalian. Mohon bimbingannya." Ucap Ega, dingin, sopan, namun tegas.

Rain yang berdiri di depan berhadapan langsung dengan Ega sungguh terpesona. Bahkan dia bisa menghirup aroma tubuh Ega yang menurutnya menenangkan. Sekilas Rain mencuri pandang. Hatinya berdesir melihat teman barunya yang rupawan itu. Apakah Rain sudah jatuh cinta pada pandangan pertama?. Entahlah, tapi jantungnya berpacu lebih cepat dan sangat bahagia saat sekilas mata Ega juga menatapnya. Terukir senyum di bibir Rain yang dibalas Ega seulas senyum miring. Bisa dipastikan setelah ini Rain akan selalu semangat setiap hari ke sekolahnya.

Rain Khadija begitu namanya. Gadis manis berparas imut. Tubuhnya mungil dengan wajah yang amat polos sering disangka masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Rain dengan segala kesederhanaannya rupanya banyak teman lelakinya baik yang sekelas maupun beda kelas menyukainya. Tapi, Rain tidak pernah menanggapinya. Rain hanya akan menganggap mereka itu bercanda. Namun, sekarang lihatlah Ragga Hadiwijaya dengan segala pesonanya membuat Rain jatuh Hari pada pandangan pertamanya. Bukankah selama ini yang mendekati Rain tidak kalah tampan dengan Ragga. Rain belum pernah merasakan hatinya bergejolak hebat memandang lawan jenisnya sebelum ini. Jika memang ini cinta, akankah cintanya terbalas oleh Ragga Hadiwijaya?

Simak terus kelanjutannya ya. Ini karya pertamaku. Mohon dukungannnya. 😊

Terpaksa menyentuh

Pelajaran setelah jam istirahat diisi oleh Bu Guru Widya sebagai Guru mata pelajaran Matematika. Rain menoleh ke arah Ega yang masih terlelap. Bu Widya mengedarkan pandangannnya dan matanya berhenti tepat memandang Ega yang dengan santainya tertidur. Bu Widya menyuruh Rain membangunkan Ega tidak peduli Ega itu putra dari pemilik yayasan tapi tetap dia harus mengikuti peraturan sekolah. Ragu-ragu Rain berkata pelan.

"Ega sorry tapi kamu harus bangun ini sudah jam pelajaran dimulai." Ega masih tak bergerak.

Dengan sangat terpaksa Rain menyentuh pundak Ega sangat halus. Masih tak bergerak. Akhirnya Rain menusuk-nusuk pipi mulus Ega dengan ujung pensilnya. Berhasil. Ega bangun mengerjap-ngerjap matanya. Rain memasang senyum dan wajah merasa bersalah.

"sorry ganggu tapi Guru matematika sudah di depan," kata Rain sambil menunjuk ke arah bu Widya. Ega menggedigan bahu dan mengusap kasar wajahnya. Rain menyerahkan tisu basah

"Bu Widya nggak bakal ngizinin kalau izin ke toilet, usap wajahmu." Ega mengambil satu helai tisu basah mengusap lembut wajahnya. Aroma khas bayi dari tisu basah membuatnya sedikit segar. Bu Widya fokus pada materi di buku paketnya. Rain mengulurkan air mineral pada Ega

"minum dulu mumpung Bu Widya nggak lihat." Ega mengambil botol air itu dan segera menenggaknya habis. Rain terpaku melihat adegan Ega menelan habis minumannya dalam sekali tenggak

'Kenapa wajahnya nggak pernah kelihatan jelek?' batin Rain memukul-mukul keningnya dengan pensil. Ega menutup botol kosong itu terlihat bingung mau dikemanakan botol kosong itu. Cepat Rain merebut botol dari tangan Ega

"Sorry, nanti biar aku yang buang."Ega menatap Rain sekilas menyunggingkan senyum miring yang sukses membuat Rain semakin merasa bahagia. Tanpa disadari sedari tadi Tania merasa geram menyaksikan drama antara Rain dan Ega.

Bu Widya meninggalkan kelas setelah memberi muridnya setumpuk PR. Murid-murid dapat sedikit merenggangkan ototnya setelah berperang dengan rumus dan angka -angka tadi. Tania berjalan ke kursi Ega. Ega yang baru saja akan kembali tidur kembali duduk tegap saat tiba-tiba Tania memegang pergelangan tangannya

"Ega duduknya di belakang aja pasti gak bakal ketahuan kalau mau tidur lagi dan gue juga gak bakal berani bangunin loe."Tania bicara sambil melirik ke arah Rain. Rain pura-pura tidak mendengar dengan terus fokus pada ponselnya. Ingat, Rain bukan siswi teladan. Dia hanya seperti murid kebanyakan yang rasanya selalu ingin mengecek ponsel saat ada kesempatan seperti ini. Ega menggeleng dan berkata.

"Gue gak biasa duduk di belakang dan Gue ke sekolah buat belajar bukan tidur." Rain menahan senyumnya dengan menempelkan pensil pada bibirnya. Tania kesal segera kembali ke kursinya. Ega sekilas melirik Rain dan mendekatkan tubuhnya ke wajah Rain

"Bangunin gue kalo Gurunya dateng kaya tadi." Tanpa menoleh Ega langsung tidur kembali. Rain mengatur nafasnya yang mulai sesak.

Mengapa jatuh cinta rasanya seperti kehabisan oksigen?, Untuk menghilangkan gugupnya Rain membuka ikatan rambutnya membiarkan wajahnya sedikit tertutup oleh rambut panjangnya karena pasti wajahnya sedang merah sebab terasa sangat panas padahal hujan kembali turun bersamaan dengan Bu Widya keluar kelas tadi.

15 menit berlalu namun Pak Darus tidak kunjung masuk Kelas. Randi si ketua kelas berinisiatif memanggil Guru kesenian tersebut. Namun tak lama Randi kembali sambil langsung menuliskan tugas yang diberikan Pak Darus. MEMBUAT LAGU LENGKAP DENGAN INSTRUMEN. DIKUMPULKAN LEWAT E-MAIL SELAMBATNYA MALAM INI. PAK RANDI MENEMANI ISTRINYA MELAHIRKAN.

Beberapa anak iseng membaca dengan kompak dan lantang tulisan pada white board tersebut. Rain menggeleng melihat tingkah mereka. Rain tidak bisa harus memuali tugas itu darimana. Rain diam-diam menoleh ke arah Ega. Wajahnya masih tampan dan menenangkan saat dipandang.

50:50

Rain berdehem berharap Ega akan bangun.

"kenapa mudah sekali tertidur?" kata Rain pelan. Rain menusuk-nusuk kembali pipi Ega, kali ini dengan telunjuknya. Ega membuka mata mengerutkan alisnya. Ega memandang ke arah meja Guru.

"Gurunya mana?" tanya Ega tanpa menoleh.

"Gurunya nggak masuk, tapi lihatlah tugasnya sudah dituliskan di depan" Rain menunjuk ke arah white board. Sejenak Ega membacanya.

"Gue nggak bisa bikin lirik" Ega menoleh pada Rain.

"aku juga nggak bisa bikin nada" Rain berusaha sesantai mungkin.

"ya udah loe bikin dua lirik nanti gue yang bikin lagunya. Gue tidur lagi kalo udah selesai bangunin". Rain berpikir sejenak dan menggangguk

"oke, 50:50?". Ega tersenyum, kali ini lebih lebar yang membuat pipi Rain blushing. Ega kembali tertidur. Rain hati-hati memandang wajah tampan Ega.

'kamu curang sekali dengan wajahmu itu. Kenapa semuanya sangat indah' batin Rain.

Rain segera menarikan pulpennya di atas kertas. Dengan lihai dia membuat kata-kata indah itu, Tidak ada beban. Dia terus menulis sambil tersenyum. Sesekali melirik Ega. 'kenapa harus jatuh cinta secepat ini?. Memalukan" Rain kembali membatin. Dia selesai menulis satu buah lirik. Mengambil kertas HVS yang baru dan kembali menulis. Sementara itu murid yang lain sudah banyak yang pergi ke ruang kesenian karena Pak Darus mengijinkan anak-anak menggunakan alat musik untuk membuat lagu. Tak perlu lama-lama Rain menyelesaikan tulisan lirik keduanya.

Rain kembali berdehem sebelum membangunkan Ega. Rain memberanikan menyentuh kepala Ega, mengusap rambutnya pelan dan berkata

"Ega, bangun!". Ega membuka matanya. Rain masih memegang kepala Ega. Untuk beberapa saat keduanya berpandangan namun tak lama Rain segera menarik tangannya. Rain menunduk malu.

"Udah selesai?" Ega bertanya dengan lembut. Rain mengangguk tersenyum dan menyerahkan dua kertas tadi pada Rain.

"tapi Gue butuh gitar" kata Ega sambil terus membaca lirik yang dibuat Rain.

"Kita bisa ke ruang kesenian sebab kalo di kelas nanti ganggu kelas sebelah" Rain berdiri. Ega berdiri dan langsung mengikuti Rain berjalan di belakang Rain. Rain saat ini merasakan jantungnya kembali berpacu tak karuan. Tangannya dingin namun dahinya mulai mengeluarkan peluh-peluh kecil. Tak lama mereka tiba di ruang kesenian sudah banyak juga teman-temannya di sana. Rain segera mengambil sebuah gitar dan memberikan pada Ega.

Mereka berdua duduk di pojokan. Ega mulai memetik gitar, mengatur senarnya. Rain mencoba tenang. Berkali-kali menarik nafas pelan.

"Loe lagi jatuh cinta?" tiba-tiba Ega berkata memasang wajah manis.

"i-iya ee-eh maksud gue engga" Rain gelagapan menjawab.

"semua cewe sama aja ya, pinter banget bikin kata-kata manis buat merayu." Ega berkata sinis. Rain menoleh. Ega kembali fokus pada gitarnya. Dia menulis nada di bawah lirik di setiap barisnya. Ega tidak kesulitan membuat nada-nada itu.

"selesai!" Kata Ega menyerahkan dua kertas pada Rain.

"tinggal dikirim ke Pak Darus." Kata Rain tersenyum. Ega bangkit dari duduknya. Saat hendak melangkah Rain memanggilnya

"Ega!" Ega menoleh.

"makasih, sorry udah ngerepotin." Ega membalikan badannya. Kini keduanya berhadapan. Rain harus mengangkat kepalanya untuk dapat melihat wajah Ega.

"nggak usah makasih, kita kan 50:50." Ega tersenyum dan berlalu meninggalkan Rain kembali ke kelas, Rain memejamkan matanya

"kenapa harus jatuh cinta pada manusia paling rakus tampan seperti itu?" gumam Rain mulai melangkah kembali ke kelas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!