NovelToon NovelToon

Lady Of Mafia

A Mafia Lady

Matahari bersinar dengan begitu terang. Embusan angin terasa sangat kencang hingga membuat hangatnya matahari tidak terasa lagi. Rerumputan yang tumbuh di atas tebing seakan bergoyang mengikuti irama angin.

Di sebuah tebing berdiri seorang wanita yang menatap tajam wajah seorang pria. Tebing itu menghadap ke arah laut biru yang luas dan indah. Wanita itu sedang menodongkan sebuah pistol berwarna hitam ke arah tubuh pria yang berdiri di ujung tebing. Pria itu menatapnya dengan wajah sedih.

Tubuh pria itu dipenuhi luka di bagian wajahnya. Ada darah di sudut bibirnya. Kulitnya terlihat kering karena terlalu lama berjemur di bawah matahari. Ia mengepal kuat tangannya untuk menekan rasa sedih dan bersalahnya.

“Maaf mungkin tidak akan cukup untuk menebus kesalahanku. Tapi, percayalah. Aku sudah berubah. Aku berjanji tidak akan melukai hatimu lagi,” ucap pria itu dengan suara yang lantang dan masih bertenaga. Kedua bola matanya memandang pasukan hebat yang selama ini ia banggakan kini tergeletak tidak bernyawa. Semua itu berasal dari tangan seorang wanita yang kini menodongkan pistol ke arah tubuhnya.

Walau detik itu juga ia mampu membalas perbuatan wanita yang ada di hadapannya, tapi entah kenapa semua terasa sangat berat untuk ia lakukan. Pria itu lebih memilih mengalah dan menyerah karena sejuta rasa bersalah yang telah ia perbuat.

Di belakang wanita itu berdiri beberapa pria berbadan kekar. Semua memakai pakaian serba hitam dengan wajah sangat menakutkan. Ada senyum licik dan tatapan puas atas pertunjukan yang tersaji di depan mata mereka. Semua pria di belakang itu adalah orang yang cukup di kenal oleh wanita itu.

Entah masalah apa yang terjadi hingga wanita itu berniat untuk membunuh pria yang berdiri di hadapannya. Dengan bibir gemetar dan air mata yang menetes deras. Wanita itu mulai menarik pelatuk pistolnya. Ia mengatur lagi napasnya dan meyakinkan hatinya, kalau detik ini adalah wanktu yang tepat baginya untuk balas dendam.

“Kenapa kau menangis untuk pria jahat seperti dia, Kak Leona,” ucap salah satu pria terdekat Eleonora dengan tangan terlipat di depan dada.

“Bunuh saja. Maka semua akan impas,” sambung pria lainnya dengan senyum menghina.

“Pria seperti dia tidak pantas mendapat belas kasihmu, Babygirl. Bunuh saja dia,” ucap Seorang pria bertopeng yang berdiri tidak jauh dari tubuh Eleonora, “Jika kau masih tidak tega. Aku akan membantumu untuk membunuhnya,” timpal pria itu lagi sambil mengeluarkan sebuah pistol.

Wanita itu semakin sedih dan bingung. Ia tidak tahu tindakan ini benar atau tidak. Rasa sakit hatinya benar-benar telah menutup hati nurani. Hubungannya dengan pria yang ada di hadapannya terlihat memiliki kesan yang cukup mendalam.

“Aku mencintaimu, Leona. Aku melakukan semua ini karena memiliki alasan. Kau sudah tahu semua alasanku. Sekarang, aku sudah ikhlas menerima hukuman darimu,” ucap Pria itu dengan mata berkaca-kaca. Wajahnya sangat menyedihkan hingga membuat siapa saja yang menatapnya tidak tega untuk melukainya, “Aku mencintaimu, Honey. Maafkan aku....”

“Cinta kau bilang? Cintamu sudah membuatku menjadi seperti sekarang. Aku membencimu, Zean. Pergilah ke neraka, karena memang di sana tempat yang pantas untukmu,” teriak Eleonora. Wanita itu tidak bisa di bujuk lagi. Hatinya sudah hancur berkeping-keping dan sulit untuk terbentuk lagi.

DUARRR!

Pistol yang ada di genggaman Leona terpental jauh. Semua orang terperanjat kaget saat mendengar suara tembakan yang muncul secara tiba-tiba. Dari kejauhan, berdiri seorang wanita dengan satu pistol di genggamannya. Di belakangnya telah berdiri beberapa orang yang sangat menyayangi dirinya.

“Kau mengecewakan Mama, Leona,” ucap Serena sambil menurunkan pistolnya secara perlahan, “Jika ada yang melukaimu hingga seperti ini, kau tidak harus merahasiakannya dari Mama.” Suara Serena meninggi. Wanita yang sudah berusia lebih 50 tahun itu memasang wajah kecewa. Ia tidak sanggup melihat pemandangan yang kini terjadi di depan matanya.

Leona mengukir senyuman kecil. Bukan takut, ia justru mengambil kembali pistol miliknya yang terpental, “Aku mengikuti jejak Mama. Dengan menjadi ketua mafia, hidupku menjadi jauh lebih dihargai dan dihormati semua orang,” jawabnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

“Leona, jangan berbicara seperti itu kepada Mama,” teriak seorang pria yang mengenakan jas berwarna cokelat. Pria itu berdiri di samping Serena, “Kau boleh balas dendam pada pria itu, karena rasa sakit yang telah ia perbuat. Tapi, kau tidak memiliki hak apapun untuk bersikap kurang ajar kepada Mama,” timpal pria itu dengan wajah tidak terima. Bahkan wajahnya sampai memerah karena tidak suka dengan sikap Eleonora. Pria itu kecewa melihat adik kesayangannya yang sudah banyak berubah.

Seorang pria yang biasa di sapa Papa oleh Eleonora terlihat menghela napas. Rambut pria itu sudah mulai putih. Ia mengenakan kaca mata putih untuk memperjelas pandangan yang ia lihat. Pria itu tidak tahu harus berbicara apa lagi. Semua masalah yang menimpa putri tercintanya, ia serahkan kepada istri yang paling ia cintai.

“Jangan terus-terusan menyalahkanku, Kak. Aku menikmati kehidupan ini,” jawab Leona dengan sorot mata yang tidak kalah tajam dari Serena. Postur tubuh bahkan gaya Serena saat masih memimpin Queen Star terlihat sama dengan apa yang ada pada diri Eleonora. Salah satu anak kembar dari pasangan Serena dan Daniel.

“Kembali Leona. Kau tidak tahu kehidupan seperti apa yang sekarang kau jalani,” ucap Serena dengan nada yang mulai melunak. Wanita itu membuka tangannya untuk menyambut tubuh putrinya.

“Sampai kapanpun jangan memintaku untuk meninggalkan Queen Star. Selama aku masih bernyawa, Queen Star akan terus berjaya,” teriak Leona yang seolah tidak terbantahkan lagi.

“Kwan, apa yang kau lakukan? Ini yang kau maksud dengan kata menjaga? Seperti ini caramu menjaga kakakmu?” teriak Kenzo dengan wajah menahan amarah. Pria yang sudah berumur itu juga terlihat kecewa melihat putra semata wayangnya kini justru menjadi orang kepercayaan Leona. Tangan kanan ketua mafia Queen Star yang akhir-akhir ini banyak membuat masalah di Brazil.

“Pa, aku juga menikmati hidup yang seperti ini. Aku tidak suka perusahaan,” ucap Kwan sebelum memalingkan wajahnya, “Maaf telah mengecewakan Papa dan Mama. Tapi, aku lebih memilih dunia yang kini ada di depan mataku. Queen Star,” jawab Putra semata wayang Kenzo dan Shabira dengan mantap.

Leona mengukir senyuman sambil memutar-mutar pistol yang kini ada di genggamannya. Pembelaan adik sepupunya membuat kekuatan tidak terhingga untuknya. Lagi-lagi ujung pistol itu ia arahkan ke tubuh pria yang sudah membuatnya sakit hati. Bibirnya mengukir senyuman tipis, “Selamat tinggal, Zean!”

Eleonora menarik pelatuknya secara perlahan. Kedua matanya terpejam. Walau tanpa membuka mata, wanita itu sudah sangat ahli dalam menembak, “Selamat tinggal masa lalu. Selamat datang kebahagiaan.”

DUARRR!

Birthday

Sapporo Hotel.

Di salah satu kamar hotel, seorang wanita duduk di depan cermin. Penampilannya terlihat sangat cantik dan anggun. Bibirnya mengukir senyuman indah saat melihat pantulan wajah cantik miliknya melalui cermin. Dua pria yang bertugas menjadi tata rias terlihat sangat teliti mempoles make up di wajah wanita yang baru saja menginjak usia 25 tahun itu.

“Nona muda, anda terlihat sangat cantik. Malam ini anda adalah Ratunya,” bisik salah satu pria dengan senyum puas hasil riasannya.

“Terima kasih,” ucap wanita itu dengan hati yang sangat bahagia.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Seorang pria berjas hitam berjalan masuk ke dalam kamar tersebut. Ada sebuah kado di genggaman tangannya. Pria itu mengukir senyuman saat melihat wajah cantik wanita yang ada di hadapannya.

“Selamat ulang tahun, Adikku tercinta,” ucap pria itu.

Wanita itu beranjak dari kursi yang ia duduki. Ia berlari untuk memeluk tubuh pria yang sudah sangat ia rindukan, “Kak Aleo, akhirnya Kakak pulang juga. Selamat ulang tahun juga. Bukankah kita lahir di tanggal yang sama?” ucap Leona pelan.

“Ya. Tapi aku tidak suka ulang tahun sepertimu. Setiap tahun selalu ada pesta.” Aleo mengusap pipi Leona dengan lembut. Pria itu sangat rindu dengan adiknya. Ia menarik lagi tubuh Leona ke dalam pelukannya, “Paman Biao awalnya tidak mengijinkan. Tapi, saat Kakak bilang ini demi ulang tahunmu. Ia mengijinkan Kakak,” ucap Aleo sambil mengusap lembut punggung adik kesayangannya.

Wanita itu bernama Eleonora Edritz Chen. Putri kesayangan dari Serena Wang dan Daniel Edritz Chen. Pria yang kini memeluk tubuhnya adalah Aleonora. Mereka kakak adik yang saling menyayangi dan selalu kompak selama ini.

Namun, beberapa bulan terakhir ini. Daniel meminta Aleo untuk mengurus masalah perusahaan cabang Amerika. Mau tidak mau, pria itu harus menuruti permintaan sang Ayah. Sejak kecil, baik Aleo maupun Leona adalah dua anak yang penurut dan tidak pernah membakang. Mereka sangat menyayangi Serena dan Daniel. Didikan Serena dan Daniel yang selalu dipenuhi dengan rasa cinta telah menghasilkan anak yang memiliki sifat lemah lembut dan penurut seperti mereka berdua.

Leona melepas pelukannya. Wanita itu memandang kotak kecil yang ada di genggaman Aleo. Bibirnya mengukir senyuman, “Apa ini untukku?” ucapnya penuh harap.

“Ya, Leona. Kakak memesannya secara khusus dari Amerika.” Aleo memberikan kotak kecil itu kepada sang adik. Ia cukup yakin dan percaya diri, kalau Leona akan senang dengan hadiah yang ia berikan saat itu.

Leona menerima kado tersebut. Ia membuka kotak itu dengan hati-hati. Bibirnya mengukir senyuman saat melihat sebuah kalung berlian yang sangat indah di dalamnya. Dengan segera ia meminta dua tata riasnya untuk membuka kalung yang sempat melingkar di leher jenjangnya. Wanita itu memakai kalung pemberian Aleo dengan hati yang sangat gembira.

“Ini sangat indah,” ucap Leona sambil memandang pantulan dirinya melalui cermin yang ada di depannya. Jemarinya mengusap lembut kalung berlian itu dengan bibir tersenyum indah.

“Ok, sepertinya tamu undangan sudah berkumpul. Ayo kita ke lokasi pesta.” Aleo merangkul pinggang adiknya. Pria itu membawa adik tercintanya pergi meninggalkan kamar hotel tersebut.

Di Lokasi pesta, para tamu undangan telah berkumpul. Di sebuah meja berukuran luas, telah duduk beberapa orang dengan obrolan ringan yang selalu membuat canda tawa. Ada Serena, Daniel, Shabira dan Kenzo di meja tersebut.

“Andai saja Kak Emelie dan Kak Zeroun bisa datang, pasti acara ini akan semakin seru,” ucap Shabira sambil mengatur posisi duduknya.

“Mereka pasti sangat sibuk dengan urusan negara hingga tidak bisa hadir pada malam ini,” jawab Serena dengan senyum indah. Wanita tangguh yang dulu terlihat sangat cantik itu kini sudah mulai terlihat tua. Kulit wajahnya terdapat kerutan. Ia tidak lagi terlihat seperti wanita tangguh. Seorang pria yang berada di sampingnya mengukir senyuman indah.

Walau sudah berumur dan memiliki banyak kerutan di wajah, tapi Daniel tetap romantis. Rasa cinta dan sayangnya terhadap sang istri tidak pernah berkurang. Pria itu memuja dan mencintai Serena hingga maut memisahkan mereka nanti.

Sorak tepuk tangan terdengar begitu meriah. Eleonora telah tiba di lokasi pesta. Wanita itu merangkul lengan kakaknya dengan senyuman indah. Ia berjalan ke meja yang di duduki Serena dan yang lainnya.

“Mama,” ucap Leona kegirangan. Wanita itu memeluk ibunya dengan rasa bahagia, “Terima kasih. Pesta kali ini sangat mewah dan Leona suka.” Leona mendaratkan kecupan sayangnya kepada sang ibu. Wanita itu tidak lagi bisa berkata-kata. Hanya ciuman sayang itu yang mewakili rasa terima kasihnya terhadap ibu tercintanya.

“Mama bahagia, jika kau bahagia sayang,” ucap Serena sambil mengusap lembut lengan Leona.

“Ayo, Ma. temani aku meniup lilin dan memotong kue,” pinta Leona dengan nada manja.

“Mama sudah tua. Malu di lihat teman-temanmu nanti,” ucap Serena dengan tawa kecil.

“Mama....” Leona memajukan bibirnya.

Serena mengukir senyuman. Wanita itu beranjak dari kursi yang ia duduki. Daniel merangkul pinggang Serena dan menemani wanita itu untuk mendampingi Putri tercintanya.

Pesta ulang tahun itu berlangsung dengan begitu mewah dan meriah. Sebagai ahli waris keluarga Chen, Leona bebas melakukan apa saja yang ia inginkan. Tidak hanya harta dari sang ayah. Kakak kesayangannya juga sudah memiliki pundi-pundi kekayaan dari hasil kerja kerasnya selama ini.

Aleo seorang Presdir di perusahaan S.G. Group yang baru saja berkembang di Amerika. Mengalahkan kejayaan Cabang San Fransisco yang pernah di tangani oleh Biao. Sedangkan Leona, ia lebih memilih untuk menjadi seorang model. Wajahnya yang sangat cantik memang telah mendukung cita-citanya untuk menjadi model terkenal.

Serena mengukir senyuman sambil memandang putri tercintanya yang sedang tersenyum indah. Rasanya tidak ada kebahagiaan yang jauh lebih indah daripada melihat kedua anaknya tersenyum.

“Sudah 25 tahun. Semua berlalu begitu cepat. Sepertinya baru semalam aku berada pada posisi itu. Terima kasih, Tuhan. Kau memberikanku keluarga yang sempurna seperti sekarang,” gumam Serena di dalam hati.

Dari kejauhan, seorang pria berjas abu-abu baru saja tiba. Pria itu mengukir senyuman kepada beberapa wanita yang terlihat terpesona atas wajah tampannya. Pria itu bernama Kwan. Putra kesayangan Kenzo dan Shabira. Kini ia menjadi Ceo di perusahaan Z.E Group menggantikan posisi Kenzo.

“Kak Leona, selamat ulang tahun,” ucap Kwan dengan senyum indah.

“Kwan, kau terlambat. Kuenya sudah di potong,” protes Leona sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Kak, Kakak pasti tahu. Sangat sulit melewati para wanita di lantai bawah. Wajah tampanku ini tidak ada saingannya.” Kwan terlihat percaya diri dengan penampilannya malam itu.

“Hmm, apa kau yakin karena ketampananmu itu kau terlambat?” Kenzo dan Shabira muncul di belakang Kwan. Sepasang suami istri itu mendekati posisi Putranya berdiri.

Kwan memutar tubuhnya. Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Papa, kenapa Papa bisa ada di sini. Ini pesta anak muda. Papa sudah berusia lebih dari 50 tahun. Seharusnya papa dan mama di rumah saja istirahat.”

“Kwan, apa kau sudah berhasil menyelesaikan masalah di perusahaan?” Kenzo memasang wajah serius. Pria itu terlihat tidak tertarik dengan kalimat yang baru saja diucapkan putranya.

“Hemm, sudah Pa. Para investor masih mau menanam saham di Z.E Group. Mereka tidak jadi pergi,” jawab Kwan dengan kepala menunduk.

“Lihat Aleo. Dia bisa mengurus beberapa perusahaan sekaligus. Kau hanya mengurus satu saja sudah membuat perusahaan itu hampir bangkrut hari ini.” Kenzo melipat kedua tangannya di depan dada. Seperti itu karakternya sejak tua. Suka protes dan membanding-bandingnya putranya dengan putra Daniel. Ia tidak menyangka, kalau sifat pembakang miliknya akhirnya menurun di dalam diri Kwan. Walau begitu, tetap saja Kenzo tidak ingin mengakui kelemahannya.

“Sudah-sudah,” ucap Shabira dengan suara yang sangat pelan, “Kwan, jangan ulangi lagi. Kau harus menjadi pria yang lebih sabar. Tidak semua masalah harus di selesaikan dengan kekerasan.” Shabira menepuk pundak putranya.

“Ya, Ma. Maafkan Kwan,” ucap pria itu. Ia mengangkat kepalanya lalu menatap wajah Leona. Ada senyum licik di sudut bibirnya. Dengan gerakan cepat ia menarik tangan Leona dan membawa wanita itu pergi meninggalkan semua orang yang telah berkumpul di sana.

“KWAN!” teriak semua orang.

Leona hanya tertawa kecil. Kejadian penculikan ini bukan yang pertama kali terjadi. Hampir setiap tahun, Kwan menculiknya dan membawanya pergi berjalan-jalan untuk bersenang-senang.

“Kali ini kita mau kemana?” ucap Leona sambil berlari kencang mengikuti jejak kaki Kwan.

“Meksiko,” jawab Kwan cepat.

“Apa kau yakin? Itu sangat jauh,” ucap Leona tidak percaya.

Kwan menghentikan langkah kakinya. Pria itu menatap wajah Leona dengan seksama, “Hanya satu minggu. Kita akan jalan-jalan di sana. Aku bosan berada di perusahaan. Kak, kali ini kau yang harus menolongku,” ucap Kwan dengan wajah memohon, “Aku belum berhasil membujuk para investor itu agar kembali menanam saham di perusahaan.”

“Kau berbohong tadi?” Wajah Leona berubah serius.

Kwan mengangguk pelan, “Sekali ini saja bantu aku, tolong. Mama dan Papa tidak akan marah ketika aku kembali nanti,” bujuk Kwan dengan wajah memelas.

“Hmm, baiklah, Ayo kita berangkat ke Meksiko,” jawab Leona dengan bibir tersenyum.

***

Ilustrasi hanya khayalan author. Jika ada yang bilang kurang cocok... kalian bisa khayalin wajah yang kalian suka🤗

Kaburnya Leona

Serena dan Shabira saling memandang. Mereka menghela napas. Sudah bukan masanya lagi mereka berlari dan menangkap orang. Dua wanita itu sadar dengan umur mereka. Melihat kelakuan anak kesayangan mereka seperti itu, mereka hanya bisa mengatur napas agar tidak terasa berat.

“Ma, biar Aleo yang urus,” ucap Aleo sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Pria itu memberi perintah kepada pengawal S.G. Group untuk menjaga adik kesayangannya. Memang selama ini seperti itu yang ia lakukan untuk melindungi adiknya. Menyebarkan puluhan pengawal agar Leona terhindar dari bahaya.

“Aleo, Leona menjadi tanggung jawabmu. Papa mempercayakan semuanya kepadamu, Nak.” Daniel menepuk pelan pundak putranya.

Aleo tersenyum indah, “Semua akan baik-baik saja, Pa. Pasti dua hari lagi mereka pulang,” ucap Aleo dengan keyakinan.

“Sudah malam, ayo kita pulang. Tamu undangan juga sudah mulai habis,” ucap Serena sambil merangkul lengan Daniel.

Daniel mendaratkan kecupan di pucuk kepala Serena, “Ya. Kau juga harus menjaga kesehatanmu. Ingat, kata Dokter jangan terlalu banyak pikiran agar kau tidak jatuh sakit lagi,” ucap Daniel sambul mengusap lembut rambut Serena. Di matanya, Serena masih tetap sama. Cantik, seksi dan selalu membuatnya tertarik. Wanita terbaik yang akan selalu ia cintai.

Serena mengukir senyuman. Wanita itu mengajak Daniel melangkah pergi dari lokasi pesta. Diikuti Shabira dan Kenzo di belakang. Sedangkan Aleo, pria itu lebih memilih untuk tidur di kamar hotel yang kini menjadi gedung pesta adiknya. Ia ingin mengurus beberapa pekerjaan malam ini di kamarnya.

“Setelah menyelesaikan pekerjaan ini, aku akan menjemput Leona besok,” gumam Aleo di dalam hati sebelum berjalan pergi. Pria itu tidak pernah menyangka, kalau kali ini adik kesayangannya tidak ada lagi di negara yang sama dengan dirinya. Wanita itu telah pergi ke tempat yang sangat jauh dari jangkaunnya saat ini.

***

Pagi yang indah, Aleo terbangun saat mendengar deringan ponselnya. Pria itu meraba tempat tidurnya untuk mencari ponselnya yang masih berdering. Kedua matanya masih terpejam. Ia merasa tubuhnya lelah dan tidak bersemangat untuk bangkit.

Setelah menemukan ponselnya di bawah bantal, Aleo meletakkan ponselnya di telinga. Pria itu mangusap matanya dengan lembut, “Hmm, ada apa? Dimana dia?” ucapnya dengan suara serak dan mata yang masih berat.

“Nona muda berangkat ke Meksiko dengan pesawat pribadi milik keluarga Daeshim, Tuan,” ucap lawan bicara Aloe dari kejauhan.

“Oh,” sambung Aleo dengan mata yang masih terpejam. Dalam hitungan detik kedua mata pria itu melebar. Rasa kantuk yang sempat memenuhi kelopak matanya telah hilang entah kemana, “Apa kau bilang? Meksiko?” ucap Aleo sekali lagi untuk memastikan kalau apa yang ia dengar tidak salah.

“Benar, Tuan. Saya sudah mengirim orang yang ada di Amerika untuk mengikuti Nona Eleonora. Mereka akan segera tiba dan menjaga Nona di Meksiko,” ucap pengawal itu lagi.

Aleo tidak lagi tertarik memperdebatkan masalah itu di telepon. Pria itu mematuskan sambungan teleponnya. Ia mencari nama Leona di ponselnya. Hatinya merasa tidak tenang saat mendengar kabar adik kesayangannya tidak ada lagi ada di negara yang sama dengan dirinya.

Sudah berulang kali Aleo menghubungi Leona, Tapi tidak ada satupun yang di angkat. Pria itu semakin frustasi. Ia tidak tahu harus menjawab apa kepada kedua orang tuanya nanti. Dengan gerakan cepat Aleo berjalan ke arah kamar mandi. Pria itu ingin membersihkan dirinya sebelum nanti memikirkan cara untuk membawa Leona kembali ke Sapporo.

“Aku hampir lupa kalau ia kini sudah berusia 25 tahun. Kenapa aku bisa ceroboh seperti ini,” umpat Aleo kesal di dalam hati.

Aleo membuka pakaiannya lalu membasahi tubuhnya di bawah pancuran shower. Kedua matanya terpejam sambil memikirkan cara untuk membujuk Leona segera pulang sebelum Kedua orang tuanya menyadari semua yang telah terjadi. Akhir-akhir ini kondisi Serena kurang baik. Aleo tidak ingin Ibu tercintanya jatuh sakit hanya karena memikirkan keadaan Leona yang belum tahu bagaimana.

Sudah 25 tahun Daniel dan Serena berhasil menyimpan masa lalu mereka. Putra dan putrinya tidak pernah tahu, bagaimana kehidupan Ibu mereka dulunya. Di mata mereka selama ini, Mama tercinta hanya wanita lemah yang tidak akan mungkin bisa berkelahi. Mereka menyamakan Serena dengan wanita tua yang seumuran dengannya.

Setelah selesai mandi dan memakai pakaiannya, Aleo melekatkan ponselnya ditelinga. Pria itu ingin menghubungi Daniel. Selama ini hanya Papa tercinta yang menjadi tempatnya untuk curhat segala masalah yang menimpahnya.

“Pa, Aleo pagi ini berangat ke Meksiko,” ucap Aleo sambil berjalan cepat meninggalkan kamar hotel.

“Kau baru saja pulang. Bahkan mama sudah menyiapkan makan siang untukmu dan Leona. Bawa adikmu segera pulang,” ucap Daniel dengan nada pelan namun sedikit menekan.

“Itu masalahnya, Pa. Leona ke Meksiko bersama Kwan,” sambung Aleo sambil menekan tombol lift.

“Apa kau bercanda Aleo? Meksiko sangat jauh. Bagaimana ia bisa pergi sejauh itu tanpa meminta ijin dari kami dulu?” Daniel mulai meninggikan suaranya.

“Pa, Leona sudah berusia 25 tahun. Ia tidak lagi anak kecil yang bisa kita atur. Papa tenang dulu. Aleo akan mengurus semuanya. Aleo pasti akan membawa Leona pulang.” Aleo masuk ke dalam lift. Pria itu memasukkan ponselnya ke dalam saku. Sekali lagi ia menghela napas sambil membayangkan wajah Leona, “Awas saja kau Kwan!” umpatnya kesal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!